Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGUASAAN PRIBADI DAN MODEL MENTAL DI RUANG

LINGKUP DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG

(Studi Kasus di Dinas Kesehatan Provinsi Lampung : Alternatif - Alternatif Dinas


Kesehatan Provinsi Lampung Untuk Meningkatkan Keterlibatan Rumah Sakit Dalam
Implementasi Rekam Medis Elektronik )

Dosen Pembimbing :

Dr. Ani Agus Puspawati, S.AP., M.AP

Anggota Kelompok :

1. Ellen Prathiwi (2328021003)


2. Esty Willyana Sari (2328021015)
3. M. Agung Prasetya Adnyana Yoga (2328021012)

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2023-2024
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dari Tuhan sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari dosen pembimbing mata kuliah yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca mengenai penguasaan pribadi dan model mental yang dapat diterapkan di tempat kerja
masing - masing, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 1 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar………………………………………………………………………i

Daftar Isi ……………………………………………………………………………ii

1. PENDAHULUAN……………………………………………………………….4

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………………4

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………5

1.3 Tujuan …………………………………………………………………………..7

1.4 Manfaat ………………………………………………………………………...8

II. TINJAUAN KONSEP TEORI …………………………………………………8

2.1. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Provinsi Lampung ……………………..15

2.2. Pembahasan…………………………………………………………………...16

III. PENUTUP……………………………………………………………………..21

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………21

3.2 Rekomendasi …………………………………………………………………21

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..22
BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman hingga masa kini, masa depan dunia kesehatan tak terlepas
dari teknologi digital. Demi untuk memajukan masyarakat Indonesia yang sehat dan kuat
Presiden Republik Indonesia memberikan mandat kepada Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia untuk melakukan transformasi sistem kesehatan di Indonesia. Kemenkes RI
melalui pilar ke 6 berkomitmen melakukan transformasi sistem kesehatan indonesia dengan
salah satu hal yang dilakukan adalah implementasi rekam medis elektronik di seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari tingkat pertama sampai tingkat lanjutan.

Kementerian Kesehatan menyebutkan rekam medis yaitu keterangan yang tertulis atau
terekam mengenai identitas, anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa dan
berbagai pelayanan serta tindakan medis yang diberikan kepada pasien yang melakukan
pengobatan baik rawat inap, rawat jalan maupun pelayanan gawat darurat. Berdasarkan
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis disebutkan bahwa rekam medis adalah
dokumen yang berisikan data identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Rekam medis kesehatan elektronik (RMKE) adalah salah satu bentuk penerapan teknologi
informasi dan komunikasi dalam sistem pelayanan kesehatan melalui komputerisasi data
pasien sedangkan rekam medis elektronik (RME) yaitu versi digital dari rekam medis
konvensional (berupa kertas) yang digunakan di fasilitas kesehatan. RMKE mencakup
rekam medis elektronik, rekam kesehatan elektronik dan rekam kesehatan pribadi. Di
Indonesia, telah mulai dicoba untuk menerapkan sistem rekam medis atau kesehatan
elektronik dalam praktik namun belum semua penyedia layanan kesehatan sudah
menerapkan sistem ini (Gunawan, T, S. 2020).

Implementasi RME bersifat mandatori diseluruh fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) dan
telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 24 tahun 2022 serta tertulis bahwa
semua RME yang dimiliki setiap fasyankes wajib terhubung dengan platform SATU
SEHAT dengan standar data dan sistem yang mengacu pada aturan yang telah diberlakukan
oleh Kementerian Kesehatan (Putri. 2023). Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Dirjen
Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/D/7093/2023 tentang Penyelenggaraan Rekam
Medis Elektronik yang Terinteroperabilitas dengan platform SATU SEHAT. Untuk
menerapkan RME terdapat beberapa tantangan diantaranya masalah terkait teknologi
informasi, infrastruktur dan fasilitas, budaya serta literasi digital tenaga kesehatan
(Wulansari. 2023) . Isu generation gap dan gagap teknologi menjadi hambatan dalam
pelaksanaan RME. Proses pendidikan sebelumnya tenaga medis sudah terbiasa dengan
rekam medis konvensional menggunakan kertas, jika terjadi perubahan budaya baru yaitu
penerapan RMKE hal tersebut perlu dipahami dan diterima oleh seluruh pihak yang terkait
dengan RMKE serta hal tersebut membutuhkan waktu untuk pelatihan dan penyesuaian
budaya (Gunawan, T, S. 2020).

Senge (1990) menyebutkan bahwa model mental yaitu suatu aktivitas perenungan,
mengklarifikasi terus menerus dan memperbaiki gambaran internal tentang dunia dan
melihat bagaimana hal tersebut membentuk tindakan dan keputusan selain itu model mental
terkait dengan suatu pembuatan peta atau model kerangka kerja dalam setiap individu untuk
melihat bagaimana melakukan pendekatan terhadap masalah yang dihadapi. Selain itu
penguasaan pribadi adalah disiplin yang mengklarifikasi dan memperdalam visi pribadi kita
secara berkala yang memfokuskan energi kita , mengembangkan kesabaran dan mampu
melihat realita secara objektif. Penguasaan yaitu memperoleh dominasi atas seseorang dan
sesuatu serta memiliki kecakapan tertentu. Seseorang yang memiliki tingkat penguasaan
yang baik mampu menyadari secara konsisten hasil yang terjadi secara mendalam bagi
dirinya. Penguasaan pribadi menjadi fondasi spiritual organisasi pembelajaran (Islamy,
2008).

