Proposal ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Latihan Kerja Peminatan (LKP)
pada Program Studi Kesehatan Masyarakat
Oleh :
Titik Prihartanti
NPM : 161106160447
Oleh
Nama : Titik Prihartanti
NPM : 161106160447
Nama Tanggal Tanda Tangan
Pembimbing Lapangan
Suherman, SE
NIP. 1977100920101210
Supervisor
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kemudahan dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan hasil Latihan Kerja Peminatan (LKP) yang telah dilaksanakan di RS
Paru Dr. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor dari tanggal 11 November 2019 sampai 4 Januari 2020.
Laporan Latihan Kerja Peminatan penulis ajukan sebagai bukti tertulis kegiatankegiatan yang telah penulis
laksanakan selama menjalani kegiatan Latihan Kerja Peminatan. Selain itu laporan ini diajukan untuk
memenuhi syarat penilaian mata kuliah LKP di semester tujuh. Laporan ini dapat dapat disusun dan selesai
pada waktunya tidak terlepas atas kerjasama serta dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis sangat
berterima kasih atas dukungan semua pihak yang telah mendukung kelancaran jalannya kegiatan Latihan
Kerja Peminatan. Melalui laporan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. H. Supriyanto, S.Pd., M.Kes selaku Dekan Fakutas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun.
2. Andreanda Nasution, S.KM., M.KM selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn
Khaldun Bogor
3. dr. Asri Masitha Arsyati, S.KM., M.KM selaku ketua program studi kesehatan masyarakat universitas ibn
khaldun Bogor
4. Ade Saputra Nasution S.KM, M.KES supervisor yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
masukan serta arahan dalam penulisan laporan ini
5. Suherman, S.E selaku pembimbing lapangan dari sub bagian mobilisasi dana Rumah Sakit Paru dr. M.
Goenawan Partowidigdo (RSPG) yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan serta arahan
dalam penulisan laporan ini
6. Semua staf Sub Bagian Mobilisasi Dana, Kasir serta Unit Penatausahaan Piutang Rumah Sakit Paru dr.
M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) yang telah memberikan informasi serta pengalaman yang sangat
berharga
7. Orangtua dan keluarga saya yang telah memberikan doa, semangat serta dukungan sehingga saya dapat
melaksanakan kegiatan LKP dengan lancar
8. Semua pihak yang turut serta membantu dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelengkapan dan
kesempurnaan hasil laporan Latihan Kerja Peminatan ini dikemudian hari. Harapan penulis semoga
laporan ini bermanfaat untuk semua pihak.
Bogor, 04 Januari 2020
Titik prihartanti
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Memperoleh wawasan tentang ruang lingkup dan kemampuan praktik yang
diperlukan oleh seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat
2. Mampu melihat dan melakukan sikap kerja yang professional di bidang Manajemen
Pelayanan Kesehatan (MPK)
3. Memperoleh keterampilan professional di bidang Manajemen Pelayanan Kesehatan
(MPK)
Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) Cisarua Bogor adalah unit
pelaksana teknis lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang bertanggung jawab
kepada Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan. Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
(RSPG) Cisarua Bogor terletak di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. RSPG memiliki luas lahan 69.661m2. Berawal dari sebuah Zending School dari Methodist
Episcopat Church of America yang didirikan pada tahun 1908, yang kemudian pada tahun 1914
dijadikan Rumah Sakit Zending (Zending Hospital Tjisaroea) oleh dokter pertamanya yaitu Dr. R. G.
Perkins. Di tahun 1922 seorang zendingsart dari Cina, dr. Cool menggantikannya lalu pada tahun
1927 memindahkannya ke Sumatera Utara. Pada tahun 1928 Rumah Sakit Zending (Zending
Hospital Tjisaroea) diambil oleh SCVT (Belanda) yang selanjutnya dijadikan Sanatorium Batoe
Songgoriti. Pergantian kepemimpinan terus terjadi diantaranya yaitu dr. Ito Purwosubroto (1931-
1934), dr. W. Th Van Goor (1934-1937), dr. Ma. Gooszen (1937), dr. Tjokropratiknyo (1937-1939),
dr. R. Ateng (1938-1940). Kemudian pada tanggal 15 Agustus 1938 dilakukan peletakan batu
pertama pembangunan serta tanggal 15 Nopember 1938 dilakukan pembukaan pertama Sanatorium
vor Lunlojders . Keberadaan dr. Mas Goenawan di Sanatorium Tjisaroea di mulai tahun 1040 ketika
beliau menjadi salah satu dokternya. Pada tahun 1950 kepeminpinan di sanatorium tjisaroea
diserahkan kepada dr. mas goenawan yang pada waktu itu dijabat oleh kapten hendriks dan
membentuk jawatan pemberantasan TBC. Pada tahun 1973 Sanatorium Tjisaroea selain melayani
pasien TBC juga menerima penderita kanker. Pada bulan Mei 1974 dr. Mas Goenawan
menghidupkan kembali kegiatan SCTV dan memberikan corak yayasan pada Sanatorium Tjisaroea.
Pada tahun 1978 berubah namanya menjadi RSTP (Rumah Sakit Tuberkulosa Paru-Paru)
yang merupakan rumah sakit khusus UPT direktorat jenderal pelayanan medic dengan tugas
menyelenggarakan pelayanan rujukan TB paru, serta menitikberatkan pada pengobatan dan
perawatan bagi penderita TBC berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
137/SK/MENKES/IV/78 tanggal 28 April 1978 tentang struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah
Sakit Tuberkulosa Paru-Paru. Tahun 1983-1986 RSTP Cisarua dipimpin oleh dr. Muhammad Soleh
yang kemudia digantikan oleh dr. H. Aminudin Nawas (1986-1990). Lalu dilanjutkan
kepeminpinannya oleh dr. H. Boedi Sadjarwa, Am yang mengembangkan program TB terpadu di
RSTP Cisarua. Sejak tanggal 28 januari 2000 RSTP di pimpin oleh dr. H. Yulino Amrie, Sp. P.,
DCTE, M.Kes., FCCP. Beliau merupaka dokter spesialis paru dan magister manajemen rumah sakit
yang mengembangkan poliklinik asma dan PPOK yang sebelumnya masih dilayani di poliklinik
paru. Selain itu juga pada masa kepemimpinan dr. H. Yulino Amrie, Sp.P dibangun infrastruktur
lainnya seperti pembangunan gedung VIP melati yang dulunya merupakan gedung perawatan kelas
III, gedung perawatan terate untuk kelas III dengan 2 lantai, gedung poliklinik (3 lantai), ruang
perawatan intensif (ICU) dengan kapasitas 2 tempat tidur, dan gedung administrasi. Alat medis serta
alat diagnosticpun dilengkapi sesuai dengan tuntutan dan perkembangan. Kemudian pada tahun 2004
berubah lagi namanya dari RSTP (Rumah Sakit Tuberkulosa Paru-Paru) menjadi Rumah Sakit Paru
(RSP) dengan nama Rumah Sakit Paru (RSP) Dr.M.Goenawan Partowidigdo berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 190/Menkes/SK/II/2004 tanggal 24 februari 2004 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Sakit Paru. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
251/Menkes/Per/III/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Paru Dr. M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor, RSPG mempunyai tugas menyelenggarakan
upaya penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan di bidang kesehatan paru secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya
peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan. Berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 226/KMK.05/2009 tanggal 17 Juni 2009 tentang Penetapan Rumah Sakit Paru
Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor Pada Departemen Kesehatan Sebagai Instansi
Pemerintah Yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, RSPG merupakan
instansi pemerintah yang menerapakan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dengan status
Badan Layanan Umum secara penuh (BLU penuh). Dan pada tanggal 18 Juni 2009 juga diterbitkan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 437/MenKes/SK/VI/2009 tentang peningkatan kelas
RSP dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua dengan klasifikasi rumah sakit khusus kelas A.
Berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan RI no. 1055/MenKes/SK/XI/2009 tanggal 13
november 2009, direktur rumah sakit dijabat oleh dr. Hj. Zubaedah T, Sp.P., MARS. Pembangunan
dan pengembangan Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor terus
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
2.2 Visi, Misi, Motto dan Tujuan RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
2.2.1 Visi RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
Menjadi Rumah Sakit Rujukan Penyakit Paru yang Berkualitas dengan
Unggulan Kanker Paru Tahun 2019
2.2.2 Misi RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paru dan upaya rujukan secara paripurna;
b. Melaksanakan kegiatan pelatihan dan pendidikan serta penelitian;
c. Pengembangan di bidang kesehatan paru secara terpadu dan berkesinambungan;
d. Menyelenggarakan tata kelola rumah sakit yang akuntabel, transparan, dan
responsibel.
2.2.3 Motto RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
“Kepuasan Anda Kebahagiaan Kami”
2.2.4 Tujuan RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
a. Terselenggarakan pengembangan pelayanan paru dan pendidikan kesehatan serta
pelayanan spesialistik
b. Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai kebutuhan
pengembangan pelayanan
c. Tersedianya sarana, prasarana dan peralatan kesehatan yang sesuai dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Terciptanya citra RSPG yang positif dan meningkatkan loyalitas pelanggan
e. Terselenggaranya tata kelola rumah sakit yang akuntable, transparan dan
responsible
f. Mewujudkan sistem penganggaran berbasis kebutuhan.
KA.
KA.SIE.PELAYANAN KA.SIE.PELAYANAN KA. SUB.BAG SUB.BAG
PENUNJANG MEDIK KEPERAWATAN RI RT &
PERB & AKUNTANSI
PERLENGK
I MEDIS
1 Dokter Spesialis 5 5
Paru
2 Dokter Spesialis 1 1
Radiologi
3 Dokter Spesialis 1 1
Anak
4 Dokter Spesialis 1 1
Patologi Klinik
5 Dokter Spesialis 1 1
Penyakit Dalam
6 Dokter Spesialis 1 1
Bedah Thoraks
7 Dokter Spesialis 1 1
Anestesi
8 Dokter Spesialis 1 1
Obgin
9 Dokter Spesialis 1 1
Kulit dan Kelamin
10 Dokter Spesilis 0 1 1
Bedah
11 Dokter Spesialis 1 1
Mikrobiologi Klinik
12 Dokter Gigi 4 4
13 Dokter Umum 16 1 2 19
SUB TOTAL 32 2 4 38
JUMLAH
II PERAWAT
1 S1 Keperawatan / 14 14
Nurse
2 D4 Kes Gigi 1 1
3 D4 Kebidanan 1 1
5 D3 Perawat 2 2
Anestesi
6 D3 Kebidanan 2 2
7 SPK 3 3
8 SPRG 1 1
II PENUNJANG
1 Apoteker 4 1 5
2 D3 Farmasi 10 2 12
3 SMF 3 3
4 S1 Kesehatan 8 8
Masyarakat
5 S1 Kesehatan 1 1
Lingkungan
6 D3 Kesehatan 1 1 2
Lingkungan
7 D4 Radiologi 1 1 2
8 D3 Radiologi 3 1 4
9 D3 Rekam Medis 7 2 9
10 D4 Gizi 1 1
11 D3 Gizi 5 2 7
12 SPAG 1 1
13 D3 Elektromedis 3 3
14 D3 Fisioterapis 2 1 3
15 D4 Analisis 1 1
Kesehatan
16 D3 Analisis 14 14
Kesehatan (AKK)
17 D1 Transfusi Darah 3 3
18 S1 Fisikawan Medis 1 1
SUB TOTAL 68 8 4 80
JUMLAH
II NON MEDIS
1 S2 Kesehatan 7 7
2 S1 Farmasi 1 1
3 S1 Komputer 3 1 1 5
4 D3 Komputer 1 3 4
5 S1 Ekonomi 9 3 12
6 D3 Ekonomi 4 3 7
7 S1 Hukum 1 1 2
8 S1 Umum 4 1 1 6
9 D3 Umum 2 2
10 D1 1 1
12 SMP 6 6
.
2.3 Sarana dan Prasarana Fisik di RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
Sarana dan prasarana fisik di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo antara
lain :
1. Lahan
Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo memiliki luas lahan tanah 67.847
m2 dan luas bangunan 27.127,48 m2.
2. Gedung
A. Gedung Pelayanan
1) Poliklinik, Diagnostic Centre, IGD Terpadu, OK dan ICU, Rehabilitasi Medik,
Gizi dan Farmasi.
2) Gedung Perawatan : VIP, Kelas (I, II, dan III), ICU, Perinatalogi dan Isolasij
B. Non Pelayanan :
1) Gedung Administrasi
2) Gedung Serba Guna
3) Mess atau pondokan :
a. Widuri
Berkapasitas 4 kamar dan 16 tempat tidur dengan dilengkapi: ruang
tengah, dapur, 2 buah kamar mandi, air panas untuk mandi, ruang keluarga,
televise, lemari es, pemanas air minum
b. Lemah Luhur
Berkapasitas 10 kamar dan 20 tempat tidur dengan kamar mandi di dalam.
