Anda di halaman 1dari 66

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting
dan multiefek ketika kita mengabaikannya. Sehat itu mahal. Sehingga
sekarang ini, oleh pemerintah masalah kesehatan telah ditempatkan
pada pola pemikiran baru yang disebut Paradigma Sehat yang
menempatkan isu sehat sebagai bagian utama pembangunan
kesehatan. Lebih lanjutnya paradigma baru ini dijabarkan sebagai
suatu konsep nasional pembangunan yang disebut Pembangunan
Berwawasan Kesehatan. Misi ini memandang bahwa setiap gerak dan
langkah pembangunan hendaknya ditujukan untuk kesehatan (all for
health) dan bermanfaat bagi kesehatan.
Konsep

pembangunan

ini

selanjutnya

diharapkan

dapat

mencapai suatu Indonesia Sehat yang harus didukung oleh provinsi


sehat, kabupaten sehat, kecamatan sehat, desa sehat dan seterusnya
didukung oleh sendi-sendi terkecil dari masyarakat yaitu keluarga
yang sehat. Kesemuanya ini sesuai dengan dasar pembangunan
nasional yang senantiasa ingin menciptakan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang produktif, kreatif,

dan sejahtera yang terwujud dalam

suatu masyarakat madani (civil society) dalam era Indonesia baru.


Berdasarkan kenyataan yang kita lihat di lapangan bahwa
eksistensi sarjana kesehatan masyarakat kurang memuaskan, otoritas

kerja lulusan sarjana kesehatan masyarakat belum diakui, serta


organisasi KMI (Kesehatan Masyarakat Indonesia) juga belum diakui
sebagai

organisasi profesi

karena ketika

Fakultas Kesehatan

Masyarakat diakui sebagai profesi maka akan terlihat jelaslah bahwa


wilayah kerja sarjana kesehatan masyarakat sangat luas yang
sekarang

ini

banyak

ketidakjelasan

wilayah

diambil
kerja

alih

oleh

sarjana

profesi

kesehatan

lain

karena

masyarakat.

Sehingga, mahasiswa sarjana kesehatan masyarakat perlu untuk


membuktikan

eksistensinya

baik

di

pemerintah

maupun

di

masyarakat. Sarjana kesehatan masyarakat harus mengetahui apa


kebutuhan masyarakat terhadap SKM, sehingga kita tahu apa yang
harus dilakukan.
Hal inilah yang mendasari Universitas Indonesia Timur sebagai
salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar yang mengelola 13
fakultas dan salah satunya adalah Fakultas Kesehatan Masyarakat
untuk memberlakukan aturan bahwa Fakultas Kesehatan Masyarakat
harus melaksanakan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I,
II, dan III dengan strategi mencapai keunggulan yang sinergi dalam
peningkatan mutu kognitif, afektif dan psikomotorik seorang sarjana
kesehatan masyarakat dan perlu diingat bahwa kegiatan PBL bukan
untuk menyelesaikan masalah masyarakat, akan tetapi PBL mengajak
masyarakat

untuk

mengenal

masalahnya,

pemecahan masalah agar masyarakat mampu

mencari

alternatif

menolong dirinya

sendiri. Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan dilaksanakan juga


karena adanya kurikulum nasional yang menyebutkan bahwa sarjana
kesehatan masyarakat harus melakukan kegiatan PBL dan ini tidak
boleh dihilangkan di dalam kurikulum studi kesehatan masyarakat.
Setelah melaksanakan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I
pada beberapa waktu lalu maka telah diketahui prioritas masalah
kesehatan yang tengah dialami masyarakat di Dusun Mattarodeceng,
sehingga pada Pengalaman Belajar Lapangan II ini untuk melakukan
intervensi

kepada

masyarakat

ditemukan, baik intervensi


Berdasarkan

dari

hal

terkait

prioritas

fisik maupun

tersebut,

maka

masalah

yang

intervensi non

fisik.

dilaksanakan

kegiatan

PengaIaman Belajar Lapangan II pada tanggal 25 Agustus sampai 5


September 2015 yang berlokasi di Lingkungan Dusun Mattarodeceng
Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
Propinsi Sulawesi Selatan.
B. Tujuan PBL II
1. Tujuan Umum
Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II ini
bertujuan untuk memperkenalkan masalah kesehatan yang dialami
masyarakat kepada pemerintah setempat dan masyarakat itu
sendiri serta menyadarkan masyarakat bahwa mereka tengah
menghadapi masalah kesehatan, kemudian memberikan alternatif
pemecahan masalah dan pada akhirnya masyarakatlah yang

dituntut untuk menolong dirinya sendiri melalui perubahan perilaku


kesehatan setelah diadakannya intervensi sehingga masyarakat
bisa keluar dari permasalahan kesehatannya.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan

program

prioritas

yang

dipilih

dengan

masyarakat berdasarkan data yang dikumpulkan.


b. Rencana program berupa program intervensi.
c. Mengaktifkan peran serta masyarakat yang berhubungan
dengan kesehatan.
d. Membuat alat ukur untuk program intervensi.
e. Membuat laporan PBL ll
f. Hasil kegiatan diseminarkan di lokasi PBL yang dihadiri oleh
masyarakat dan aparat.
C. Manfaat PBL II
1. Masyarakat mampu secara mandiri menyelesaikan masalah
kesehatannya.
2. Tersedianya basis data yang berkaitan dengan kesehatan untuk
mendukung perencanaan yang tepat
3. Menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan dinas kesehatan dalam
pengembangan kebijakan yang berbasis riset.
4. Peserta PBL mampu bekerja secara tim dalam penyelesaian
masalah kesehatan.

BAB II
GAMBARAN UMUM DUSUN MATTARODECENG
A. Keadaan Geografis dan Demografis
1. Keadaan Geografis
Dusun Mattarodeceng merupakan salah satu Dusun yang
ada di Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten
Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan yang mempunyai jarak +180
km dari Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan (Makassar) dengan
waktu 4 jam.
2. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Bontomanai sekitar 10.000,4 m2 dan
Luas wilayah Dusun Mattarodeceng 2.460 m2 yang terdiri dari 3 RW
dan 10 RT.
Dusun Mattarodeceng mempunyai batas wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bulolohe
b. Sebelah timur berbatasan dengan Dusun Macinna
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Masowani
d. Sebelah barat berbatasan dengan Dusun Bontomanai

3. Keadaan Demografis
a. Jumlah Penduduk
4.

Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis


Kelamin di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai
Kecamatan
5.
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
6.
Propinsi Sulawesi Selatan
7.
Tahun 2014

8.
9. Jenis Kelamin

10. n
14. 4

11. Persentase

5
12. Laki-Laki
13. Perempuan

4
15. 4

16. 48
17. 52

9
6
19. 9
18. Jumlah
21.
22.

20. 100

0
Sumber: Data Sekunder, 2014

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 950 jumlah penduduk


terdapat jenis kelamin laki-laki sebanyak 48%, dan perempuan
sebanyak 52%.
b. Jumlah Kepala Keluarga
23. Berdasarkan data sekunder Bulan Agustus Tahun
2014 yang diambil dari kantor Desa Bontomanai tanggal 6
Februari 2015 menunjukkan bahwa di Dusun Mattarodeceng
memiliki 274 kepala keluarga. Berdasarkan baseline data yang
kami lakukan di Dusun Mattarodeceng terdapat 235 kepala
keluarga.
B. Keadaan Ekonomi, Sosial, Budaya dan Agama
1. Perekonomian
6

24.

Wilayah Dusun Mattarodeceng banyak dimanfaatkan

sebagai lahan pertanian sehingga sebagian besar penduduknya


bermata pencaharian sebagai petani. Namun petani merupakan
salah satu profesi yang penghasilannya musiman jadi masyarakat
juga banyak yang menjadi buruh harian. Selain itu ada juga
sebagian kecil masyarakat yang memilih bekerja sebagai TKI dan
TKW di luar negeri.
2. Sarana Sosial Budaya
25.

