Anda di halaman 1dari 10

Nama : Donny Damala Pradana

Nim : 1702015006

Program Studi : Ilmu Adminnistrasi Negara (A)

Mata Kuliah : Teori Pembangunan

Dosen Pengajar : Dr. Bambang Irawan, M.Si

Pada tanggal 25 September 2015, negara-negara anggota PBB


mengangkat rangkaian Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 yang
menyertakan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, atau Sustainable
Development Goals (SDGs) dalam bahasa inggris. SDGs disusun
berdasarkan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), yang telah diupayakan
dari tahun 2000 sampai 2015, dan akan memandu pencapaian tujuan global
yakni pembangunan berkelanjutan hingga tahun 2030 nanti.
Terbentuknya SDGs merupakan suatu hal yang patut dirayakan oleh
pemerintah daerah di seluruh dunia. Bahkan sebelum ditetapkannya 17
tujuan tersebut, inklusivitas dari proses Pasca-2015 sendiri telah
merepresentasikan sebuah kemenangan bagi seluruh pemangku
kepentingan. PBB menyelenggarakan perundingan terbesar dalam
sejarahnya untuk agenda Pasca-2015 ini.
Indonesia sebagai salah satu negara yang telah menyepakati
penerapan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) berkomitmen untuk
menyukseskan pelaksanaan SDGs melalui berbagai kegiatan dan telah

1
mengambil langkah-langkah strategis. Sejumlah langkah yang telah ditempuh
Indonesia sampai dengan akhir 2016 antara lain (i) melakukan pemetaan
antara tujuan dan target SDGs dengan prioritas pembangunan nasional, (ii)
melakukan pemetaan ketersediaan data dan indikator SDGs pada setiap
target dan tujuan termasuk indikator proksi, (iii) melakukan penyusunan defiisi
operasional untuk setiap indikator SDGs, (iv) menyusun peraturan presiden
terkait dengan pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan, dan (v)
mempersiapkan rencana aksi nasional dan rencana aksi daerah terkait
dengan implementasi SDGs di Indonesia.
Dalam SDGs (Sustainable
Development Goals) terdapat 17 Tujuan
pembangunan berkelanjutan yang menjadi
prioritas pembangunan , salah satunya adalah
Poin 6 yaitu Akses Air Bersih Dan Sanitasi (
Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air
bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk
semua). Di Indonesia Untuk menjamin
ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan
sanitasi yang berkelanjutan untuk semua, pemerintah menerapkan sebuah
peraturan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2017 (PMK RI NOMOR 32 TAHUN 2017) tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi , Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum.
Menjamin akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan
tanggungjawab yang seringkali berada di bawah pemerintah daerah,
dan sangat bergantung pada pemerintahan yang efektif, manajemen
sumber daya serta perencanaan kota.
Tantangan yang dihadapi daerah-daerah dapat bervariasi, khususnya
antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Tantangan terbesar di

2
kawasan perkotaan seringkali berupa minimnya akses terhadap layanan
dasar di permukiman informal, atau tarif yang tinggi dan kurangnya
pengendalian mutu oleh penyedia air swasta.
Sementara di kawasan perdesaan, meski air tersedia secara bebas di
alam, perjalanan yang harus ditempuh untuk memperoleh air dari
sumbernya sangatlah panjang, dan memiliki kemungkinan untuk
tercemar.
Pemerintah daerah berkewajiban untuk meningkatkan kualitas air
melalui langkah-langkah perlindungan lingkungan hdup dan
pengelolaan limbah padat yang berkelanjutan.
Manajemen sumberdaya air yang terpadu membutuhkan kerjasama
dalam perencanan dan kebijakan lingkungan antara daerah yang
berdekatan. Pemerintah daerah memiliki posisi strategis untuk
mendukung pengelolaan air bersih dan sanitasi berbasis partisipasi oleh
masyarakat, termasuk para penduduk permukiman kumuh

Air minum layak dan bersih


adalah air minum yang terlindung
meliputi air ledeng (keran), keran
umum, hydrant umum, terminal air,
penampungan air hujan (PAH) atau
mata air dan sumur terlindung, sumur
bor atau sumur pompa, yang jaraknya
minimal 10 meter dari pembuangan kotoran, penampungan limbah dan
pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling,
air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung.
Selama tahun 2011-2015, persentase rumah tangga di Indonesia yang
memiliki akses air minum yang layak terus meningkat. Secara agregat
(perkotaan+perdesaan), persentase rumah tangga yang memiliki akses air
minum yang layak meningkat setiap tahunnya, yaitu dari 63,95 % pada tahun

3
2011 menjadi 70,97 persen pada tahun 2015. Dengan peningkatan yang
konsisten, target SDGs untuk memberikan kemudahan bagi seluruh
penduduk dan menjamin akses perumahan dengan pelayanan dasar yang
layak pada tahun 2030 juga optimis akan tercapai.

