Anda di halaman 1dari 20

PERSEPSI PERAWAT DAN KLIEN DALAM PERILAKU APLIKASI DALAM

ASUHAN KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing:
Moh. Saifudin, S.Kep., Ns., S.Psi., M.Kes
Disusun Oleh kelompok 3 :
1. Agista Vega Pratama (1702012330)
2. Devi Yuniarti (1702012333)
3. Fadhillatul Ummi (1702012339)
4. Faukiatut Nur Hikmah (1702012340)
5. M. Ainun Naim Ardianto (1702012354)
6. Nia Krisdianti (1702012357)
7. Putri Sabrina (1702012361)
8. Restika Eka P. (1702012363)
9. Silvi Dwi Anggraini (1702012369)
10. Siti Maudhotin Khasanah (1702012370)
11. St. Nikmatul Khoiriyah (1702012372)
12. Wahyu Tunjung Oktabela (1702012377)
13. Wulandini Furi Gardensari (1702012380)

4A KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2019
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta
memberikan perlindungan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyusun makalah denagn
judul “Persepsi Perawat Dan Klien Dalam Perilaku Aplikasi Dalam Asuhan Keperawatan”.
Dimana makalah ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perilaku
Manusia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini banyak menemui
kesulitan, karena keterbatasan referensi dan keterbatasan penulis sendiri. Dengan adanya kendala
dan keterbatasan yang dimiliki penulis, maka penulis berusaha semaksimal mungkin untuk
menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing
Perilaku Manusia “Moh. Saifudin, S.Kep., Ns., S.Psi., M.Kes” dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca demi perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Wassalammualaikum Wr. Wb.

Lamongan, 09 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................i

KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1


1.2 RumusanMasalah ............................................................................................................1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................2
1.4 Manfaat ...........................................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI ................................................................................................3

2.1 Definisi ............................................................................................................................3

2.2 Proses Terjadinya Presepsi .............................................................................................4

2.2.1 Syarat Individu Dapat Berpresepsi ........................................................................4

2.2.2 Gangguan Persepsi (Dispresepsi) ..........................................................................5

2.3 Macam-macamPresepsi ..................................................................................................8

BAB 3 TINJAUAN KASUS ...............................................................................................10

3.1 Kasus ...............................................................................................................................10

BAB 4 PEMBAHASAN KASUS ........................................................................................11

4.1 BerdasarkanTeori .............................................................................................................11

4.2 Berdasarkan Proses Terjadinya Persepsi ........................................................................11

4.3 Berdasarkan Analisis Kelompok .....................................................................................12

BAB 5 PENUTUP ...............................................................................................................14


5.1 Kesimpulan .....................................................................................................................14