Seorang Kepala Dinas Kesehatan Provinsi yang baik tentu saja mampu memotivasi kerja
anggotanya dan mampu menjalankan program kesehatan dengan efektif melalui kerjasama
antar tim. Mental model dan penguasaan diri sangat penting diterapkan dalam organisasi
atau instansi di bidang kesehatan seperti Dinas Kesehatan Provinsi. Tugas dan fungsi Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung di atur dalam peraturan Gubernur Lampung Nomor 59 Tahun
2019 salah satunya berperan dalam perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan
operasional di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit,
pelayanan kesehatan, program dan evaluasi pelaporan (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,
2019-2024). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, dari 81 jumlah
keseluruhan rumah sakit, menerapkan RME sebanyak 31 RS atau sebesar 38% dan
sebanyak 50 RS atau sebesar 62% belum menerapkan RME. Kemudian dari 31 rumah sakit
yang sudah menerapkan RME, baru 6 rumah sakit yang sudah terinteroperabilitas dengan
platform SATUSEHAT atau sebesar 19.35% sedangkan sisanya belum terinteroperabilitas
dengan platform SATUSEHAT. Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut maka
kelompok kami tertarik untuk mengangkat studi kasus terkait menemukan beberapa upaya
alternatif Dinas Kesehatan Provinsi Lampung untuk meningkatkan keterlibatan rumah sakit
dalam implementasi rekam medis elektronik dengan menggunakan pendekatan penguasaan
pribadi dan mental model.

1.2 Rumusan Masalah

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional mewajibkan Perangkat Daerah untuk menyusun suatu dokumen perencanaan
jangka menengah yang dituangkan dalam dokumen Rencana Strategis yang disingkat
Renstra (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2019 ). Sasaran strategis dalam Renstra salah
satunya untuk meningkatkan ketersediaan fasyankes dan pelayanan kesehatan yang bermutu
melalui digitalisasi rekam medis dan rekam medis online (Kementerian Kesehatan, 2020) .
Sedangkan pengimplementasian rekam medis elektronik di Rumah Sakit area Provinsi
Lampung masih cukup rendah.

Berdasarkan pemaparan di latar belakang mengenai rendahnya penggunaan rekam medis


elektronik di area kerja Rumah Sakit yang di Provinsi Lampung maka disusunlah suatu
rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah personal mastery (penguasaan pribadi) yang harus dimiliki seorang


pemimpin dan staf di Dinas Kesehatan Provinsi Lampung untuk mendorong atau
memotivasi agar seluruh Rumah Sakit di Provinsi Lampung menerapkan Rekam Medis
Elektronik ?
b. Bagaimanakah mental model seorang pemimpin dan staf di Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung untuk mendorong atau memotivasi agar seluruh Rumah Sakit di Provinsi
Lampung menerapkan Rekam Medis Elektronik ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan di capai sebagai berikut :

a. Mengetahui personal mastery (penguasaan pribadi) seorang pemimpin (Kepala Dinas


Kesehatan dan para staffnya) dalam mewujudkan visi misi untuk mendorong atau
memotivasi agar seluruh Rumah Sakit di Provinsi Lampung menerapkan Rekam Medis
Elektronik dalam pelayanan kesehatan.
b. Mengetahui mental model seorang pemimpin (Kepala Dinas Kesehatan dan para
staffnya) dalam mewujudkan visi misi untuk mendorong atau memotivasi agar seluruh
Rumah Sakit di Provinsi Lampung menerapkan Rekam Medis Elektronik dalam
pelayanan kesehatan.

1.4 Manfaat

Manfaat studi kasus ini meliputi manfaat teoritis dan praktis, yaitu :

a. Secara teoritis, makalah studi kasus ini diharapkan dapat berguna bagi kontribusi
pemikiran dan dapat menjadi salah satu referensi, khususnya mengenai penerapan mental
model dan personal mastery dalam mendorong dan memotivasi agar seluruh Rumah Sakit
di Provinsi Lampung dapat mengimplementasikan Rekam Medis Elektronik dalam
pelayanan kesehatan.
b. Secara praktis, makalah studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung khususnya mengenai penerapan mental model dan personal
mastery yang dapat bermanfaat untuk mendorong dan memotivasi agar seluruh Rumah
Sakit di Provinsi Lampung dapat mengimplementasikan Rekam Medis Elektronik dalam
pelayanan kesehatan.
BAB II

TINJAUAN KONSEP TEORI

2.1 Definisi Penguasaan Pribadi

Penguasaan pribadi adalah disiplin yang mengklarifikasi dan memperdalam visi pribadi kita
secara berkala yang memfokuskan energi kita , mengembangkan kesabaran dan mampu
melihat realita secara objektif. Penguasaan yaitu memperoleh dominasi atas seseorang dan
sesuatu serta memiliki kecakapan tertentu. Seseorang yang memiliki tingkat penguasaan
yang baik mampu menyadari secara konsisten hasil yang terjadi secara mendalam bagi
dirinya. Penguasaan pribadi menjadi fondasi spiritual organisasi pembelajaran (Islamy,
2008).

