Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN KEGIATAN LATIHAN KERJA PEMINATAN (LKP)

DI SUB BAGIAN MOBILISASI DANA RUMAH SAKIT PARU DR. M. GOENAWAN


PARTOWIDIGDO CISARUA KABUPATEN BOGOR

Proposal ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Latihan Kerja Peminatan (LKP)
pada Program Studi Kesehatan Masyarakat

Oleh :
Titik Prihartanti
NPM : 161106160447

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK LATIHAN KERJA PEMINATAN (LKP)


DI RUMAH SAKIT PARU Dr. M. GOENAWAN PARTOWIDIGDO
TAHUN 2019

Oleh
Nama : Titik Prihartanti
NPM : 161106160447
Nama Tanggal Tanda Tangan

Penguji Seminar Laporan

Pembimbing Lapangan

Suherman, SE
NIP. 1977100920101210
Supervisor

Ade Saputra Nasution , S.KM. M.KES


NIK.

Bogor, 2 Januari 2019


Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Dr. Asri Masitha Arsyati , SKM., M.K.M


NIK. 410100442
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kemudahan dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan hasil Latihan Kerja Peminatan (LKP) yang telah dilaksanakan di RS
Paru Dr. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor dari tanggal 11 November 2019 sampai 4 Januari 2020.
Laporan Latihan Kerja Peminatan penulis ajukan sebagai bukti tertulis kegiatankegiatan yang telah penulis
laksanakan selama menjalani kegiatan Latihan Kerja Peminatan. Selain itu laporan ini diajukan untuk
memenuhi syarat penilaian mata kuliah LKP di semester tujuh. Laporan ini dapat dapat disusun dan selesai
pada waktunya tidak terlepas atas kerjasama serta dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis sangat
berterima kasih atas dukungan semua pihak yang telah mendukung kelancaran jalannya kegiatan Latihan
Kerja Peminatan. Melalui laporan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. H. Supriyanto, S.Pd., M.Kes selaku Dekan Fakutas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun.
2. Andreanda Nasution, S.KM., M.KM selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn
Khaldun Bogor
3. dr. Asri Masitha Arsyati, S.KM., M.KM selaku ketua program studi kesehatan masyarakat universitas ibn
khaldun Bogor
4. Ade Saputra Nasution S.KM, M.KES supervisor yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
masukan serta arahan dalam penulisan laporan ini
5. Suherman, S.E selaku pembimbing lapangan dari sub bagian mobilisasi dana Rumah Sakit Paru dr. M.
Goenawan Partowidigdo (RSPG) yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan serta arahan
dalam penulisan laporan ini
6. Semua staf Sub Bagian Mobilisasi Dana, Kasir serta Unit Penatausahaan Piutang Rumah Sakit Paru dr.
M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) yang telah memberikan informasi serta pengalaman yang sangat
berharga
7. Orangtua dan keluarga saya yang telah memberikan doa, semangat serta dukungan sehingga saya dapat
melaksanakan kegiatan LKP dengan lancar
8. Semua pihak yang turut serta membantu dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelengkapan dan
kesempurnaan hasil laporan Latihan Kerja Peminatan ini dikemudian hari. Harapan penulis semoga
laporan ini bermanfaat untuk semua pihak.
Bogor, 04 Januari 2020

Titik prihartanti
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Universitas Ibn Khaldun Bogor adalah salah satu universitas yang memiliki Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan. Tujuan dari program studi ini yaitu
untuk menghasilkan lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat yang sanggup menjadi inovator
dan motivator dalam kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) maupun Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dan pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs), menghasilkan praktisi
kesehatan masyarakat yang mampu mengaplikasikan ilmu kesehatan masyarakat sebagai
pendekatan interdisiplin sehingga mereka dapat mendukung pengembangan UKM yang
kompetitif dan berkelanjutan dan menghasilkan lulusan yang mampu mendukung kebijakan
makro pemerintah dan kebijakan mikro pemerintah dan kebijakan mikro organisasi para
pelaku kesehatan masyarakat dalam suatu tatanan sistem kesehatan.
Sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut, maka diselenggarakannya suatu kegiatan
ilmiah baik di dalam lingkungan pendidikan tinggi maupun di masyarakat berupa Latihan
Kerja Lapangan (LKP) yang dilakukan dalam kegiatan magang pada institusi, perusahaan
atau institusi yang sesuai dengan bidang keilmuan yang diberikan. Latihan Kerja Peminatan
(LKP) merupakan metode pembelajaran yang penting bagi mahasiswa, karena Latihan Kerja
Peminatan (LKP) memberikan kesempatan belajar dan menambah pengetahuan serta
keterampilan secara langsung.
Penulis melaksanakan kegiatan Latihan Kerja Peminatan (LKP) di Rumah Sakit Paru
Dr. M. Goenawan Partowidigdo di bagian instalasi Mobilisasi dana (MOBDA).
Perkembangan rumah sakit di Indonesia yang terus meningkat seiring dengan
peningkatan tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas. Untuk
mendapatkan perhatian dari masyarakat, rumah sakit memerlukan peningkatan kualitas
pelayanan, agar masyarakat tertarik untuk menggunakan jasa rumah sakit tersebut. Selain
faktor eksternal,diperlukan juga perhatian khusus terhadap faktor internal rumah sakit. Faktor
internal bertujuan memacu kemajuan rumah sakit. Faktor internal rumah sakit merupakan
bagian dari manajemen rumah sakit. Untuk kepentingan manajemen, rumah sakit harus
mendapatkan seluruh informasi yang tepat dan akurat mengenai seluruh data dan kejadian
yang dilakukan dalam seluruh kegiatan di rumah sakit. Untuk mewujudkan informasi atas
segala kegiatan rumah sakit diperlukan alat bantu berupa sistem informasi rumah sakit yang
terpadu (tidak parsial atau per bagian) agar semua kegiatan dapat termonitor dengan baik
(Medifirst,2000).
Sistem informasi pada dasarnya merupakan sekumpulan komponen pembentuk sistem
yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang
bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu (Handoyo,2008).
Komponen tersebut terintegrasi dan menghasilkan sebuah informasi yang akan dibutuhkan
oleh pihak manajemen rumah sakit dalam peningkatan kualitas pelayanan. Menurut Tantos
2009, secara global, SIMRS yang ideal tentu dapat mengurangi beban kerja masing-masing
unit pelayanan.
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang berurusan dengan
pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan
informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. Sistem
informasi rumah sakit ini meliputi : sistem informasi klinik, sistem informasi administrasi
dan sistem informasi manajemen. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) mencakup semua
rumah sakit umum dan khusus baik yang dikelola secara publik maupun privat sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 82 tahun 2013 tentang Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit, dimana pasal 1 ayat 6 dikatakan bahwa fungsi SIRS adalah untuk
meningkatkan efisiensi, efektivitas, profesionalisme, kinerja, serta akses dalam pelayanan.
SIMRS atau Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sistem pengelolaan informasi
seluruh kegiatan rumah sakit sehingga membantu setiap proses manajemennya. Manfaat
dari sebuah sistem informasi antara lain:
Dapat mengurangi beban kerja sub-bagian rekam medis dalam ‘menangani’ berkas
rekam medis. Sub-bagian rekam medis memang sub-bagian yang paling direpotkan dengan berkas
rekam medis. Dari coding  , indexing  ,assembling  , filing dan ing-ing yang lain (maaf, sudah
lupa) semua dihandle oleh sub-bagian ini. Dengan adanya sebuah sistem informasi, seharusnya
paling tidak dapat menggantikan fungsi koding pada sub-bagian rekam medis. Sebagian besar
rumah sakit di indonesia, masih menggunakan petugas rekam medis ataupun kurir dalam
mendistribusikan berkas ke masingmasing pelayanan. Beberapa rumah sakit sudah menggunakan
teknologi ‘lift’ sebagai sarana transportasi berkas ke pelayanan-pelayanan ataupun kembali ke
tempat penyimpanan (filing  ).
Dapat mengurangi pemakaian kertas (  paperless). Pemakaian kertas masih belum
dapat dihilangkan di Indonesia saat ini, karena data medis sangat rentan dengan hukum dan
budaya pemakaian kertas masih melekat pada masyarakat Indonesia.
Dengan sistem yang terkomputerisasi, pemakaian kertas yang bisa dipangkas antara lain :
 Lembar-lembar rekam medis yang tidak berhubungan dengan masalah autentikasi
atau aspek hukum. • Laporan masing-masing unit pelayanan (karena semua laporan
sudah terekap oleh sistem). • Rekap Laporan (RL) 1 – 6 yang dikirim ke dinas
kesehatan.
Dapat berkomunikasi dengan sistem lain pada pelayanan kesehatan lain Aplikasi
SIMRS sangat berguna pada kasus rujukan, untuk seluruh pelayanan kesehatan di rumah sakit
sendiri atau luar rumah sakit. Dalam sistem manual, prosedur rujukan adalah dengan
mengirimkan kopian lembar resume medis pasien, dan membawa 1 atau 2 perawat yang
mengantarkannya. Kesulitan dalam mengaplikasikan sistem ini adalah tidak adanya standard
sistem informasi rumah sakit di Indonesia. Masingmasing rumah sakit dengan meluncurkan
sistem mereka yang menurut mereka vendor paling bagus, namun hal ini mengakibatkan tidak
adanya komunikasi antar vendor dan tidak adanya kesepakatan penanganan pelayanan kesehatan.
Hal ini seharusnya menjadi pekerjaan bagi pemerintah untuk mengeluarkan prosedur standard
sistem informasi rumah sakit sehingga antar rumah sakit memiliki prosedur yang sama.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Memperoleh wawasan tentang ruang lingkup dan kemampuan praktik yang
diperlukan oleh seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat
2. Mampu melihat dan melakukan sikap kerja yang professional di bidang Manajemen
Pelayanan Kesehatan (MPK)
3. Memperoleh keterampilan professional di bidang Manajemen Pelayanan Kesehatan
(MPK)

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mampu mengidentifikasi masalah yang ada di Sub Bagian Mobilisasi Dana Rumah Sakit
Paru Dr. Goenawan Partowidigdo
2. Mampu menentukan prioritas masalah dari beberapa masalah yang ada di Sub Bagian
Mobilisasi Dana Rumah Sakit Paru Dr. Goenawan Partowidigdo
3. Mampu memahami penyebab permasalahan yang terjadi di Sub Bagian Mobilisasi Dana
Rumah Sakit Paru Dr. Goenawan Partowidigdo
4. Mampu memberikan saran pemecahan masalah terhadap permasalahan yang terjadi di
Sub Bagian Mobilisasi Dana Rumah Sakit Paru Dr. Goenawan Partowidigdo
5. Mampu menganalisa kemampuan user dalam menggunakan SIMRS
1.3 Manfaat Kegiatan
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Memperoleh wawasan tentang ruang lingkup dan kemampuan praktik yang diperlukan
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat
2. Memperoleh pemahaman, penghayatan dan sikap kerja professional di bidang kesehatan
sesuai dengan kompetensi utama tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat
3. Mendapatkan pengetahuan dan wawasan mengenai fungsi dan tugas pokok institusi
tempat Latihan Kerja Peminatan (LKP)
4. Mampu mengimplementasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan
1.3.2 Bagi Fakultas
1. Menjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan dengan institusi pelayanan
kesehatan 2. Mendapatkan umpan balik tentang perkeembangan di bidang keilmuan dan
teknologi yang diterapkan dalam kerja di institusi tersebut
1.3.3 Bagi Instansi
1. Penghubung antara institusi dengan lembaga pendidikan tinggi
2. Institusi dapat terbantu oleh tenaga terdidik dalam membantu penyelesaian tugas-tugas
khususnya dalam bidang Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK)

1.4 Lokasi Magang Kegiatan


Latihan Kerja Peminatan (LKP) dilakukan di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
yang berada di Jl. Raya Puncak KM 83 Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor.