c. Garuda
Berkapasitas 7 kamar dan 19 tempat tidur dengan dilengkapi: ruang
tengah, dapur, air panas untuk mandi, televise, lemari es, pemanas air minum
d. Guest House
Berkapasitas 2 kamar dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 tempat
tidur (total 4 tempat tidur) dengan dilengkapi ruang tengah, air panas untuk
mandi, Televisi, dapur
e. Sarana Olahraga
1. Lapangan Tenis
2. Lapangan Volley Ball
3. Tenis Meja
f. Rumah Dinas
g. Asrama Putri
h. Asrama Putra
3. Perlatan Medis
a. Peralatan dan perlengkapan ICU
b. Peralatan dan perlengkapan OK
c. Peralatan dan perlengkapan diagnostic centre (radiologi dan laboratorium)
d. Peralatan dan perlengkapan ruang perawatan
e. Peralatan dan perlengkapan fisioterapi
f. Peralatan dan perlengkapan CSSD
Kinerja
Sasara IK Bob Satuan 2018
n U ot Target Realis Nila Progno
asi i sa
A. Terwujudnya
peningkatan 1. Tingkat kepuasan 10 % 87% 75,13 8,64 9
kepuasan pelanggan %
stakeholders
B. Terwujudnya Status
2. Tingkat capaian
pelayanan 10 Sertifik Paripur Paripur 10 10
sertifikasi akreditasi
kesehatan yang asi na na
berkualitas
C. Terwujudnya 3. Tingkat capaian Level
inovasi layanan kegiatan pelayanan 8 capaia Level Level 8 8
unggulan terapi n 4 4
komplementer
4. Tingkat capaian 8 Level Level Level 6 8
pelayanan capaian 4 3
health tourism
D. Terwujudnya 5. Persentase
kerjasama yang pelaksanaan 7 % 97% 97,75 7 7
optimal dengan kerjasama dengan %
stakeholders stakeholders strategis
strategis 6. Tingkat capaian 8 Level Level Level 8 8
sebagai RS capaian 4 4
pendidikan
E. Terwujudnya 7. Tingkat kinerja BLU 9 Poin 80 83,45 9 9
Tatakelola
rumah sakit yang
baik
F. Terwujudnya 8. Persentase kredensial 6 % 90% 100% 6 6
kualitas SDM staf
dengan pendidikan medis dan
dan pelatihan keperawatan
9. Jumlah
instansi/institusi
pendidikan eksternal 5 Frekue 14 28 5 5
dan kegiatan nsi
pendidikan serta
pelatihan in house
training
karyawan RSPG
G. Terwujudnya 10. Persentase 5 % 100% 99,00 5 5
optimalisasi sarana pengelolaan %
prasaranauntuk BMN
meningkatkan 11. Persentase peralatan 5 % 95% 98,36 5 5
cakupan yang %
layanan penyakit memenuhi standar
paru
H. Terlaksananya
integrasi antara 12. Level IT yang 8 Level Standa Standa 8 8
SIM RS dengan terintegrasi IT r r
Sistem Informasi
Manajemen lainnya
I.Terwujudnya 13. Persentase 5 % 20% - 0 0
peningkatan peningkatan 22,52
pendapatan dan pendapatan BLU %
efisiensi biaya 14. Rasio Pendapatan
PNBP/BLU 6 % 60% 75,29 6 6
terhadap biaya %
operasional
T O T AL N 91,6 94
I L AI 4
201
N INDIKA BOB 8
TARG HAPER NIL PROGN
O TOR OT ET TW 3 AI OSA
1. RASIO KEUANGAN 19,00 18,00 16,30 17,50
a. Rasio Kas (Cash Ratio ) 2,00 1,50 325,25% 1,50 1,50
b. Rasio Lancar (Current Ratio ) 2,50 2,50 2368,41% 2,50 2,50
c. Periode Penagihan Piutang (Collection 2,00 2,00 38,80 Hari 1,50 2,00
Period )
d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset 2,00 2,00 21,56% 2,00 2,00
Turnover )
e. Imbalan atas Aset Tetap (Return On Fixed 2,00 2,00 4,92% 1,40 1,50
Asset )
f. Imbalan Equitas (Return On Equity ) 2,00 2,00 5,26% 1,40 1,50
g. Perputaran Persediaan (Inventory Turn 2,00 2,00 25,42 1,50 2,00
Over )
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya 2,50 2,50 75,29% 2,50 2,50
Operasional
i. Rasio Subsidi Biaya Pasien 2,00 1,50 5,68% 2,00 2,00
2. KEPATUHAN PENGELOLAAN 11,00 11,00 8,60 11,00
KEUANGAN BLU
a. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) 2,00 2,00 Tepat 2,00 2,00
Definitif Waktu
b. Laporan Keuangan SAK 2,00 2,00 Tepat 0,60 2,00
Waktu
c. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan 2,00 2,00 Tepat 1,00 2,00
Belanja Waktu
(SP3B) BLU
d. Tarif Layanan 1,00 1,00 Lengkap 1,00 1,00
e. Sistem Akuntansi 1,00 1,00 Ada 1,00 1,00
f. Persetujuan rekening 0,50 0,50 Ada 0,50 0,50
g. SOP Pengelolaan Kas 0,50 0,50 Ada 0,50 0,50
h. SOP Pengelolaan Piutang 0,50 0,50 Ada 0,50 0,50
i. SOP Pengelolaan Utang 0,50 0,50 Ada 0,50 0,50
j. SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,50 0,50 Ada 0,50 0,50
k. SOP Pengadaan Barang Inventaris 0,50 0,50 Ada 0,50 0,50
Jumlah Skor Kinerja Keuangan 30,00 29,00 24,90 28,50
Tabel 2.4 Capaian Indikator BLU Triwulan 3 Tahun 2018 (Mutu & Manfaat)
201
N INDIKA BOB 8
O TOR OT TAR HAPER NIL PROGN
GET TW 3 AI OSA
A. MUTU PELAYANAN 14,0 13,00 12,0 12,00
0 0
1 Emergency response time rate 2,00 2,00 00:01:19 2,00 2,00
2 Waktu tunggu Rawat Jalan 2,00 2,00 00:57:43 1,50 1,50
3 LOS 2,00 2,00 6,72 Hari 2,00 2,00
4 Kecepatan pelayanan resep obat jadi 2,00 1,00 00:32:37 0,50 0,50
5 Waktu tunggu sebelum operasi 2,00 2,00 0,72 Hari 2,00 2,00
6 Waktu tunggu hasil laboratorium 2,00 2,00 1:51:57 2,00 2,00
7 Waktu tunggu hasil Radiologi 2,00 2,00 0,64 Jam 2,00 2,00
B. MUTU KLINIK 12,0 11,75 11,0 12,00
0 0
1 Angka kematian di gawat darurat 2,00 2,00 0,48% 2,00 2,00
2 Angka kematian ≥ 48 Jam 2,00 2,00 0,56% 2,00 2,00
3 Post Operative Death Rate 2,00 2,00 2,09% 1,50 2,00
4 Angka infeksi nosokomial 4,00 3,75 4,00 4,00
a. Dekubitus 1,00 0,75 1,14% 1,00 1,00
b. Phlebitis 1,00 1,00 1,35% 1,00 1,00
c. Infeksi saluran Kemih 1,00 1,00 0,00% 1,00 1,00
d. Infeksi Luka Operasi 1,00 1,00 0,00% 1,00 1,00
5 Angka Kematian Ibu di Rumah Sakit 2,00 2,00 0,01% 1,50 2,00
C. KEPEDULIAN KEPADA 4,00 4,00 4,00 4,00
MASYARAKAT
Pembinaan kepada Puskesmas dan Ada
1 Sarana Kesehatan lainnya 1,00 1,00 program 1,00 1,00
dilaksana
kan
seluruhn
ya
Ada
2 Penyuluhan kesehatan 1,00 1,00 program 1,00 1,00
dilaksana
kan
seluruhn
ya
3 Rasio tempat tidur kelas 3 2,00 2,00 50,29% 2,00 2,00
D. KEPUASAN 2,00 1,78 2,00 1,75
PELANGGAN
1 Penanganan Pengaduan/Komplain 1,00 1,00 100,00% 1,00 1,00
2 Kepuasan Pelanggan 1,00 0,78 75,13% 1,00 0,75
E. KEPEDULIAN TERHADAP 3,00 2,60 2,80 2,80
LINGKUNGAN
1 Kebersihan Lingkungan (Program RS 2,00 2,00 9495 2,00 2,00
Berseri)
2 Proper Lingkungan 1,00 0,60 Hijau 0,80 0,80
TOTAL 35,0 33,13 31,8 32,55
(A+B+C) 0 0
201
N INDIKA BOB 8
O TOR OT TARGE HAPER PROGN
T TW 3 OSA
1 Kinerja Keuangan 30,00 29,00 24,90 28,50
2 Kinerja Pelayanan 35,00 30,50 26,75 29,50
3 Mutu dan Manfaat Bagi 35,00 33,13 31,80 32,55
Masyarakat
TOT 100,0 92,63 83,45 90,55
AL 0
HASIL KINERJA RUMAH BAIK BAIK BAIK
SAKIT ( AA ) ( AA ) ( AA )
Berdasarkan hasil total penjumlahan dari indikator - indikator
tersebut, maka Total Skor Self Assessment Pencapaian Kinerja Rumah
Sakit Paru Dr.