Senge (1990) menyebutkan penguasaan diri (personal mastery) untuk melatih


kedisiplinan,pengembangan diri dan belajar. Seseorang dengan level penguasaan diri yang
tinggi akan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan hidup yang ia inginkan.
Tekad dan disiplin penguasaan diri untuk selalu mencari dan belajar inilah yang
membangkitkan semangat untuk membangun organisasi pembelajar.

Terdapat dua gerakan mendasar di dalam penguasaan pribadi. Pertama, mengklarifikasi


berkala apa yang penting bagi kita. Kedua, belajar terus menerus bagaimana melihat realitas
saat ini dengan lebih objektif. Esensi penguasaan pribadi adalah belajar bagaimana
meningkatkan dan menjaga tensi kreatif dalam kehidupan kita.

2.2 Fungsi dari Penguasaan Pribadi

Penguasaan pribadi dapat mengubah pandangan kerja instrumental yang hanya mendasarkan
hubungan kontrak menjadi memiliki pemahaman yang mendalam terhadap pandangan kerja
sehingga sumber daya manusia di tempat kerja menjadi optimal. Bila organisasi atau
instansi memberdayakan individu di suatu lingkungan kerja atau instansi yang belum
memiliki pemahaman mengenai mental model dan visi bersama maka akan tercipta kondisi
stress dan beban manajemen yang sangat berat untuk menjaga koherensi dan arah.

2.3 Disipin Penguasaan Pribadi

Disiplin penguasaan pribadi mencakup tiga hal yaitu visi pribadi, tensi kreatif dan konflik
struktural.

a. Visi pribadi atau genuine caring berbeda dengan tujuan dan sasaran namun memiliki
keterakaitan dengan tujuan. Visi berasal dari dalam diri dan visi mengandung banyak
aspek seperti aspek pribadi, pelayanan dan materi. Dalam penguasaan pribadi, hal untuk
mengklarifikasi visi adalah aspek yang lebih mudah daripada menghadapi realita saat ini
dengan kata lain visi adalah sebuah pandangan atau wawasan dari seseorang maupun
organisasi yang dapat menimbulkan inspirasi dan mampu menghadapi tantangan untuk
mencapai tujuan bersama.
b. Tensi kreatif yaitu kesenjangan antara visi dengan realitas saat ini. Kesenjangan membuat
visi terlihat tidak realistis. Namun, kesenjangan dapat menjadi sumber energi positif
untuk seseorang bisa menuju visi yang dimilikinya. Kesenjangan dapat mengarah pada
perasaan atau emosi yang berkaitan dengan keresahan sehingga dapat menimbulkan
emotional tension. Bila seseorang gagal membedakan emotional tension dengan tensi
kreatif maka proses dalam mencapai visi akan tidak efektif. Dengan kemampuan dan
kesabaran, emotional tension dapat diatasi sehingga kita bisa mendekatkan realita saat ini
menuju visi. Penguasaan atas tensi kreatif mampu mengubah cara pandang dalam
memandang kegagalan dalam hal ketidakberhargaan dan ketidakberdayaan. Seseorang
dapat memanfaatkan peluang untuk belajar, menyusun strategi, mengevaluasi visi saat
dihadapkan dengan tensi kreatif. Kreatifitas seseorang sangat diperlukan saat dihadapkan
dengan kesenjangan agar mampu bekerja bersama rintangan.
c. Konflik Struktural

Konflik struktural berasal dari perasaan tak berdaya dan tak berharga yang menahan laju
realitas saat ini menuju pencapaian visi, dengan kata lain konflik struktural menjadi
faktor penghambat seseorang untuk mencapai visi yang diinginkan. Terdapat tiga strategi
yang digunakan dalam menghadapi konflik struktural antara lain membiarkan visi
tergerus, manipulasi konflik dan kekuatan keinginan (will power). Untuk mengatasi
konflik struktural diperlukan dua hal penting yaitu komitment terhadap kebenaran
(commitment to the truth) dan penggunaan bawah sadar (subconscious).

Jika konflik struktural berasal dari kepercayaan yang mendalam maka diperbaiki dengan
cara mengubah kepercayaan tersebut dengan subconscious seperti meditasi, fokus
terhadap hasil yang diinginkan serta komitmen kebenaran. Hubungan antara penguasaan
pribadi dengan berpikir sistem yaitu integrasi antara nalar dan intuisi, lalu terus menerus
melihat atau observasi keterikatan kita dengan dunia, mengembangkan perasaan dan
empati dan komitmen terhadap keseluruhan.