1.5 Lingkup Kegiatan Magang


Lingkup kegiatan magang ini mencakup dalam proses memperkenalkan, melatih, dan
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi
pengenalan lingkungan Rumah Sakit, analisis masalah, menganalisis penyebab dan menentukan
alternatif pemecahannya.
BAB II
ANALISIS SITUASI UMUM

2.1 Profil/Sejarah RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG)

Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) Cisarua Bogor adalah unit
pelaksana teknis lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang bertanggung jawab
kepada Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan. Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
(RSPG) Cisarua Bogor terletak di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. RSPG memiliki luas lahan 69.661m2. Berawal dari sebuah Zending School dari Methodist
Episcopat Church of America yang didirikan pada tahun 1908, yang kemudian pada tahun 1914
dijadikan Rumah Sakit Zending (Zending Hospital Tjisaroea) oleh dokter pertamanya yaitu Dr. R. G.
Perkins. Di tahun 1922 seorang zendingsart dari Cina, dr. Cool menggantikannya lalu pada tahun
1927 memindahkannya ke Sumatera Utara. Pada tahun 1928 Rumah Sakit Zending (Zending
Hospital Tjisaroea) diambil oleh SCVT (Belanda) yang selanjutnya dijadikan Sanatorium Batoe
Songgoriti. Pergantian kepemimpinan terus terjadi diantaranya yaitu dr. Ito Purwosubroto (1931-
1934), dr. W. Th Van Goor (1934-1937), dr. Ma. Gooszen (1937), dr. Tjokropratiknyo (1937-1939),
dr. R. Ateng (1938-1940). Kemudian pada tanggal 15 Agustus 1938 dilakukan peletakan batu
pertama pembangunan serta tanggal 15 Nopember 1938 dilakukan pembukaan pertama Sanatorium
vor Lunlojders . Keberadaan dr. Mas Goenawan di Sanatorium Tjisaroea di mulai tahun 1040 ketika
beliau menjadi salah satu dokternya. Pada tahun 1950 kepeminpinan di sanatorium tjisaroea
diserahkan kepada dr. mas goenawan yang pada waktu itu dijabat oleh kapten hendriks dan
membentuk jawatan pemberantasan TBC. Pada tahun 1973 Sanatorium Tjisaroea selain melayani
pasien TBC juga menerima penderita kanker. Pada bulan Mei 1974 dr. Mas Goenawan
menghidupkan kembali kegiatan SCTV dan memberikan corak yayasan pada Sanatorium Tjisaroea.
Pada tahun 1978 berubah namanya menjadi RSTP (Rumah Sakit Tuberkulosa Paru-Paru)
yang merupakan rumah sakit khusus UPT direktorat jenderal pelayanan medic dengan tugas
menyelenggarakan pelayanan rujukan TB paru, serta menitikberatkan pada pengobatan dan
perawatan bagi penderita TBC berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
137/SK/MENKES/IV/78 tanggal 28 April 1978 tentang struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah
Sakit Tuberkulosa Paru-Paru. Tahun 1983-1986 RSTP Cisarua dipimpin oleh dr. Muhammad Soleh
yang kemudia digantikan oleh dr. H. Aminudin Nawas (1986-1990). Lalu dilanjutkan
kepeminpinannya oleh dr. H. Boedi Sadjarwa, Am yang mengembangkan program TB terpadu di
RSTP Cisarua. Sejak tanggal 28 januari 2000 RSTP di pimpin oleh dr. H. Yulino Amrie, Sp. P.,
DCTE, M.Kes., FCCP. Beliau merupaka dokter spesialis paru dan magister manajemen rumah sakit
yang mengembangkan poliklinik asma dan PPOK yang sebelumnya masih dilayani di poliklinik
paru. Selain itu juga pada masa kepemimpinan dr. H. Yulino Amrie, Sp.P dibangun infrastruktur
lainnya seperti pembangunan gedung VIP melati yang dulunya merupakan gedung perawatan kelas
III, gedung perawatan terate untuk kelas III dengan 2 lantai, gedung poliklinik (3 lantai), ruang
perawatan intensif (ICU) dengan kapasitas 2 tempat tidur, dan gedung administrasi. Alat medis serta
alat diagnosticpun dilengkapi sesuai dengan tuntutan dan perkembangan. Kemudian pada tahun 2004
berubah lagi namanya dari RSTP (Rumah Sakit Tuberkulosa Paru-Paru) menjadi Rumah Sakit Paru
(RSP) dengan nama Rumah Sakit Paru (RSP) Dr.M.Goenawan Partowidigdo berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 190/Menkes/SK/II/2004 tanggal 24 februari 2004 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Sakit Paru. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
251/Menkes/Per/III/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Paru Dr. M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor, RSPG mempunyai tugas menyelenggarakan
upaya penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan di bidang kesehatan paru secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya
peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan. Berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 226/KMK.05/2009 tanggal 17 Juni 2009 tentang Penetapan Rumah Sakit Paru
Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor Pada Departemen Kesehatan Sebagai Instansi
Pemerintah Yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, RSPG merupakan
instansi pemerintah yang menerapakan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dengan status
Badan Layanan Umum secara penuh (BLU penuh). Dan pada tanggal 18 Juni 2009 juga diterbitkan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 437/MenKes/SK/VI/2009 tentang peningkatan kelas
RSP dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua dengan klasifikasi rumah sakit khusus kelas A.
Berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan RI no. 1055/MenKes/SK/XI/2009 tanggal 13
november 2009, direktur rumah sakit dijabat oleh dr. Hj. Zubaedah T, Sp.P., MARS. Pembangunan
dan pengembangan Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor terus
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

2.2 Visi, Misi, Motto dan Tujuan RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
2.2.1 Visi RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
Menjadi Rumah Sakit Rujukan Penyakit Paru yang Berkualitas dengan
Unggulan Kanker Paru Tahun 2019
2.2.2 Misi RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paru dan upaya rujukan secara paripurna;
b. Melaksanakan kegiatan pelatihan dan pendidikan serta penelitian;
c. Pengembangan di bidang kesehatan paru secara terpadu dan berkesinambungan;
d. Menyelenggarakan tata kelola rumah sakit yang akuntabel, transparan, dan
responsibel.
2.2.3 Motto RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
“Kepuasan Anda Kebahagiaan Kami”
2.2.4 Tujuan RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
a. Terselenggarakan pengembangan pelayanan paru dan pendidikan kesehatan serta
pelayanan spesialistik
b. Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai kebutuhan
pengembangan pelayanan
c. Tersedianya sarana, prasarana dan peralatan kesehatan yang sesuai dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Terciptanya citra RSPG yang positif dan meningkatkan loyalitas pelanggan
e. Terselenggaranya tata kelola rumah sakit yang akuntable, transparan dan
responsible
f. Mewujudkan sistem penganggaran berbasis kebutuhan.

2.3 Struktur Organisasi RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG)


Gambar 2.1
Struktur Organisasi RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo

DIREKTUR UTAMA DEWAN PENGAWAS

KOMITE KOMITE ETIKA DIREKTUR MEDIK DIREKTUR KEUANGAN SATUAN


MEDIK & HUKUM DAN KEPERAWATAN DAN ADMINISTRASI UMUM PEMERIKSAAN INTERN

KA.BIDANG KA. BIDANG KA. BAGIAN KA. BAGIAN


MEDIK KEPERAWATAN KEUANGAN ADMNISTRASI UMUM

KA. SIE.PELAYANAN KA.SIE.PELAYANAN KA. SUB.BAG KA. SUB.BAG


MEDIK KEPERAWATAN RJ TU& KEPEGAWAIN
PROG.& ANGGARAN

KA.
KA.SIE.PELAYANAN KA.SIE.PELAYANAN KA. SUB.BAG SUB.BAG
PENUNJANG MEDIK KEPERAWATAN RI RT &
PERB & AKUNTANSI
PERLENGK

KA.SIE.PENDIDIKAN KA. SUB. BAG


& PENELITIAN
MOBILISASI DANA

STAF MEDIK INSTALASI KELOMPOK


JABATAN INSTALASI
FUNSIONAL
FUNGSIONAL
KELOMPOK
JABATAN

2.1 Ketenagaan RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo


Tabel 2.4.1
Ketenagaan RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo

No Jenis Ketenagaan PNS BLU Kontrak JML Keterangan

I MEDIS

1 Dokter Spesialis 5 5
Paru

2 Dokter Spesialis 1 1
Radiologi

3 Dokter Spesialis 1 1
Anak

4 Dokter Spesialis 1 1
Patologi Klinik

5 Dokter Spesialis 1 1
Penyakit Dalam

6 Dokter Spesialis 1 1
Bedah Thoraks

7 Dokter Spesialis 1 1
Anestesi

8 Dokter Spesialis 1 1
Obgin

9 Dokter Spesialis 1 1
Kulit dan Kelamin

10 Dokter Spesilis 0 1 1
Bedah

11 Dokter Spesialis 1 1
Mikrobiologi Klinik

12 Dokter Gigi 4 4

13 Dokter Umum 16 1 2 19

SUB TOTAL 32 2 4 38
JUMLAH

II PERAWAT

1 S1 Keperawatan / 14 14
Nurse

2 D4 Kes Gigi 1 1

3 D4 Kebidanan 1 1

4 D3 Keperawatan 122 30 6 158

5 D3 Perawat 2 2
Anestesi

6 D3 Kebidanan 2 2

7 SPK 3 3

8 SPRG 1 1

SUB TOTAL 146 30 6 182


JUMLAH

II PENUNJANG

1 Apoteker 4 1 5

2 D3 Farmasi 10 2 12

3 SMF 3 3

4 S1 Kesehatan 8 8
Masyarakat

5 S1 Kesehatan 1 1
Lingkungan

6 D3 Kesehatan 1 1 2
Lingkungan

7 D4 Radiologi 1 1 2

8 D3 Radiologi 3 1 4

9 D3 Rekam Medis 7 2 9
10 D4 Gizi 1 1

11 D3 Gizi 5 2 7

12 SPAG 1 1

13 D3 Elektromedis 3 3

14 D3 Fisioterapis 2 1 3

15 D4 Analisis 1 1
Kesehatan

16 D3 Analisis 14 14
Kesehatan (AKK)

17 D1 Transfusi Darah 3 3

18 S1 Fisikawan Medis 1 1

SUB TOTAL 68 8 4 80
JUMLAH

II NON MEDIS

1 S2 Kesehatan 7 7

2 S1 Farmasi 1 1

3 S1 Komputer 3 1 1 5

4 D3 Komputer 1 3 4

5 S1 Ekonomi 9 3 12

6 D3 Ekonomi 4 3 7

7 S1 Hukum 1 1 2

8 S1 Umum 4 1 1 6

9 D3 Umum 2 2

10 D1 1 1

11 SMA Sederajat 54 48 102

12 SMP 6 6

SUB TOTAL 90 63 2 155


JUMLAH

JUMLAH TOTAL 336 103 16 455


2.2 Fasilitas dan Kegiatan Pelayanan RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo mempunyai fasilitas pelayanan
yang terdiri dari:
1. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
2. Instalasi Rawat Jalan, terdiri dari:
a. Poli Paru
b. Poli Umum
c. Poli Asma
d. Poli Gigi
e. Poli Anak
f. Poli Kebidanan
g. Poli Penyakit Bedah
h. Poli Bedah
i. Poli Penyakit Kulit & Kelamin
j. Poli DOT
k. Poli MDR
3. Instalasi Rawat Inap
RSPG memiliki 4 jenis kelas perawatan yaitu, VIP, Kelas I, II, dan III (Umum, BPJS)
serta non kelas (Isolasi) dengan jumlah tempat tidur sebanyak 170 tempat tidur.
4. Instalasi Bedah Sentral
RSPG memiliki gedung bedah sentral yang terdiri dari 2 ruang OK dan Ruang
Tindakan Paru dan terdapat 7 tempat tidur ruang pemulihan. tindakan bedah yang
dilakukan di RSPG meliputi tindakan OK Paru, Bedah Thoraks, Bedah Umum, dan Bedah
Obgyn.
5. Instalasi Rawat Intensif (Intensive Care Unit/ICU)
RSPG memiliki ruang rawat intensif (ICU) yang terdiri dari 2 tempat tidur. ICU
RSPG memiliki SDM dan peralatan medis ang berkualitas ditujukam untuk mengelola
pasien dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa akibat kegagalan
disfungsi satu organ atau lebih akibat penyakit, bencana atau komplikasi yang masih ada
harapan hidup diutamakan untuk penyakit paru.
6. Penunjang Medis
Penunjang medis sangat diperlukan guna memperkuat diagnosis dokter tehadap suatu
penyakit. Berikut Instalasi dari penunjang medis RSPG :
a. Instalasi Laboratorium
b. Instalasi Radiologi
c. Instalasi Gizi
d. Instalasi Farmasi
e. Instalasi Rekam Medik
f. Instalasi Diklat
Fasilitas Penunjang di RSPG Cisarua:
1. Incenerator mempunyai kapasitas daya tampung pembakaran untuk sampah medis
sampai dengan 50 kg.
2. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Dengan Menggunakan Teknologi Biofilter-
Aerob berkapasitas daya tampung sebesar 250 m3 dengan rata-rata 35 m3 perhari
3. Daya listrik (Genset) dengan kapasitas 800 KVA sebagai backup yang dikhususkan
untuk seluruh gedung terutama gedung perawatan
4. Central Gas Medis (Oksigen) yang mensuplay seluruh ruang perawatan
5. Alarm System terpasang disetiap ruangan dan gedung
6. CCTV terpasang disetiap sudut ruangan dan gedung
7. Workshop IPSRS
8. Laundry
Adapun kegiatan organisasi di RSPG Cisarua, antara lain :
1. Kegiatan Penyuluhan/Promosi Kesehatan (PKRS)
Kegiatan Penyuluhan/Promosi Kesehatan (PKRS) merupakan kegiatan untuk
menyampaikan pesan dan informasi kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok
atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Kegiatan penyuluhan/promosi kesehatan yang dilakukan melalui media sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku, diantaranya :
a. Penyuluhan kesehatan terhadap pasien TB Paru dan penyakit lain (Hipertensi,
Diabetes Mellitus, HIV/AIDS, Liver dan lainnya) di poli klinik dan rawat inap
setiap minggu minimal dua kali.
b. Penyuluhan kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
bahaya rokok
c. Talk show atau siaran langsung edukasi kesehatan di RRI Pro2 FM Bogor setiap
jam 10:00 WIB pada hari Rabu
d. Pembuatan dan penyebaran brosur dan leaflet layanan RSPG
e. Pembuatan dan penyebaran Buletin PULMO RSPG
f. Pembuatan papan himbauan untuk jam besuk pasien, hak dan kewajiban pasien,
speak up dan lain-lain
g. Pembuatan rambu-rambu /arah penunjuk untuk kemudahan pelayanan pasien dan
penunjang RSPG
h. Mensosialisasikan dan mendistribusikan aduan atau komplain atau keluhan
pasien, keluarga dan pengunjung serta masyarakat ke unit kerja terkait
i. Kegiatan klub asma RSPG dengan senam asma secara rutin setiap Jumat pagi jam
07:00-08:00 WIB
j. Penayangan multi media audiovisual untuk mengkomunikasikan informasi terkait
layanan, edukasi dan lain –lain di lobby, poli klinik dan IGD sebagai salah satu
sarana promosi dan informasi RSPG
k. Dibentuknya tim promosi kesehatan dan disusunnya pedoman PKRS
l. Membangun jejaring dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dalam rangka
pembinaan rujukan dan permasalahan penyakit TB serta dalam upaya
pengembangan promkes
m. Survey kepuasan pelanggan yang merupakan pengukuran mutu pelayanan dan
kepuasan pelanggan dapat digunakan untuk mempelajari persepsi pelanggan
terhadap mutu pelayanan yang dicari, diminati dan diterima atau tidak diterima
pelanggan yang akhirnya pelanggan merasa puas dan terus melakukan kerja sama

2. Kehumasan dan Pemasaran


a. Kehumasan
Mengelola opini publik, aspirasi publik, pengaduan atau keluhan masyarakat
dan pendampingan media massa serta pengelolaan hubungan internal dan
eksternal rumah sakit yang positif, kondusif dan dinamis, melaksanakan tata
hubungan kerja, kordinasi dan konsolidasi dengan unit kerja terkait
b. Pemasaran
Berupaya meningkatkan citra produk layanan rumah sakit serta jumlah
kunjungan pasien di rumah sakit, juga mempromosikan dan mempublikasikan
RSPG melalui jalinan hubungan yang baik, kerjasama dan berkordinasi dengan
media masa, perusahaan, lembaga atau instansi dan lain-lainnya dengan
memanfaatkan berbagai media baik media cetak maupun media elektronik yang
sedang trend yang sifatnya lebih cepat, efektif dan efisien. Di mana RSPG
Cisarua Bogor telah memiliki dan menggunakan account di beberapa media
sosial, seperti :
Facebook : RSPG Cisarua Bogor
Twitter : @rspgcisarua
Website : www.rspg-cisarua.co.id
Blog : rspgcisarua.blog.com
Email : info@rspg-cisarua.co.if
3. Informasi dan Teknologi (IT)
RSPG telah menggunakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
sejak tahun 2007 sampai dengan sekarang.
a. Modul SIMRS
Infrastruktur dan platform (hardware dan software) telah terpasang sampai
dengan saat ini sudah ada 18 modul diantaranya adalah :
1. Modul antrean (Registrasi, poliklinik)
2. Registrasi (RI, RJ dan IGD)
3. Penunjang (Radiologi, Fisioterapi, Kebidanan dan OK)
4. LIS (Laboratorium Informasi Sistem)
5. Apotik
6. Farmasi
7. Pelayanan Rawat Jalan (Poliklinik)
8. Pelayanan IGD
9. Pelayanan Rawat Inap
10. Billing (verifikator)
11. Kasir (RI, RJ dan IGD)
12. Perlengkapan
13. Rekam Medik
14. Master (Data)
15. Akuntansi
16. Multimedia
17. Customer Service (CS)
18. Administrator
Dimana sistem informasi untuk sistem rawat jalan telah terintegrasi dengan admission,
begitu pula dengan rawat inap, billing system serta instalasi penunjang diagnostik. Selain
itu telah terintegrasi antara SIM RS dengn Sistem Informasi Manajemen Eksternal lain
diantaranya BPJS dan aplikasi-aplikasi yang ada di Kemenkes RI.
b. Pengelolaan CCTV IP Publik Online
c. Pengelolaan website
d. Pengelolaan multi media audiovisual
e. Pengelolaan SMS Gatheway (dalam proses penyempurnaan)
4. Kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility)
Memberikan ruang untuk pedagang disekitar lingkungan RSPG

.
2.3 Sarana dan Prasarana Fisik di RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
Sarana dan prasarana fisik di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo antara
lain :
1. Lahan
Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo memiliki luas lahan tanah 67.847
m2 dan luas bangunan 27.127,48 m2.
2. Gedung
A. Gedung Pelayanan
1) Poliklinik, Diagnostic Centre, IGD Terpadu, OK dan ICU, Rehabilitasi Medik,
Gizi dan Farmasi.
2) Gedung Perawatan : VIP, Kelas (I, II, dan III), ICU, Perinatalogi dan Isolasij

B. Non Pelayanan :
1) Gedung Administrasi
2) Gedung Serba Guna
3) Mess atau pondokan :
a. Widuri
Berkapasitas 4 kamar dan 16 tempat tidur dengan dilengkapi: ruang
tengah, dapur, 2 buah kamar mandi, air panas untuk mandi, ruang keluarga,
televise, lemari es, pemanas air minum
b. Lemah Luhur
Berkapasitas 10 kamar dan 20 tempat tidur dengan kamar mandi di dalam.
c. Garuda
Berkapasitas 7 kamar dan 19 tempat tidur dengan dilengkapi: ruang
tengah, dapur, air panas untuk mandi, televise, lemari es, pemanas air minum
d. Guest House
Berkapasitas 2 kamar dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 tempat
tidur (total 4 tempat tidur) dengan dilengkapi ruang tengah, air panas untuk
mandi, Televisi, dapur
e. Sarana Olahraga
1. Lapangan Tenis
2. Lapangan Volley Ball
3. Tenis Meja
f. Rumah Dinas
g. Asrama Putri
h. Asrama Putra
3. Perlatan Medis
a. Peralatan dan perlengkapan ICU
b. Peralatan dan perlengkapan OK
c. Peralatan dan perlengkapan diagnostic centre (radiologi dan laboratorium)
d. Peralatan dan perlengkapan ruang perawatan
e. Peralatan dan perlengkapan fisioterapi
f. Peralatan dan perlengkapan CSSD

2.4 Pencapaian Program Kerja RS. Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo

Kinerja Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo sampai dengan


triwulan 3 tahun 2018 didasarkan pada Rencana Strategis Bisnis, Indikator Kinerja
BLU, Target Pelayanan dan Keuangan.

1. Kinerja Berdasarkan Rencana Strategis Bisnis

Tabel 2.1 Capaian IKU RSB Triwulan 3 Tahun 2018

Kinerja
Sasara IK Bob Satuan 2018
n U ot Target Realis Nila Progno
asi i sa
A. Terwujudnya
peningkatan 1. Tingkat kepuasan 10 % 87% 75,13 8,64 9
kepuasan pelanggan %
stakeholders
B. Terwujudnya Status
2. Tingkat capaian
pelayanan 10 Sertifik Paripur Paripur 10 10
sertifikasi akreditasi
kesehatan yang asi na na
berkualitas
C. Terwujudnya 3. Tingkat capaian Level
inovasi layanan kegiatan pelayanan 8 capaia Level Level 8 8
unggulan terapi n 4 4
komplementer
4. Tingkat capaian 8 Level Level Level 6 8
pelayanan capaian 4 3
health tourism
D. Terwujudnya 5. Persentase
kerjasama yang pelaksanaan 7 % 97% 97,75 7 7
optimal dengan kerjasama dengan %
stakeholders stakeholders strategis
strategis 6. Tingkat capaian 8 Level Level Level 8 8
sebagai RS capaian 4 4
pendidikan
E. Terwujudnya 7. Tingkat kinerja BLU 9 Poin 80 83,45 9 9
Tatakelola
rumah sakit yang
baik
F. Terwujudnya 8. Persentase kredensial 6 % 90% 100% 6 6
kualitas SDM staf
dengan pendidikan medis dan
dan pelatihan keperawatan
9. Jumlah
instansi/institusi
pendidikan eksternal 5 Frekue 14 28 5 5
dan kegiatan nsi
pendidikan serta
pelatihan in house
training
karyawan RSPG
G. Terwujudnya 10. Persentase 5 % 100% 99,00 5 5
optimalisasi sarana pengelolaan %
prasaranauntuk BMN
meningkatkan 11. Persentase peralatan 5 % 95% 98,36 5 5
cakupan yang %
layanan penyakit memenuhi standar
paru
H. Terlaksananya
integrasi antara 12. Level IT yang 8 Level Standa Standa 8 8
SIM RS dengan terintegrasi IT r r
Sistem Informasi
Manajemen lainnya
I.Terwujudnya 13. Persentase 5 % 20% - 0 0
peningkatan peningkatan 22,52
pendapatan dan pendapatan BLU %
efisiensi biaya 14. Rasio Pendapatan
PNBP/BLU 6 % 60% 75,29 6 6
terhadap biaya %
operasional
T O T AL N 91,6 94
I L AI 4

Berdasarkan tabel diatas, capaian kinerja RSB sampai dengan


triwulan 3 tahun 2018 mencapai nilai 91,64 dan diprognosakan pada
tahun 2018 akan mencapai nilai 94. Beberapa indikator yang tidak
mencapai target adalah :

1. Tingkat kepuasan pelanggan, pada triwulan 3 2018 mencapai 75,13%


dari target 87% dengan nilai 8,64;
2. Tingkat capaian pelayanan health tourism baru mencapai level 3 dari
target level 4 dengan nilai 6;
3. Persentase peningkatan pendapatan BLU masih mempunyai nilai 0
dan diprognosakan juga 0 karena pendapatan tahun 2018 ini tidak
mencapai target.

2. Kinerja Berdasarkan Indikator BLU

Pencapaian kinerja berdasarkan indikator BLU terdiri dari 3 komponen


yaitu keuangan, pelayanan dan mutu & manfaat bagi masyarakat.
Pencapaiain indikator BLU tahun 2017 dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.

