Anda di halaman 1dari 40

15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain,
baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsureunsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses
(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)
dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang
diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan
adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran
dari promosi kesehatan. (Notoadmojo, 2012)
b. Tujuan pendidikan kesehatan
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang
mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka
sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan
terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada
mereka

ditambah

dukungan

dari

luar,

dan

mampu

memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan

16

taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak,


2009).
Tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga
produktif

secara

ekonomi

maupun

sosial,

pendidikan

kesehatan disemua program kesehatan baik pemberantasan


penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat,
pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya
(Mubarak, 2009).
c. Batasan pendidikan kesehatan
Menurut Wood (1926,
menyatakan

bahwa

pendidikan

pengalaman-pengalaman
mempengaruhi

yang

kebiasaan,

sikap

seseorang atau masyarakat.


Menurut Stuart (1968,
pendidikan

kesehatan

dalam

2009)

kesehatan

adalah

bermanfaat

dalam

dan

dalam

adalah

Bensley,

pengetahuan

Bensley,

komponen

2009)

program

kesehatan (kedokteran) yang isinya perencanaan untuk


perubahan perilaku individu, kelompok dan masyarakat
sehubungan dengan pencegahan penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
Dari batasan-batasan tersebut dapat diambil suatu
kesimpulan umum bahwa pendidikan kesehatan adalah
suatu upaya atau kegiatan untuk mempengaruhi orang agar
ia atau mereka berperilaku sesuai dengan nilai-nilai

17

kesehatan. Pendidikan kesehatan juga suatu kegiatan untuk


menjadikan kondisi sedemikian rupa sehingga orang mampu
untuk berperilaku hidup sehat. Dapat dikatakan pendidikan
kesehatan

adalah

suatu

bentuk

rekayasa

perilaku

(behaviour engginering) untuk hidup sehat (Bensley, 2009).


Pendidikan merupakan upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau
masyarakat

sehingga

mereka

melakukan

apa

yang

diharapkan oleh perilaku pendidikan.


Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan, yaitu:
1) Input : Sasaran pendidikan (individu, kelompok,
masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan)
2) Proses : Upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain.
3) Output : Melakukan apa yang diterapkan atau perilaku
(Bensley,2009).
d. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan
Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa
pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang programprogram kesehatan yang lain. Pendidikan merupakan
behavioral investmen jangka panjang. Hasil investasi
pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun
kemudian. Dalam waktu yang pendek (immediate impact)
pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau
peningkatan

pengetahuan

masyarakat.

Sedangkan

18

peningkatan pengetahuan saja belum akan berpengaruh


langsung terhadap indikator kesehatan (Notoatmodjo, 2011).
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada
prilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact)
dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan
akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan
masyarakat sebagai keluaran pendidikan kesehatan. Hal ini
berbeda dengan program kesehatan lain, terutama program
pengobatan

yang

dapat

langsung

memberikan

hasil

terhadap pengaruh angka kesakitan (Notoatmodjo, 2011).


e. Peranan Pendidikan Kesehatan
Semua
ahli
kesehatan
masyarakat
dalam
membicarakan status kesehatan mengacu kepada H.L Blum.
Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat, sebagai salah
satu Negara yang sudah maju Blum menyimpulkan bahwa
lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap
kesehatan (Notoatmodjo, 2011).
Green menjelaskan bahwa

suatu

prilaku

itu

dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok,


yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor yang
mendukung (enabling factor), faktor yang memperkuat,
mendorong atau penguat (reinforcing factor). Oleh sebab itu,
pendidikan kesehatan sebagai upaya intervensi perilaku
harus

diarahkan

pada

(Notoatmodjo,2011).
f. Konsep Pendidikan Kesehatan

ketiga

faktor

tersebut

19

Pendidikan

kesehatan

adalah

suatu

penerapan

konsep pendidikan dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi


pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik
praktik pendidikan. Oleh sebab itu, konsep pendidikan
kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan
pada bidang kesehatan. Pendidikan adalah suatu proses
belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang
lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu,
kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo 2011).
Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana
saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Seseorang dapat
dikatakan belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan,
dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak dapat mengerjakan
menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Dari uraian singkat ini
dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar itu mempunyai
ciri-ciri : belajar adalah kegiatan yang menghasilkan
perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat
yang sedang belajar, baik aktual maupun pontensial. Ciri
kedua dari hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut
didapat karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu
yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu
terjadi karena usaha dan didasari bukan karena kebetulan
(Notoatmodjo, 2011).