3. Kinerja Pelayanan
201
N JENIS PELAYANAN SATU 8
O AN Target Realisasi % Progno %
s.d sa
TW 3 2018
2018
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Poliklinik Spesialis Paru Kunjung 10.836 7.192 66,3 9.589 88,50
an 7
2 Poliklinik Spesialis Asthma Kunjung 600 124 20,6 165 27,56
an 7
3 Poliklinik Spesialis Bedah Kunjung 675 214 31,7 285 42,27
an 0
4 Poliklinik Spesialis Anak Kunjung 2.750 2.109 76,6 2.812 102,2
an 9 5
5 Poliklinik Spesialis Penyakit Kunjung 1.267 810 63,9 1.080 85,23
Dalam an 2
6 Poliklinik Spesialis Kebidanan Kunjung 825 417 50,5 556 67,39
an 5
7 Poliklinik Spesialis Kulit dan Kunjung 444 116 26,1 155 34,85
Kelamin an 4
8 Poliklinik Umum Kunjung 1.365 631 46,2 841 61,64
an 3
9 Poliklinik Gigi Kunjung 1.160 760 65,5 1.013 87,36
an 2
1 Instalasi Gawat Darurat Kunjung 5.697 5.171 90,7 6.895 121,0
0 an 6 2
1 Instalasi Bedah Sentral Tindaka 1.050 946 90,1 1.261 120,1
1 n 0 3
JUML LAYAN 26.669 18.490 69,3 24.653 92,44
AH AN 3
Realisasi Pelayanan Rawat Jalan untuk pasien non BPJS Tahun 2018
(sampai dengan triwulan 3) mencapai 18.490 atau 69,33%, dan
diprognosakan pada akhir tahun akan mencapai 24.653 atau 92,44%.
Beberapa poliklinik diprognosakan akan melebihi target yaitu poliklinik
anak, instalasi gawat darurat dan instalasi bedah sentral.
201
8
N JENIS SATU
Realisasi Progno
O PELAYANAN AN
Targe s.d TW % sa %
t 3 2018 2018
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Poliklinik Spesialis Paru Kunjun 25.284 18.593 73,5 24.791 98,05
gan 4
2 Poliklinik Spesialis Asthma Kunjun 900 75 8,33 100 11,11
gan
3 Poliklinik Spesialis Bedah Kunjun 1.575 506 32,1 675 42,84
gan 3
4 Poliklinik Spesialis Anak Kunjun 2.750 1.413 51,3 1.884 68,51
gan 8
5 Poliklinik Spesialis Penyakit Kunjun 4.493 1.944 43,2 2.592 57,69
Dalam gan 7
6 Poliklinik Spesialis Kunjun 675 220 32,5 293 43,46
Kebidanan gan 9
7 Poliklinik Spesialis Kulit dan Kunjun 190 39 20,5 52 27,34
Kelamin gan 0
8 Poliklinik Umum Kunjun 585 111 18,9 148 25,30
gan 7
9 Poliklinik Gigi Kunjun 290 62 21,3 83 28,51
gan 8
10 Instalasi Gawat Darurat Kunjun 13.294 7.621 57,3 10.161 76,44
gan 3
11 Instalasi Bedah Sentral Tindaka 2.450 1.986 81,0 2.648 108,0
n 6 8
JUML LAYA 52.486 32.570 62,0 43.427 82,74
AH NAN 5
201
N JENIS SATUA 8
O PELAYANAN N Targ Realisasi % Progno %
et s.d sa
TW 3 2018
2018
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Rawat Inap VIP Pasien 200 150 75,0 200 100,0
Masuk 0 0
2 Rawat Inap Kelas Pasien 410 256 62,4 341 83,25
I Masuk 4
3 Rawat Inap Kelas Pasien 200 169 84,5 225 112,6
II Masuk 0 7
4 Rawat Inap Kelas Pasien 450 319 70,8 425 94,52
III Masuk 9
JUML Pasien 1.260 894 70,9 1.192 94,60
AH Masuk 5
201
8
N JENIS SATUA Realisasi Progno
O PELAYANAN N Targ s.d TW 3 % sa %
et 2018 2018
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Rawat Inap Kasu 775 487 62,8 649 83,78
Kelas I s 4
- SL I Kasu 300 204 68,0 272 90,67
s 0
- SL II Kasu 300 164 54,6 219 72,89
s 7
- SL III Kasu 175 119 68,0 159 90,67
s 0
2 Rawat Inap Kasu 900 615 68,3 820 91,11
Kelas II s 3
- SL I Kasu 350 258 73,7 344 98,29
s 1
- SL II Kasu 400 259 64,7 345 86,33
s 5
- SL III Kasu 150 98 65,3 131 87,11
s 3
3 Rawat Inap Kasu 3.800 2.684 70,6 3.579 94,18
Kelas III s 3
- SL I Kasu 1.200 885 73,7 1.180 98,33
s 5
- SL II Kasu 1.600 1.178 73,6 1.571 98,17
s 3
- SL III Kasu 1.000 621 62,1 828 82,80
s 0
JUML Kasu 5.400 3.786 70,1 5.048 93,48
AH s 1
- SL I Kasu 1.850 1.347 72,8 1.796 97,08
s 1
- SL II Kasu 2.300 1.601 69,6 2.135 92,81
s 1
- SL III Kasu 1.250 838 67,0 1.117 89,39
s 4
Tabel 2.9 Capaian Kinerja Pelayanan Rawat InapTriwulan 3 Tahun
2018 (Pasien BPJS)
Pelayanan rawat inap untuk pasien BPJS diprognosakan pada semua
kelas dan pada semua tingkatan (severity level) tidak akan mencapai target.
Hal tersebut sebagai dampak dari menurunnya kunjungan pasien BPJS di
rawat jalan dan IGD sebagai dampak pemberlakuan sistem rujukan
berjenjang dalam pelayanan pasien BPJS.
201
N JENIS SATU 8
O PELAYANA AN Targ Realisasi % Progn %
N et s.d osa
TW 3 2018
2018
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Instalasi Resep 235.8 168.965 71,66 225.28 95,54
Farmasi 00 7
2 Instalasi Gizi Konsulta 534 402 75,28 536 100,3
si 7
3 Instalasi Pemeriks 33.806 32.469 96,05 43.292 128,0
Laboratorium aan 6
4 Instalasi Pemeriks 7.107 5.567 78,33 7.423 104,4
Radiologi aan 4
5 Instalasi Tindakan 4.020 1.645 40,92 2.193 54,56
Fisiotherapy
JUM LAYAN 281.2 209.048 74,32 278.73 99,10
LAH AN 67 1
Pada pelayanan penunjang untuk pasien non BPJS pada tahun 2018
sampai dengan triwulan 3 mencapai 74,32% dan diprognosakan pada tahun
2018 akan mencapai 99,10%. Untuk tindakan fisioterapi diprognosakan jauh
dibawah target, hanya sekitar 54,56%.