2.4 Karakter Penguasaan Diri

Senge (1990) mengatakan ketika penguasaan diri menjadi disiplin untuk diterapkan ke
dalam kehidupan sehari – hari, hal tersebut akan memberikan dua hal yang positif yaitu
pertama mengklarifikasi atau refleksi secara berkala apa yang menjadi prioritas dalam
kehidupan kita seperti contoh kita sering meluangkan waktu yang banyak untuk
menyelesaikan dan fokus kepada permasalahan yang kita miliki namun kita lupa di awal
untuk refleksi dan berfikir mengapa kita memilih di jalur tersebut. Kedua belajar secara
berkala dan memiliki kesadaran yang baik mengenai bagaimana kita melihat realita saat ini
dengan objektif dan jelas , apakah realita sesuai dengan visi yang kita inginkan atau tidak
dan bagaimana cara menggapai visi tersebut walaupun bertemu dengan hambatan.

Penguasaan diri adalah suatu proses yang berkembang sepanjang hidup, seseorang dengan
penguasaan diri yang baik memiliki beberapa karakteristik. Senge (1990) dalam Susatya,E
(2023) mendeskripsikan karakter dasar penguasaan diri sebagai berikut :

a. Confidence (percaya diri), seseorang yang percaya diri akan lebih mudah
mengeksploarasi potensi diri, menyampaikan gagasan di depan umum dan
mengoptimalisasi penampilan.

b. Current reality (realita saat ini), memodifikasi realita saat ini menjadi kawan bukan
lawan karena realita adalah titik awal perencanaan program dan dasar menghadapi
tantangan masa yang akan datang.
c. Menggunakan pembaharuan sebagai langkah dalam merencanakan masa yang akan
datang dan memanfaatkan pembaharuan sebagai kekuatan dan bukan untuk melawan
pembaharuan. Suatu kepastian adalah perubahan sedangkan pembaharuan yaitu hasil
dari perubahan.

d. memiliki komitmen, berarti melihat realita dengan objektif, ingin selalu belajar dan
tidak menganggap pencapaian saat ini adalah akhir dari kesuksesan. Komitmen adalah
unsur utama untuk menjaga konsistensi dan kebersamaan. Tidak melihat realita sebagai
kegagalan atau penghalang.

e. Memiliki proses kreatif sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kemampuan dan
keahlian sehingga menghasilkan outcome yang berkualitas. Proses kreatif memiliki
makna bahwa sukses adalah karena adanya proses kebersamaan.

f. Menyadari kekurangan, ketidakmampuan dan ketidaktahuan sehingga kita selalu


berusaha untuk belajar, berusaha untuk mencapai kesuksesan.

2.5 Definisi Model Mental

Model mental yaitu asumsi, generalisasi, gambaran atau imajinasi yang melekat dan
mempengaruhi bagaimana seseorang memahami dunia dan bagaimana seseorang bertindak.
Model mental berfungsi untuk membentuk bagaimana seseorang bertindak, mempengaruhi
cara pandang seseorang dan membantu untuk menempa berpikir sistem. Senge menyebutkan
bahwa model mental yaitu suatu aktivitas perenungan, terus menerus mengklarifikasikan,
dan memperbaiki gambaran-gambaran internal kita tentang dunia, dan memandang
bagaimana hal tersebut membentuk tindakan dan keputusan kita. Model mental terkait
dengan bagaimana seseorang berpikir secara mendalam tentang mengapa dan bagaimana
seseorang melakukan tindakan atau aktivitas dalam berorganisasi.

2.6 Solusi Mengatasi Model Mental Bersifat Tacit

Masalah yang sering ditemui dengan model mental bukan karena perspektif model mental
yang dimiliki benar atau tidak namun ketika model mental bersifat tacit. Untuk
mengatasinya yaitu model mental dimulai dengan membalik cermin ke dalam, lalu belajar
menggali gambar diri kita tentang dunia untuk membawanya ke permukaan dan lalu
menjaganya dengan cermat untuk diteliti. Selanjutnya, model mental mencakup kemampuan
untuk melaksanakan percakapan pembelajaran yang menyeimbangan pertanyaan (inquiry)
dan pembelaan (advocacy).

Untuk melakukan model mental maka perlu diselesaikan penyakit dasar hierarki yang
muncul dari dogma organisasi otoritarian tradisional yaitu managing, organizing dan
controlling, menjadi dogma dalam organisasi pembelajaran yaitu visi, nilai dan model
mental. Prinsip yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini yaitu keterbukaan dan
merit. Namun dua prinsip ini memiliki kesulitan yang berkaitan dengan defensive routine
yaitu kebiasaan yang kuat untuk melindungi diri kita dari penghinaan dan ancaman yang
datang karena mengungkapkan pendapat kita ) dan skilled incompetence adalah kemampuan
yang tinggi untuk melindungi diri sendiri dari sakit dan ancaman karena situasi
pembelajaran).