Tabel 2.2 Capaian Indikator BLU Triwulan 3 Tahun 2018 (Keuangan)

201
N INDIKA BOB 8
TARG HAPER NIL PROGN
O TOR OT ET TW 3 AI OSA
1. RASIO KEUANGAN 19,00 18,00 16,30 17,50
a. Rasio Kas (Cash Ratio ) 2,00 1,50 325,25% 1,50 1,50
b. Rasio Lancar (Current Ratio ) 2,50 2,50 2368,41% 2,50 2,50
c. Periode Penagihan Piutang (Collection 2,00 2,00 38,80 Hari 1,50 2,00
Period )
d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset 2,00 2,00 21,56% 2,00 2,00
Turnover )
e. Imbalan atas Aset Tetap (Return On Fixed 2,00 2,00 4,92% 1,40 1,50
Asset )
f. Imbalan Equitas (Return On Equity ) 2,00 2,00 5,26% 1,40 1,50
g. Perputaran Persediaan (Inventory Turn 2,00 2,00 25,42 1,50 2,00
Over )
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya 2,50 2,50 75,29% 2,50 2,50
Operasional
i. Rasio Subsidi Biaya Pasien 2,00 1,50 5,68% 2,00 2,00
2. KEPATUHAN PENGELOLAAN 11,00 11,00 8,60 11,00
KEUANGAN BLU
a. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) 2,00 2,00 Tepat 2,00 2,00
Definitif Waktu
b. Laporan Keuangan SAK 2,00 2,00 Tepat 0,60 2,00
Waktu
c. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan 2,00 2,00 Tepat 1,00 2,00
Belanja Waktu
(SP3B) BLU
d. Tarif Layanan 1,00 1,00 Lengkap 1,00 1,00
e. Sistem Akuntansi 1,00 1,00 Ada 1,00 1,00
f. Persetujuan rekening 0,50 0,50 Ada 0,50 0,50
g. SOP Pengelolaan Kas 0,50 0,50 Ada 0,50 0,50
h. SOP Pengelolaan Piutang 0,50 0,50 Ada 0,50 0,50
i. SOP Pengelolaan Utang 0,50 0,50 Ada 0,50 0,50
j. SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,50 0,50 Ada 0,50 0,50
k. SOP Pengadaan Barang Inventaris 0,50 0,50 Ada 0,50 0,50
Jumlah Skor Kinerja Keuangan 30,00 29,00 24,90 28,50

Capaian indikator kinerja keuangan sebesar sampai dengan


triwulan 3 tahun 2018 mencapai 24,90 poin dan diprognosakan di tahun
2018 mencapai 28,50 poin. Aspek kepatuhan akan memperoleh nilai
maksimal yaitu 11, sedangkan rasio keuangan diprognosakan hanya
mencapai 17,50 dari bobot 19,00 poin.
BOB 201
N INDIKA OT 8
O TOR TARG HAPER NIL PROGN
NIL
ET TW 3 AI OSA
AI
A. PERTUMBUHAN 18,0 15,50 13,00 15,00
PRODUKTIVITAS 0
1Pertumbuhan rata-rata kunjungan R J 3,00 3,00 0,87% 1,00 3,00
2Pertumbuhan Rata-rata kunjungan IGD 2,50 1,50 1,32% 2,50 1,00
3Pertumbuhan Hari Perawatan RI 2,50 1,50 0,99% 1,50 1,50
4Pertumbuhan Pemeriksaan Radiologi 2,50 2,00 1,35% 2,50 2,00
5Pertumbuhan Pemeriksaan Laboratorium 2,50 2,50 1,45% 2,50 2,50
6Pertumbuhan Operasi 2,50 2,50 1,15% 2,50 2,50
7Pertumbuhan Rehab Medik 2,50 2,50 0,87% 0,50 2,50
B. EFEKTIVITAS 14,0 12,50 12,50 12,00
PELAYANAN 0
1Kelengkapan RM 24 Jam selesai 2,00 2,00 90,39% 2,00 2,00
Pelayanan
2Pengembalian RM 2,00 1,50 93,21% 2,00 1,50
3Angka Pembatalan Operasi 2,00 2,00 0,86% 2,00 2,00
4Angka Kegagalan Hasil Radiologi 2,00 1,50 2,89% 1,00 1,00
5Penulisan resep sesuai Formularium 2,00 2,00 90,69% 2,00 2,00
6Angka Pengulangan Pemeriksaan 2,00 1,50 0,01% 1,50 1,50
Laboratorium
7BOR 2,00 2,00 72,46% 2,00 2,00
C. PERTUMBUHAN 3,00 2,50 1,25 2,50
PEMBELAJARAN
1Rata-rata jam Pelatihan/ Karyawan 1,50 1,50 0,15 Jam 0,25 1,50
Ada
2Program Reward & Punishment 1,50 1,00 program 1,00 1,00
dilaksana
kan
sebagia
n
TOTAL 35,0 30,50 26,75 29,50
(A+B+C 0
)
Tabel 2.3 Capaian Indikator BLU Triwulan 3 Tahun 2018 (Pelayanan)
Pertumbuhan rata-rata kunjungan IGD dan pertumbuhan hari
perawatan rawat inap dan pertumbuhan pemerikasaan radiologi tidak
mencapai nilai yang maksimal. Hal ini dikarenakan menurunnya volume
kunjungan pasien BPJS akibat dari kebijakan rujukan berjenjang
sehingga yang diearawt di RSPG menunggu rujukan dari fasilitas
kesehatan lainnya.

Pengembalian Rekam Medik, Angka kegagalan pemeriksaan


radiologi dan angka pengulangan pemeriksaan laboratorium masih perlu
mendapat perhatian. Ketiga indikator tersebut diprognosakan tidak akan
mencapai target. Begitu juga pada aspek petumbuhan pembelajaran,
indikator rata-rata jam pelatihan karyawan diprognosakan hanya
mencapai 1,5 poin dari bobot 2 poin.

Tabel 2.4 Capaian Indikator BLU Triwulan 3 Tahun 2018 (Mutu & Manfaat)

201
N INDIKA BOB 8
O TOR OT TAR HAPER NIL PROGN
GET TW 3 AI OSA
A. MUTU PELAYANAN 14,0 13,00 12,0 12,00
0 0
1 Emergency response time rate 2,00 2,00 00:01:19 2,00 2,00
2 Waktu tunggu Rawat Jalan 2,00 2,00 00:57:43 1,50 1,50
3 LOS 2,00 2,00 6,72 Hari 2,00 2,00
4 Kecepatan pelayanan resep obat jadi 2,00 1,00 00:32:37 0,50 0,50
5 Waktu tunggu sebelum operasi 2,00 2,00 0,72 Hari 2,00 2,00
6 Waktu tunggu hasil laboratorium 2,00 2,00 1:51:57 2,00 2,00
7 Waktu tunggu hasil Radiologi 2,00 2,00 0,64 Jam 2,00 2,00
B. MUTU KLINIK 12,0 11,75 11,0 12,00
0 0
1 Angka kematian di gawat darurat 2,00 2,00 0,48% 2,00 2,00
2 Angka kematian ≥ 48 Jam 2,00 2,00 0,56% 2,00 2,00
3 Post Operative Death Rate 2,00 2,00 2,09% 1,50 2,00
4 Angka infeksi nosokomial 4,00 3,75 4,00 4,00
a. Dekubitus 1,00 0,75 1,14% 1,00 1,00
b. Phlebitis 1,00 1,00 1,35% 1,00 1,00
c. Infeksi saluran Kemih 1,00 1,00 0,00% 1,00 1,00
d. Infeksi Luka Operasi 1,00 1,00 0,00% 1,00 1,00
5 Angka Kematian Ibu di Rumah Sakit 2,00 2,00 0,01% 1,50 2,00
C. KEPEDULIAN KEPADA 4,00 4,00 4,00 4,00
MASYARAKAT
Pembinaan kepada Puskesmas dan Ada
1 Sarana Kesehatan lainnya 1,00 1,00 program 1,00 1,00
dilaksana
kan
seluruhn
ya
Ada
2 Penyuluhan kesehatan 1,00 1,00 program 1,00 1,00
dilaksana
kan
seluruhn
ya
3 Rasio tempat tidur kelas 3 2,00 2,00 50,29% 2,00 2,00
D. KEPUASAN 2,00 1,78 2,00 1,75
PELANGGAN
1 Penanganan Pengaduan/Komplain 1,00 1,00 100,00% 1,00 1,00
2 Kepuasan Pelanggan 1,00 0,78 75,13% 1,00 0,75
E. KEPEDULIAN TERHADAP 3,00 2,60 2,80 2,80
LINGKUNGAN
1 Kebersihan Lingkungan (Program RS 2,00 2,00 9495 2,00 2,00
Berseri)
2 Proper Lingkungan 1,00 0,60 Hijau 0,80 0,80
TOTAL 35,0 33,13 31,8 32,55
(A+B+C) 0 0

Waktu tunggu rawat jalan sudah menunjukan perbaikan,


tahun 2017 pada kisaran 58 menit dan sampai dengan triwulan 3 tahun
2018 ini mencapai 57 menit. Perbaikan prosedur dan peningkatan
kualitas kinerja staf perlu terus ditingkatkan. Tetapi untuk pelayanan
kecepatan resep obat jadi mengalami fluktuasi. Tahun 2016 selama 29
menit, di tahun 2017 menjadi 34 menit lebih dan tahun 2018 menjadi 32
menit. Perlu diupayakan dengan pemanfaatan teknologi dengan e-
presecribing (sedang dalam proses). Kepuasan pelanggan terjadi
penurunan dari tahun 2017 (79,26) menjadi 75,13%. Perlu diupayakan
perbaikan pelayanan di segala aspek.
Tabel 2.5 Rekapitulasi Capaian Indikator BLU Triwulan 3 Tahun
2018

201
N INDIKA BOB 8
O TOR OT TARGE HAPER PROGN
T TW 3 OSA
1 Kinerja Keuangan 30,00 29,00 24,90 28,50
2 Kinerja Pelayanan 35,00 30,50 26,75 29,50
3 Mutu dan Manfaat Bagi 35,00 33,13 31,80 32,55
Masyarakat
TOT 100,0 92,63 83,45 90,55
AL 0
HASIL KINERJA RUMAH BAIK BAIK BAIK
SAKIT ( AA ) ( AA ) ( AA )
Berdasarkan hasil total penjumlahan dari indikator - indikator
tersebut, maka Total Skor Self Assessment Pencapaian Kinerja Rumah
Sakit Paru Dr.

M. Goenawan Partowidigdo Tahun 2018 (sampai dengan triwulan 3)


sebesar 83,45 dan diprognosakan mencapai 90,55 maka Rumah Sakit
Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo masuk dalam kelompok kategori
AA dengan penilaian BAIK.

3. Kinerja Pelayanan

Kinerja pelayanan terdiri dari kinerja pelayanan rawat jalan, pelayanan


rawat inap, dan kinerja pelayanan penunjang. Masing-masing kinerja
pelayanan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.6 sampai dengan tabel 2.11
sebagai mana tersebut di bawah ini.
Tabel 2.6 Capaian Kinerja Pelayanan Rawat Jalan Triwulan 3 Tahun 2018
(Pasien Non BPJS)

201
N JENIS PELAYANAN SATU 8
O AN Target Realisasi % Progno %
s.d sa
TW 3 2018
2018
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Poliklinik Spesialis Paru Kunjung 10.836 7.192 66,3 9.589 88,50
an 7
2 Poliklinik Spesialis Asthma Kunjung 600 124 20,6 165 27,56
an 7
3 Poliklinik Spesialis Bedah Kunjung 675 214 31,7 285 42,27
an 0
4 Poliklinik Spesialis Anak Kunjung 2.750 2.109 76,6 2.812 102,2
an 9 5
5 Poliklinik Spesialis Penyakit Kunjung 1.267 810 63,9 1.080 85,23
Dalam an 2
6 Poliklinik Spesialis Kebidanan Kunjung 825 417 50,5 556 67,39
an 5
7 Poliklinik Spesialis Kulit dan Kunjung 444 116 26,1 155 34,85
Kelamin an 4
8 Poliklinik Umum Kunjung 1.365 631 46,2 841 61,64
an 3
9 Poliklinik Gigi Kunjung 1.160 760 65,5 1.013 87,36
an 2
1 Instalasi Gawat Darurat Kunjung 5.697 5.171 90,7 6.895 121,0
0 an 6 2
1 Instalasi Bedah Sentral Tindaka 1.050 946 90,1 1.261 120,1
1 n 0 3
JUML LAYAN 26.669 18.490 69,3 24.653 92,44
AH AN 3
Realisasi Pelayanan Rawat Jalan untuk pasien non BPJS Tahun 2018
(sampai dengan triwulan 3) mencapai 18.490 atau 69,33%, dan
diprognosakan pada akhir tahun akan mencapai 24.653 atau 92,44%.
Beberapa poliklinik diprognosakan akan melebihi target yaitu poliklinik
anak, instalasi gawat darurat dan instalasi bedah sentral.