Tabel 2.11 Capaian Kinerja Pelayanan Penunjang Triwulan Tahun 2018
2018
Realisasi Progn
N JENIS SATUA
Targ s.d TW % osa %
O PELAYANA N
et 3 2018 2018
N
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Instalasi Resep 550.19 337.310 61,3 449.74 81,74
Farmasi 9 1 7
2 Instalasi Gizi Konsulta 1.911 1.356 70,9 1.808 94,61
si 6
3 Instalasi Pemeriks 101.41 71.641 70,6 95.521 94,19
Laboratorium aan 6 4
4 Instalasi Pemeriks 11.807 8.876 75,1 11.835 100,2
Radiologi aan 8 3
5 Instalasi Tindakan 8.500 4.885 57,4 6.513 76,63
Fisiotherapy 7
JUM LAYAN 673.83 424.068 62,9 565.42 83,91
LAH AN 3 3 4
Realisasi Pelayanan Penunjang untuk pasien BPJS sampai dengan triwulan 3 tahun
2018 mencapai 424.068 (62,93%) dari target 673.833. Prognosa capaian
pada tahun 2018 ini sebesar 565.424 atau 83,91%. Pada tahun 2018 secara keseluruhan tidak
mencapai target karena dampak dari kunjungan di rawat jalan, IGD dan rawat inap.
REALISASI
NO UNIT TARGET % PROGNOSA %
TW 3
(Rp) 2018
(Rp)
1 Rawat 55.539.862.0 30.315.093.706 54,5 49.148.715.92 88,49%
Inap 00 8 7
2 Rawat 21.923.614.0 13.973.978.699 63,7 12.508.414.81 57,05%
Jalan 00 4 5
3 Lainnya 1.815.724.00 1.777.740.621 97,9 2.351.557.756 129,51
0 1 %
TOTAL 79.279.200.0 46.066.813.026 58,1 64.008.688.49 80,74%
00 1 8
3.2.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo
Cisarua Bogor dalam mencapai visi dan misi adalah sebagai berikut:
1. Terselenggaranya pengembangan pelayanan paru dan pendidikan kesehatan serrta pelayanan spesialistik
lainnya
2. Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai kebutuhan pengembangan pelayanan
3. Tersedianya sarana, prasarana dan peralatan kesehatan yang sesuai dengan pengembangan pelayanan
4. Terciptanya citra Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo yang positif dan meningkatnya
loyalitas pelanggan 5. Terselenggaranya tata kelola rumah sakit yang akuntabel, transparan, dan
responsible.
Direktur Utama
Kepala Bagian
Keuangan
Ka Sub Bagian
Mobiisasi Dana
Tabel 13. Standar Operasional Prosedur (SOP) Sub Bagian Mobilisasi Dana
Jaminan
2 Prosedur Pembuatan
Rekapitulasi Penerimaan PT/1324/RSPG 22 Agustus 2016 Terlampir
Harian
3 Prosedur Pergantian Shift PT/KSR/16/RSP -
Terlampir
Petugas Kasir Terpadu G
4 Prosedur Penerimaan
Pembayaran Dari Pasien PT/1323/RSPG 22 Agustus 2016 Terlampir
Tunai
5 Prosedur Penyetotan
Penerimaan
6 Prosedur Penyetoran
PT/1326/RSPG 22 Agustus 2016 Terlampir
Bendahara Penerima Ke
Bank
7 Prosedur Pemilihan Bank
Mitra Dalam PT/1318/RSPG 18 Juli 2016 Terlampir
Penyimpanan Deposito
8 Prosedur Pembukaan
PT/1315/RSPG 18 Juli 2016 Terlampir
Rekening Deposito
9 Prosedur Pembukuan
PT/1316/RSPG 18 Juli 2016 Terlampir
Rekening Deposito
10 Prosedur Penarikan
PT/1317/RSPG 18 Juli 2016 Terlampir
Deposito
11 Prosedur Permohonan
Ijin Pembukaan Rekening PT/1314/RSPG 18 Juli 2016 Terlampir
Deposito
12 Penilaian Eberhasilan
PT/1341/RSPG 17 Oktober 2016 Terlampir
Penagihan Piutang JKN
13 Pengelolaan Revisi
PT/1339/RSPG 17 Oktober 2016 Terlampir
Tagihan Piutang JKN
14 Prosedur Penagihan
PT/1338/RSPG 17 Oktober 2016 Terlampir
Piutang Pasien JKN
15 Monitoring Dan Evaluasi
(Monev) Penagihan PT/1340/RSPG 17 Oktober 2016 Terlampir
Partowidigdo
Ms. Excel
b. Melakukan entry data billing rawat jalan pasien jaminan dari aplikasi SIMRS ke Ms. Excel
c. Mengarsipkan billing
d. Merekap laporan dana yang dibagi berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan dalam bentuk
data siap baca
3. Kasir
a. Membuat administrasi pembayaran pasien rawat jalan, rawat inap, IGD dan
Farmasi
b. Menerima uang/pembayaran pasien rawat jalan, rawat inap, IGD dan Farmasi
d. Melakukan penyetoran penerimaan harian tunai dari penerimaan rawat jalan, rawat inap,
IGD dan farmasi kepada bendahara penerimaan
4. Penatausahaan Piutang
a. Mengelola proses penagihan klaim pasien jaminan
2. Mempelajari alur Mobilisasi Dana Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
5. Mempelajari cara input billing pelayanan kesehatan pasien di Kasir Rawat Inap menggunakan
aplikasi SIMRS
6. Mempelajari cara input tarif menggunakan aplikasi INA-CBG’s di Kasir Rawat Inap
7. Mempelajari cara menginput data rincian penerimaan kasir rawat inap dan rawat jalan dari aplikasi
SIMRS ke Ms. Excel
8. Menginput data rincian penerimaan kasir rawat inap dari aplikasi SIMRS ke Ms. Excel
9. Menyiapkan & mengarsipkan berkas yang akan diajukan dalam penagihan klaim kepada perusahaan
jaminan, diantaranya:
Gambar 3. Hubungan Kerja Sub Bagian Mobilisasi Dana dengan Unit Lain
Administrasi
Sub Bagian
Pasien Mobilisasi Dana
Hubungan kerja Sub Bagian Mobilisasi Dana dengan Instalasi Administrasi Pasien yaitu dalam
hal koordinasi terkait pelaksanaan penagihan klaim pasien jaminan. Koordinasi ini mencakup proses
dan informasi apabila terdapat berkas yang pending atau dikembalikan sehingga Sub Bagian Mobilisasi
Dana mengetahui penyebab penagihan klaim yang dibayarkan belum sesuai dengan klaim yang
ditagihkan. Instalasi administrasi pasien juga menyiapkan berkas yang harus dilampirkan dari setiap
pasien jaminan kesehatan untuk penagihan klaim yang akan ditagihkan oleh unit penatausahaan
piutang.
BAB IV
Notoatmodjo (2011) mendefinisikan masalah sebagai suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya
dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang
seharusnya ada atau terjadi antara harapan dan kenyataan.