Sarana sosial Budaya yang ada di Dusun

Mattarodeceng Desa Bontomanai sebagai berikut :


a. Sekolah
:2
b. Masjid
:1
c. Pemakaman : 1
d. Posyandu
:1
e. Pasar
:1
3. Sarana Perhubungan
26. Sarana

perhubungan

transportasi

di

Dusun

Mattarodeceng sangat lancar karena merupakan jalur perhubungan


yang letaknya sangat strategis yang merupakan jalan menuju ke
Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bone dan jalan poros menuju ibu
kota Provinsi Sulawesi Selatan.
27. Adapun sarana perhubungan yang biasa digunakan
adalah sebagai berikut :
a. Sepeda motor
b. Mobil angkutan umum
c. Angkutan Pribadi

28.

Adapun sarana komunikasi dan informasi yang biasa

digunakan di Dusun Mattarodeceng adalah sebagai berikut :


a. Handphone
b. Televisi
c. Radio
d. Internet
e. Surat Kabar
4. Agama & Suku
29.

Berdasarkan baseline data tahun 2015 penduduk di

Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale


100% beragama Islam.
30.
Dusun Mattarodeceng dihuni oleh berbagai macam
suku yaitu Bugis, Makassar, dan ada juga suku pendatang yang
datang mengadu nasib.
5. Status Kesehatan
31. Pustu Bontomanai

merupakan

salah

satu

pelayanan

kesehatan terdekat yang ada di Desa Bontomanai Kecamatan Rilau


Ale Kabupaten Bulukumba selain pelayanan kesehatan lainnya seperti
puskesmas, posyandu, dan bidan praktek. Kegiatan pelayanan
kesehatan di Pustu Bontomanai Desa Bontomanai terdiri dari
Pelayanan KIA, Pelayanan imunisasi, pemeriksaan kesehatan Lansia,
dan Pelayanan kesehatan dasar.
32.
33. Data yang diperoleh dari Pustu Bontomanai dapat
ditampilkan 10 jenis penyakit utama pada tabel di bawah ini:
34. Tabel 2. Distribusi Kunjungan Pasien Berdasarkan 10 Jenis
Penyakit Utama di Wilayah Kerja Pustu Bontomanai
35. Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
36. Propinsi Sulawesi Selatan
37. Tahun 2014
38.
39. Jenis Penyakit
40. F
41. Pers
entas

e
42. Influenza
43. Hipertensi
44. Batuk
45. Gangguan Jaringan Lunak

52. 5.

Lainnya
46. Demam yang Tak Diketahui

2
53. 3.

Sebabnya
47. Dermatitis dan Eksim
48. Gastritis
49. Penyakit Sistem Pencernaan
50. Artrotis
51. Luka Akibat Kecelakaan

4
4

8
7

62. 18,88
63. 13,45
64. 12,86
65. 11,69
66. 10,29
67. 9,59
68. 8,58
69. 7,82
70. 3,43
71. 3,35

8
54. 3.
7
0
8
55. 3.
3
7
0
56. 2.
9
6
8
57. 2.
7
6
6
58. 2.
4
7
5
59. 2.
2
5
5
9

60. 9
9
0
61. 9
6
7

75.

73. 2
8.
74. 100,0
72. Jumlah
8
0
1
9
Sumber: Data Sekunder, Desember 2014
76. Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 28.819 kunjungan

pasien berdasarkan 10 jenis penyakit utama terdapat tertinggi


penyakit Influenza sebanyak 18,88%, dan terendah luka akibat
kecelakaan sebanyak 3,35%.
77.
78.
79.

10

11

80.
81.
82.

BAB III

PRIORITAS MASALAH

Di segala bidang pasti mempunyai berbagai permasalahan-

permasalahan yang butuh solusi atau pemecahan masalah, begitu pun


dengan bidang kesehatan. Di era modern seperti sekarang ini, kita tidak
bisa memakai cara-cara kuno atau cara-cara yang biasa-biasa saja dalam
memecahkan masalah lama yang tak kunjung terpecahkan sampai
sekarang. Kita harus mencari alternatif pemecahan masalah yang lebih
kreatif, inovatif dan tepat sasaran. Sekarang, bukan zamannya lagi
merubah perilaku masyarakat dengan tekanan atau pemberlakuan aturan
yang jika dilanggar akan dikenakan sanksi. Walaupun cara-cara seperti ini
akan cepat merubah perilaku masyarakat, namun akan cepat juga
ditinggalkan masyarakat apabila aturan tersebut sudah tidak berlaku lagi,
karena masyarakat melakukan bukan karena kesadaran akan manfaat,
tetapi karena takut akan sanksi.
83.

Sehingga, setelah mendapatkan prioritas masalah pada

baseline data kesehatan yang dilakukan pada kegiatan Pengalaman


Belajar Lapangan (PBL) I lalu, maka pada kegiatan Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL) II ini kami akan melakukan intervensi, tetapi perlu
diketahui bahwa kami datang bukan untuk menyelesaikan masalah
masyarakat, tetapi kami akan mengajak masyarakat untuk mengenal
masalahnya, mencari alternatif pemecahan masalahnya, sehingga

84.

masyarakat menjadi masyarakat mandiri dan dapat menolong

dirinya sendiri.
85.

Prioritas masalah yang ditemukan pada Pengalaman Belajar

Lapangan (PBL) I lalu di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai


Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan,
antara lain :
1.

Kepemilikan tempat pembuangan sampah.

2.

Kepemilikan jamban.

3.

Pengetahuan tentang gizi.

86.

87.
88.
89.

12

13

90.
91.

BAB IV

PROGRAM INTERVENSI
92.

A. Intervensi Fisik
1. Pembuatan tempat sampah
B. Intervensi Non Fisik
1. Penyuluhan tentang sampah
2. Penyuluhan tentang jamban
3. Penyuluhan tentang gizi
C. Program Tambahan
-

Penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di


SDN 246 Bontomanai.

93.

14

94.
95.

BAB V

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN


96.

A.

Intervensi Fisik
1. Pembuatan Tempat Sampah Percontohan
a. Latar Belakang
97.

Masalah sampah merupakan masalah yang

dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit dan bencana


alam, tetapi masyarakat menganggap masalah ini merupakan
masalah sepele. Dari hasil observasi, kami menemukan dari 235
kepala keluarga terdapat 27 kepala keluarga yang memiliki
tempat pembuangan sampah dan 208 kepala keluarga yang
tidak memiliki tempat pembuangan sampah. Kondisi tempat
pembuangan sampah tersebut semuanya terbuka. Penduduk
yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah membuang
sampahnya di kebun/sawah, sungai, dan saluran irigasi.
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
98.

Tempat sampah ini diletakkan di tiga tempat

strategis di Lingkungan Dusun Mattarodeceng agar dapat


menjadi contoh bagi masyarakat untuk membuat tempat
sampah seperti itu atau sejenisnya di depan rumah mereka

15

masing-masing sehingga masyarakat tidak membuang


sampah di

99.

sembarang tempat yang dapat mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat.
2) Tujuan Khusus
a) Masyarakat menyadari pentingnya membuang sampah
pada tempatnya.
b) Masyarakat memahami dan terampil membuat tempat
pembuangan sampah (TPS) sendiri.
c. Metode
100.

Pembuatan tempat sampah percontohan ini

dilakukan secara gotong royong.


d. Sasaran
101.
sampah

Sasaran dari intervensi pembuatan tempat

percontohan

Lingkungan

Dusun

ini

adalah

seluruh

Mattarodeceng,

masyarakat

khususnya

di

Kepala

Keluarga.
e. Target
102.

Kami

menargetkan

Lingkungan Dusun Mattarodeceng

70%

masyarakat

di

membuang sampah pada

tempatnya.
f. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1) Waktu Pelaksanaan
103.

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 18

s.d. 19 Agustus 2015.

16

104.
105.
2) Tempat Pelaksanaan
106.