Untuk mengembangkan kemampuan organisasi untuk bekerja dengan model mental maka
diperlukan dua hal, yakni mempelajari keterampilan baru dan menerapkan inovasi
institusional. Keduanya dilakukan dengan mengangkat ke permukaan model mental dan
mengembangkan kemampuan pembelajaran tatap muka. Untuk itu, perlu dikembangkan
pengelolaan di dua tingkatan. Pertama, mengelola pada tingkatan organisasi secara
menyeluruh dengan dua strategi, yakni perencanaan sebagai pembelaiaran, dan Dewan
Internal. Kedua, mengelola pada tingkatan pribadi dan antar pribadi dengan meningkatkan
keterampilan refleksi dan pertanyaan. Keterampilan ini dapat ditingkatkan melalui cara :
leaps of abstraction atau lompatan abstraksi (ketika kita pindah dari observasi langsung
menuju generalisasi tanpa pengujian), Left hand column (suatu teknik untuk memulai
melihat bagaimana model mental berjalan dalam situasi khusus yang mengungkap cara kita
memanipulasi situasi untuk menghindari berurusan dengan bagaimana kita sesungguhnya
berpikir dan merasa sehingga mencegah situasi kontraproduktif berkembang),
menyeimbangkan pertanyaan dan pembelaan (saling bertanya dan menjawab sehingga
mencapai kesepahaman dan mengeksplisitkan pikiran yang tersembunyi), dan espoused
theory versus theory in use (mencapai kesamaan antara apa yang diucapkan dengan teori apa
yang sebenarnya berada di balik tindakan kita).
Hubungan antara model mental dengan berpikir sistem mencakup beberapa hal, yaitu
berpikir sistem tanpa model mental akan kehilangan kekuatannya. Model mental yang
berurat berakar akan menggagalkan perubahan yang berasal dari berpikir sistem. Berpikir
sistem sama pentingnya untuk bekerja bersama model mental secara efektif. Mempercepat
model mental membutuhkan struktur generik yang didasarkan pada pola dasar sistem.

2.7 Kerangka Teori

Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan, maka dapat digambarkan kerangka

analisis, seperti yang dapat dilihat di gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Analisis (Analysis Framework)

Penggunaan rekam medis konvensional berbasis kertas membutuhkan proses yang memakan
waktu dan memiliki risiko kehilangan data relatif tinggi dibandingkan dengan RME. Situasi
tantangan yang dialami oleh Dinas Kesehatan Provinsi Lampung sejalan dengan hasil dari
penelitian systematic review Wulansari et all (2023) yang membahas mengenai permasalahan
yang ditemukan dalam menerapkan RME di fasyankes. Menurut hasil penelitian, beberapa
masalah yang ditemukan yaitu terkait kesiapan layanan kesehatan dalam menerapkan rekam
medis elektronik yaitu kesiapan sumber daya manusia, dukungan manajemen, penyelesaian
resolusi konflik organisasi dan infrastruktur yang memadai harus ditingkatkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesiapan tenaga kesehatan untuk implementasi rekam medis elektronik
masih rendah.

Kesiapan tenaga kesehatan secara keseluruhan untuk implementasi rekam medis elektronik
masih rendah. Pengembangan kapasitas yang komprehensif sangat penting untuk meningkatkan
tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan komputer di antara petugas kesehatan melalui
lokakarya dan peningkatan dukungan dari kepemimpinan. Penelitian lainnya oleh Gunawan
(2020) menyebutkan bahwa di Indonesia, sudah mulai diterapkan sistem rekam medis atau
kesehatan elektronik dalam praktik. Namun belum semua penyedia layanan kesehatan
menerapkan sistem ini yang disebabkan oleh karena sosialisasi mengenai RME yang belum
merata dan adanya isu generation gap dan gagap teknologi karena petugas kesehatan sudah
terbiasa dengan rekam medis kertas. Sehingga memerlukan waktu untuk penyesuaian budaya
baru tersebut melalui pelatihan dan pemantauan. Pemimpin Rumah Sakit bertanggungjawab
untuk memotivasi setiap staf agar mengerti pentingnya sistem RMKE dan keuntungan yang bisa
dicapai dengan sistem ini. Perlu pengawasan untuk perjalanan sistem RMKE ini. Audit berkala
dilakukan untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan dan RMKE berjalan sebagaimana
mestinya.

Studi literature review lainnya menyebutkan bahwa tantangan dalam implementasi RME
dikategorikan menjadi empat aspek besar, yaitu legal, sumber daya manusia, insfrastruktur, dan
teknologi. Sosialisasi mengenai beberapa regulasi tersebut belum berjalan dengan optimal.
Hal ini terlihat dari masih adanya fasyankes yang belum membuat regulasi turunan
dari regulasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan belum adanya
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang dibuat dalam pelaksanaan RME di fasyankesnya
masing - masing. Dengan tidak adanya SPO atau modul pelaksanaan RME akan berdampak
pada implementasi sistem RME yang akan sulit untuk bisa berjalan dengan maksimal dan
proses adaptasi para pengguna (user) dari rekam medis manual ke dalam bentuk
elektronik pun menjadi butuh waktu yang lebih lama (Anzany, 2023).
BAB III

ANALISIS MASALAH DAN SOLUSI

A. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Provinsi Lampung

Perangkat daerah Dinas Kesehatan Provinsi Lampung berperan dalam peningkatan


kesejahteraan rakyat melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
diselenggarakan melalui urusan bidang kesehatan dalam rangka mewujudkan Tujuan
Pembangunan Kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentunkan oleh
kesenimbungan antara upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya -
upaya yang telah dilaksanakan periode sebelumnya (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,
2019).