Menurut Sugiyono (2009) masalah diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan
apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana
dengan pelaksana.
Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk
diteliti diungkapkan oleh Notoatmodjo (2011), meliputi:
“Baru” dalam hal ini adalah masalah tersebut belum pernah diungkap atau diteliti oleh orang lain
dan topik masih hangat di masyarakat, sehingga agar tidak siasia usaha yang dilakukan, sebelum menentukan
masalah, peneliti harus banyak membaca dari jurnal-jurnal penelitian maupun media elektronik tentang
penelitian terkini. 2. Aktual
Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di masyarakat. Maka sebelumnya
peneliti tersebut harus melakukan survey dan memang menemukan masalah tersebut.
3. Praktis
Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil penelitian harus
bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan atau penghamburan sumber daya tanpa
manfaat praktis yang bermakna.
4. Memadai
Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu
sempit. Masalah yang terlalu luas akan memberikan hasil yang kurang jelas dan menghamburkan sumber
daya, sebaliknya masalah penelitian yang terlalu sempit akan memberikan hasil yang kurang berbobot.
Dengan beberapa pertimbangan tersebut, diharapkan akan dapat dirumuskan masalah penelitian yang
layak dan relevan, sehingga masalah penelitian memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun aplikatif.
A. Pendekatan Formal
Biasanya, suatu laporan penelitian pada bab terakhir memuat kesimpulan dan saran. Saran
(rekomendasi) umumnya menunjukan kemungkinan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang
berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan. b) Metode Analog
Metode ini menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian pada bidang
tertentu untuk menentukan masalah penelitian pada bidang yang lain yang terkait.
c) Metode Renovasi
Masalah penelitian ditentukan dengan cara memperbaiki atau
meningkatkan suatu teori atau metode yang kurang relevan dengan komponen teori atau metode lain
yang lebih efektif.
d) Metode Dialektis
Dalam hal ini berarti tandingan atau sanggahan. Dengan cara dialektik, masalah penelitian
yang diusulkan untuk pengembangan terhadap teori atau metode yang sudah ada.
e) Metode Ekstrapolasi
Cara untuk menemukan permasalahan dengan membuat tren (trend suatu teori atau tren
permasalah yang dihadapi).
f) Metode Morfologi
Suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam
suatu permasalahan yang rumit atau kompleks.
g) Metode Dekomposisi
Membagi masalah ke dalam elemen-elemen yang lebih spesifik.
h) Metode Agregasi
Merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi, peneliti dapat mengambil hasil-
hasil penelitian atau teori dari beberapa bidang (beberapa penelitian) dan mengumpulkannya untuk
membentuk suatu permasalahan yang lebih rumit, kompleks.
B. Pendekatan Informal
Cara-cara informal (subyektif) dalam rangka menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan
alternatif-alternatif berikut ini: a) Konjektur (naluriah)
Seringkali permasalahan dapat ditemukan secara konjektur (naluriah), tanpa dasar-dasar yang
jelas. Bila kemudian dasar-dasar atau latar belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian
dapat diteruskan secara alamiah. Perlu dimengerti bahwa naluri merupakan fakta apresiasi individu
terhadap lingkungannya. Naluri merupakan alat yang berguna dalam penemuan masalah.
b) Metode Fenomenologi
Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan fenomena
(kejadian/perkembangan) yang dapat diamati.
c) Metode Konsensus
Merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan.
d) Metode Pengalaman
Didasarkan pengalaman perusahaan atau orang-orang dalam perusahaan.
Untuk menemukan masalah yang akan diteliti, penulis menggunakan pendekatan informal yaitu dengan
metode fenomenologi. Metode fenomenologi merupakan metode penemuan masalah berdasarkan observasi
terhadap fakta atau suatu kejadian. Dengan metode ini peneliti dapat mencari dan mengamati langsung
masalah yang akan diteliti selama melakukan penelitian (Djunaedi, 2002). Selain dengan menggunakan metode
fenomenologi, penulis juga menggunakan metode wawancara tidak terstruktur untuk menanyakan terkait
pencarian penyebab dan alternatif pemecahan masalah tersebut.
Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua yaitu “human error”, maka penjabaran dari masalah tersebut
dengan mencakup 5W+1H: ( What, Who, Where, When, Why dan How). Dengan menjabarkan keenam komponen
tersebut, maka akan memudahkan untuk memahami masalah yang terjadi dan mendapatkan informasi secara
mendalam serta menetapkan langkah terbaik dalam penyelesaian masalah yang menjadi prioritas utama. Uraian
masalah tersebut antara lain:
Tabel 16. Penjabaran Masalah
3. (Where) Masalah ini ditemukan di kasir rawat jalan Rumah Sakit Paru Dr.
Dimana masalah M. Goenawan
tersebut terjadi Partowidigdo
4. (When) Kapan Masalah ini ditemukan pada tahun 2019
masalah tersebut
ditemukan
Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan masalah dikarenakan
dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan karena itu tidak mungkin
menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya,
dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan (Azwar, 1996).
Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk menetapkan prioritas masalah baik
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif sebagai berikut.
A. Metode Kuantitatif
1. Metode Delphi
2. Metode Diskusi atau Brainstorming Technique
3. Metode Brainwriting
Dalam mengidentifikasi masalah, ada beberapa hasil yang perlu diperhatikan seperti kemampuan
sumberdaya manusia, tenaga, teknologi, dan lain-lain. Untuk itu, dilakukan penilaian prioritas masalah dari
yang paling mendesak hingga tidak terlalu mendesak. Dalam menentukan prioritas masalah penulis
menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique). Nilai skor
antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap kriteria yang sesuai. Prioritas masalah adalah
yang jumlah nilainya paling besar.
Kriteria yang dipergunakan dalam Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique) ini banyak
macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:
Adapun skala penilaian atau skoring terhadap kriteria yang digunakan untuk setiap masalah tersebut
adalah 1-5 seperti berikut ini:
1) Importancy (I)
Prevalency (P)
Nilai Keterangan
1 Masalah tidak pernah ditemukan
2 Masalah pernah ditemukan
3 Masalah cukup sering ditemukan
4 Masalah sering ditemukan
5 Masalah sangat sering ditemukan
Severity (S)
Nilai Keterangan
1 Akibat dari masalah tidak serius
2 Akibat dari masalah terkadang serius
3 Akibat dari masalah cukup serius
4 Akibat dari masalah serius
5 Akibat dari masalah sangat serius
Rate of increase (RI)
Nilai Keterangan
1 Peningkatan masalah sangat lambat
2 Peningkatan masalah lambat
3 Peningkatan masalah cukup cepat
4 Peningkatan masalah cepat
5 Peningkatan masalah sangat cepat
Setelah diberi, skor masing-masing kriteria masalah dihitung nilai skor akhirnya dengan mengkalikan
skor masing-masing kriteria masalah dengan rumus berikut :
I = P x S x RI ∑ = I x TF x RA
Perkalian ini dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir antara masalah menjadi sangat kontras, sehingga
terhindar keraguan manakala perbedaan skor tersebut terlalu tipis.
Berdasarkan penentapan prioritas masalah dengan menggunakan Teknik Kriteria Matriks (Criteria
Matrix Technique) dari beberapa masalah yang ada di sub bangian mobilisasi dana Rumah Sakit Paru dr. M.