Pembuatan

tempat

sampah

percontohan

dibuat di posko XLIV. Tempat sampah percontohan ini


ditempatkan di tiga tempat strategis di Lingkungan Dusun
Mattarodeceng, antara lain:
a) Di depan kantor Desa Bontomanai
b) Di depan rumah salah satu tokoh masyarakat di Dusun
Mattarodeceng
c) Di depan pasar Bontomanai.
g. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Gergaji
b) Palu
c) Kuas
d) Parang
2) Bahan
a) Bambu
b) Balok kayu
c) Paku
d) Cat
e) Bensin

17

h. Cara Membuat
1) Bambu dipotong menjadi 44 bagian.
2) Untuk ukuran lebar tempat sampah sisi atas 50 cm, sisi
bawah 30 cm, dan tinggi tempat sampah 70 cm.
3) Balok dibagi menjadi 12 bagian
4) Rangkai balok dengan model V.
5) Bambunya di bilah lalu dihaluskan dengan tebal 2 cm
kemudian dipaku dan dirangkai menjadi sebuah tempat
sampah.
i. Pelaksana Kegiatan
107.

Pelaksana kegiatan ini adalah seluruh anggota

posko XLIV.
j. Rincian Anggaran
108.

113. 118.

Paku 3 dan 5 cm @b1/4 kg

Rp

109.

114. 119.

Cat 7 buah

Rp

110.

115. 120.

Lakban 1 buah

Rp

111.

116. 121.

Kuas 2 buah

Rp

112.

117. 122.

Bensin 1 liter
123.

Rp 10.000,124. 125.

10.000,-

112.000,-

9.000,-

7.000,-

18

Total

Rp

148.000,-

126.
127.

19

k. Time Schedule
128.
N
133.
1

138.
2

144.
3

129.
Je
nis
Kegiatan
134.
Perenc
anaan
kegiatan

139.
Pertemu
an dengan
TOMAS,
ORMAS,
BPD &
TOGA
sekaligus
Sosialisasi
145.
Pelaks
anaan
Kegiatan

130.
Waktu

131.
Tem
pat

132.
P. Jawab

135.
Jumat,
14
Ag
ustu
s
201
5
140.
Sabtu,
15
141.
Agustus
201
5

136.
Pos
ko XLIV

137.
Se
luruh
anggot
a
posko
XLIV

142.
Ru
mah
salah
satu
TOMAS

143.
M
ahmud
Rizal

146.
Tanggal
18
sam
pai
19
Ag
ustu
s
201
5.

147.
Pos
ko XLIV

148.
Seluruh
anggot
a
Posko
XLIV

149.
l. Evaluasi
150.

Program ini dapat terlaksana dengan baik

karena adanya partisipasi dan bantuan sumber daya dari


masyarakat setempat, dan kami dapat membuat tempat
sampah percontohan sebanyak tiga buah.
151.

20

m. Frame Work
152.

Pertemuan dengan Pemda, ORMAS, TOMAS dan TOGA.

Masyarakat

Intervensi
Controlling And Monitoring

FKM
Pembuatan Laporan
153.

UIT

n. Faktor Pendukung dan Penghambat

21

154.

Adapun faktor pendukung yang membantu

kami dalam kegiatan intervensi ini, yaitu:


1) Adanya kerjasama dan respon yang baik dari pemerintah
setempat.
2) Kepala Lingkungan dan masyarakat setempat yang telah
memberikan bantuan sumber daya sehingga kegiatan
intervensi fisik ini dapat terlaksana dengan baik.
3) Masyarakat di Lingkungan Dusun Mattarodeceng yang telah
turut berpartisipasi dalam kegiatan intervensi fisik ini.
155.

Tidak ada faktor penghambat yang kami

temukan dalam kegiatan intervensi fisik ini.


B.

Intervensi Non Fisik


1. Penyuluhan Tentang Sampah
a. Latar Belakang
156.

Berdasarkan hasil observasi, kami menemukan

dari 235 kepala keluarga terdapat 27 kepala keluarga yang


memiliki tempat pembuangan sampah dan 208 kepala keluarga
yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah. Kondisi
tempat pembuangan sampah tersebut semuanya terbuka.
Penduduk yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah
membuang sampahnya di saluran irigasi, kebun/sawah, dan
sungai. Telah diketahui bahwa membuang sampah bukan pada
tempatnya menimbulkan berbagai dampak pada kesehatan

22

masyarakat serta dapat mencemari lingkungan sekitar, bukan


hanya

pencemaran

tanah,

namun

akan

merambah

ke

pencemaran udara dan pencemaran air. Sehingga perlu ada


suatu usaha intervensi dalam rangka bukan hanya merubah
pengetahuan masyarakat tentang bahaya membuang sampah
sembarangan namun lebih kepada perubahan perilaku dan
kebiasaan

masyarakat

dalam

membuang

sampah

pada

tempatnya.
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
157.

Memberikan pemahaman kepada masyarakat,

khususnya kepada kepala keluarga tentang pentingnya


membuang sampah pada tempatnya dan dampak yang akan
ditimbulkan jika membuang sampah di sembarang tempat.
Sehingga

dari

usaha

pembuatan

tempat

sampah

percontohan ditambah dengan intervensi non fisik melalui


penyuluhan diharapkan akan ada perubahan kebiasaan dari
masyarakat

yang

tidak

lagi

membuang

sampah

di

sembarang tempat.
2) Tujuan Khusus
a) Masyarakat memahami pengertian sampah.
b) Masyarakat memahami jenis-jenis sampah.

23

c) Masyarakat memahami masalah yang akan ditimbulkan


jika tidak membuang sampah pada tempatnya.
d) Masyaraat memahami cara pengolahan sampah sesuai
dengan jenisnya.
e) Masyarakat

dapat

menjalankan

alternative

solusi/pemecahan masalah yang diberikan pada saat


penyuluhan.
f) Masyarakat dapat mengetahui manfaat tempat sampah.
g) Masyarakat dapat mengetahui jarak tempat pembuangan
sampah dari rumah dan sumber air.
c. Metode
158.

Masyarakat Mattarodeceng

yang

sebagian

besar bermata pencaharian sebagai petani, dan melakukan


aktifitas di kebun/sawah mereka dari jam tujuh pagi sampai jam
enam sore, sehingga sulit mengumpulkan masyarakat untuk
diberikan penyuluhan pada satu tempat dan apabila masyarakat
diundang, mereka lebih memilih untuk melakukan aktifitas
masing-masing.
159.

Mengacu pada keadaan ini sehingga sistem

yang digunakan dalam penyuluhan mengenai sampah ini


adalah sistem door to door (DTD) dengan metode dua arah (two
way method) ke masyarakat.
d. Sasaran

24

160.
sampah

ini

Sasaran dari intervensi penyuluhan mengenai


adalah

masyarakat

di

Lingkungan

Dusun

Mattarodeceng, khususnya kepala keluarga.


e. Target
161.

Kami menargetkan 70% masyarakat yang

diberikan penyuluhan mengetahui, memahami dan menyadari


tentang sampah serta bahaya membuang sampah pada
tempatnya.
f. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1) Waktu Pelaksanaan
162.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 s.d.

19 Agutus 2015.
163.
164.
2) Tempat Pelaksanaan
165.

Kegiatan ini dilaksanakan di rumah-rumah

masyarakat Mattarodeceng.
g. Alat dan Bahan
1) Kertas
2) Pulpen
3) Soal Pre test dan post test
h. Materi

25

166.

Sampah adalah semua benda atau produk sisa

dalam bentuk padat ataupun cairan sebagai akibat aktivitas


manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki
oleh pemiliknya atau dibuang sebagai barang tidak berguna.
Sampah terbagi atas dua yaitu sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari
bahan penyusun hewan dan tumbuhan dan bisa diuraikan oleh
bakteri pengurai, sisa makanan dan kertas juga termasuk ke
dalam sampah organik, sedangkan sampah anorganik adalah
sampah yang berasal dari sumber daya alam yang tak
terbaharui yang tidak bisa diuraikan oleh bakteri pengurai.
167.