20

Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka


konsep pendidikan kesehatan itu juga proses belajar pada
individu, kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu tentang
nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu
mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi
mampu, dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2011).
g. Metode Pendidikan Kesehatan
Penyampaian
pendidikan
kesehatan

harus

menggunakan cara tertentu, materi juga harus disesuaikan


dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan
disesuaikan agar dicapai suatu hasil yang optimal. Untuk
sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan
sasaran massa dan sasaran individu. Untuk sasaran massa
pun

harus

berbeda

dengan

sasaran

individu

dan

sebagainya.
1) Metode ceramah
Ceramah adalah cara menyajikan pelajaran melalui
penuturan secara lisan atau penjelasan langsung pada
sekelompok peserta didik.
2) Metode pendidikan Individual
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang
bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku
baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada
suatu

perubahan

perilaku

atau

pendekatan antara lain :


a) Bimbingan
dan
penyuluhan

inovasi,
(guidance

bentuk
and

counseling). Dengan cara ini kontak antar klien

21

dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang


dihadapi oleh klien dapat pahami, dan dibantu
penyelesainnya.
b) Interview (wawancara), wawancara antara petugas
kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa dia tidak atau belum menerima perubahan,
untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau
yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian
dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu
penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
3) Metode pendidikan kelompok
Kelompok besar : penyuluhan lebih dari 15 orang,
dengan metode antara lain :
a) Ceramah
metode yang baik untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah
b) Seminar
metode ini sangat cocok untuk sasaran kelompok
besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar
adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli dari
beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap
hangat di masyarakat.
Kelompok kecil : Apabila peserta kegiatan itu kurang dari
15 orang. Metode-metode yang cocok yaitu diskusi
kelompok, curah pendapat (brainstorming), bola salju
(snow balling), kelompok kecil keecil (bruz group), role

22

play (memainkan peranan) dan permainan simulasi


(simulation game)
4) Metode panel
Panel adalah pembicara yang sudah direncanakan
tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau
lebih serta diperlukan seorang pemimpin. Dalam diskusi
panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi
berperan sebagai peninjau para panelis yang sedang
berdiskusi.
5) Metode forum panel
Forum panel adalah panel yang didalamnya pengunjung
berpartisipasi dalam diskusi, misalnya audien disuruh
untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
6) Metode permainan peran
Bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai
bagian

dari

simulasi

yang

diarahkan

untuk

mengkreasikan peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa


peristiwa aktual, atau kejadian kejadian yang mungkin
muncul pada masa mendatang.
7) Metode symposium
Symposium adalah metode mengajar dengan membahas
suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang
berdasarkan keahlian. Setelah para penyaji memberikan
pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka
symposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan.
8) Metode demonstrasi
Metode
demonstrasi
adalah
metode
penyajian
pembelajaran

dengan

memperagakan

dan

23

mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu


proses, situasi atau benda tertentu, baik sekedarnya
maupun sekedar tiruan (Sanjaya, 2008).
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan,
media ini dibagi menjadi 3 yakni :
1) Media Cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri
dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata
warna. Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet,
flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan
pada

surat

kabar

atau

majalah,

poster,

foto

yang

mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan


media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang,
biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik,
mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah
belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
2) Media Elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu
elektronik. Termasuk dalam media ini adalah televisi, radio,
video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media cetak,
media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah
dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap

24

muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya


dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih
besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,
sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya,
perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan
berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan
untuk mengoperasikannya.
3) Media Luar Ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui
media cetak maupun elektronik misalnya papan reklame,
spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar. Kelebihan
dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik,
sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut
sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan
dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini
adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk
produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang
dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan
keterampilan untuk mengoperasikannya.
Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu
memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai
dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan
mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan.