Goenawan Partowidigdo adalah sebagai berikut:
2 Human error 3 3 3 3 3 2 1
4
3
3 SDM yang kurang 2 2 3 3 3 2
1
2
6
4 Sarana dan prasarana yang kurang 1 2 3 3 3 4
5
4
Berdasarkan tabel penetapan prioritas masalah di atas, diketahui masalah yang paling diprioritaskan
adalah masalah nomer 2 yaitu “Human error ” dengan memperoleh skor penilaian tertinggi yaitu 243 poin.
Pada kriteria importancy berdasarkan ukuran prevalency (P) diberi skor 3 karena masalah human error dalam
penggunaan SIMRS rumah sakit ini pernah terjadi pada beberap atahun kebelakangan. Pada ukuran severity (S)
diberi skor 3 karena akibat dari masalah ini cukup serius yaitu double billing dan waktu lamanya pasien di ruang
tunggu yang berpengaruh dalam besaran penerimaan atau pemasukan pendapatan rumah sakit . Pada ukuran
rate of increase (RI) diberi skor 3 karena peningkatan masalah dinilai cukup cepat, dengan diketahuinya
kejadian human error di kasir rawat jalan mapun inap pada satu tahun kebelakangan ini dibandingkan dengan
tahun tahun sebelumnya. Sedangkan pada kriteria technical feasilibity (TF) diberi skor 3 karena teknologi yang
dimiliki RSPG sudah cukup. Dan pada kriteria resource availability (RA) diberi skor 3 karena sarana dan tenaga di
Rumah Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo sudah tersedia dengan cukup .
Berdasarkan tabel penetapan prioritas masalah di atas, diketahui masalah kedua adalah masalah
nomer 3 yaitu “SDM yang kurang” dengan memperoleh skor penilaian 126 poin. Pada kriteria importancy
berdasarkan ukuran prevalency (P) diberi skor 2 karena masalah tersebut pernah ditemukan di kasir rawat
inap, farmasi ataupun igd. Pada ukuran severity (S) diberi skor 2 karena akibat dari masalah ini terkadang serius
yaitu saat banyak pasien sedangkan kasir rawat jalan hanya satu orang sehingga waktu tunggu pasien semakin
lama . Pada ukuran rate of increase (RI) diberi skor 3 karena peningkatan masalah dinilai cukup cepat, dengan
diketahuinya kejadian sdm yang kurang di kasir rawat jalan maupun inap pada satu tahun kebelakangan ini.
Sedangkan pada kriteria technical feasilibity (TF) diberi skor 3 karena teknologi yang dimiliki RSPG sudah cukup.
Dan pada kriteria resource availability (RA) diberi skor 3 karena sarana dan tenaga di Rumah Sakit Paru dr. M.
Goenawan Partowidigdo sudah tersedia dengan cukup .
Sedangkan pada gangguan jaringan SIMRS juga sering terjadi yang menimbulkan penumpukan pasien di
ruang tunggu tetapi masalah tersebut segera ditangani oleh pihak IT di rumah sakit Paru dr. M. Goenawan
Partowidigdo.
Sarana prasarana yang kurang juga menjadi masalah dalam penggunaan simrs , tetapi di Rumah sakit
Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo sarana dan prasana sudah cukup yaitu disetiap penunjang telah memiliki
SIMRS dan modul masing-masing.
(Criteria Matrix Technique) masalah “human error” ditetapkan sebagai prioritas masalah yang nantinya akan
dilakukan pencarian penyebab dan alternatif pemecahan masalah tersebut.
MAIN
PROBLEM
Fishbone analisis merupakan alat sistematis yang menganalisis persoalan dan faktor-
faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Fishbone analysis atau fishbone diagram ini
menampilkan keadaan dengan melihat efek dan sebab-sebab yang berkontribusi pada efek
tersebut. Melihat dari definisi tersebut Fishbone Diagram kemudian disebut sebagai cause-and-
effect diagram.
Diagram sebab akibat berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, di manadapat mengidentifikasi penyebab
suatu proses out of control . Artinya, diagram sebab akibat ini dipergunakan untuk menunjukkan faktor–faktor
penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor–faktor penyebab itu. Diagram
sebab akibat ini sering juga disebut sebagai Diagram Tulang Ikan (Fishbone diagram) karena bentuknya seperti
kerangka ikan atau diagram Ishikawa yang pertamakali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas
Tokyo pada Tahun 1953
Kepala ikan yang biasanya terletak di sebelah kanan merupakan masalah utama yang
akan dicari tau faktor-faktor penyebabnya. Sedangkan yang dicantumkan pada bagian tulang-
tulang ikan merupakan kategori-kategori yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut.
Kategori yang paling umum digunakan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Manpower : Segala hal permasalahan yang terkait dengan aspek tenaga kerja dilihat dari aspek
lemahnya pengetahuan, kurang ketrampilan, pengalaman, kelelahan, kekuatan fisik, lambatnya
kecepatan kerja, banyak tekanan kerja, stress dll.
b. Material : Berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama atau bahan baku penolong yang
terkait dengan akar masalah, dengan melihat aspek kualitas bahan baku tidak sesuai standar,
bahan baku tidak lengkap, kuantitas bahan baku tidak seragam,ukuran dan spesifikasi tidak
standar dll.
c. Machine : Segala masalah yang terkait dengan aspek peralatan, mesin maupun physical
tools lainnya. Misalnya perawatan mesin-mesin, ,ketidaklengkapan
mesin/peralatan, pengkalibrasian mesin yang tidak standar,daya tahan mesin yang lemah,
kesulitan dalam penggunaan mesin, mesin tidak user-operability, dll.
d. Method : Segala hal masalah terkait dengan metode dan prosedur kerja. Misalnya prosedur kerja
tidak ada, metode sulit dipahami, metode tidak standar, metode tidak cocok, metode yang
bertentangan dengan metode lainnya dll.
e. Measurement : Cara pengambilan data dari proses yang dipakai untuk menentukan kualitas
proses.
f. Environment : Melihat aspek tempat kerja, waktu, lingkungan yang tidak mendukung.
Dari masing-masing kategori tersebut, terus dikembangkan ke tahap yang lebih detail.
Tidak semua penyebab yang ada di bagian tulang ikan memiliki kontribusi yang sama terhadap
permasalahan. Beberapa penyebab memiliki kontribusi yang sangat besar, namun ada juga
penyebab yang kontribusinya terlalu kecil, bahkan mungkin hampir tidak ada kontribusi sama
sekali.
Setelah diketahuinya masalah yang menjadi prioritas pada bab IV yaitu “penurunan
penerimaan pendapatan rumah sakit”, maka langkah berikutnya adalah menganalisis penyebab
masalah tersebut agar kemudian dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah untuk
menanggulangi masalah tersebut. Penulis menguraikan penyebab masalah dengan menggunakan
metode fishbone diagram (diagram tulang ikan) sebagai berikut:
H
u
m
an
MEASUREMENT Man
ENVIRONTMENT - Ketertiban entry dan mutasi data SIMRS
- Jumlah - Tenaga ahli yang kurang pengetahuan
pasien yang tentang pentingnya penggunaan SIMRS /
banyak SDM
Dalam proses belajar dan bukan dengan latar belakang TI, karyawan rumah sakit terutama user memerlukan
pelatihan secara intensif guna mengetahui apa yang menghambat para karyawan dalam implementasi SIMRS.