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional mewajibkan Perangkat Daerah untuk menyusun suatu dokumen perencanaan
jangka menengah yang dituangkan dalam dokumen Rencana Strategis yang disingkat
Renstra(Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2019 ). Sasaran strategis dalam Renstra
salah satunya untuk meningkatkan ketersediaan fasyankes dan pelayanan kesehatan yang
bermutu melalui digitalisasi rekam medis dan rekam medis online (Kementerian
Kesehatan, 2020) .

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung memiliki visi “ Rakyat Lampung Berjaya “ dan Misi
“ Menjalankan Good Governance dalam pelayanan publik menuju Lampung sehat
berjaya “.Sehat modal utama menuju Lampung sehat berjaya adalah moto Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung . Beberapa janji atau maklumat pelayanan Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung diantaranya :

1. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) melalui upaya sosialisasi, fasilitasi,


dan sinergi program berbasis komunitas.
2. Memperkuat peran Puskesmas dan memperbaiki kualitas layanan Puskesmas
bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
3. Mendorong peningkatan kualitas pelayanan Rumah Sakit.

Penyelenggara pelayanan publik yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung


yaitu pelaksanaan pelayanan, pengelolaan pengaduan masyarakat, pengelolaan Informasi,
pengawasan internal, penyuluhan pada masyarakat, pelayanan konsultasi (Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung, 2016.

B. Pembahasan

Konsep Personal Mastery (Penguasaan Pribadi) dan Model Mental bila diterapkan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan staf dalam mendorong
pengimplementasian rekam medis elektronik di rumah sakit area Provinsi Lampung baik
secara struktur maupun fungsional, adapun konsep penguasaan pribadi dan model mental
sebagai berikut :

1. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)

Penguasaan pribadi masing – masing individu meliputi Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi dan staf sangat dibutuhkan untuk mewujudkan sebuah organisasi yang baik
dan kompeten dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Memiliki sikap yang
inovatif untuk kemajuan sebuah organisasi serta mengevaluasi setiap program yang
sedang berjalan dalam pengimplementasian rekam medis elektronik yang
direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan sudah sesuai dengan konsep personal
mastery yang digagas oleh Peter Senge dimana penguasaan pribadi adalah
pembelajaran yang berguna untuk mengembangkan kapasitas personal dalam suatu
organisasi untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan dan mendorong semua
anggota organisasi untuk mengembangkan diri untuk mencapai visi dan misi yang
telah ditetapkan bersama.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung sudah menerapkan kedisipilinan kepada


diri sendiri maupun staf. Selain itu Dinas Kesehatan juga berperan untuk
mengevaluasi dan mendukung program yang sedang berjalan dari Kemenkes terkait
program pengimplementasian RME di Rumah Sakit Provinsi Lampung. Kinerja nyata
tersebut diantaranya adalah melakukan penandatanganan komitmen untuk
mendukung penerapan RME yang terintegrasi SATU SEHAT oleh Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten/Kota pada kegiatan pertemuan sosialisasi implementasi
SATU SEHAT Use Case Pengiriman Data Covid 19 Tingkat Provinsi Lampung
Tahun 2023 yang dilaksanakan Auditorium Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.

Selain itu Dinas Kesehatan Provinsi Lampung membantu dalam pengembangan


SIMRS (Sistem Informasi Rumah Sakit ) yang digunakan sebagai pencatatan
pelayanan pasien di Rumah Sakit menjadi RME sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 24 Tahun 2022 dan secara otomatis terintegrasi kedalam aplikasi
SATU SEHAT. Dari hal tersebut sikap dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
sudah sesuai dengan janji atau maklumat pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung yaitu mendorong peningkatan kualitas pelayanan Rumah Sakit.

Penguasaan pribadi meliputi tiga disiplin antara lain visi pribadi, tensi kreatif dan
konflik struktural. Visi pribadi adalah cita – cita yang ingin dicapai dimana oleh
individu dan organisasi, visi pribadi berbeda dengan tujuan dan sasaran namun
memiliki keterikatan yang erat dengan tujuan. Tensi kreatif adalah kesenjangan antara
visi dan realita yang terjadi saat ini. Seseorang yang memiliki penguasaan atas tensi
kreatif mampu mengubah cara pandang seseorang mengenai kegagalan. Sehingga
seseorang atau organisasi mampu mengevaluasi dan menentukan strategi yang tepat
untuk mencapai visi nya. Sedangkan konflik struktural berasal dari perasaan yang tak
berdaya dan tak berharga yang menahan laju realitas saat ini menuju pencapaian visi.
Konflik struktural ini menarik kita mendekat dan menjauh dari apa yang kita inginkan
sehingga membatasi kemampuan kita untuk menciptakan apa yang benar - benar kita
inginkan. Untuk mengatasi konflik struktural maka diperlukan dua strategi yaitu
komitmen dan penggunaan bawah sadar (Islamy, 2008).