Tabel 2.7 Capaian Kinerja Pelayanan Rawat Jalan Triwulan 3


Tahun 2018 (Pasien BPJS)

201
8
N JENIS SATU
Realisasi Progno
O PELAYANAN AN
Targe s.d TW % sa %
t 3 2018 2018
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Poliklinik Spesialis Paru Kunjun 25.284 18.593 73,5 24.791 98,05
gan 4
2 Poliklinik Spesialis Asthma Kunjun 900 75 8,33 100 11,11
gan
3 Poliklinik Spesialis Bedah Kunjun 1.575 506 32,1 675 42,84
gan 3
4 Poliklinik Spesialis Anak Kunjun 2.750 1.413 51,3 1.884 68,51
gan 8
5 Poliklinik Spesialis Penyakit Kunjun 4.493 1.944 43,2 2.592 57,69
Dalam gan 7
6 Poliklinik Spesialis Kunjun 675 220 32,5 293 43,46
Kebidanan gan 9
7 Poliklinik Spesialis Kulit dan Kunjun 190 39 20,5 52 27,34
Kelamin gan 0
8 Poliklinik Umum Kunjun 585 111 18,9 148 25,30
gan 7
9 Poliklinik Gigi Kunjun 290 62 21,3 83 28,51
gan 8
10 Instalasi Gawat Darurat Kunjun 13.294 7.621 57,3 10.161 76,44
gan 3
11 Instalasi Bedah Sentral Tindaka 2.450 1.986 81,0 2.648 108,0
n 6 8
JUML LAYA 52.486 32.570 62,0 43.427 82,74
AH NAN 5

Sedangkan kinerja rawat jalan untuk pasien BPJS diprognosakan


hampir semua tidak akan mencapai target, kecuali instalasi bedah sentral
yang jdiprognosakan akan mencapai 108,08% (untuk tindakan). Keadaan ini
disebabkan menurunnya volume kunjungan pasien BPJS dampak dari
diberlakukannya sistem rujukan berjenjang.

Tabel 2.8 Capaian Kinerja Pelayanan Rawat Inap Triwulan 3 Tahun


2018 (Pasien Non BPJS)

201
N JENIS SATUA 8
O PELAYANAN N Targ Realisasi % Progno %
et s.d sa
TW 3 2018
2018
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Rawat Inap VIP Pasien 200 150 75,0 200 100,0
Masuk 0 0
2 Rawat Inap Kelas Pasien 410 256 62,4 341 83,25
I Masuk 4
3 Rawat Inap Kelas Pasien 200 169 84,5 225 112,6
II Masuk 0 7
4 Rawat Inap Kelas Pasien 450 319 70,8 425 94,52
III Masuk 9
JUML Pasien 1.260 894 70,9 1.192 94,60
AH Masuk 5

Kinerja pelayanan rawat inap untuk pasien non BPJS


diprognosakan mencapai 94,60%. Untuk kelas VIP dan kelas II akan
melampaui target, yaitu masing-masing sebesar 100% dan 112,67%.
Sedangkan untuk kelas I dan kelas III diprognosakan hanya mencapai
83,25% dan 94,52%.

201
8
N JENIS SATUA Realisasi Progno
O PELAYANAN N Targ s.d TW 3 % sa %
et 2018 2018
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Rawat Inap Kasu 775 487 62,8 649 83,78
Kelas I s 4
- SL I Kasu 300 204 68,0 272 90,67
s 0
- SL II Kasu 300 164 54,6 219 72,89
s 7
- SL III Kasu 175 119 68,0 159 90,67
s 0
2 Rawat Inap Kasu 900 615 68,3 820 91,11
Kelas II s 3
- SL I Kasu 350 258 73,7 344 98,29
s 1
- SL II Kasu 400 259 64,7 345 86,33
s 5
- SL III Kasu 150 98 65,3 131 87,11
s 3
3 Rawat Inap Kasu 3.800 2.684 70,6 3.579 94,18
Kelas III s 3
- SL I Kasu 1.200 885 73,7 1.180 98,33
s 5
- SL II Kasu 1.600 1.178 73,6 1.571 98,17
s 3
- SL III Kasu 1.000 621 62,1 828 82,80
s 0
JUML Kasu 5.400 3.786 70,1 5.048 93,48
AH s 1
- SL I Kasu 1.850 1.347 72,8 1.796 97,08
s 1
- SL II Kasu 2.300 1.601 69,6 2.135 92,81
s 1
- SL III Kasu 1.250 838 67,0 1.117 89,39
s 4
Tabel 2.9 Capaian Kinerja Pelayanan Rawat InapTriwulan 3 Tahun
2018 (Pasien BPJS)
Pelayanan rawat inap untuk pasien BPJS diprognosakan pada semua
kelas dan pada semua tingkatan (severity level) tidak akan mencapai target.
Hal tersebut sebagai dampak dari menurunnya kunjungan pasien BPJS di
rawat jalan dan IGD sebagai dampak pemberlakuan sistem rujukan
berjenjang dalam pelayanan pasien BPJS.

Tabel 2.10 Capaian Kinerja Pelayanan Penunjang Triwulan 3 Tahun


2018 (Pasien Non BPJS)

201
N JENIS SATU 8
O PELAYANA AN Targ Realisasi % Progn %
N et s.d osa
TW 3 2018
2018
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Instalasi Resep 235.8 168.965 71,66 225.28 95,54
Farmasi 00 7
2 Instalasi Gizi Konsulta 534 402 75,28 536 100,3
si 7
3 Instalasi Pemeriks 33.806 32.469 96,05 43.292 128,0
Laboratorium aan 6
4 Instalasi Pemeriks 7.107 5.567 78,33 7.423 104,4
Radiologi aan 4
5 Instalasi Tindakan 4.020 1.645 40,92 2.193 54,56
Fisiotherapy
JUM LAYAN 281.2 209.048 74,32 278.73 99,10
LAH AN 67 1

Pada pelayanan penunjang untuk pasien non BPJS pada tahun 2018
sampai dengan triwulan 3 mencapai 74,32% dan diprognosakan pada tahun
2018 akan mencapai 99,10%. Untuk tindakan fisioterapi diprognosakan jauh
dibawah target, hanya sekitar 54,56%.
Tabel 2.11 Capaian Kinerja Pelayanan Penunjang Triwulan Tahun 2018

2018
Realisasi Progn
N JENIS SATUA
Targ s.d TW % osa %
O PELAYANA N
et 3 2018 2018
N
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Instalasi Resep 550.19 337.310 61,3 449.74 81,74
Farmasi 9 1 7
2 Instalasi Gizi Konsulta 1.911 1.356 70,9 1.808 94,61
si 6
3 Instalasi Pemeriks 101.41 71.641 70,6 95.521 94,19
Laboratorium aan 6 4
4 Instalasi Pemeriks 11.807 8.876 75,1 11.835 100,2
Radiologi aan 8 3
5 Instalasi Tindakan 8.500 4.885 57,4 6.513 76,63
Fisiotherapy 7
JUM LAYAN 673.83 424.068 62,9 565.42 83,91
LAH AN 3 3 4

Realisasi Pelayanan Penunjang untuk pasien BPJS sampai dengan triwulan 3 tahun
2018 mencapai 424.068 (62,93%) dari target 673.833. Prognosa capaian

pada tahun 2018 ini sebesar 565.424 atau 83,91%. Pada tahun 2018 secara keseluruhan tidak
mencapai target karena dampak dari kunjungan di rawat jalan, IGD dan rawat inap.

1. Target dan Realisasi Penerimaan BLU

Tabel 2.12 Target dan Realisasi Penerimaan BLU Tahun 2018

REALISASI
NO UNIT TARGET % PROGNOSA %
TW 3
(Rp) 2018
(Rp)
1 Rawat 55.539.862.0 30.315.093.706 54,5 49.148.715.92 88,49%
Inap 00 8 7
2 Rawat 21.923.614.0 13.973.978.699 63,7 12.508.414.81 57,05%
Jalan 00 4 5
3 Lainnya 1.815.724.00 1.777.740.621 97,9 2.351.557.756 129,51
0 1 %
TOTAL 79.279.200.0 46.066.813.026 58,1 64.008.688.49 80,74%
00 1 8

Realisasi penerimaan BLU sampai dengan triwulan 3 tahun 2018 mencapai


Rp46.066.813.026,- atau 58,11%% dari target yang ditetapkan yaitu Rp79.279.200.000.
Prognosa penerimaan tahun 2018 sebesar Rp64.008.688.498 atau 80,74%. Tidak tercapainya
target penerimaan di tahun 2018 ini disebabkan menurunnya volume kunjungan pasien baik
BPJS maupun non BPJS serta belum dibayarkannya piutang dari BPJS. Perlu upaya inovasi
pengembangan pelayanan yang mengurangi ketergantungan terhadap penerimaan dari pasien
BPJS.
BAB III
ANALISIS SITUASI KHUSUS

3.1 Ruang Lingkup Sub Bagian Mobilisasi Dana


Ruang lingkup Sub Bagian Mobilisasi Dana yaitu memobilisasi dana penerimaan hasil dari
pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo baik dari pelayanan
langsung ataupun tidak langsung . Pelayanan langsung yaitu meliputi seluruh pelayanan medis
yang diberikan kepada pasien. Sedangkan pelayanan tidak langsung meliputi seluruh pelayanan
penunjang non medis seperti kegiatan diklat dan penyewaan wisma. Mobilisasi dana merupakan
sub bagian dari bagian keuangan Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo. Sub Bagian
Mobilisasi Dana ini terbagi dari beberapa bagian diantaranya yaitu bendahara penerimaan, unit
kasir terpadu serta unit penatausahaan piutang.
3.2 Visi, Misi dan Tujuan Sub Bagian Mobilisasi Dana
Sub Bagian Mobilisasi Dana mempunyai visi, misi serta tujuan yang sama dengan Rumah Sakit
Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo, yaitu :
3.2.1 Visi
Visi Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor (20152019) adalah
“Menjadi Rumah Sakit Rujukan Penyakit Paru yang Berkualitas dengan Unggulan Kanker
Paru Tahun 2019“.
3.2.2 Misi
Misi Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor adalah sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paru dan upaya rujukan secara paripurna;
2. Melaksanakan kegiatan pelatihan dan pendidikan serta penelitian;
3. Pengembangan di bidang kesehatan paru secara terpadu dan berkesinambungan;
4. Menyelenggarakan tata kelola rumah sakit yang akuntabel, transparan, dan responsible.

3.2.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo
Cisarua Bogor dalam mencapai visi dan misi adalah sebagai berikut:

1. Terselenggaranya pengembangan pelayanan paru dan pendidikan kesehatan serrta pelayanan spesialistik
lainnya

2. Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai kebutuhan pengembangan pelayanan
3. Tersedianya sarana, prasarana dan peralatan kesehatan yang sesuai dengan pengembangan pelayanan

4. Terciptanya citra Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo yang positif dan meningkatnya
loyalitas pelanggan 5. Terselenggaranya tata kelola rumah sakit yang akuntabel, transparan, dan
responsible.