Masalah yang ditimbulkan akibat sampah

banyak sekali antara lain pencemaran lingkungan (lingkungan


darat, lingkungan perairan dan lingkungan udara), menimbulkan
bencana, merupakan sumber penyakit dan mengganggu
pemandangan. Solusi yang bisa ditempuh adalah tanamkan
pada diri bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya,
masalah yang berat akan terasa ringan jika dihadapi bersama,
selama manusia hidup sampah akan selalu ada, jadi yang harus
kita

lakukan

adalah

mengolah

dan

memanfaatkannya

(pembuatan pupuk kompos, dijadikan makanan ternak, didaur


ulang dan dijadikan biogas) dan buanglah sampah pada
tempatnya.

26

i. Pelaksana Kegiatan
168.

Penanggung Jawab

Mahmud

Rizal
169.

Pemateri

: Badriana Badawi

170.

Pembantu Kegiatan

Seluruh

anggota posko XLIV.


j. Time Schedule
171.
N

172.
Je
nis
Kegiatan

173.
W
aktu

174.
Te
mpat

176.
1

177.
Perenc
anaan
kegiatan

178.
J
umat,
14
Agus
tus
2015

179.
Po
sko
XLIV

181.
2

182.
Pertemu
an dengan
TOMAS,
ORMAS,
BPD &
TOGA
sekaligus
Sosialisasi
188.
Pelaks
anaan
Kegiatan

183.
S
abtu,
15
184.
A
gustu
s
2015

185.
Ru
mah
salah
satu
TOMA
S

189.
T
angg
al 18
s.d.
19
Agus
tus
2015.

190.
Ru
mahrumah
masya
rakat
Dusun
Mattar
odece
ng

187.
3

175.
P.
Ja
wa
b
180.
Seluruh
ang
got
a
pos
ko
XLI
V
186.
Mahmu
d
Riz
al

191.
Mahmu
d
Riz
al

192.
193.
194.

27

195.
k. Evaluasi
196.

Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik

karena adanya dukungan dari pemerintah setempat serta


partisipasi dan kerjasama dari masyarakat setempat.
197.
menjadi

Setelah

mengerti

dan

diberikan
paham

penyuluhan, masyarakat
akan

pentingnya

tempat

pembuangan sampah (TPS) yang baik dan berhasil disuluh


sebanyak 24 orang.
l. Frame Work

28

198.

Pertemuan dengan Pemda, ORMAS, TOMAS dan TOGA.

Masyarakat

Intervensi
Controlling And Monitoring

FKM
Pembuatan Laporan

UIT

m. Faktor Pendukung dan Penghambat

29

199.

Adapun faktor pendukung yang membantu

kami dalam kegiatan intervensi non fisik ini, yaitu:


1) Dukungan dari pemerintah setempat dalam memberikan
informasi tentang keadaan masyarakat.
2) Partisipasi masyarakat yang antusias diberikan penyuluhan.
200.

Adapun faktor penghambat yang kami temukan

dalam kegiatan intervensi non fisik ini, yaitu:


1) Banyak masyarakat yang tidak berada dirumah karena
melakukan aktifitas masing-masing baik di kebun ataupun di
sawah.
2) Faktor komunikasi sebagian penduduk di Lingkungan Dusun
Mattarodeceng yang kurang fasih dalam menggunakan dan
memahami Bahasa Indonesia.
n. Hasil Pre Test dan Post Test
201.
202.
Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pengetahuan
Mengenai Sampah dari Pre Test dan Post Test di Dusun
Mattarodeceng
203.
Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
204.
Kabupaten Bulukumba
205.
Provinsi Sulawesi Selatan
206.
Tahun 2015
207.

208.

ingkat
Penge
tahuan
Menge
nai

209.
211.

Dusun Mattarodeceng
Pre
212.
Post

214.

Test
215.

Persenta

216.
se

Test
217.
Persenta
se

Samp

30

218.

ah

idak

219.

220.

25

221.

222.

4,2

Tahu
223.

224.

225.

226.

227.

Tahu
228.

18
229.

75
230.

23
231.

95,8
232.

24

100

Jumlah
24
100
233.
Sumber: Data Primer, 2015
234.

Tabel

menunjukkan

bahwa

dari

24

masyarakat di Lingkungan Dusun Mattarodeceng yang tahu


mengenai sampah sebanyak 75% dan meningkat sebanyak
95,8% setelah diberikan penyuluhan mengenai sampah.
2. Penyuluhan tentang Jamban Sehat
a. Latar Belakang
235.
Mattarodeceng

Berdasarkan hasil baseline data di Dusun


Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale

diperoleh bahwa dari 235 kepala keluarga terdapat 191 kepala


keluarga yang memiliki jamban dan 44 kepala keluarga yang
tidak memiliki jamban. Meskipun sudah ada masyarakat yang
memiliki jamban tapi kondisi jamban keluarga yang dimiliki
masih belum memenuhi kriteria-kriteria jamban sehat yaitu
saluran pembuangan tinja dialirkan ke saluran irigasi serta
masih adanya masyarakat yang membuang tinja di sembarang
tempat, sehingga masih memungkinkan vektor-vektor penyakit

31

menjamah tinja di jamban tersebut dan menyebabkan penyakit


di masyarakat.
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
236.

Memberikan pemahaman kepada masyarakat,

khususnya kepada kepala keluarga tentang pentingnya


memiliki jamban sehat. Sehingga mereka sadar dan dapat
membuat jamban di rumahnya masing-masing sesuai
dengan kriteria-kriteria jamban sehat serta tidak membuang
tinja di sembarang tempat.
2) Tujuan Khusus
a) Masyarakat memahami pengertian jamban.
b) Masyarakat memahami jenis-jens jamban.
c) Masyarakat memahami manfaat jamban.
d) Masyarakat memahami syarat-syarat jamban yang sehat.
e) Masyarakat terutama pemerintah setempat mengetahui
cara

membina

masyarakat

untuk

memiliki

dan

menggunakan jamban yang sehat.


c. Metode
237.

Masyarakat Mattarodeceng

yang

sebagian

besar bermata pencaharian sebagai petani, dan melakukan


aktifitas di kebun/sawah mereka dari jam tujuh pagi sampai jam
enam sore, sehingga sulit mengumpulkan masyarakat untuk

32

penyuluhan di satu tempat dan apabila masyarakat diundang,


mereka lebih memilih untuk melakukan aktifitas masing-masing.
238.

Mengacu pada keadaan ini sehingga sistem

yang digunakan dalam penyuluhan mengenai jamban ini adalah


sistem door to door (DTD) dengan metode dua arah (two way
method) ke masyarakat.
239.
240.
d. Sasaran
241.

Sasaran dari intervensi penyuluhan mengenai

jamban sehat ini adalah masyarakat di Lingkungan Dusun


Mattarodeceng, khususnya kepala keluarga.
e. Target
242.

Kami menargetkan 70% masyarakat yang

hadir di penyuluhan mengetahui, memahami tentang syarat


jamban sehat

serta mengaplikasikannya karena menyadari

bahaya yang akan ditimbulkan jika tidak memiliki jamban sehat.


f. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1) Waktu Pelaksanaan
243.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18

sampai dengan 19 Agustus 2015.


2) Tempat Pelaksanaan

33

244. Kegiatan ini dilaksanakan di rumah-rumah


masyarakat Mattarodeceng.
g. Alat dan Bahan
1) Kertas
2) Pulpen
3) Soal Pre test dan post test
h. Materi
245.

Jamban adalah suatu ruang yang mempunyai

fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat


jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa
leher

angsa

penampungan

(cemplung)
kotoran

yang

dan

air

dilengkapi
untuk

dengan

unit

membersihkannya.

Jamban terdiri atas 3 jenis yaitu:


1) Jamban leher angsa
246.

Jamban

berbentuk

leher

angsa

yang

penampungannya berupa tangki septik kedap air yang


berfungsi

sebagai

wadah

proses

penguraian

atau

dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan


resapnya. Jamban ini cocok untuk daerah yang cukup air
dan padat penduduknya.
2) Jamban cemplung
247.