Berdasarkan studi kasus yang diangkat pada makalah ini maka berdasarkan tiga
disiplin mengenai pengendalian pribadi maka dapat disimpulkan Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung telah memiliki pengendalian yang baik mengenai tensi kreatif dan
sudah menerapkan dengan baik mengenai pengendalian pribadi untuk menuju visi
yang dituju.
a. Konflik struktural : Banyak diantara kita yang memegang teguh satu atau dua
penyangkalan yang membatasi kemampuan kita dalam menciptakan atau
menggapai tujuan yang kita inginkan dan sering terjadi ketidakberdayaan (Senge,
1990). Tantangan yang dihadapi fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)
meliputi kurangnya komitmen fasyankes untuk menerapkan RME, karena RME
membutuhkan komitmen yang kuat dari segi biaya, teknologi informasi dan
sumber daya manusia. Perubahan budaya rekam medis manual ke rekam medis
konvensional ke rekam medis elektronik yang dimana dalam pelaksanaan
implementasi RME akan ada tenaga kesehatan yang mendukung dan yang
menolak. Yang menolak menggunakan RME yaitu tenaga kesehatan yang rendah
dalam pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi (literasi digital rekam
medis elektronik) yang dikarenakan faktor usia. Selain itu kemajuan teknologi
informasi yang belum diikuti dan dimanfaatkan secara optimal oleh fasilitas
pelayanan kesehatan.

Dinkes Provinsi Lampung sudah memiliki dan menerapkan komitment terhadap


kebenaran (commitment to the truth) dan penggunaan bawah sadar (subconscious)
dengan memegang visi, misi dan janji atau maklumat yaitu untuk Mendorong
peningkatan kualitas pelayanan Rumah Sakit.

b. Tensi Kreatif : Kesenjangan antara visi dan realita saat ini yaitu dimana
pengimplentasian rekam medis elektronik di Rumah Sakit area kerja Provinsi
Lampung belum mencapai 100 %, namun berdasarkan identifikasi permasalahan
yang mendalam maka Dinas Kesehatan Provinsi Lampung memiliki rencana
solusi agar visi yang diinginkan dapat tercapai yaitu bekerja sama dengan
organisasi profesi rekam medis membuat workshop implementasi SIMGOS
(Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Generic Open Source) yang
merupakan aplikasi RME gratis dari Kemenkes, menyarankan Rumah Sakit yang
belum RME untuk melakukan studi banding seperti contoh ke Rumah Sakit di
area Bandar Lampung yang implementasi RME nya sudah berjalan dengan baik
dan mendorong Rumah Sakit untuk terus mengikuti kegiatan yang diadakan oleh
Kemenkes dalam rangka implementasi RME ke SATU SEHAT.
c. Visi : Target yang ingin dicapai oleh Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan
Kemenkes adalah agar seluruh rumah sakit di provinsi lampung mampu
melaksanakan RME yang sudah terintegrasi dengan SATU SEHAT untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung.

2. Model Mental

Sebagai pemimpin dalam lingkup Dinas Kesehatan Provinsi akan selalu


memperhatikan secara sistematis dan melihat dari berbagai aspek untuk setiap
pengambilan keputusan atau kebijakan. Hal tersebut sangat penting karena jika tidak
tepat dalam pengambilan keputusan maka dapat berdampak pada instansi terkait
(Dinas Kesehatan Provinsi dan Fasyankes lainnya). Pada ruang lingkup staf, dalam
melaksanakan pekerjaan maka tenaga kesehatan perlu mengikuti panduan atau sistem
standar operasional prosedur (SOP) serta dalam pengambilan keputusan tindakan yang
akan dilakukan harus tepat sesuai dengan realita yang ada tidak hanya melihat dengan
data kuantitatif saja namun juga memandang permasalah yang ada secara kualitatif.
Hal tersebut tentu tidak lepas dari kolaborasi dan koordinasi antar sejawat dan staf
yang terlibat dalam pelayanan sebagai contoh Dinas Kesehatan Provinsi dalam
melaksanakan peran dan fungsinya dalam meningkatkan pelayanan kesehatan akan
bekerja sama dengan pemerintah daerah, Kemenkes, Rumah Sakit, Puskesmas untuk
meningkatkan pengimplementasian RME oleh fasyankes. Dari hal tersebut maka sikap
dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan staf sudah sesuai dengan model
atau pola mental.

Dalam pelaksanaan model mental disarankan untuk menyelesaikan permasalahan yang


ada di dalam dogma organisasi yang meliputi managing, organizing dan controlling
sebelum menerapkan konsep model mental dalam suatu organisasi. Dalam studi kasus
ini untuk mendukung transformasi digital salah satunya di bidang Rekam Medis, maka
Kementerian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun
2022 tentang penyelenggaraan Rekam Medis Elektronik di fasyankes yang terintegrasi
SATU SEHAT dan dalam pelaksanaannya membutuhkan kerja sama dengan Dinas
Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Tujuan transformasi
digital tersebut untuk meningkatkan mutu data beserta kebijakannya serta
meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan menjadi lebih sederhana dan mudah
digunakan oleh masyarakat, meningkatkan efisiensi penggunaan rekam medis yang
mudah diakses, berkualitas dan lengkap (Kemenkes, 2023). Hal tersebut menunjukan
bahwa tidak ada suatu permasalahan yang terjadi di dalam dogma organisasi baik di
Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi karena memiliki tujuan yang
selaras untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dari pengimplementasian RME.