25

2. Konsep Posyandu
a. Definisi Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu merupakan
bagian dari pembangunan kesehatan yang diprogramkan oleh
pemerintah

dimana

sasarannya

adalah

pembangunan

kesehatan untuk mencapai keluarga kecil, bahagia dan


sejahtera
masyarakat

yang

dilaksanakan

dengan

bimbingan

oleh
dari

keluarga,
petugas

bersama
kesehatan

setempat (Lia,2008)
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat
dalam

penyelenggaraan

pembangunan

kesehatan,

yang

berguna untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan


kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar, terutama untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi (Kementerian Kesehatan RI,
2011).
Menurut Briawan (2012), sasaran posyandu adalah
seluruh masyarakat, utamanya yaitu: bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu nifas dan ibu menyusui serta pasangan Usia Subur
(PUS). Pelayanan posyandu pada hari buka dilaksanakan
dengan menggunakan 5 (lima) tahapan layanan yang biasa
disebut sistem 5 (lima) meja. Kelompok sasaran yang selama ini
dilayani dalam kegiatan yang ada di posyandu, yaitu 3 (tiga)

26

kelompok rawan yaitu di bawah dua tahun (baduta), di bawah


lima tahun (balita), ibu hamil dan ibu menyusui. (Hartono, 2008).
b. Tujuan Posyandu
1) Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan
masyarakat.
2) Meningkatkan

peranserta

masyarakat

penyelenggaraan

upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan


penurunan AKI, AKB dan AKABA.
3) Meningkatkan
kerjasama
lintas
penyelenggaraan

posyandu,

sector

terutama

yang

dalam
berkaitan

dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA.


4) Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI,
AKB, dan AKABA. (Kemenkes RI 2011)
c. Manfaat Posyandu
Posyandu memiliki banyak manfaat untuk

masyarakat

diantaranya :
1. Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan
keluarga sehingga :
a) Keluarga menimbang

balitanya

setiap

bulan

agar

terpantau pertumbuhannya
b) Bayi 6-11 bulan
c) Anak 12-59 bulan memperoleh 1 kapsul vitamin A
berwarna merah
d) Bayi 0-11 bulan memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali,
BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali.
e) Bayi diberi ASI sejak lahir hingga usia 6 bulan

27

f) Bayi mulai berumur 6 bulan diberi makanan pendamping


ASI
g) Pemberian ASI dilanjutkan sampai umur 2 tahun atau
lebih
h) Bayi atau anak yang diare segera diberikan ASI lebih
sering dari biasa, makanan seperti biasa dan diberikan
larutan oralit dan minum air lebih banyak
i) Ibu hamil minum 1 tablet tambah darah setiap hari
j) bu hamil memeriksakan diri secara teratur dan mau
ditolong oleh tenaga kesehatan.
k) Ibu hamil dan wanita usia subur (WUS) mendapat
imunisasi

Tetanus

Toxoit

(TT)

setelah

melakukan

penapisan TT
l) Setelah melahirkan ibu segera melaksanakan inisiasi
menyusui dini (IMD)
m) Ibu nifas minum 2 kapsul vitamin A warna merah, 1
kapsul

diberikan

setelah

melahirkan

dan1

kapsul

diberikan 24 jam setelah pemberian kapsul pertama


n) Ibu hamil, nifas dan menyusi makan hidangan bergizi
lebih banyak dari saat sebelum hamil
o) Keluarga menggunakan garam beryodium setiap kali
masak keluarga mengkonsumsi makanan beragam,
bergizi dan seimbang
p) Keluarga memanfaatka pekarangan sebagai warung
hidup/meningkatkan gizi keluarga
2. Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat sehingga :
a) Keluarga buang air kecil atau besar menggunakan
jamban
b) Keluarga menggunakan air bersih untuk kehidupan
sehari-hari