Jamban yang penampungannya berupa lubang

yang befungsi menyimpan dan meresap cairan kotoran atau

34

tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar


lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup
agar tidak berbau. Jamban ini cocok untuk daerah yang
kesulitan air.
3) Jamban plengsengan
248.

Jamban ini, perlu air untuk menggelontorkan

kotoran ke lubang jamban dan perlu penutup.


249.

Jamban terdiri dari 3 bagian, antara lain:

1) Rumah Jamban (Bangunan Bagian Atas)


250.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a) Sirkulasi udara yang cukup


b) Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari
luar
c) Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik
musim panas maupun musim hujan)
d) Kemudahan akses di malam hari
e) Disarankan untuk menggunakan bahan lokal
f) Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat
sabun untuk cuci tangan
2) Slab/Dudukan Jamban (Bangunan Bagian Tengah)
a) Terdapat

penutup

pada

lubang

sebagi

pelindung

terhadap gangguan serangga atau binatang lain.


b) Dudukan jamban dibuat harus mempertimbangkan faktor
keamanan (menghindari licin, runtuh, atau terperosok).
c) Bangunan
dapat
menghindarkan/melindungi
dari
kemungkinan timbulnya bau.

35

d) Mudah dibersihkan dan tersedia ventilasi udara yang


cukup.
3) Penampung Tinja (Bangunan Bagian Bawah)
a)
b)
c)
d)

Daya resap tanah (struktur tanah)


Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)
Ketinggian permukaan air tanah
Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak
bangunan terhadap sumber air minum (lebih baik diatas

10 m)
e) Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman
lubang/kapasitas)
f) Diutamakan dapat menggunakan bahan lokal
g) Bangunan yang permanen dilengkapi dengan mainhole
251.
Fungsi jamban sehat ini selain untuk tempat
pembuangan tinja juga dapat menghindarkan masyarakat dari
berbagai penyakit. Sehingga, perlu upaya untuk membina
masyarakat agar memiliki dan menggunakan jamban sehat,
antara lain:
1) Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum
memiliki serta menggunakan jamban sehat dirumahnya
2) Melaporkan kepada pemerintah desa atau kelurahan tentang
jumlah rumah tangga yang belum memiliki jamban sehat
3) Bersama pemerintah desa atau kelurahan dan tokoh
masyarakat

setempat

berupaya

untuk

menggerakan

masyarakat untuk memiliki jamban.


4) Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat
secara bergilir.
5) Menggalang dunia usaha setempat untuk memberi bantuan
dalam penyediaan jamban sehat

36

6) Manfaatkan setiap kesempatan di desa atau kelurahan untuk


memberikan

penyuluhan

tentang

pentingnya

memiliki dan menggunakan jamban sehat, misalnya melalui


penyuluhan kelompok di Posyandu, pertemuan kelompok
Despenggerak PKK, arisan, pengajian, pertemuan desa atau
kelurahan, kunjungan rumah dan lain-lain.
7) Petugas kesehatan setempat memberikan bimbingan teknis
tentang cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai
dengan situasi dan kondisi daerah setempat.
i. Pelaksana Kegiatan
252.

Penanggung Jawab

Mahmud

Rizal
253.

Pemateri

: Badriana Badawi

254.

Pembantu Kegiatan

Seluruh

anggota posko XLIV.


j. Time Schedule
255.
N

256.
Je
nis
Kegiatan

257.
W
aktu

258.
Te
mpat

260.
1

261.
Perenc
anaan
kegiatan

262.
J
umat,
14
Agus
tus
2015

263.
Po
sko
XLIV

265.
2

266.
Pertemu
an dengan
TOMAS,

267.
S
abtu,
15

269.
Ru
mah
salah

259.
P.
Ja
wa
b
264.
Seluruh
ang
got
a
pos
ko
XLI
V
270.
Mahmu
d

37

271.
3

ORMAS,
BPD &
TOGA
sekaligus
Sosialisasi
272.
Pelaks
anaan
Kegiatan

268.
A
gustu
s
2015

satu
TOMA
S

Riz
al

273.
T
angg
al 18
samp
ai 19
Agus
tus
2015.

274.
Ru
mahrumah
masya
rakat
Dusun
Mattar
odece
ng

275.
Badrian
a
Ba
da
wi

276.
277.
278.
k. Evaluasi
279.

Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik

karena adanya dukungan dari pemerintah setempat serta


partisipasi dan kerjasama dari masyarakat setempat.
280.

Setelah

diberikan

penyuluhan, masyarakat

menjadi mengerti dan paham akan pentingnya memiliki jamban


sehat dan berhasil disuluh sebanyak 21 orang masyarakat
Mattarodeceng.
l.

Frame Work

38

281.

Pertemuan dengan Pemda, ORMAS, TOMAS dan TOGA.

Masyarakat

Intervensi
Controlling And Monitoring

FKM
Pembuatan Laporan

UIT

m. Faktor Pendukung Dan Penghambat

39

282.

Adapun faktor pendukung yang membantu

kami dalam kegiatan intervensi non fisik ini, yaitu:


1) Dukungan dari pemerintah setempat dalam memberikan
informasi tentang keadaan masyarakat.
2) Partisipasi masyarakat yang antusias dalam mengikuti
kegiatan penyuluhan.
283.

Adapun faktor penghambat yang kami temukan

dalam kegiatan intervensi non fisik ini, yaitu:


1) Banyak masyarakat yang tidak berada dirumah karena
melakukan aktifitas masing-masing baik di kebun ataupun di
sawah.
2) Faktor komunikasi sebagian penduduk di Lingkungan Dusun
Mattarodeceng yang kurang fasih dalam menggunakan dan
memahami Bahasa Indonesia.
n. Hasil Pre Test dan Post Test
284.
Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan
Pengetahuan Mengenai Jamban dari Pre Test dan Post Test di
285.
Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai
286.
Kecamatan Rilau AleKabupaten
287.
Bulukumba Provinsi
288.
Sulawesi Selatan
289.
Tahun 2015
290.
291.

ingkat
Penge
tahuan
Menge
nai

292.
294.

Dusun Mattarodeceng
Pre
295.
Post

297.

Test
298.

Persenta

299.
se

Test
300.
Persenta
se

40

Jamba
301. n T

302.

idak

Tahu

303.
9,5

304.

305.

306.

307.

308.

309.

310.

Tahu
311.

19
312.

90,5
313.

21
314.

100
315.

21

100

Jumlah
21
100
316.
Sumber: Data Primer, 2015
317.

Tabel

menunjukkan

bahwa

dari

21

masyarakat di Dusun Mattarodeceng yang tahu mengenai


jamban sehat sebanyak 90,5% dan meningkat sebanyak 100%
setelah diberikan penyuluhan mengenai jamban sehat.
3. Penyuluhan tentang Gizi
a. Latar Belakang
318.

Berdasarkan Berdasarkan hasil baseline data

di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau


Ale diperoleh bahwa kami menemukan masalah-masalah yang
berhubungan dengan pengetahuan mengenai gizi dari 235
kepala keluarga yang tahu tentang pengetahuan gizi 161
kepala keluarga dan tidak tahu sebanyak 74 kepala keluarga.
1) Tujuan Umum
319.

Memberikan pemahaman kepada masyarakat,

khususnya kepada ibu tentang pembentukan keluarga sadar


gizi dan untuk membangun kesadaran masyarakat akan

41

pentingnya mewujudkan suatu keluarga yang sadar gizi


untuk mencegah terjadinya masalah-masalah gizi di dalam
keluarga.
2) Tujuan Khusus
a) Masyarakat

memahami

latar

belakang

pentingnya

pembentukan keluarga sadar gizi.


b) Masyarakat memahami apa itu keluarga sadar gizi.
c) Masyarakat memahami dan mengaplikasikan contohcontoh perilaku sadar gizi.
d) Masyarakat memahami cara menuju keluarga sadar gizi.
e) Masyarakat memahami resiko jika kekurangan gizi.
b. Metode
320.