Presentase Perkembangan Grafik Sumber air minum layak dari tahun 2011-
2015 (Sumber Bps)

Berdasarkan data perkembangan diatas , terdapat sebuah


peningkatan presentase dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 , dan hal
ini mendukung unntuk tercapainya sebuah pembangunan berkelanjutan pada
tahun 2030 nanti . walaupun setiap tahun presentase air minum layak terus
meningkat pemerintah perlu memperhatikan dan terus meningkatkan sebuah
kelayakan air minum bagi masyarakat perdesaan juga, karena antara
perkotaan dengan perdesaan harus seimbang, di pedesaan harus disediakan
akses jalan untuk mendapatkan sebuah air bersih yang layak minum, hal ini
juga bertujuan agar sebuah pembangunan berkelanjutan tahun 2030 tentang
terjaminnya sebuah air bersih dan sanitasi layak tercapai.
Proporsi populasi yang
memiliki fasilitas cuci tangan dengan
sabun dan air adalah perbandingan
antara banyaknya penduduk dan
rumah tangga yang memiliki

4
kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan jumlah penduduk
dan rumah tangga seluruhnya, dinyatakan dalam persentase. Mencuci
tangan dengan air saja tidak cukup. Menurut penelitian, perilaku mencuci
tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan
efektif dibandingkan dengan cara lainnya untuk mengurangi risiko penularan
penyakit.

Presentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang mencuci tangan


dengan air dan sabun menurut aktivitas yang mengharuskan cuci tangan dan tipe
daerah , 2013 Sumber (Statistik Kesehatan , 2013 )

Berdasarkan data diatas, masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam


menggunakan air dan sabun ketika setelah beraktivitas, masyarakat masih
mempunyai pemikiran bahwa setelah beraktivitas tidak ada kuman yang
mmenempel, maka tidak perlu menggunakan sabun untuk membersihkannya,
terutaa bagi masyarakat perdesaan yang memiliki presentase dibawah 50 %
terkecuali aktivitas sesudah buang air besar / kecil. Ini yang menjadi hambatan
dalam pembangunan berkelanjutan dalam aspek sanitasi yang layak. Peran
pemerintah untuk menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan ini, harus
memberikan sosialisasi betapa pentingnya penggunnaan air dan sabun ketika
setelah beraktivitas, agar masyarakatnya sadar, betapa pentingnya kesehatan.

5
Lumpur tinja adalah limbah cair
yang dihasilkan oleh manusia (tinja).
Sementara instalasi pengelolaan lumpur
tinja (IPLT) adalah instalasi pengelolaan
lumpur tinja rumah tangga. Jumlah
kota/kabupaten yang ditingkatkan kualitas
pengelolaan lumpur tinja perkotaan dan
dilakukan pembangunan IPLT adalah
banyaknya kota/kabupaten yang ditingkatkan kualitas pengelolaan lumpur
tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga
tercapai kualias air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin
agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya (PP No. 82/2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalaian Pencemaran Air).
Guna menjamin ketahanan air
untuk mendukung ketahanan nasional
dilakukan melalui arah kebijakan
pembangunan untuk ketahanan air, antara
lain melalui pemenuhan kebutuhan air
untuk kebutuhan sosial dan ekonomi
produktif. Pemenuhan kebutuhan air untuk
kebutuhan sosial dan ekonomi produktif
dilakukan antara lain melalui pengendalian dan penegakan hukum bagi
penggunaan air tanah yang berlebihan diiringi percepatan penyediaan dan
pengelolaan air baku kawasan perekonomian, dan penerapan kebijakan
pengenaan tarif air industri yang kompetitif.
Pengendalian dan penegakan hukum bagi penggunaan air tanah yang
berlebihan adalah upaya menjamin ketahanan air sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan air untuk kebutuhan sosial dan ekonomi produktif, yang diikuti

6
percepatan penyediaan dan pengelolaan air baku kawasan perekonomian,
dan penerapan kebijakan pengenaan tarif air industri yang kompetitif.

