BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolera masih menjadi ancaman masalah kesehatan masyrakat di beberapa negara di dunia,
terutama di daerah yang masih memiliki keadaan darurat kesehatan yang kompleks. KLB
kolera pada umumnya terjadi ketika pelayanan kesehatan air,sanitasi dan higiene (WASH)
tidak memadai atau terganggu sehingga peningkatan kasus kolera dan intensitas menjadi
meningkat1. Sistem pelayanan air, sanitasi dan higiene yang tidak memadai disuatu daerah
berhubungan dengan kemiskinan dan penyakit yang diakibatkan oleh sistem WASH yang
tidak memadai dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di suatu negara 2.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sanitasi dan air minum
terhadap terjadinya diare4. Intervensi terhadap kondisi sanitasi dapat menurunkan morbiditas
diare pada anak usia 6 sampai 23 bulan dan balita. Pemerintah Indonesia telah menerapkan
berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah sanitasi, pendekatan top down telah diterapkan
namun tidak memberikan hasil yang optimal karena tidak terlalu efektif dalam penyediaan
infrastruktur. Model evolusi berbasis masyarakat dipertimbangkan karena lebih optimal dalam
menurunkan insidensi kolera. Penyediaan sarana akses sanitasi dan penyediaan air bersih yang
layak menjadi faktor penting untuk menurunkan kejadian diare. Beberapa peneliti
mengusulkan kebijakan publik untuk mendukung investasi dan perbaikan akses sanitasi dan
ketersediaan air bersih di rumah tangga dan tempat umum. Maka dari itu rumusan masalah
dalam makalah ini yaitu bagaimana strategi pencegahan dan pengendalian kolera dengan
intervensi kualitas air, sanitasi dan intervensi kualitas air dalam penggunaannya di tingkat
rumah tangga dan masyarakat di Indonesia ?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui strategi pencegahan dan pengendalian kolera
dengan intervensi kualitas air minum, perbaikan sanitasi dan intervensi kualitas air di
tingkat rumah tangga dan masyarakat di Indonesia.
1.4 Manfaat
BAB II
STRATEGI PENGENDALIAN KOLERA DENGAN INTERVENSI AIR, SANITASI DAN KEBERSIHAN
DI TINGKAT RUMAH TANGGA DAN MASYARAKAT
Parameter dari kualitas air minum yang berhubungan dengan kesehatan manusia yaitu
perlu memenuhi persyaratan mikrobiologi seperti total coliform dan eschercia coli. Menurut
Riset Kesehatan Dasar 2010 bahwa persentase tertinggi fasilitas air bersih digunakan untuk
keperluan rumah tangga berasal dari air sumur gali (27,9%), sumur bor (24,7%), air ledeng
(14,2%) dan sumur dalam atau pompa air (14%) 5. Secara rasional, 90% kualitas air minum
secara fisik termasuk kategori baik namun masih banyak rumah tangga yang menggunakan
kualitas air minum yang buruk yang karakteristiknya berupa air keruh (6,9%), berwarna
(4%), beraroma (3,4%), berbusa (3,4%) dan berbau (2,7%). Kualitas air yang buruk
berpengaruh kepada kesehatan khususnya balita. Di tahun 2018 di provinsi jawa barat
depok pernah mengalami kejadian luar biasa diare yang disebabkan oleh kualitas air minum
yang buruk5.
Tujuan dari sistem pasokan air kota adalah untuk menyediakan air bersih yang cukup bagi
penduduk. Mengumpulkan sampel air di seluruh jaringan distribusi untu menilai apakah air
minum yang disuplai oleh pemerintah kota atau swasta memenuhi kriteria dari Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) untuk kelayakan minum. Teknologi deteksi patogen untuk memeriksa
air minum akan membantu merangsang diskusi yang lebih luas dan menjadi strategi jangka
panjang untuk mengatasi kontaminasi air minum secara luas. Dalam pelaksanaannya tidak
hanya dilakukan oleh otoritas pemerintah namun bisa dilaksanakan oleh organisasi non
pemerintah dapat bermitra dengan laboratorium yang kredibel untuk melakukan analisis
mikrobiologis6.
