Anda di halaman 1dari 2

Public Health melalui STBM untuk Pencapaian SDGs

SDGs 6
Ensure availability and sustainable management of
water and sanitation for all

Assalamualaikum Wr. Wb.


Kita harus menyadari bahwa air bersih dan sanitasi layak adalah kebutuhan dasar manusia.
Nah, hal tersebut merupakan salah satu poin dalam tujuan pembangunan berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDGs) pada sektor lingkungan hidup dengan memastikan
masyarakat mencapai akses universal air bersih dan sanitasi. Target menyerukan pada negara-
negara untuk "Mencapai universal akses dalam sektor air bersih dan sanitasi" yang diharapkan
dapat tercapai pada tahun 2030.
Masyarakat sekarang tidak selalu menyadari pentingnya kebersihan diri maupun lingkungan.
Praktek kebersihan yang ada seringkali tidak kondusif bagi kesehatan yang baik, dan jamban tidak
dipelihara atau digunakan dengan baik. Hal tersebut memicu tingginya angka kejadian diare,
penyakit kulit, penyakit usus dan penyakit-penyakit lain yang disebabkan karena kondisi air
(waterborn diseas) dan sanitasi di kalangan masyarakat di negara berkembang seperti tanah air
kita ini,
Menyadari hal tersebut akses terhadap air bersih dan sanitasi perlu kita tetapkan sebagai salah
satu sektor prioritas pembangunan nasional karena kita sadari pada kenyataanya didalam
kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan akses air bersih dan
fasilitas sanitasi layak mengingat air merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia dan air
dapat berperan sebagai media penularan penyakit. Akses yang buruk terhadap air bersih dan
kegagalan untuk mendorong perubahan perilaku khususnya di kalangan keluarga berpenghasilan
rendah dan penduduk di daerah kumuh juga memperburuk situasi air bersih dan sanitasi di
masyarakat. Ketersediaan air bersih yang semakin berkurang seiring meningkatnya populasi
penduduk, menimbulkan permasalahan akan kebutuhan air bersih. Akibatnya, beberapa daerah
terjadi kelangkaan air yang harus ditanggung oleh lebih dari 40 persen penduduk bumi. Kondisi
ini akan kian parah menjelang tahun 2025 karena 1,8 miliar orang akan tinggal di kawasan yang
mengalami kelangkaan air secara absolut. Kekurangan air telah berdampak negatif terhadap semua
sektor, termasuk kesehatan. Tanpa akses air minum yang higienis mengakibatkan 3.800 anak
meninggal tiap hari oleh penyakit.
Salah satu upaya untuk mencegah kematian akibat diare dan penyakit lain yang terkait dengan
permasalahan air bersih dan sanitasi ialah dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap air
bersih dan sanitasi dasar. Dalam pelaksanaannya pemerintah menjadi fasilitator, peranan
pemerintah sebagai fasilitator dalam proses pemberdayaan masyarakat bukan sebagai penyedia.
Pemerintah mendorong masyarakat dan memberi kesempatan kepada semua pihak untuk
melakukan inovasi dalam penyediaan air bersih maupun pelayanan air minum. Masyarakat yang
terlibat ikut aktif pada setiap program dalam meningkatkan sanitasi yang baik.
Menyadari kompleknya permasalahan dan akibat dari sanitasi yang buruk kita perlu turut aktif
dalam upaya preventif. Kebijakan Nasional untuk Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan
Berbasis Masyarakat memberi kerangka kerja yang memungkinkan. Kebijakan yang mengikuti
prinsip-prinsip permintaan, menggunakan pendekatan berbasis masyarakat, dan menekankan
prinsip-prinsip operasional , pemeliharaan dan pembiayaan yang berkesinambungan. Upaya yang
dapat dilakukan salah satunya dengan pendekatan, Pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) diterapkan untuk memicu terjadinya perubahan perilaku higiene dan sanitasi masyarakat
sehingga lima perilaku utama yang hendak diubah melalui pendekatan STBM atau yang dikenal
dengan istilah lima pilar STBM :
1. Tidak membuang air besar sembarangan,
2. Cuci tangan pakai sabun,
3. Mengelola air minum/makanan secara aman,
4. Mengelola limbah padat, dan
5. Mengelola limbah cair dengan benar.
Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan antara lain adalah pelatihan tentang 5 pilar STBM kepada
kader Posyandu; edukasi oleh kader terlatih kepada orangtua balita melalui kegiatan Posyandu,
penyediaan tempat cuci tangan. Pelaksanaannya memerlukan pendekatan pemasaran sosial yang
memobilisasi sejumlah besar penduduk dan meningkatkan permintaan fasilitas sanitasi yang lebih
baik. Dalam mewujudkannya diperlukan lembaga-lembaga pemerintahan dan sektor swasta untuk
meningkatkan sistem. Optimalisasi kualitas, kuantitas dan kesinambungan dalam sanitasi dan air
bersih memerlukan pengelolaan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Air bersih dan sanitasi layak berkontribusi pada penurunan kematian anak, peningkatan kesehatan
ibu dan pengendalian penyakit menular. Sebagai upaya preventif dalam pengelolaan air bersih dan
air minum hal-hal sederhana sebagai upaya pencegahan penyakit yang dapat kita lakukan,
mengingat air merupakan salah satu media penularan penyakit dengan :
1. Menghindarkan pencemaran air sumur sebagai air baku, biasanya pencemaran bersumber dari
keberadaan septic tank, oleh karena itu pembangunan jamban sehat yang sesuai dengan
persyaratan. Keberadaan kandang ternak, limbah cair yang belum diolah maupun limbah-
limbah lainnya juga perlu diperhatikan.
2. Untuk meningkatkan kualitas air minum, dengan merebus air sampai mendidih dan air matang
untuk menghilangkan bakteri patogen.
3. Membiasakan mandi, gosok gigi, dan mencuci tangan dengan menggunakan sabun yang
berfungsi sebagai desinfektan.
4. Melakukan intervensi kebijakan dan mendorong Pemerintah Daerah untuk meningkatkan
akuntabilitas serta mengeluarkan kebijakan yang berpihak terhadap kelestarian sumber daya air
5. Terakhir paling sederhana namun berdampak besar, yakni mulai hemat air, mengurangi
pencemaran air.
Betapa pentingnya perilaku hygiene sanitasi dan air bersih dalam mencegah penyakit, agar tetap
sehat AYO lakukan perubahan perilaku yang sehat karena perubahan tidak akan terjadi dengan
menunggu, kitalah yang ditunggu untuk merubah perilaku sehat. Terima kasih
ISNAN PRASETYA (101711123041)

Anda mungkin juga menyukai