5.2 Saran ...............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................15


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan adalah salah satu profesi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan.
Perawat merupakan salah satu pemberi layanan keperawatan terbesar kepada pasien, baik
secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dalam hal ini perawat dapat dikatakan
sebagai tenaga kesehatan yang sangat besar perannya terhadap kualitas layanan kesehatan
yang akan berdampak kepada kepuasan pasien (Huber, 2011).
Kualitas layanan kesehatan khususnya layanan keperawatan adalah sejauh mana
asuhan keperawatan baik untuk individu maupun untuk kelompok tertentu mampu
meningkatkan status kesehatan sepert yang diinginkan. Guna memberikan layanan yang
memuaskan kepada pasien, perawat harus memiliki pemahaman yang jelas, hasil pengkajian
kebutuhan yang terstruktur dan harapan pasien akan proses pengobatan dan rencana terapi
yang akan didapatkan (Gupta, Shrestha, Thulung, 2014).
Nursalam, (2014) mengemukakan bahwa masyarakat umum masih belum dekat
dengan perawat dan keperawatan. Persepsi yang salah dari masyarakat yang masih
menganggap bahwa perawat bukanlah seseorang yang professional, namum perawat adalah
petugas kesehatan yang judes, suka memperlakukan pasien dengan tidak baik.
Sarlito W. Sarwono (2009:24) berpendapat persepsi secara umum merupakan proses
perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi berlangsung
pada saat seseorang meniram stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ
bantuannya yang kemudian masuk ke dalam otak. Di dalam persepsi mengandung suatu
proses dalam diri untuk mengetahui dan mengevaluasi sejauh mana kita mengetahui orang
lain. Pada proses ini, kepekaan dalam diri seseorang terhadap lingkungan sekitar mulai
terlihat. Cara pandang akan menentukan kesan yang dihasilkan dari proses persepsi.
Proses interaksi tidak dapat dilepaskan dari cara pandang atau persepsi satu individu
terhadap individu yang lain, sehingga memunculkan apa yang dinamakan persepsi
masyarakat. Persepsi masyarakat akan menghasilkan suatu penilaian terhadap sikap. Perilaku
dan tindakan seseorang di dalam kehidupan bermasyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Pengertian Persepsi ?
1.2.2 Bagaimana terjadinya Persepsi?
1.2.3 Apa saja macam-macam persepsi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian persepsi
1.3.2 Untuk mengetahui terjadinya persepsi
1.3.3 Untuk mengetahui macam-macam persepsi
1.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa : Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana persepsi dan dapat
menerapkannya di lingkungan rumah sakit dengan baik dan benar.
2. Bagi pelayanan kesehatan : Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, khususnya perilaku caring perawat dalam praktik keperawatan yang
dapat memuaskan pasien.
3. Bagi masyarakat : Memberikan informasi bagi masyarakat khususnya pasien di RS
tentang bagaimana perilaku yang seharusnya ditunjukkan perawat sebagai pemberi
pelayanan yang professional.
4. Bagi institudi pendidikan : Memberikan informasi bagi mahasiswa jurusan keperawatan
dalam melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan persepsi pasien terhadap
perilaku caring perawat.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Secara etimologis persepsi berasal dari bahasa latin perceptio yang artinya menerima
atau mengambil. Persepsi dapat di bagi kedalam dua kelompok yaitu persepsi dalam arti
sempit dan dalam arti luas. Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan atau bagaimana
seseorang melihat sesuatu. Sedangkan persepsi dalam arti luas adalah pandangan atau
pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Menurut Slameto (2010:102), persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya


pesan tau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus
mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya,
yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.

Berikut definisi persepsi menurut para ahli :

1. Davidoff : persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap


stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan
merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.
2. Desirato : persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Pesan dapat
dikatakan sebagai pemberian makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli).
3. Joseph A. Devito : persepsi ialah proses menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang
memengaruhi indra kita.
4. Gibson, Ivancevich dan Donelly (1996:134) : persepsi membantu individu dalam
memilih, mengatur, menyimpan dan menginterpretasikan rangsangan menjadi gambaran
dunia yang utuh dan berarti. Oleh sebab itu, persepsi berperan dalam penerimaan
rangasangan, mengaturnya, dan menterjemahkan atau menginterpretasikan rangsangan
yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.

Sedangkan menurut KBBI, persepsi merupakan proses seseorang mengetahui beberapa


hal melalui panca inderanya. Dari beberapa pengertian mengenai persepsi diatas dapat
disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses diterimanya rangsang melalui panca indera
yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, menghayati dan
mengartikan tentang hal yang diamati baik yang ada diluar maupun yang ada didalam
individu.

2.2 Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indera atau reseptor, dimana proses ini dinamakan proses kealaman (fisik).
Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh saraf sensorik ke otak. Proses ini
dinamakan proses fisiologi kemudian terjadi suatu proses di dalam otak sehingga individu
dapat menyadari sesuatu yang diterima dengan reseptor itu, sebagai akibat dari stimulus
yang diterima.

Proses yang terjadi di otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses
psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari persepsi adalah individu menyadari tentang
sesuatu yang diterima melalui alat indera atau reseptor (Rakhmat, 2005).