28

c) Tidak merokok di dalam rumah atau keluarga tidak ada


yang merokok
d) Keluarga mencuci tangan memakai sabun
e) Rumah bebas jentik nyamuk
f) Persalinan ibu ditolong oleh tenaga kesehatan
g) Keluarga makan buah dan sayur setiap hari
3. Mendukung pencegahan penyakit yang berbasisi lingkungan
dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
sehingga keluarga :
a) Tidak menderita diare, ISPA, DBD, dan Malaria
b) Tidak menderita Hepatitis, TBC, polio, Difteri, Batuk rejan,
Tetatus dan Campak
4. Mendukung pelayanan

keluarga

berencana

sehingga

pasangan usia subur (WUS) :


a) Menjadi peserta KB
b) Dapat memilih alat kontrasepsi jangka pendek atau
jangka panjang yang cocok dan tepat penggunaannya
5. Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam
keanekaragaman

makanan

melalui

pemanfaatan

pekarangan untuk memotifasi kelompok desa berperan aktif


sehingga :
a) Keluarga mengusahakan budidaya tanaman, buah, ikan,
dan ternak
b) Keluarga mampu menyusun menu makanan bergizi
sesuai ketersediaan makanan local dengan pemanfaatan
pekarangan rumah.
d. Kegiatan Posyandu
Secara rinci kegiatan posyandu adalah sebagai berikut :
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a) Ibu hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil antara lain:
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi,

29

pemberian

tablet

besi,

pemberian

imunisasi

TT,

pemeriksaan TFU, temu wicara termasuk perencanaan


persalinan dan pencegahan komplikasi sderta KB paka
persalinan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan
dan dibantu oleh kader
2. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu
diadakan kelas ibu hamil pada setip hari buka posyandu
atau pada hari lain sesuai dengan kesempatan
b) Ibu nifas dan menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan
menyusui mencakup :
(1) Penyuluhan kesehatan, KB pasca persalinan, IMD, ASI
ekslusif dan gizi
(2) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah
(3) Perawatan payudara
(4) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum
2) Program imunisasi dasar
Imunisasi merupakan suatu cara untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga bila suatu hari terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan.
Imunisasi yang diberikan pada bayi usia kurang dari satu
tahun merupakan hal yang sangat penting. Setiap tahun
lebih 1,4 juta anak meninggal karena berbagai penyakit yang
sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. (Kemenkes
RI, 2010). Jenis-Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Dalam
Program Imunisasi meliputi:
a) Vaksin BCG (Bacillius Calmette Guerine)

30

Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk


mencapai cakupan yang lebih luas, Departemen Kesehatan
Menganjurkan pemberian BCG pada umur antara 0-12bulan.
b) Hepatitis B
Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi hepatitis
B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk
memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal
dari ibu pada bayinya.
c) DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus)
Diberikan 3 kali sejak usia 2 bulan (DPT tidak boleh
diberikan sebelum usia 6 minggu) dengan interval 6-8 minggu
d) Polio
Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program
pengembangan imunisasi ( PPI ) sebagai tambahan untuk
mendapatkan cakupan yang tinggi.
e) Campak
Rutin dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan
dalam, pada umur 9 bulan.
e. System Lima Meja Posyandu
Menurut Briawan (2012), pelaksanaan posyandu dikenal
dengan sistem 5 (lima) meja yang terdiri dari:
1. Meja pertama
Kader mendaftar balita dan menulis nama balita pada satu
lembar kertas kecil dan diselipkan pada KMS. Peserta yang
baru pertama kali datang ke posyandu, maka dituliskan
namanya, kemudian diselipkan satu lembar kertas kecil yang
bertuliskan nama bayi atau balita pada KMS. Kader juga
mendaftar ibu hamil dengan menulis nama ibu hamil pada
formulir atau register ibu hamil. Ibu hamil yang datang ke