Masyarakat Mattarodeceng

yang

sebagian

besar bermata pencaharian sebagai petani, dan melakukan


aktifitas di kebun/sawah mereka dari jam tujuh pagi sampai jam
enam sore, sehingga sulit mengumpulkan masyarakat untuk
penyuluhan di satu tempat dan apabila masyarakat diundang,
mereka lebih memilih untuk melakukan aktifitas masing-masing.
321.

Mengacu pada keadaan ini sehingga sistem

yang digunakan dalam penyuluhan mengenai gizi ini adalah


sistem door to door (DTD) dengan metode dua arah (two way
method) ke masyarakat.
c. Sasaran

42

322.

Sasaran dari intervensi penyuluhan mengenai

gizi ini adalah masyarakat di Lingkungan Dusun Mattarodeceng


, khususnya ibu ibu.
d. Target
323.

Kami menargetkan 70% masyarakat yang

diberikan penyuluhan mengetahui dan memahami tentang


keluarga sadar gizi serta mengaplikasikannya karena menyadari
betapa pentingnya membentuk suatu keluarga yang sadar gizi
dan diharapkan agar masyarakat tersebut bisa menjadi
masyarakat percontohan bagi masyarakat yang tidak sempat
hadir di penyuluhan.
e. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1) Waktu Pelaksanaan
324.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18

sampai 19 Agustus 2015.


2) Tempat Pelaksanaan
325.

Kegiatan ini dilaksanakan di rumah-rumah

masyarakat Mattarodeceng.
f. Alat dan Bahan
1) Kertas
2) Pulpen
3) Soal Pre test dan post test
g. Materi

43

326.

Fenomena gizi di Indonesia seperti 54%

kematian bayi dan balita dilatarbelakangi oleh faktor gizi,


kekurangan gizi menahun, KEK pada ibu hamil, anemia gizi
pada Lansia serta gizi lebih pada penduduk kota menjadi alasan
mengapa pembentukan Keluarga Sadar Gizi ini perlu untuk
dicanangkan. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah keluarga
yang berperilaku gizi seimbang, mampu

mengenali dan

mengatasi masalah gizi anggotanya. Sasaran utamanya adalah


keluarga karena pengambilan keputusan dalam bidang pangan,
gizi dan kesehatan dilaksanakan terutama di tingkat keluarga,
masalah gizi yang terjadi di tingkat keluarga, erat kaitannya
dengan perilaku keluarga, tidak semata-mata disebabkan oleh
kemiskinan dan ketidaktersediaan pangan serta kebersamaan
antarkeluarga

dapat

memobilisasi

masyarakat

untuk

memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan


327.

Beberapa contoh perilaku sadar gizi antara

lain:
1) Memantau berat badan secara teratur
328.
secara

Alasan
teratur,

menggambarkan

perlunya

memantau

karena

Perubahan

perubahan

konsumsi

berat
berat
makanan

badan
badan
atau

gangguan kesehatan, Menimbang dapat dilakukan oleh

44

keluarga dimana saja dan Keluarga dapat mengenali


masalah kesehatan dan gizi anggota keluarganya.
2) Makan beraneka ragam
329.

Alasan perlunya makan beraneka ragam,

karena tubuh manusia memerlukan semua zat gizi (energi,


lemak, protein, vitamin dan mineral) sesuai kebutuhan, Tidak
ada satu jenis bahan makanan pun yang lengkap kandungan
zat gizinya dan mengkonsumsi makanan beraneka ragam
yang mengandung sumber energi, lemak, protein, vitamin
dan mineral untuk menjamin pemenuhan kebutuhan gizi
3) Hanya mengkonsumsi garam beryodium
330.

Alasan

perlunya

mengkonsumsi

garam

beryodium adalah zat yodium diperlukan tubuh setiap hari,


Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) menimbulkan
penurunan

kecerdasan,

gangguan

pertumbuhan

dan

pembesaran kelenjar gondok dan kandungan zat yodium


dalam air dan tanah di beberapa daerah belum mencukupi
kebutuhan
4) Memberikan hanya ASI saja kepada

bayi sampai usia 6

bulan
331.

Alasan perlunya memberikan hanya ASI saja

kepada bayi sampai usia 6 bulan yaitu ASI merupakan


makanan bayi yang paling sempurna, bersih dan sehat, ASI

45

dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh


kembang dengan normal sampai berusia 6 bulan (ASI
Eksklusif), Praktis karena lebih mudah diberikan setiap saat,
Meningkatkan kekebalan tubuh bayi, Menjalin hubungan
kasih sayang antara ibu dan bayi.
332.

Cara menyusui secara ekslusif yaitu mulai

memberikan ASI Segera setelah lahir sampai umur 2 tahun,


jangan diberikan makanan lain sampai bayi berumur 6 bulan,
berikan ASI melalui payudara kiri dan kanan bergantian
setiap kali menyusui dan Ibu menyusui perlu minum dan
makan lebih banyak dengan menu seimbang.
5) Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi
anggota keluarga yang membutuhkan
333.

Alasan perlunya mendapatkan memberikan

suplementasi gizi bagi anggota keluarga yang membutuhkan


yaitu Kebutuhan zat gizi pada kelompok bayi, balita, ibu
hamil dan ibu menyusui meningkat dan seringkali tidak bisa
dipenuhi dari makanan sehari-hari, terutama vitamin A untuk
balita, zat besi untuk ibu dan yodium untuk penduduk di
daerah endemis gondok, Suplementasi zat gizi (tablet,
kapsul atau bentuk lain) diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi tersebut dan Apabila kebutuhan zat-zat

46

gizi tersebut dipenuhi dari pengkayaan makanan, maka


suplementasi zat gizi dapat dihentikan secara bertahap.
334.

Indikator keluarga sudah sadar gizi, antara lain:

1) Status gizi seluruh anggota keluarga khususnya ibu dan


anak baik.
2) Tidak ada lagi bayi berat lahir rendah pada keluarga.
3) Semua anggota keluarga mengkonsumsi garam beryodium.
4) Semua ibu memberikan hanya ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan.
5) Semua balita dalam keluarga yang ditimbang naik berat
badannya sesuai umur.
6) Tidak ada masalah gizi lebih dalam keluarga.
335.
Upaya menuju keluarga sadar gizi dapat
ditempuh dengan jalan:
1) Di tingkat keluarga
a) Keluarga mencari informasi gizi yang tersedia secara
terus menerus.
b) Tukar pengalaman antar keluarga serta pendampingan
oleh tokoh masyarakat dan petugas.
c) Memanfaatkan fasilitas rujukan kompeten

secara

berjenjang yang terjangkau (posyandu, puskesmas dan


rumah sakit).
2) Di tingkat pemerintah
a) Setiap sektor akses terhadap informasi dan pelayanan
kesehatan dan gizi.
b) Setiap sektor mempertimbangkan aspek kesehatan dan
gizi dalam merumuskan kebijakan sektor.
c) Setiap sektor menyediakan sumber

daya

untuk

perbaikan kesehatan dan gizi masyarakat.


3) Di tingkat masyarakat

47

a) Terbentuknya kelompok masyarakat yang mendukung


upaya menuju KADARZI (LSM, organisasi keagamaan,
organisasi kepemudaan, PKK,

kelompok budaya,

organisasi profesi, organisasi wanita, pengusaha)


b) Setiap kelompok akses terhadap informasi gizi dan
informasi sistem pelayanan gizi.
c) Sekurangnya terdapat kader

di

masing-masing

kelompok.
d) Setiap

kelompok

aktif

menyediakan

dan

menyebarluaskan informasi dan sumber daya kesehatan


dan gizi.
h. Pelaksana Kegiatan
336.

Penanggung Jawab

Mahmud

Seluruh

Rizal
337.

Pemateri

: A. Firman

338.