Menurut Walgito (1994) proses terjadinya persepsi melalui tiga proses, yaitu:

1. Proses fisik: Obyek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau
reseptor.

2. Proses fisiologis: Stimulus yang diterima oleh indera dilanjutkan oleh saraf sensoris ke
otak.

3. Proses psikologis: Proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari stimulus
yang diterima

2.2.1 Syarat Individu Dapat Berpersepsi

Dengan persepsi individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan
lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang keadaan diri individu yang
bersangkutan (self perception). Alat penghubung antara individu dengan dunia luar
adalah alat indra yang dimiliki.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului penginderaan, yaitu dengan
diterimanya stimulus oleh reseptor, diteruskan ke otak, atau pusat syaraf yang
diorganisasikan dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya setelah
mengalami proses individu menyadari apa yang telah dilihat dan di interpretasikan.

Adapun syarat terjadinya persepsi yaitu :

1. Adanya objek

Objek memberikan stimulus kepada individu yaitu dengan cara memberikan


rangsangan kepada alat indera (reseptor). Stimulus dapat berasal dari luar
(langsung mengenai alat indera atau reseptor) dan berasal dari dalam diri
individu (langsung mengenai syaraf sensoris yang bekerja sebagai reseptor)

2. Adanya perhatian

Perhatian memberikan andil dalam pembentukan sebuah persepsi. Untuk bisa


terjadi persepsi, individu harus terlebih dahulu memiliki ketertarikan atau
memperhatikan objek sehingga objek dapat teramati dan diinterpretasikan oleh
individu.

3. Adanya alat indera sebagai reseptor penerima stimulus

Alat indera merupakan jembatan dalam terbentuknya sebuah persepsi. Saraf


sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau
kesadaran). Dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk
mengadakan respons.

2.2.2 Gangguan Persepsi (Dispersepsi)

Dispersepsi adalah kesalah atau gangguan persepsi Macam-macam gangguan


persepsi. Menurut Maramis (1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi yaitu
halusinasi,ilusi, depersonalisasi,derealisasi,gangguan somato sensorik konversi,
gangguan psikoloogik agnosia.

1. Halusinasi atau maya


Halusinasi adalah pencerapan (persepsi ) tanpa adanya rangsangan apapun
pada pancaindra seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar bangun dasarnya
mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis,1990)
Oleh karena itu,secara singkatan halusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu,
a. Halusinasi penglihatan (halusinasi optic)
1) Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk : orang, binatang,brang atau
benda.
2) Apayang dilihat seolah-olah tidak berbentuk : sinar, kilatan atau pola
cahaya.
3) Apa yang dilihat seolah-olah berwarna atau tidak berwarna.
b. Halusinasi auditif/halusinasi akutik-halusinasi yang seolah-olah mendengar
suara manusia, suara hewan,suara barang,suara mesin, suara music, dan suara
kejadian alami.
c. Halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman) - halusinasi yang seolah-olah
mencium suatu bau tertentu.
d. Halusinasi gustatorik (halusinasi pengecap) - halusinasi yang seolah-olah
mengecap suatu zat atau rasa tentang sesuatu yang dimakan.
e. Halusinsi taktil (halusinasi peraba) - Halusinasi yang seolah-olah merasa
diraba-raba,disentuh, dicolek-colek,ditup,dirambati ulat,dan disinari.
f. Halusinasi kinestik (halusinasi gerak)-halusinasi yang seolah-olah merasa
badannya bergerak disebuah ruang tertentu dan merasa anggota badannya
bergerak dengan sendirinya.
g. Halusinasi visceral-halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah-olah ada
perasan tertentu ynag timbul dibagian dalam (mis. Lambung seperti ditusuk-
tusuk jarum)
h. Halusinasi hipnagogik-Persepsi sensori bekerja yang salah terdapat pada orang
normal, terjadi tepat sebelum tidur.
i. Halusinasi hipnopompik- persepsi sensorik bekerja yang salah, pada orang
normal, terjadi tepat sebelum tidur.
j. Halusinasi histerik-halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena
konflik emosional.
Depersonalisasi ianalah perasaan yang aneh tentang dirinya atau perasaan
bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak menurut kenyataan atau
kondisi patalogis yang seseorang merasa bahwa dirinya atau tubuhnya sebagai tidak
nyata.

Contoh :

a. Perasaan bahwa dirinya seperti sudah diluar badanya

b. Perasaan bahwa kaki kanannya bukan kepunyaannya lagi.