Untuk mengembangkan kemampuan organisasi untuk bekerja dengan menggunakan


konsep model mental maka diperlukan dua hal yaitu mempelajari keterampilan baru
dan menerapkan inovasi institusional (Islamy,2008). Inovasi institusional dan
keterampilan baru yang direncanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Lampung untuk
mencapai visi diantaranya mengajukan usulan dana APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah) agar dapat melakukan pertemuan terkait RME, bekerja sama dengan
organisasi profesi rekam medis untuk mengadakan workshop implementasi dan
pelatihan SIMGOS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Generic Open Source)
aplikasi RME gratis dari Kemenkes, menyarankan Rumah Sakit yang belum RME
untuk melakukan studi banding seperti contoh ke Rumah Sakit di area Bandar
Lampung yang implementasi RME nya sudah berjalan dengan baik dan mendorong
Rumah Sakit untuk terus mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Kemenkes dalam
rangka implementasi RME ke SATU SEHAT.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam implementasi RME ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kendala atau
tantangan yang dihadapi, terutama dari beberapa aspek seperti sumber daya manusia,
teknologi, dan informasi. Dukungan dari pemerintah, baik Kementerian Kesehatan
maupun kementerian/ lembaga terkait, sangat diperlukan untuk mewujudkan transformasi
digital sistem kesehatan di Indonesia dengan optimal.

Selain itu, sebuah institusi atau organisasi diharapkan mampu menerapkan konsep atau
pendekatan model mental dan penguasaan pribadi yang nantinya akan memiliki dampak
yang positif untuk mengoptimalkan dalam pelaksanaan evaluasi program
pengimplementasian rekam medis elektronik di Rumah Sakit area Provinsi Lampung,
mampu bekerja sama dengan instansi lain yang terkait, dan mampu menciptakan inovasi
atau strategi dari kesenjangan yang ada sehingga dapat mencapai target yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan oleh kami diantaranya adalah :

1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan staf mampu menerapkan konsep
penguasaan pribadi yang meliputi tiga disiplin yaitu konflik struktural, tensi kreatif dan
visi pribadi untuk meningkatkan pengimplementasian rekam medis elektronik di Rumah
Sakit area Provinsi Lampung
2. Kepala Dinas Kesehatan dan staf mampu mengembangkan konsep model mental dengan
mempelajari keterampilan baru dan menerapkan inovasi institusional untuk
meningkatkan pengimplementasian rekam medis elektronik di Rumah Sakit area Provinsi
Lampung.
3. Kepala Dinas Kesehatan dan staf diharapkan dapat menerima masukan saran dan kritik
yang membangun demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja di ruang lingkup
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.

DAFTAR PUSTAKA

1. Islamy,M, I. 2008. Knowledge Management. Jawa Timur, Indonesia. Penerbit Bayu


Media Publishing.

2. Peter, M. 1990. The Art and Practice of The Learning Organization. New York, USA.
Doubleday Dell Publishing Group.

3. Susatya. Kepemimpinan Pendidikan Personal Mastery. Yogyakarta. Program Pascasarjana


Universitas Ahmad Dahlan. https://eprints.uad.ac.id/39008/7/Personal%20Mastery.pdf. Diakses
27-08-2023.

4. Gunawan, T. S., & Christianto, G. M. (2020). Rekam Medis/Kesehatan Elektronik (RMKE):


Integrasi Sistem Kesehatan. Jurnal Etika Kedokteran Indonesia, 4(1), 27.
https://doi.org/10.26880/jeki.v4i1.43

5. Inda Wulansari, Cahya Tri Purnami, & Agung Budi Prasetijo. (2023). Tantangan dan
Dukungan Dalam Kesiapan Penerapan Rekam Medis Elektronik di Rumah Sakit . Jurnal
Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro, 22(1), 1–11.

6. Anzany Tania Dwi Putri. (2023). Challenges in implementing electronic medical record in
Indonesia healthcarefacilities. Jurnal Medika Hutama Anajemen PelayananKesehatan,
Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, 4(3), 1–9.

7. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2019. Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2019-2024 (Revisi). Pemerintah Daerah Provinsi
Lampung.

8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pokok - Pokok Renstra Kemenkes 2020-
2024. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
https://e-renggar.kemkes.go.id/file_performance/1-119014-2tahunan-870.pdf
9. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2016, March 22). Visi & Misi Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung . https://dinkes.lampungprov.go.id/visi-misi-
dinas-kesehatan-provinsi-lampung/

10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2023. Surat Edaran Nomor HK.
02/D/7093/2023Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis Elektronik Yang Terinteroperabilitas
Dengan Platform Satu Sehat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

11. Anzany Tania Dwi Putri. (2023). Challenges in implementing electronic medical record in
Indonesia healthcarefacilities. Jurnal Medika Hutama, 4(3), 1–9.

Anda mungkin juga menyukai