Pembantu Kegiatan

anggota posko XLIV.


i. Time Schedule
339.
N

340.
Je
nis
Kegiatan

341.
W
aktu

342.
Te
mpat

344.
1

345.
Perenc
anaan
kegiatan

346.
J
umat,
14
Agus
tus
2015

347.
Po
sko
XLIV

343.
P.
Ja
wa
b
348.
Seluruh
ang
got
a
pos
ko
XLI
V

48

349.
2

355.
3

350.
Pertemu
an dengan
TOMAS,
ORMAS,
BPD &
TOGA
sekaligus
Sosialisasi
356.
Pelaks
anaan
Kegiatan

351.
S
abtu,
15
352.
A
gustu
s
2015

353.
Ru
mah
salah
satu
TOMA
S

354.
Mahmu
d
Riz
al

357.
T
angg
al 18
samp
ai 19
Agus
tus
2015.

358.
Ru
mahrumah
masya
rakat
Dusun
Mattar
odece
ng

359.
A.
Fir
ma
n

360.
361.
362.
j. Evaluasi
363.

Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik

karena adanya dukungan dari pemerintah setempat serta


partisipasi dan kerjasama dari masyarakat setempat.
364.

Setelah

diberikan

penyuluhan, masyarakat

menjadi mengerti dan paham akan pentingnya pengetahuan gizi


dan berhasil disuluh sebanyak 20 orang.
k. Frame Work

49

365.

Pertemuan dengan Pemda, ORMAS, TOMAS dan TOGA.

Masyarakat

Intervensi
Controlling And Monitoring

FKM
Pembuatan Laporan

UIT

l. Faktor Pendukung Dan Penghambat

50

366.

Adapun faktor pendukung yang membantu

kami dalam kegiatan intervensi non fisik ini, yaitu:


1) Dukungan dari pemerintah setempat dalam memberikan
informasi tentang keadaan masyarakat.
2) Partisipasi masyarakat yang antusias diberikan penyuluhan.
367.

Adapun faktor penghambat yang kami temukan

dalam kegiatan intervensi non fisik ini, yaitu:


1) Banyak masyarakat yang tidak berada dirumah karena
melakukan aktifitas masing-masing baik di kebun ataupun di
sawah.
2) Faktor komunikasi sebagian penduduk di Lingkungan Dusun
Mattarodeceng yang kurang fasih dalam menggunakan dan
memahami Bahasa Indonesia.
m. Hasil Pre Test dan Post Test
368.
369.
Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan
Pengetahuan Mengenai Gizi dari Pre Test dan Post Test di
Dusun
370.
Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan
371.
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
372.
Provinsi Sulawesi Selatan
373.
Tahun 2015
374.
375.
T
376.
Dusun Mattarodeceng
378.
Pre
379.
Post
ingkat
Test
Test
Penge
tahuan
Menge
nai

381.
n

382.
Persenta
se

383.
n

384.
Persenta
se

Gizi

51

385.

386.

idak

15

Tahu

400.

387.

388.

75,0

389.

390.

391.

392.

393.

394.

Tahu
395.

5
396.

25,0
397.

19
398.

95
399.

20

100

Jumlah
20
100,0
Sumber: Data Primer, 2015
401.

Tabel

menunjukkan

bahwa

dari

20

masyarakat di Dusun Mattarodeceng yang tahu mengenai gizi


sebanyak 25% dan meningkat sebanyak 95% setelah diberikan
penyuluhan mengenai gizi.
C.

Program Tambahan
-

Penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


a. Latar Belakang
402.

Masa anak-anak adalah masa kebebasan bagi

si anak. Anak bebas melakukan apa saja yang dia inginkan


tanpa

menghiraukan

dampak

yang

ditimbulkan

dari

perbuatannya. Pada masa ini anak-anak belum mampu


mengurusi dirinya sendiri didukung oleh pengawasan orang tua
yang sudah agak longgar, tidak seketat pada waktu mereka
masih bayi dan balita. Sehingga, anak pada usia-usia sekolah
dasar, personal hygine-nya tidak terawat. Dengan keadaan
seperti ini, anak-anak akan beresiko menderita penyakitpenyakit yang berhubungan dengan rendahnya personal hygine
seperti cacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Padahal
52

sebenarnya, anak-anak pada usia sekolah dasar memasuki usia


emas dimana pada usia ini anak mudah mengadopsi sesuatu
yang baru, baik positif maupun negatif. Jadi, seharusnya pada
usia-usia seperti itu anak-anak diajarkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik terutama yang berhubungan dengan kesehatannya.
403.

Untuk

itulah,

mengingat

program

wajib

semuanya sudah terlaksana namun waktu luang masih ada


maka kami mengadakan program tambahan dengan melakukan
penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan
harapan anak-anak membudayakan PHBS sejak dini di mulai
dari sekolah dan berlanjut sampai ke rumah. Penyuluhan ini
dirangkaikan Lomba Cerdas Cermat dengan tema kesehatan
agar anak-anak lebih memahami dan bersemangat untuk
membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
404.

Memberikan

pemahaman

kepada

sasaran

yaitu siswa sekolah dasar tentang pentingnya Perilaku Hidup


Bersih dan Sehat baik di sekolah, di rumah dan di
lingkungan serta dampak yang akan ditimbulkan jika tidak
berperilaku hidup bersih dan sehat dengan harapan mereka
menerapkan/

membudayakan

PHBS

dalam

kehidupan

sehari-hari.

53

2) Tujuan Khusus
a) Sasaran memahami apa itu Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat.
b) Sasaran memahami jenis-jenis Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat.
c) Sasaran memahami penyakit-penyakit yang bisa diderita
jika tidak melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
d) Sasaran mengaplikasin Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Metode
405.

Metode yang digunakan dalam penyuluhan

mengenai PHBS ini adalah metode dua arah dan tanya jawab
antara pemateri (mahasiswa) dengan penerima materi (siswa
sekolah dasar).
d. Sasaran
406.

Sasaran dari intervensi penyuluhan mengenai

PHBS ini adalah siswa-siswa SD 246 Bontomanai yang


bangunan sekolahnya terletak di Dusun Mattarodeceng.
e. Target
407.

Kami menargetkan 80% anak-anak yang hadir

di penyuluhan mengetahui dan memahami tentang Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat serta mengaplikasikan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di kehidupan sehari-hari.

54

f. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


1) Waktu Pelaksanaan
408.

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 20

Agustus 2015.
2) Tempat Pelaksanaan
409.

Kegiatan

ini

dilaksanakan

di

SDN

246

Bontomanai.
410.
g. Alat dan Bahan
1) Sikat gigi
2) Pasta gigi
3) Air
4) Baskom
h. Materi
411.

PHBS adalah semua perilaku/kebiasaan yang

baik dan sesuai dengan aturan-aturan kesehatan sehingga


dapat meningkatkan kesehatan baik perorangan maupun
masyarakat.
412.

Jenis-jenis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,

antara lain:
1) Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun.
Ada lima waktu penting untuk mencuci tangan yaitu sebelum
makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi,

55

sesudah

menceboki

anak

dan

sebelum

menyiapkan

makanan. Cara mencuci tangan yang baik dan benar harus


mengikuti langkah-langkah berikut:
a. Telapak dengan telapak
b. Telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan
telapak tangan kiri di atas punggung tangan kanan.
c. Telapak dengan telapak dan jari-jari saling bersilangan.
d. Letakkan punggung jari pada telapak yang satunya
dengan jari saling menggenggam.
e. Membersihkan seluruh jari-jari tangan satu per satu
dengan menggenggam dan dengan gerakan memutar.
f. Membersihkan pergelangan tangan.
2) Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum dan
mandi dan memakan makanan bergizi.
3) Memasak air untuk minum.
4) Mencuci dan memasak makanan sebelum dimakan.
5) Mandi 2 kali sehari dan menggosok gigi setiap selesai
makan.
6) Memotong dan membersihkan kuku tiap minggu.
7) Minum obat cacing 6 bulan sekali.
8) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan.
9) Memakai alas kaki bila berjalan di tanah.