3.3 Struktur Organisasi Sub Bagian Mobilisasi Dana


Gambar 2. Struktur Organisasi Sub Bagian Mobilisasi Dana RSPG

Direktur Utama

Direktur Keuangan dan


Administrasi Umum

Kepala Bagian
Keuangan

Ka Sub Bagian
Mobiisasi Dana

Staf Mobilisasi Dana Bendahara


Penerimaan

Unit P enatausahan Unit Kasir


piutang
3.4 Ketenagaan Pada Sub Bagian Mobilisasi Dana
Tabel 12. Ketenagaan Sub Bagian Mobilisasi Dana

No. Jabatan Jumlah


1. Kepala Sub Bagian Mobilisasi Dana 1 orang
2. Staf Mobilibilasi dana 3 orang
3. Bendahara Penerimaan 1 orang
4. Tenaga Kasir 8 orang
5. Unit Penatausahaan Piutang 2 orang
TOTAL 15 orang

3.5 Standar Operasional Prosedur (SOP) Sub Bagian Mobilisasi Dana


Dalam seluruh kegiatan Sub Bagian Mobilisasi Dana memiliki Standar Operasional Prosedur
(SOP) masing-masing. Berikut adalah daftar Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berkaitan
dengan kegiatan Sub Bagian Mobilisasi Dana :

Tabel 13. Standar Operasional Prosedur (SOP) Sub Bagian Mobilisasi Dana

No. Daftar SOP No. Dokumen Tanggal Terbit Keterangan


1 Prosedur Pelayanan Kasir
Terpadu Untuk Paien PT/1327/RSPG 22 Agustus 2016 Terlampir

Jaminan
2 Prosedur Pembuatan
Rekapitulasi Penerimaan PT/1324/RSPG 22 Agustus 2016 Terlampir

Harian
3 Prosedur Pergantian Shift PT/KSR/16/RSP -
Terlampir
Petugas Kasir Terpadu G
4 Prosedur Penerimaan
Pembayaran Dari Pasien PT/1323/RSPG 22 Agustus 2016 Terlampir

Tunai
5 Prosedur Penyetotan

Penerimaan Harian Kasir


Terpadu Ke Bendahara PT/1325/RSPG 22 Agustus 2016 Terlampir

Penerimaan
6 Prosedur Penyetoran
PT/1326/RSPG 22 Agustus 2016 Terlampir
Bendahara Penerima Ke
Bank
7 Prosedur Pemilihan Bank
Mitra Dalam PT/1318/RSPG 18 Juli 2016 Terlampir

Penyimpanan Deposito
8 Prosedur Pembukaan
PT/1315/RSPG 18 Juli 2016 Terlampir
Rekening Deposito
9 Prosedur Pembukuan
PT/1316/RSPG 18 Juli 2016 Terlampir
Rekening Deposito
10 Prosedur Penarikan
PT/1317/RSPG 18 Juli 2016 Terlampir
Deposito
11 Prosedur Permohonan
Ijin Pembukaan Rekening PT/1314/RSPG 18 Juli 2016 Terlampir

Deposito
12 Penilaian Eberhasilan
PT/1341/RSPG 17 Oktober 2016 Terlampir
Penagihan Piutang JKN
13 Pengelolaan Revisi
PT/1339/RSPG 17 Oktober 2016 Terlampir
Tagihan Piutang JKN
14 Prosedur Penagihan
PT/1338/RSPG 17 Oktober 2016 Terlampir
Piutang Pasien JKN
15 Monitoring Dan Evaluasi
(Monev) Penagihan PT/1340/RSPG 17 Oktober 2016 Terlampir

Piutang Pasien JKN

3.6 Uraian Tugas Jabatan di Sub Bagian Mobilisasi Dana

1. Kepala Sub Bag Mobilisasi Dana


a. Memimpin dan menyelenggarakan kegiatan mobilisasi dana di Rumah Sakit

Paru Dr. Goenawan Partowidigdo


b. Menyusun rencana kerja Sub Bagian Mobilisasi Dana sesuai rencana strategi dan bisnis serta
rencana anggaran Rumah Sakit Paru Dr. Goenawan

Partowidigdo

c. Melakukan pengawasan dan monitoring dalam kegiatan mobilisasi dana di

Rumah Sakit Paru Dr. Goenawan Partowidigdo

d. Menyusn laporan kegiatan berkala di Sub Bagian Mobilisasi Dana


e. Bertanggungjawab terhadap program Sub Bagian Mobilisasi Dana

f. Melaksanakan tugas dinas lain yang diberikan atasan

2. Staf Mobilisasi Dana


a. Melakukan entry data billing rawat inap pasien jaminan dari aplikasi SIMRS ke

Ms. Excel

b. Melakukan entry data billing rawat jalan pasien jaminan dari aplikasi SIMRS ke Ms. Excel

c. Mengarsipkan billing

d. Merekap laporan dana yang dibagi berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan dalam bentuk
data siap baca

e. Melakukan penginputan tarif layanan

3. Kasir
a. Membuat administrasi pembayaran pasien rawat jalan, rawat inap, IGD dan

Farmasi

b. Menerima uang/pembayaran pasien rawat jalan, rawat inap, IGD dan Farmasi

c. Membuat rekapitulasi penerimaan harian yang menyajikan informasi mengenai penerimaan


rawat jalan, rawat inap, IGD dan Farmasi

d. Melakukan penyetoran penerimaan harian tunai dari penerimaan rawat jalan, rawat inap,
IGD dan farmasi kepada bendahara penerimaan

4. Penatausahaan Piutang
a. Mengelola proses penagihan klaim pasien jaminan

b. Melakukan pencatatan dan pelaporan penagihan klaim pasiem jaminan


c. Menyiapkan & mengarsipkan berkas yang akan diajukan dalam penagihan klaim kepada
perusahaan jaminan

d. Membuat kwitansi penagihan dan pembayaran klaim pasien jaminan

3.7 Kegiatan yang Dilakukan di Sub Bagian Mobilisasi Dana


Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama melaksanakan Latihan
Kerja Peminatan (LKP) di Sub Bagian Mobilisasi Dana Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan
Partowidigdo :

1. Orientasi mengenai Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo

2. Mempelajari alur Mobilisasi Dana Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo

3. Menginput billing obat di Kasir Farmasi menggunakan aplikasi SIMRS


4. Menginput billing pelayanan kesehatan pasien di Kasir Rawat Jalan menggunakan aplikasi SIMRS

5. Mempelajari cara input billing pelayanan kesehatan pasien di Kasir Rawat Inap menggunakan
aplikasi SIMRS

6. Mempelajari cara input tarif menggunakan aplikasi INA-CBG’s di Kasir Rawat Inap

7. Mempelajari cara menginput data rincian penerimaan kasir rawat inap dan rawat jalan dari aplikasi
SIMRS ke Ms. Excel

8. Menginput data rincian penerimaan kasir rawat inap dari aplikasi SIMRS ke Ms. Excel

9. Menyiapkan & mengarsipkan berkas yang akan diajukan dalam penagihan klaim kepada perusahaan
jaminan, diantaranya:

a. Berkas Klaim Pasien Rawat Jalan

b. Berkas Klaim Pasien Rawat Inap


3.8 Hubungan Kerja dengan Unit Lain

Gambar 3. Hubungan Kerja Sub Bagian Mobilisasi Dana dengan Unit Lain

Administrasi
Sub Bagian
Pasien Mobilisasi Dana

Hubungan kerja Sub Bagian Mobilisasi Dana dengan Instalasi Administrasi Pasien yaitu dalam
hal koordinasi terkait pelaksanaan penagihan klaim pasien jaminan. Koordinasi ini mencakup proses
dan informasi apabila terdapat berkas yang pending atau dikembalikan sehingga Sub Bagian Mobilisasi
Dana mengetahui penyebab penagihan klaim yang dibayarkan belum sesuai dengan klaim yang
ditagihkan. Instalasi administrasi pasien juga menyiapkan berkas yang harus dilampirkan dari setiap
pasien jaminan kesehatan untuk penagihan klaim yang akan ditagihkan oleh unit penatausahaan
piutang.
BAB IV

IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

4.1 Identifikasi Masalah


Hasil dari penemuan masalah dengan menggunakan metode fenomenologi serta melakukan
wawancara tidak terstruktur atau diskusi dengan kepala sub bag mobilisasi dana dan unit terkait, maka masalah
yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut :

Tabel 14. Identifikasi Masalah

No Daftar masalah Sumber informasi


1. Gangguan jaringan SIMRS Wawancara dan telaah data
2. Human error Wawancara dan observasi
3. SDM yang kurang Wawancara dan observasi
4. Sarana dan prasarana yang kurang Wawancara dan telaah data

4.1.1 Pengertian Masalah


Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah
merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik. Masalah pada
umumnya berawal dari suatu kesenjangan-kesenjangan yang terjadi di lapangan. Kesenjangan terjadi apabila
suatu pemberian pelayanan kesehatan yang terjadi di lapangan (what is) sangat berbeda dengan standar yang
sebelumnya telah ditetapkan (what should be) (Azwar, 1995).

Notoatmodjo (2011) mendefinisikan masalah sebagai suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya
dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang
seharusnya ada atau terjadi antara harapan dan kenyataan.

Menurut Sugiyono (2009) masalah diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan
apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana
dengan pelaksana.

Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk
diteliti diungkapkan oleh Notoatmodjo (2011), meliputi:

1. Masalah masih baru

“Baru” dalam hal ini adalah masalah tersebut belum pernah diungkap atau diteliti oleh orang lain
dan topik masih hangat di masyarakat, sehingga agar tidak siasia usaha yang dilakukan, sebelum menentukan
masalah, peneliti harus banyak membaca dari jurnal-jurnal penelitian maupun media elektronik tentang
penelitian terkini. 2. Aktual

Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di masyarakat. Maka sebelumnya
peneliti tersebut harus melakukan survey dan memang menemukan masalah tersebut.

3. Praktis
Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil penelitian harus
bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan atau penghamburan sumber daya tanpa
manfaat praktis yang bermakna.

4. Memadai
Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu
sempit. Masalah yang terlalu luas akan memberikan hasil yang kurang jelas dan menghamburkan sumber
daya, sebaliknya masalah penelitian yang terlalu sempit akan memberikan hasil yang kurang berbobot.

5. Sesuai dengan kemampuan peneliti


Seseorang yang akan melakukan penelitian harus mempunyai kemampuan penelitian dan
kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika tidak, hasil penelitiannya kurang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah (akademis) maupun praktis.

6. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah


Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undangundang ataupun
adat istiadat sebaiknya tidak diteliti, karena akan banyak menemukan hambatan dalam pelaksanaan
penelitiannya nanti.

7. Ada yang mendukung


Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal sudah dipertimbangkan darimana asal
biaya tersebut akan diperoleh. Tidak jarang masalahmasalah penelitian yang menarik akan mendapatkan
sponsor dari instansi-instansi pendukung, baik pemerintah maupun swasta.

Dengan beberapa pertimbangan tersebut, diharapkan akan dapat dirumuskan masalah penelitian yang
layak dan relevan, sehingga masalah penelitian memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun aplikatif.

4.1.2 Metode Penemuan Masalah


Menurut Bukley dkk, (1976) yang dikutip oleh Djunaedi (2002) menjelaskan caracara penemuan
permasalahan baik formal maupun informal diuraikan di bagian berikut ini. Setelah permasalahan ditemukan,
kemudian perlu dilakukan pengecekan atau evaluasi terhadap permasalahan tersebut sebelum dilakukan
perumusan masalah.

A. Pendekatan Formal

a) Rekomendasi Suatu Riset

Biasanya, suatu laporan penelitian pada bab terakhir memuat kesimpulan dan saran. Saran
(rekomendasi) umumnya menunjukan kemungkinan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang
berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan. b) Metode Analog
Metode ini menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian pada bidang
tertentu untuk menentukan masalah penelitian pada bidang yang lain yang terkait.

c) Metode Renovasi
Masalah penelitian ditentukan dengan cara memperbaiki atau
meningkatkan suatu teori atau metode yang kurang relevan dengan komponen teori atau metode lain
yang lebih efektif.

d) Metode Dialektis
Dalam hal ini berarti tandingan atau sanggahan. Dengan cara dialektik, masalah penelitian
yang diusulkan untuk pengembangan terhadap teori atau metode yang sudah ada.

e) Metode Ekstrapolasi
Cara untuk menemukan permasalahan dengan membuat tren (trend suatu teori atau tren
permasalah yang dihadapi).

f) Metode Morfologi
Suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam
suatu permasalahan yang rumit atau kompleks.

g) Metode Dekomposisi
Membagi masalah ke dalam elemen-elemen yang lebih spesifik.

h) Metode Agregasi
Merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi, peneliti dapat mengambil hasil-
hasil penelitian atau teori dari beberapa bidang (beberapa penelitian) dan mengumpulkannya untuk
membentuk suatu permasalahan yang lebih rumit, kompleks.