Derealisasi ialahperasaan aneh tentang lingkungan disekitar dan tidak


menurut kenyataan sebenarnya (misalnya segala sesuatu dirasakan seperti dalam
mimpi )

2. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, secara harfi soma artinya tubuh,
dan sensorik artinya mekanisme neuroligis yang terlibat dalam proses
penginderaan dan perasaan. Jadi, somatosensorik adalah suatu keadaan
menyangkut tubuh yang secara simbolik menggambarkan adanya suatu konflik
emosional.
Contoh :
a. Anastesia, yaitu kehilangan sebagian atau keseluruhan kepekaan indera peraba
pada kulit.
b. Prestesia, yaitu perubahan pada indera peraba, seperti ditusuk – tusuk jarum,
dibadannya ada semut berjalan, kulitnya terasa panas, atau kulitnya terasa
tebal.
c. Gangguan penglihatan atau pendengaran.
d. Makropsia (megalopsia), yaitu melihat benda lebih besar dari keadaan
sebenarnya bahkan kadang – kadang terlalu besar sehingga menakutkan.
e. Mikropsia, yaitu melihat benda lebih kecil dari sebenarnaya.
3. Gangguan psikofisiologik ialah gangguan pada tubuh yang disarafi oleh susunan
saraf yang berhubungan dangan kehidupan (nervus vegiatif ) dan disebabkan oleh
gangguan emosi.
Contoh :
a. Kulit : radang kulit (dermatitis), biduran (urtikaria), gatal – gatal (prurutis), dan
banyak cairan pada kulit (hiperhidrosis).
b. Otot dan tulang : otot tegang sampai kaku (tension headache), otot tegang dan
kaku dipunggung (lowback pain).
c. Alat pernapasan : sindrom hiperventilasi (bernafas berlebihan yang
mengakibatkan rasa pusing, kepala enteng, parestesia pada tangan dan sekitar
mulut, merasa berat di dada, nafas pendek, perut gembung, tetani, asthma
bronchiale).
d. Jantung dan pembuluh darah : debaran jantung yang cepat (palpitasi), TD
meningkat (hipertensi), dan vascular headache.
e. Alat pencernaan : lambung perih, mual dan muntah, kembung (meteorisme),
sembelit (konstipasi), dan mencret (diare).
f. Alat kemih dan alat kelamin : sering berkemih, ngompol (enuresis),
memancarkan air mani secara dini (dispareunia), sakit waktu menstruasi
(disminore), tidak mampu menikmati rangsangan seksual pada wanita
(frigiditas), dan impoten.
g. Mata : mata berkunang- kunang dan telingga berdenging (tinutus).

2.3 Macam-Macam Persepsi

Ada 2 macam persepsi, yaitu :

1. External Perception (Persepsi Eksternal) yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsang yang datang dari luar individu

2. Self Perception (Persepsi Internal) yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan
yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya
sendiri.

Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera
menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang
paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami
dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum,
sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.

2. Persepsi auditori

Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. Pendengaran dapat
didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengenali suara. Meskipun suara ditangkap
dengan telinga, namun proses “mendengarakan” juga melibatkan beberapa syaraf dan
otak.

3. Persepsi perabaan

Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. Kulit merupakan bagian
tubuh yang berada paling luar. Selain sebagai pelindung bagi organ-organ yang ada
didalam tubuh, kulit juga dilengkapi dengan bermacam reseptor yang peka terhadap
berbagai rangsangan.

4. Persepsi penciuman

Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
Penciuman dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk merasakan bau. Penciuman
merupakan suatu bentuk kemosensor, artinya zat kimia yang bertangung jawab dalam
proses penciuman. Zat kimia mengaktifkan sistem alfaktori (penciuman) dalam
konsentrasi kecil yang sering kita sebut dengan istilah bau.