Peran potensial dari sektor swasta yaitu menjalankan inovasi dalam mengumpulkan air limbah,
baik air limbah abu-abu dan atau air limbah hitam yang mengandung tinja ,mengolahnya dan
mengembalikannya ke konsumen atau kota. Di daerah yang kekurangan air, air merupakan
sumber daya alam yang langka. Perusahaan swasta lebih baik untuk memaksimalkan efisiensi
dalam reklamasi air. Pemerintah kota, mungkin merasa lebih layak dan lebih murah untuk
membeli air yang direklamasi, daripada mencoba mengeksploitasi sumber-sumber air yang
baru6. Selain itu perlu adanya pemeriksaan berkala pipa air di rumah tangga dan pemeriksaan
terkait kebocoran pipa sehingga akses pelayanan air bersih rumah tangga dapat terjangkau
dengan baik.
Point of use klorinasi untuk air minum telah digunakan secara luas dan membutuhkan biaya
yang murah untuk desinfeksi air yang terkontaminasi bakteri dan bermanfaat untuk
mengurangi insidensi penyakit yang disebabkan oleh cemaran air di negara berpendapatan
rendah. Selain itu krolin memiliki keuntungan dalam mengurangi risiko kontaminasi ulang air
minum selama penyimpanan di rumah dan melalui residu klorin yang tersisa dari waktu ke
waktu. Salah satu penelitian RCT (Randomized Controlled Trial) di Dhaka, Bangladesh
menyebutkan bahwa penggunaan tablet sodium dichloroisocyanurate atau sodium
hypochlorite (NaOCl) dapat menginaktivasi vibrio cholera 105 colony forming unit (CFU/ml).
4. Memperbaiki akses dan fasilitas sanitasi dan mencegah paparan air dari feses.
3.1.2 Memperbaiki infrastruktur dan peningkatan sarana prasarana dalam program WASH di
level populasi dan rumah tangga dapat menurunkan insidensi kolera dan penyakit diare
yang disebabkan oleh mikroba lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. D’Mello-Guyett L, Gallandat K, Van den Bergh R, Taylor D, Bulit G, Legros D, et al. (2020)
Prevention and control of cholera with household and community water, sanitation and
hygiene (WASH) interventions: A scoping review of current international guidelines.
PLoS ONE 15(1): e0226549. https://doi.org/10.1371/journal. pone.0226549
2. Ferreira, D. C., Graziele, I., Marques, R. C., & Gonçalves, J. (2021). Investment in drinking
water and sanitation infrastructure and its impact on waterborne diseases
dissemination: The Brazilian case. Science of The Total Environment, 779, 146279.
https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2021.146279
3. Chowdhury, F., Ross, A. G., Islam, M. T., McMillan, N. A. J., & Qadri, F. (2022). Diagnosis,
Management, and Future Control of Cholera. Clinical Microbiology Reviews, 35(3).
https://doi.org/10.1128/cmr.00211-21
4. Wahyudi, A., & Patunru, A. A. (2019). Sanitation, Drinking Water Access And Diarrhea In
Indonesia. Russian Journal of Agricultural and Socio-Economic Sciences, 85(1), 142–152.
https://doi.org/10.18551/rjoas.2019-01.17
5. Septia Rini Rizki, Ema Hermawati, Ukik Agustina, & Febri Hardiyanti. (2020). Does
Drinking Water Sources, Knowledge and Hygiene Behavior of Mother Influence the
Quality of Drinking Water for Toddlers? Indian Journal Of Public Health Research and
Development, 11(7), 1449–1451.
6. Luby, S. P., Davis, J., Brown, R. R., Gorelick, S. M., & Wong, T. H. F. (2020). Broad
approaches to cholera control in Asia: Water, sanitation and handwashing. Vaccine, 38,
A110–A117. https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2019.07.084