B. Pendekatan Informal
Cara-cara informal (subyektif) dalam rangka menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan
alternatif-alternatif berikut ini: a) Konjektur (naluriah)

Seringkali permasalahan dapat ditemukan secara konjektur (naluriah), tanpa dasar-dasar yang
jelas. Bila kemudian dasar-dasar atau latar belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian
dapat diteruskan secara alamiah. Perlu dimengerti bahwa naluri merupakan fakta apresiasi individu
terhadap lingkungannya. Naluri merupakan alat yang berguna dalam penemuan masalah.

b) Metode Fenomenologi
Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan fenomena
(kejadian/perkembangan) yang dapat diamati.

c) Metode Konsensus
Merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan.

d) Metode Pengalaman
Didasarkan pengalaman perusahaan atau orang-orang dalam perusahaan.

Untuk menemukan masalah yang akan diteliti, penulis menggunakan pendekatan informal yaitu dengan
metode fenomenologi. Metode fenomenologi merupakan metode penemuan masalah berdasarkan observasi
terhadap fakta atau suatu kejadian. Dengan metode ini peneliti dapat mencari dan mengamati langsung
masalah yang akan diteliti selama melakukan penelitian (Djunaedi, 2002). Selain dengan menggunakan metode
fenomenologi, penulis juga menggunakan metode wawancara tidak terstruktur untuk menanyakan terkait
pencarian penyebab dan alternatif pemecahan masalah tersebut.

4.1.3 Penjabaran Masalah


Setelah diketahui prioritas masalah pada Sub Bagian Mobilisasi Dana di Rumah

Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua yaitu “human error”, maka penjabaran dari masalah tersebut
dengan mencakup 5W+1H: ( What, Who, Where, When, Why dan How). Dengan menjabarkan keenam komponen
tersebut, maka akan memudahkan untuk memahami masalah yang terjadi dan mendapatkan informasi secara
mendalam serta menetapkan langkah terbaik dalam penyelesaian masalah yang menjadi prioritas utama. Uraian
masalah tersebut antara lain:
Tabel 16. Penjabaran Masalah

No. Komponen Keterangan


1. (What) Human error di pada user SIMRS modul kasir
Apa yang menjadi
masalah

2. (Who) Kasir rawat jalan Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan


Siapa yang terlibat
Partowidigdo
dalam masalah
tersebut

3. (Where) Masalah ini ditemukan di kasir rawat jalan Rumah Sakit Paru Dr.
Dimana masalah M. Goenawan
tersebut terjadi Partowidigdo
4. (When) Kapan Masalah ini ditemukan pada tahun 2019
masalah tersebut
ditemukan

5. (Why) Masalah tersebut terjadi karena adanya kesalahan input tindakan


medis ataupun penunjang medis dari pengguna user SIMRS
Mengapa masalah
modul kasir pada pasien rawat jalan.
tersebut terjadi

6. (How) Bagaimana Karena kurangnya pelatihan pada pengguna SIMRS serta


masalah ini bisa kurangnya pengetahuan kasir pada nama-nama tindakan medis
terjadi ataupun penunjang medis yang tertera pada SIMRS

4.1.4 Penetapan Prioritas Masalah


Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, prioritas adalah sesuatu yang didahulukan dan
diutamakan dari pada hal yang yang lain. Sedangkan Notoatmodjo (2010) mendefinisikan masalah sebagai
suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal atau antara
kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi antara harapan dan kenyataan.

Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan masalah dikarenakan
dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan karena itu tidak mungkin
menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya,
dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan (Azwar, 1996).
Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk menetapkan prioritas masalah baik
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif sebagai berikut.

A. Metode Kuantitatif

1. Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique)


2. Metode Delbeq
3. Metode Hanlon (Kuantitatif)
4. Metode Hanlon (Kualitatif)
5. Metode Carl
6. Metode Reinke
7. Metode Bryant
B. Metode Kualitatif

1. Metode Delphi
2. Metode Diskusi atau Brainstorming Technique
3. Metode Brainwriting

Dalam mengidentifikasi masalah, ada beberapa hasil yang perlu diperhatikan seperti kemampuan
sumberdaya manusia, tenaga, teknologi, dan lain-lain. Untuk itu, dilakukan penilaian prioritas masalah dari
yang paling mendesak hingga tidak terlalu mendesak. Dalam menentukan prioritas masalah penulis
menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique). Nilai skor
antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap kriteria yang sesuai. Prioritas masalah adalah
yang jumlah nilainya paling besar.
Kriteria yang dipergunakan dalam Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique) ini banyak
macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:

a. Pentingnya Masalah (Importancy)

Makin penting masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya.

Beberapa ukuran pentingnya masalah sebagai berikut:

 Besarnya masalah (Prevalence)


 Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (Severity)
 Kenaikan besarnya masalah (Rate of Increase)
b. Kelayakan Teknologi (Technical Feasibility)
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah makin
diprioritaskan masalah tersebut.

c. Sumber Daya yang Tersedia (Resource Ability)


Makin tersedia sumberdaya yang dapat dipakai seperti tenaga, dana dan sarana untuk mengatasi
masalah makin diprioritaskan masalah tersebut (Chriswardani, 2012).

Adapun skala penilaian atau skoring terhadap kriteria yang digunakan untuk setiap masalah tersebut
adalah 1-5 seperti berikut ini:

1) Importancy (I)
Prevalency (P)

Nilai Keterangan
1 Masalah tidak pernah ditemukan
2 Masalah pernah ditemukan
3 Masalah cukup sering ditemukan
4 Masalah sering ditemukan
5 Masalah sangat sering ditemukan

Severity (S)

Nilai Keterangan
1 Akibat dari masalah tidak serius
2 Akibat dari masalah terkadang serius
3 Akibat dari masalah cukup serius
4 Akibat dari masalah serius
5 Akibat dari masalah sangat serius
Rate of increase (RI)

Nilai Keterangan
1 Peningkatan masalah sangat lambat
2 Peningkatan masalah lambat
3 Peningkatan masalah cukup cepat
4 Peningkatan masalah cepat
5 Peningkatan masalah sangat cepat

2) Technical Feasibility (TF)


Nilai Keterangan
1 Teknologi tidak tersedia/mendukung
2 Teknologi kurang tersedia/mendukung
3 Teknologi cukup tersedia/mendukung
4 Teknologi tersedia/mendukung
5 Teknologi sangat tersedia/mendukung

3) Resource Availability (RA)


Nilai Keterangan
1 Dana, Sarana dan tenag tidak
tersedia/mendukung a

2 Dana, Sarana dan tenaga kurang


tersedia/mendukung

3 Dana, Sarana dan tenaga cukup


tersedia/mendukung

4 Dana, Sarana dan tenag


a
tersedia/mendukung
5 Dana, Sarana dan tenaga sanga
tersedia/mendukung t

Setelah diberi, skor masing-masing kriteria masalah dihitung nilai skor akhirnya dengan mengkalikan
skor masing-masing kriteria masalah dengan rumus berikut :

I = P x S x RI ∑ = I x TF x RA

Perkalian ini dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir antara masalah menjadi sangat kontras, sehingga
terhindar keraguan manakala perbedaan skor tersebut terlalu tipis.
Berdasarkan penentapan prioritas masalah dengan menggunakan Teknik Kriteria Matriks (Criteria
Matrix Technique) dari beberapa masalah yang ada di sub bangian mobilisasi dana Rumah Sakit Paru dr. M.
Goenawan Partowidigdo adalah sebagai berikut:

Tabel 15. Penetapan Prioritas Masalah dengan Criteria Matrix Technique

N Daftar Masalah I TF RA Rank


o ∑
P S RI
1 Gangguan jaringan 2 3 3 2 2 6 3
4

2 Human error 3 3 3 3 3 2 1
4
3
3 SDM yang kurang 2 2 3 3 3 2
1
2
6
4 Sarana dan prasarana yang kurang 1 2 3 3 3 4
5
4

Berdasarkan tabel penetapan prioritas masalah di atas, diketahui masalah yang paling diprioritaskan
adalah masalah nomer 2 yaitu “Human error ” dengan memperoleh skor penilaian tertinggi yaitu 243 poin.
Pada kriteria importancy berdasarkan ukuran prevalency (P) diberi skor 3 karena masalah human error dalam
penggunaan SIMRS rumah sakit ini pernah terjadi pada beberap atahun kebelakangan. Pada ukuran severity (S)
diberi skor 3 karena akibat dari masalah ini cukup serius yaitu double billing dan waktu lamanya pasien di ruang
tunggu yang berpengaruh dalam besaran penerimaan atau pemasukan pendapatan rumah sakit . Pada ukuran
rate of increase (RI) diberi skor 3 karena peningkatan masalah dinilai cukup cepat, dengan diketahuinya
kejadian human error di kasir rawat jalan mapun inap pada satu tahun kebelakangan ini dibandingkan dengan
tahun tahun sebelumnya. Sedangkan pada kriteria technical feasilibity (TF) diberi skor 3 karena teknologi yang
dimiliki RSPG sudah cukup. Dan pada kriteria resource availability (RA) diberi skor 3 karena sarana dan tenaga di
Rumah Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo sudah tersedia dengan cukup .

Berdasarkan tabel penetapan prioritas masalah di atas, diketahui masalah kedua adalah masalah
nomer 3 yaitu “SDM yang kurang” dengan memperoleh skor penilaian 126 poin. Pada kriteria importancy
berdasarkan ukuran prevalency (P) diberi skor 2 karena masalah tersebut pernah ditemukan di kasir rawat
inap, farmasi ataupun igd. Pada ukuran severity (S) diberi skor 2 karena akibat dari masalah ini terkadang serius
yaitu saat banyak pasien sedangkan kasir rawat jalan hanya satu orang sehingga waktu tunggu pasien semakin
lama . Pada ukuran rate of increase (RI) diberi skor 3 karena peningkatan masalah dinilai cukup cepat, dengan
diketahuinya kejadian sdm yang kurang di kasir rawat jalan maupun inap pada satu tahun kebelakangan ini.
Sedangkan pada kriteria technical feasilibity (TF) diberi skor 3 karena teknologi yang dimiliki RSPG sudah cukup.
Dan pada kriteria resource availability (RA) diberi skor 3 karena sarana dan tenaga di Rumah Sakit Paru dr. M.
Goenawan Partowidigdo sudah tersedia dengan cukup .

Sedangkan pada gangguan jaringan SIMRS juga sering terjadi yang menimbulkan penumpukan pasien di
ruang tunggu tetapi masalah tersebut segera ditangani oleh pihak IT di rumah sakit Paru dr. M. Goenawan
Partowidigdo.

Sarana prasarana yang kurang juga menjadi masalah dalam penggunaan simrs , tetapi di Rumah sakit
Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo sarana dan prasana sudah cukup yaitu disetiap penunjang telah memiliki
SIMRS dan modul masing-masing.

Hasil dari pembobotan skor dengan menggunakan Teknik Kriteria Matriks

(Criteria Matrix Technique) masalah “human error” ditetapkan sebagai prioritas masalah yang nantinya akan
dilakukan pencarian penyebab dan alternatif pemecahan masalah tersebut.

4.2 Alternatif Pemecahan Masalah

4.2.1 Kerangka Teori


Gambar 5.Kerangka Teori
METHODE MACHINE MATERIAL

MAIN

PROBLEM

ENVIRONTMENT MEASUREMENT MANPOWER

Fishbone analisis merupakan alat sistematis yang menganalisis persoalan dan faktor-
faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Fishbone analysis atau fishbone diagram ini
menampilkan keadaan dengan melihat efek dan sebab-sebab yang berkontribusi pada efek
tersebut. Melihat dari definisi tersebut Fishbone Diagram kemudian disebut sebagai cause-and-
effect diagram.