Selain user pelatihan juga diberikan kepada seluruh karyawan baik paramedis dan non paramedis, sehingga
diharapkan meskipun user tidak berada ditempat, karyawan lain dapat mengentry data.
tenaga ahli di bidang teknologi informasi (TI) terutama dengan latar belakang pendidikan informatika sangat
diperlukan dalam menjalankan SIMRS. Dengan adanya tenaga ahli, dapat bertugas membantu tim IT RS sehingga
permasalahan yang timbul dalam implementasi SIMRS dapat segera diselesaikan dengan cepat.
Pertemuan rutin dapat menjadi media pengingat bahwa SIMRS sangat penting kegunaannya baik bagi user
maupun kecepatan pelayanan. Selain itu, dengan adanya pertemuan rutin, masalah-masalah yang timbul
sehubungan dengan interaksi antar unit dapat terpecahkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam kegiatan Latihan Kerja Peminatan yang dilaksanakan dari tanggal 11 November 2019 hingga 4
Januari 2020 di Rumah Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo, penulis menemukan beberapa
masalah pada sub bagian mobilisasi dana. Berdasarkan hasil skoring penentuan prioritas masalah
dengan menggunakan Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique) didapatkan hasil yaitu
masalah “ Human error “. Adapun beberapa penyebab masalah yang telah digambarkan dengan
metode fishbone diagram yaitu:
Setelah diketahui penyebab masalah, penulis merumuskan beberapa alternatif pemecahan masalah
tersebut. Dari beberapa alternatif pemecahan masalah, penulis menentukan satu alternatif yang akan
dijadikan prioritas pemecahan masalah dengan pelatihan SIMRS secara intensif. . Prioritas pemecahan
masalah yang didapatkan yaitu “mengadakan pelatihan SIMRS secara intensif ” agar para user dapat
memahami SIMRS dengan baik serta tidak terjadi lagi gangguan human error.
5.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat penulis berikan pada sub bagian mobilisasi dana Rumah Sakit Paru dr. M.
Goenawan Partowidigdo yaitu diharapkan dapat meningkatkan kualitas sdm yang terdapat di Rumah
Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo dengan cara mengadakan pelatihan SIMRS secara intensif
serta evaluasi SIMRS agar tidak akan lagi terjadi human error pada user kasir sehingga para pasien tidak
lama menunggu.
4.6 Alternatif Pemecahan Masalah
MAIN
PROBLEM
Fishbone analisis merupakan alat sistematis yang menganalisis persoalan dan faktor-
faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Fishbone analysis atau fishbone diagram ini
menampilkan keadaan dengan melihat efek dan sebab-sebab yang berkontribusi pada efek
tersebut. Melihat dari definisi tersebut Fishbone Diagram kemudian disebut sebagai cause-and-
effect diagram.
Diagram sebab akibat berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, di manadapat mengidentifikasi penyebab
suatu proses out of control . Artinya, diagram sebab akibat ini dipergunakan untuk menunjukkan faktor–faktor
penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor–faktor penyebab itu. Diagram
sebab akibat ini sering juga disebut sebagai Diagram Tulang Ikan (Fishbone diagram) karena bentuknya seperti
kerangka ikan atau diagram Ishikawa yang pertamakali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas
Tokyo pada Tahun 1953
Kepala ikan yang biasanya terletak di sebelah kanan merupakan masalah utama yang
akan dicari tau faktor-faktor penyebabnya. Sedangkan yang dicantumkan pada bagian tulang-
tulang ikan merupakan kategori-kategori yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut.
Kategori yang paling umum digunakan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Manpower : Segala hal permasalahan yang terkait dengan aspek tenaga kerja dilihat dari aspek
lemahnya pengetahuan, kurang ketrampilan, pengalaman, kelelahan, kekuatan fisik, lambatnya
kecepatan kerja, banyak tekanan kerja, stress dll.
61
b. Material : Berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama atau bahan baku penolong yang
terkait dengan akar masalah, dengan melihat aspek kualitas bahan baku tidak sesuai standar,
bahan baku tidak lengkap, kuantitas bahan baku tidak seragam,ukuran dan spesifikasi tidak
standar dll.
c. Machine : Segala masalah yang terkait dengan aspek peralatan, mesin maupun physical
tools lainnya. Misalnya perawatan mesin-mesin, ,ketidaklengkapan
mesin/peralatan, pengkalibrasian mesin yang tidak standar,daya tahan mesin yang lemah,
kesulitan dalam penggunaan mesin, mesin tidak user-operability, dll.
d. Method : Segala hal masalah terkait dengan metode dan prosedur kerja. Misalnya prosedur kerja
tidak ada, metode sulit dipahami, metode tidak standar, metode tidak cocok, metode yang
bertentangan dengan metode lainnya dll.
e. Measurement : Cara pengambilan data dari proses yang dipakai untuk menentukan kualitas
proses.
f. Environment : Melihat aspek tempat kerja, waktu, lingkungan yang tidak mendukung.
Dari masing-masing kategori tersebut, terus dikembangkan ke tahap yang lebih detail.
Tidak semua penyebab yang ada di bagian tulang ikan memiliki kontribusi yang sama terhadap
permasalahan. Beberapa penyebab memiliki kontribusi yang sangat besar, namun ada juga
penyebab yang kontribusinya terlalu kecil, bahkan mungkin hampir tidak ada kontribusi sama
sekali.
5.2 Analisis Penyebab Masalah
Setelah diketahuinya masalah yang menjadi prioritas pada bab IV yaitu “penurunan
penerimaan pendapatan rumah sakit”, maka langkah berikutnya adalah menganalisis penyebab
masalah tersebut agar kemudian dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah untuk
menanggulangi masalah tersebut. Penulis menguraikan penyebab masalah dengan menggunakan
metode fishbone diagram (diagram tulang ikan) sebagai berikut:
H
62
Man
ENVIRONTMENT
- Ketertiban entry dan mutasi data SIMRS
- Jumlah
- Tenaga ahli yang kurang pengetahuan
pasien yang tentang pentingnya penggunaan SIMRS /
banyak SDM
Dalam proses belajar dan bukan dengan latar belakang TI, karyawan rumah sakit terutama user memerlukan
pelatihan secara intensif guna mengetahui apa yang menghambat para karyawan dalam implementasi SIMRS.
Selain user pelatihan juga diberikan kepada seluruh karyawan baik paramedis dan non paramedis, sehingga
diharapkan meskipun user tidak berada ditempat, karyawan lain dapat mengentry data.
tenaga ahli di bidang teknologi informasi (TI) terutama dengan latar belakang pendidikan informatika sangat
diperlukan dalam menjalankan SIMRS. Dengan adanya tenaga ahli, dapat bertugas membantu tim IT RS sehingga
permasalahan yang timbul dalam implementasi SIMRS dapat segera diselesaikan dengan cepat.
Pertemuan rutin dapat menjadi media pengingat bahwa SIMRS sangat penting kegunaannya baik bagi user
maupun kecepatan pelayanan. Selain itu, dengan adanya pertemuan rutin, masalah-masalah yang timbul
sehubungan dengan interaksi antar unit dapat terpecahkan.
64
65
66