5. Persepsi pengecapan

Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Pengecapan merujuk pada kemampuan mendeteksi rasa suatu zat seperti makanan atau
racun. Indera pengecapan terkait pada perespsi otak terhadap rasa. Pengecapan
merupakan suatu bentuk kemoreseptor yang dapat merasakan empat sensai pengecapan
klasik, yakni manis, asin, masam, dan pahit. Namun belakangan ini ahli-ahli psikofisik
dan neurosains mengusulkan untuk menambah kategori lain, yakni rasa gurih (umami)
dan asam lemak.
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Seorang wanita 45 tahun sudah dirawat dirumah sakit selama 6 hari dikarenakan
menderita thypoid. Perawat X 25 tahun merupakan perawat penanggung jawab dari klien
tersebut. Klien tersebut sudah 4 hari bersikap sangat dingin kepada perawat. Klien selalu
membantah dan tidak lagi mau menurut kepada perawat X. Setelah di cari tahu
penyebabnya, ternyata klien berubah sikap setelah 2 kali disuntik oleh perawat X untuk
diambil darahnya yang digunakan untuk tes laboratorium.
BAB 4
PEMBAHASAN KASUS

4.1 Berdasarkan Teori


Dalam kasus tersebut klien berubah sikap setelah disuntik untuk diambil darahnya oleh
perawat. Dapat diartikan bahwa klien mempersepsikan bahwa perawat hanya menyiksa klien
dengan suntikan yang dianggap klien menyakitkan, namun klien tidak kunjung sembuh.
Dalam hal ini perawat bisa menerapkan peran perawat yang ada. Perawat dapat
menggunakan peran perawat sebagai konselor, disini perawat dapat mengidentifikasi
perubahan sikap klien terhadap kondisi sehat sakitnya. Sikap dingin klien yang ditunjukkan
kepada perawat, klien selalu membantah dan tidak mau menurut kepada perawat yang
merupakan hasil dari suatu persepsi klien bahwa perawat telah melakukan tindakan
menyakitkan terhadap dirinya yang kemudian diluapkan dalam konflik perilaku klien seperti
disebutkan di atas.
Di sini perawat dituntut harus mampu membina dan membangun hubungan saling
percaya kepada klien atas segala tindakan yang akan atau telah dilakukan kepada klien.
Perawat tidak boleh ikut larut dalam emosi dalam menghadapi persepsi negatif dari klien,
karena jika perawat ikut larut dalam pemicu perilaku klien tersebut. Maka, pertengkaran dan
adu mulutpun tak bisa dihindari. Jadi, perawat harus bisa menetralisir dan menahan emosi
sekaligus adaptasi dalam menghadapi persepsi dan perilaku klien yang kontra terhadap
perawat. Perawat juga dapat membimbing klien dan keluarga untuk menangani masalah
kesehatan yang dihadapi dan meningkatkan kemampuan beradaptasi. Perawat juga dapat
menerapkan peran sebagai edukator yaitu memberikan wawasan kepada klien dan keluarga
mengenai masalah kesehatan yang dialami, sehingga klien mampu bersikap kooperatif
terhadap terapi yang sedang diterima.

4.2 Berdasarkan Proses Terjadinya Persepsi


Menurut Walgito (1994) proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu:
1. Proses Fisik
Dari kasus tersebut objek yang menimbulkan stimulus reseptor adalah suntikan yang
dilakukan Perawat X untuk mengambil darah yang digunakan untuk tes laboratorium
pasien.
2. Proses Fisiologis
Dari kasus tersebut stimulus yang diterima oleh indra ke otak adalah rasa sakit yang
diakibatkan dari pengambilan darah oleh Perawat X yang menimbulkan pemikiran
klien bahwa Perawat X menyakiti klien.
3. Proses Psikologis
Proses didalam otak yang diterima berdasarkan kasus tersebut ditunjukan oleh klien
dengan sikap dingin kepada perawat dengan membantah dan tidak mau menurut
kepada perawat.