Diagram sebab akibat berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, di manadapat mengidentifikasi penyebab
suatu proses out of control . Artinya, diagram sebab akibat ini dipergunakan untuk menunjukkan faktor–faktor
penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor–faktor penyebab itu. Diagram
sebab akibat ini sering juga disebut sebagai Diagram Tulang Ikan (Fishbone diagram) karena bentuknya seperti
kerangka ikan atau diagram Ishikawa yang pertamakali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas
Tokyo pada Tahun 1953

Kepala ikan yang biasanya terletak di sebelah kanan merupakan masalah utama yang
akan dicari tau faktor-faktor penyebabnya. Sedangkan yang dicantumkan pada bagian tulang-
tulang ikan merupakan kategori-kategori yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut.
Kategori yang paling umum digunakan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Manpower : Segala hal permasalahan yang terkait dengan aspek tenaga kerja dilihat dari aspek
lemahnya pengetahuan, kurang ketrampilan, pengalaman, kelelahan, kekuatan fisik, lambatnya
kecepatan kerja, banyak tekanan kerja, stress dll.

b. Material : Berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama atau bahan baku penolong yang
terkait dengan akar masalah, dengan melihat aspek kualitas bahan baku tidak sesuai standar,
bahan baku tidak lengkap, kuantitas bahan baku tidak seragam,ukuran dan spesifikasi tidak
standar dll.

c. Machine : Segala masalah yang terkait dengan aspek peralatan, mesin maupun physical
tools lainnya. Misalnya perawatan mesin-mesin, ,ketidaklengkapan
mesin/peralatan, pengkalibrasian mesin yang tidak standar,daya tahan mesin yang lemah,
kesulitan dalam penggunaan mesin, mesin tidak user-operability, dll.

d. Method : Segala hal masalah terkait dengan metode dan prosedur kerja. Misalnya prosedur kerja
tidak ada, metode sulit dipahami, metode tidak standar, metode tidak cocok, metode yang
bertentangan dengan metode lainnya dll.

e. Measurement : Cara pengambilan data dari proses yang dipakai untuk menentukan kualitas
proses.

f. Environment : Melihat aspek tempat kerja, waktu, lingkungan yang tidak mendukung.

Dari masing-masing kategori tersebut, terus dikembangkan ke tahap yang lebih detail.
Tidak semua penyebab yang ada di bagian tulang ikan memiliki kontribusi yang sama terhadap
permasalahan. Beberapa penyebab memiliki kontribusi yang sangat besar, namun ada juga
penyebab yang kontribusinya terlalu kecil, bahkan mungkin hampir tidak ada kontribusi sama
sekali.

4.2.2 Analisis dan Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah diketahuinya masalah yang menjadi prioritas pada bab IV yaitu “penurunan
penerimaan pendapatan rumah sakit”, maka langkah berikutnya adalah menganalisis penyebab
masalah tersebut agar kemudian dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah untuk
menanggulangi masalah tersebut. Penulis menguraikan penyebab masalah dengan menggunakan
metode fishbone diagram (diagram tulang ikan) sebagai berikut:

Gambar 5.1 Kerangka Teori


Method

Pelatihan SIMRS Machine Material


kurang intensif

H
u
m
an

MEASUREMENT Man
ENVIRONTMENT - Ketertiban entry dan mutasi data SIMRS
- Jumlah - Tenaga ahli yang kurang pengetahuan
pasien yang tentang pentingnya penggunaan SIMRS /
banyak SDM

Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah menganalis beberapa penyebab dari masalah penurunan penerimaan
pendapatan rumah sakit, langkah selanjutnya yaitu menentukan alternatif pemecahan masalah.
Berikut ini adalah daftar alternatif pemecahan masalah berdasarkan dari tiap penyebab masalah :
N Analisis penyebab masalah Alternative pemecahan masalah
o
1. Pelatihan SIMRS kurang Pelatihan SIMRS secara intensif
intensif
2. Jumlah pasien yang banyak Perluasan ruangan
3. Ketertiban entry dan mutasi Pertemuan rutin mengingat
data SIMRS pentingnya SIMRS
4. Tenaga ahli yang kurang Penambahan tenaga ahli

- Pelatihan SIMRS secara intensif 

Dalam proses belajar dan bukan dengan latar belakang TI, karyawan rumah sakit terutama user memerlukan
pelatihan secara intensif guna mengetahui apa yang menghambat para karyawan dalam implementasi SIMRS.
Selain user  pelatihan juga diberikan kepada seluruh karyawan baik paramedis dan non paramedis, sehingga
diharapkan meskipun user tidak berada ditempat, karyawan lain dapat mengentry data.

- Tenaga ahli Penambahan

tenaga ahli di bidang teknologi informasi (TI) terutama dengan latar belakang pendidikan informatika sangat
diperlukan dalam menjalankan SIMRS. Dengan adanya tenaga ahli, dapat bertugas membantu tim IT RS sehingga
permasalahan yang timbul dalam implementasi SIMRS dapat segera diselesaikan dengan cepat.

- Pertemuan rutin mengingat pentingnya penggunaan SIMRS

Pertemuan rutin dapat menjadi media pengingat bahwa SIMRS sangat penting kegunaannya baik bagi user 
maupun kecepatan pelayanan. Selain itu, dengan adanya pertemuan rutin, masalah-masalah yang timbul
sehubungan dengan interaksi antar unit dapat terpecahkan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam kegiatan Latihan Kerja Peminatan yang dilaksanakan dari tanggal 11 November 2019 hingga 4
Januari 2020 di Rumah Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo, penulis menemukan beberapa
masalah pada sub bagian mobilisasi dana. Berdasarkan hasil skoring penentuan prioritas masalah
dengan menggunakan Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique) didapatkan hasil yaitu
masalah “ Human error “. Adapun beberapa penyebab masalah yang telah digambarkan dengan
metode fishbone diagram yaitu:

1. Pelatihan SIMRS kurang intensif


2. Jumlah pasien yang banyak
3. Ketertiban entry dan mutasi data SIMRS
4. Tenaga ahli yang kurang pengetahuan tentang pentingnya penggunaan SIMRS / SDM

Setelah diketahui penyebab masalah, penulis merumuskan beberapa alternatif pemecahan masalah
tersebut. Dari beberapa alternatif pemecahan masalah, penulis menentukan satu alternatif yang akan
dijadikan prioritas pemecahan masalah dengan pelatihan SIMRS secara intensif. . Prioritas pemecahan
masalah yang didapatkan yaitu “mengadakan pelatihan SIMRS secara intensif ” agar para user dapat
memahami SIMRS dengan baik serta tidak terjadi lagi gangguan human error.

5.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat penulis berikan pada sub bagian mobilisasi dana Rumah Sakit Paru dr. M.
Goenawan Partowidigdo yaitu diharapkan dapat meningkatkan kualitas sdm yang terdapat di Rumah
Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo dengan cara mengadakan pelatihan SIMRS secara intensif
serta evaluasi SIMRS agar tidak akan lagi terjadi human error pada user kasir sehingga para pasien tidak
lama menunggu.
4.6 Alternatif Pemecahan Masalah

4.6.1 Kerangka Teori


Gambar 5.Kerangka Teori
60

METHODE MACHINE MATERIAL

MAIN

PROBLEM

ENVIRONTMENT MEASUREMENT MANPOWER

Fishbone analisis merupakan alat sistematis yang menganalisis persoalan dan faktor-
faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Fishbone analysis atau fishbone diagram ini
menampilkan keadaan dengan melihat efek dan sebab-sebab yang berkontribusi pada efek
tersebut. Melihat dari definisi tersebut Fishbone Diagram kemudian disebut sebagai cause-and-
effect diagram.

Diagram sebab akibat berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, di manadapat mengidentifikasi penyebab
suatu proses out of control . Artinya, diagram sebab akibat ini dipergunakan untuk menunjukkan faktor–faktor
penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor–faktor penyebab itu. Diagram
sebab akibat ini sering juga disebut sebagai Diagram Tulang Ikan (Fishbone diagram) karena bentuknya seperti
kerangka ikan atau diagram Ishikawa yang pertamakali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas
Tokyo pada Tahun 1953

Kepala ikan yang biasanya terletak di sebelah kanan merupakan masalah utama yang
akan dicari tau faktor-faktor penyebabnya. Sedangkan yang dicantumkan pada bagian tulang-
tulang ikan merupakan kategori-kategori yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut.
Kategori yang paling umum digunakan diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Manpower : Segala hal permasalahan yang terkait dengan aspek tenaga kerja dilihat dari aspek
lemahnya pengetahuan, kurang ketrampilan, pengalaman, kelelahan, kekuatan fisik, lambatnya
kecepatan kerja, banyak tekanan kerja, stress dll.
61

b. Material : Berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama atau bahan baku penolong yang
terkait dengan akar masalah, dengan melihat aspek kualitas bahan baku tidak sesuai standar,
bahan baku tidak lengkap, kuantitas bahan baku tidak seragam,ukuran dan spesifikasi tidak
standar dll.

c. Machine : Segala masalah yang terkait dengan aspek peralatan, mesin maupun physical
tools lainnya. Misalnya perawatan mesin-mesin, ,ketidaklengkapan
mesin/peralatan, pengkalibrasian mesin yang tidak standar,daya tahan mesin yang lemah,
kesulitan dalam penggunaan mesin, mesin tidak user-operability, dll.

d. Method : Segala hal masalah terkait dengan metode dan prosedur kerja. Misalnya prosedur kerja
tidak ada, metode sulit dipahami, metode tidak standar, metode tidak cocok, metode yang
bertentangan dengan metode lainnya dll.

e. Measurement : Cara pengambilan data dari proses yang dipakai untuk menentukan kualitas
proses.

f. Environment : Melihat aspek tempat kerja, waktu, lingkungan yang tidak mendukung.

Dari masing-masing kategori tersebut, terus dikembangkan ke tahap yang lebih detail.
Tidak semua penyebab yang ada di bagian tulang ikan memiliki kontribusi yang sama terhadap
permasalahan. Beberapa penyebab memiliki kontribusi yang sangat besar, namun ada juga
penyebab yang kontribusinya terlalu kecil, bahkan mungkin hampir tidak ada kontribusi sama
sekali.
5.2 Analisis Penyebab Masalah
Setelah diketahuinya masalah yang menjadi prioritas pada bab IV yaitu “penurunan
penerimaan pendapatan rumah sakit”, maka langkah berikutnya adalah menganalisis penyebab
masalah tersebut agar kemudian dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah untuk
menanggulangi masalah tersebut. Penulis menguraikan penyebab masalah dengan menggunakan
metode fishbone diagram (diagram tulang ikan) sebagai berikut:

Gambar 5.1 Kerangka Teori


Method

Pelatihan SIMRS Machine Material


kurang intensif

H
62

Man
ENVIRONTMENT
- Ketertiban entry dan mutasi data SIMRS
- Jumlah
- Tenaga ahli yang kurang pengetahuan
pasien yang tentang pentingnya penggunaan SIMRS /
banyak SDM

5.3 Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah menganalis beberapa penyebab dari masalah penurunan penerimaan
pendapatan rumah sakit, langkah selanjutnya yaitu menentukan alternatif pemecahan masalah.
Berikut ini adalah daftar alternatif pemecahan masalah berdasarkan dari tiap penyebab masalah :

N Analisis penyebab masalah Alternative pemecahan masalah


o
1. Pelatihan SIMRS kurang Pelatihan SIMRS secara intensif
intensif
2. Jumlah pasien yang banyak Perluasan ruangan
3. Ketertiban entry dan mutasi Pertemuan rutin mengingat
data SIMRS pentingnya SIMRS
4. Tenaga ahli yang kurang Penambahan tenaga ahli

- Pelatihan SIMRS secara intensif 

Dalam proses belajar dan bukan dengan latar belakang TI, karyawan rumah sakit terutama user memerlukan
pelatihan secara intensif guna mengetahui apa yang menghambat para karyawan dalam implementasi SIMRS.
Selain user  pelatihan juga diberikan kepada seluruh karyawan baik paramedis dan non paramedis, sehingga
diharapkan meskipun user tidak berada ditempat, karyawan lain dapat mengentry data.

- Tenaga ahli Penambahan


63

tenaga ahli di bidang teknologi informasi (TI) terutama dengan latar belakang pendidikan informatika sangat
diperlukan dalam menjalankan SIMRS. Dengan adanya tenaga ahli, dapat bertugas membantu tim IT RS sehingga
permasalahan yang timbul dalam implementasi SIMRS dapat segera diselesaikan dengan cepat.

- Pertemuan rutin mengingat pentingnya penggunaan SIMRS

Pertemuan rutin dapat menjadi media pengingat bahwa SIMRS sangat penting kegunaannya baik bagi user 
maupun kecepatan pelayanan. Selain itu, dengan adanya pertemuan rutin, masalah-masalah yang timbul
sehubungan dengan interaksi antar unit dapat terpecahkan.
64
65
66

Anda mungkin juga menyukai