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah


suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografi dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifias daratan
(PP no. 37/2012 tentang Pengelolaan DAS). Jumlah Rencana Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST) yang diinternalisasi ke dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah banyaknya rencana
pengelolaan DAS yang masuk dalam kebijakan dan srategi pemanfaatan
ruang wilayah baik berdasarkan wilayah administratif, fungsi, kegiatan dan
nilai strategis kawasan (dalam mendukung Wilayah Sungai).
DAS menjadi salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan
dalam penataan ruang dan wilayah, jangan sampai DAS dijadikan sebagai
tempat tinggal bagi masyarakat , karena hal ini akan menghambat
tercapainya suatu tujuan pembangunan berkelanjutan tahun 2030. Sebagai
salah satu contoh di samarinda tepatnya di pemukiman sungai karang
mumus masih terdapat masyarakat yang bertempat tinggal di sekitaran DAS,
hal ini menunjukkan bahwa perlu ada kerja keras yang ekstra untuk
tercapainya suatu tujuan pembangunan berkelanjutan tahun 2030 nanti.

7
Danau prioritas adalah danau yang
memiliki kondisi ekosistem yang semakin
terancam akibat kerusakan dan pencemaran
lingkungan pada daerah tangkapan air (DTA)
hingga perairan danaunya.Kebijakan
penyelamatan danau diprioritaskan pada 15
danau di Indonesia yaitu Danau Toba, Danau
Maninjau, Danau Singkarak, Danau Kerinci,
Danau Tondano, Danau Limboto, Danau
Poso, Danau Tempe, Danau Matano, Danau Mahakam (Semayang,
Jempang, Melintang), Danau Sentarum, Danau Sentani, Rawa Danau,
Danau Batur, dan Danau Rawa Pening. Danau adalah cekungan besar di
permukaan bumi yang digenangi oleh air tawar atau air asin yang seluruh
cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan
Berdasarkan data
disamping, periode tahun 2011 –
2015 indonesia telah membangun
dam pengendali sebanyak 244 unit,
dam pengendali jurang sebanyak
1372 unit, sumur resapan
sebanyak 8781 unit dan 556 unit
embung air dan tercatat pada
tahun 2015 penduduk perkotaan
memiliki sanitasi layak sebesar 76,36 % dan 47,84 % di kutip melalui sumber
statistik KLHK 2015.
Dengan data tersebut artinya, perlu adanya peran dari pemerintah
untuk mendorong masyarakat lokal untuk menggunakan sanitasi layak dan
juga perlu ketersediiaan akses untuk mendapatkan sanitasi layak yang
diberikan oleh pemerintah

8
Berdasarkan data diatas , maka dapat disimpulkan bahwa , SDGs
merupakan sebuah tujuan pembangunan yang mengutamakan kepada
kesamarataan , dimana tidak ada masyarakat yang tertinggal, tujuan
pembangunan berkelanjutan ini, meningkatkan masyarakat yang sebelumnya
belum menjadi prioritas, dengan adanya Sustainable Development Goals,
diharapkan kesenjangan antara masyarakat perkotaan dengan masyarakat
perdesaan menjadi kecil, karena hal yang terpenting adalah sebuah
keseimbangan dalam sebuah negara.
17 tujuan pembangunan berkelanjutan ini di indonesia sudah di
selaraskan dengan rencana pembangunan nasional, salah satunya tujuan no
6 , yaitu menjamin air bersih dan sanitasi layak bagi semua.
Indonesia sendiri dalam menjalankan 17 pembangunan tersebut masih
pada tahap pertengahan , dimana masih terdapat masyarakat yang tidak
memiliki kesadaran untuk menggunakan air dan sabun ketika beraktivitas, hal
ini menandakan bahwa , masyarakat belum memiliki kesadaran tentang hal
itu. Ini menjadi tugas pemerintah untuk mendorong hal tersebut dan juga
kesadaran masyarakat dibutuhkan guna tercapainya tujuan pembangunan
berkelanjutan tahun 2030.

9
DAFTAR PUSTAKA

Said,Ali,dkk.2016. Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


(Sustainable Development Goals) di Indonesia.Indonesia : Badan
Pusat Statistik.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang perlu diketahui oleh pemerintah
daerah.Jakarta : UCLG ASPAC
Lembar Fakta SDGs. Tujuan Air Bersih dan Sanitasi Layak : Badan Pusat
Statistik.

10

Anda mungkin juga menyukai