4.3 Berdasarkan Analisa kelompok


Menurut kelompok kami dari kasus diatas perawat kurang mampu membina
hubungan saling percaya dengan klien serta perawat kurang jelas dalam memberikan
informasi terkait tindakan yang dilakukan sehingga menimbulkan persepsi yang negative
bagi klien.
Tindakan yang harus dilakukan perawat dalam menghadapi persepsi negative klien
menurut kelompok kami yaitu:
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga klien.
Sebelum melakukan tindakan harusnya perawat melakukan perkenalan dan
orientasi terhadap tindakan yang akan dilakukan. Memberikan informasi yang jelas
sebelum memberikan tindakan keperawatan dan memberikan perhatian yang cukup
karena itu merupakan hak hak pasien sehingga dapat menghindari sikap klien yang
cenderung mempersepsi negative terhadap perawat.
b. Menjalin komunikasi afektif dengan klien maupun keluarga klien
Dalam melakukan suatu tindakan keperawatan diperlukannya komunikasi efektif
untuk memudahkan perawat dalam memberikan informasi kepada klien maupun keluarga
klien sehingga tidak menimbulkan persepsi yang negatif kepada perawat saat melakukan
tindakan dan mampu menjalin komunikasi yang baik
c. Tidak terbawa emosi dalam mengahdapi persepsi klien.
Perawat harus memahami kondisi Klien sehinga dapat sabar dan tetap
memperhatikan pertimbangan etis dan moral. Perawat sebisa mungkin untuk menghidari
konflik antara nilai-nilai pribadi pasien dengan cara membina hubungan baik antara
pasien dan keluarga saat tindakan berlangsung.
d. Memberikan pengertian atas persepsi klien sesuai dengan prosedur tindakan keperawatan
dan ditunjang dengan hasil pemeriksaan penunjang.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus membina hubungan
saling percaya dengan klien dan keluarga. Saat perawat menghadapi persepsi dari klien,
perawat seharusnya menguatkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien,
maupun keluarga yang dikuatkan dengan hasil-hasil pemeriksaan penunjang atau
pemeriksaan diagnostik klien dengan kata-kata yang mudah dipahami dan didukung oleh
waktu penyampaian yang tepat. Dengan begitu klien dan keluarga akan mengerti dan
memahami segala tindakan prosedur yang dilakukan terhadap klien.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Persepsi merupakan proses di terimanya rangsangan melalui panca indera yang di
dahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengayati dan
mengartikan tentang hal yang diamati baik yang ada di luar maupun yang ada di dalam
individu. Proses terjadinya presepsi di mulai dari objek yang menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indra atau reseptor, dimana proses ini di namakan proses kealaman (fisik).
Stimulus yang di terima oleh alat indra di lanjutkan oleh saraf sensorik ke otak
Ada dua macam presepsi, yaitu:
1. Internal preseption (presepsi eksternal yaitu presepsi yang terjadi karena rangsangan
yang dating dari luar individu
2. Self preseption (presepsi internal yanitu presepsi yang terjadi karna adanya
rangsangan yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek
adalah dirinya sendiri

5.2 Saran
Diharapkan dengan tersusunnya makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana Persepsi dan dapat menerapkannya di lingkungan Rumah Sakit dengan baik
dan benar. Untuk tenaga kesehatan diharapkan, bisa memberikan asuhan keperawatan
dengan semaksimal mungkin. Dan juga diharapkan bagi pembaca untuk paham apa yang
dibahas pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Bimo Walgito. (1994). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Gupta BS, Shrestha S, Thulung BK. (2014). Patient’s Perception towards Quality Nursing Care.
J Nepal Health Res Counc. May-Aug;12(27):83-7.
Huber, D. (2011). Leadership and Nursing Care Managemen. Philadephia: WB Saunders
Company.
https://www.google.com/amp/s/yunidardwip.wordpress.com/2016/04/27/persepsi-dalam-
psikologi-keperawatan/amp/
Maramis, W.F. (1999). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Erlangga University Press.

Nursalam, (2014). Caring sebagai dasar peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan
keselamatan pasien. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu
Keperawatan Pada Fakultass Keperawatan Universitas Airlangga.
Surabaya: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Airlangga.
Rakhmat, Jalaluddin, (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Sarwono, Sarlito W. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Depok: Rajawali Pers.

Slameto. (2010). Belajarn dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Soyomukti, Nurani. (2016). Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Cetakan IV.AR-RUZ


MEDIA.

Anda mungkin juga menyukai