56

10)Memakai

sarung

tangan

bila

bersentuhan

dengan

ternak/binatang.
11) Menutup makanan ketika selesai makan.
12)Buang air besar dan buang air kecil di WC.
13)Membuang sampah pada tempat sampah.
14)Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
15)Melakukan olahraga setiap hari.
16)Jajan di kantin sekolah yang sehat.
17)Tidak merokok.
18)Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin.
413.
10 tanda anda anak sehat, antara lain:
1) Bertambah umur, bertambah berat, bertambah tinggi.
2) Postur tubuh tegap dan otot padat.
3) Rambut berkilau dan kuat.
4) Kulit dan kuku bersih, tidak pucat.
5) Wajah ceria, mata bening dan bibir segar.
6) Gigi bersih dan gusi merah mudah.
7) Nafsu makan baik dan BAB secara teratur.
8) Bergerak aktif dan berbicara lancer sesuai umur.
9) Penuh perhatian dan bereaksi aktif.
10)Tidur nyenyak.
i. Pelaksana Kegiatan
414.

Penanggung Jawab

Mahmud Rizal
415.

Moderator

: Aloysius Golan

416.

Pemateri

Martinus

Tediwijaya
417.

Pembantu Kegiatan

Seluruh anggota posko XLIV

57

j. Rincian Dana
418.

420.

422.

Sabun mandi cair

: Rp

17.000,-

419.

421.

423.

Pasta gigi 3 buah


424.

: Rp
425.

36.000,426.

: Rp

53.000,-

Total
427.
428.
k. Time Schedule
429.
N

430.
Je
nis
Kegiatan

431.
W
aktu

432.
T
emp
at

434.
1

435.
Perenc
anaan
kegiatan

436.
Ju
mat, 14
Agustu
s 2015

437.
P
osko
XLIV

439.
2

440.
Pertem
uan dan
sosialisasi
dengan
kepala
sekolah
446.
Pelaks
anaan
Kegiatan

441.
Ka
mis, 14
442.
Ag
ustus
2015

443.
S
DN
246
Bont
oma
nai
448.
S
DN
246
Bont
oma
nai

445.
3

447.
Ka
mis, 20
Agustu
s 2015.

433.
P
.
Jaw
ab
438.
S
eluru
h
angg
ota
posk
o
XLIV
444.
M
ahm
ud
Rizal
449.
Martinus
Tedi
wijay
a

l. Evaluasi
450.

Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik

karena adanya respon baik dari kepala sekolah SDN 246

58

Bontomanai

dan para guru serta siswa

yang antusias

mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.


m. Frame Work

59

451.

Pertemuan dengan Pemda, ORMAS, TOMAS dan TOGA.

Masyarakat

Intervensi
Controlling And Monitoring

FKM
Pembuatan Laporan

UIT

452.
n. Faktor Pendukung dan Penghambat

60

453.

Adapun faktor pendukung yang membantu

kami dalam kegiatan ini, yaitu:


1) Respon baik dari kepala sekolah dan guru-guru SDN 246
Bontomanai.
2) Siswa-siswa SDN 246 Bontomanai antusias mengikuti
seluruh rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir.
454.

Adapun faktor penghambat yang kami temukan

dalam kegiatan intervensi ini, yaitu:


-

Suasana terik matahari yang menyengat membuat siswasiswa tidak betah karena mereka dikumpulkan dilapangan
sekolah, namun hal tersebut bisa diatasi dengan kerjasama
seluruh anggota posko XLIV Dan guru pendidik yang
berpencar untuk menenangkan peserta.

455.
456.
457.
458.

61

62

459.
BAB VI
460.
461.
PENUTUP
462.
A. Kesimpulan
463.

Intervensi

yang

berhasil

dilaksanakan

pada

Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II di Lingkungan Dusun


Mattarodeceng oleh Posko XLIV

berdasarkan prioritas masalah

meliputi:
1.

Intervensi Fisik
a. Pembuatan Tempat Sampah
464. Tempat sampah percontohan dibuat sebanyak tiga
buah. Tempat sampah ini diletakkan di tiga tempat strategis di
Lingkungan Dusun Mattarodeceng yaitu di kantor Desa
Bontomanai,

di

rumah

salah

satu

TOMAS,

dan

pasar

Bontomanai.
2.

Intervensi Non Fisik


a. Penyuluhan tentang masalah sampah
465. Dari 24 masyarakat di Dusun Mattarodeceng Desa
Bontomanai yang diberikan penyuluhan yang tahu mengenai
sampah sebanyak 75% dan meningkat sebanyak 95,8% setelah
diberikan penyuluhan mengenai sampah.
b. Penyuluhan tentang jamban sehat
466. Dari 21 masyarakat di Dusun Mattarodeceng Desa
Bontomanai yang mengikuti penyuluhan yang tahu mengenai

467.

jamban sehat sebanyak

90,5% dan meningkat

sebanyak 100% setelah diberikan penyuluhan mengenai


jamban sehat.
c. Penyuluhan tentang gizi
468. Dari 20 masyarakat di Dusun Mattarodeceng Desa
Bontomanai yang mengikuti penyuluhan yang tahu mengenai
gizi sebanyak 25% dan meningkat sebanyak 95% setelah
diberikan penyuluhan mengenai jamban sehat.
469.
-

3. Program tambahan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi siswa SDN 246
Bontomanai.

B. Saran
470.
dari

Setelah melakukan program intervensi berdasarkan

prioritas

Mattarodeceng

masalah
yang

masyarakat

diidentifikasi

di

pada

Lingkungan
PBL

I,

Dusun

maka

kami

mengharapkan kerja sama dari semua pihak yang terkait dalam


peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di Lingkungan
Dusun Mattarodeceng , antara lain:
1. Pemerintah
471.

Kami mengharapkan agar pemerintah daerah (tokoh

masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda) terus melakukan


survei dan observasi terhadap status kesehatan masyarakat sesuai
dengan

kebutuhan

masyarakat

terkait

dengan

masalah

63

kesehatannya serta lebih meningkatkan lagi program-program yang


pro rakyat dan merujuk kepada program yang mengedepankan
pemberdayaan masyarakat terkait dengan masalah kesehatan.
2. Masyarakat
472.

Kami mengharapkan agar masyarakat sadar dan mau

mengenal masalahnya serta peduli dalam bentuk lisan dan


tindakan akan masalah yang tengah dihadapi terkait dengan
masalah kesehatan serta lebih memperhatikan lingkungannya
mulai dari dalam diri, keluarga dan tempat tinggal dengan
membangun kesadaran dan

merubah sikap, perilaku

serta

kebiasaan untuk tidak mencemari lingkungan yang dampaknya


akan dirasakan di hari esok oleh anak cucu kita.
3. Mahasiswa
473.

Sebagai penerus yang dituntut untuk mengabdi pada

masyarakat dengan semangat loyalitas, integritas dan kreativitas


serta semangat juang yang tinggi, maka marilah kita sebagai
mahasiswa bersama-sama membantu masyarakat dan pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan dan menekan angka
kesakitan sesuai dengan orientasi kita, yaitu upaya preventif
dengan kemampuan dan pengetahuan yang kita miliki. Bekerjalah
untuk masyarakat.
474.

Demikian laporan hasil kegiatan PBL II di Dusun

Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten

64

Bulukumba Provinsi Sulawesi-Selatan mulai tanggal 13 s.d. 23 Agustus


2015 yang dilakukan oleh mahasiswa PBL II Angkatan 2013 Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur Makassar.
475.

65

66

476.

DAFTAR PUSTAKA

477. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
478.
479. Departemen Kesehatan RI. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). 2004.
Jakarta: Depkes RI.
480.
481. Notoatmodjo, Soekidjo, Prof., DR., S.K.M., M.CSom.H. 2007.
Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
482.
483. Pengelola PBL. 2008. Pedoman Pelaksanaan PBL. Makassar:
Fakultas Kesehatan Masyarakat UIT.
484.
485. Nur Wahidah. 2010. Pengolahan Air Untuk Keperluan Sehari-hari
Agar Memenuhi Syarat Kesehatan. http//:idazweek@blogspot.com.
[Online], diakses tanggal 20 Agustus 2015.
486.
487. Tim Teknis Pembangunan Sanitasi. 2010. Tujuh Syarat Membuat
Jamban Sehat. http//:sekretariat@sanitasi.or.id. [Online], diakses
tanggal 20 Agustus 2015.
488.
489.

Anda mungkin juga menyukai