31

posyandu, langsung menuju meja 4 sedangkan ibu hamil baru


atau belum mempunyai buku KIA, maka diberikan buku KIA.
2. Meja kedua
Kader melakukan penimbangan balita dengan menggunakan
timbangan dacin, dan selanjutnya menuju ke meja 3.
3. Meja ketiga
Kader mencatat hasil timbangan yang ada pada satu lembar
kertas kecil dipindahkan ke dalam buku KIA atau KMS. Cara
pengisian buku KIA atau KMS yaitu sesuai petunjuk petugas
kesehatan.
4. Meja keempat
Menjelaskan data KMS (keadaan anak) yang digambarkan
dalam grafik, memberikan penyuluhan, pelayanan gizi dan
kesehatan dasar. Meja 4 dilakukan rujukan ke puskesmas pada
kondisi tertentu yaitu:
a) Balita dengan berat badan di bawah garis merah
b) Berat badan balita 2 bulan berturut-turut tidak naik
c) Sakit (diare, busung lapar, lesu, badan panas tinggi, batuk
100 hari dan sebagainya)
d) Ibu hamil (pucat, nafsu makan berkurang, gondok, bengkak
di kaki, pusing terus menerus, pendarahan, sesak nafas,
muntah terus menerus dan sebagainya).
5. Meja kelima
Khusus di meja 5, yang memberi pelayanan adalah petugas
perawat

atau

bidan.

Pelayanan

yang

diberikan

yaitu:

imunisasi, keluarga berencana, pemeriksaan ibu hamil, dan


pemberian tablet tambah darah, kapsul yodium dan lain-lain.
f. Tingkatan Posyandu
Depkes RI (2006),

menentukan

tingkat

perkembangan

posyandu secara umum dibedakan menjaadi 4 tingkat yaitu :

32

1) Posyandu pratama
Ciri cirinya adalah :
a. Kegiatannya belum rutin setiap bulan
b. Kegiatan penimbangannya kurang dari 8 kali per tahun
c. Jumlah kader kurang dari 5 orang
2) Posyandu madya
Ciri cirinya adalah :
a. Kegiatannya urut setiap bulan
b. Kegiatan penimbangan lebih dari 8 kali pertahun
c. Jumlah kader 5 orang atau lebih
d. Cakupan program-program utamnya (KB, KIA, Gizi, dan
Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%
3) Posyandu purnama
Ciri cirinya adalah :
a. Kegiatan penimbangan lebih dari 8 kali pertahun
b. Rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih
c. Cakupan program-program utamnya (KB, KIA, Gizi, dan
Imunisasi) lebih dari 50%
d. Sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah
ada dana sehat yang sederhana
4) Posyandu mandiri
Ciri cirinya adalah :
a. Kegiatan sudah teratur
b. Cakupan program-program utamnya (KB, KIA, Gizi,
Imunisasi dan penanggulangan Diare ) mencapai target
c. Dana sehat menjangkau 50% KK (Depkes, 2006)
3. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau
disadari

oleh

seseorang.

Dalam

pengertian

lain,

33

pengetahuan adalah berbagai gejala yang di temui dan


diperoleh

manusia

melalui

pengamatan

inderawi.

Pengetahuan muncul ketika manusia menggunakan indera


atau akal budinya untuk mengenali benda
tertentu

yang

belum

pernah

dilihat

atau kejadian

atau

dirasakan

sebelumnya (Suparyanto, 2012). Pengetahuan ibu dapat


diperoleh dari pendidikan atau pengamatan serta informasi
yang didapat seseorang. Pengetahuan dapat menambah
ilmu dari seseorang serta merupakan proses dasar dari
kehidupan manusia. Melalui pengetahuan, manusia dapat
melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga
tingkah

lakunya

berkembang.

Semua

aktivitas

yang

dilakukan para ibu seperti halnya dalam pelaksanaan


posyandu, tidak lain adalah hasil yang diperoleh dari
pendidikan dan pengetahuan, sehingga dapat memberikan
dorongan

dan

motivasi

untuk

menggunakan

sarana

pelayanan kesehatan. Berkenaan dengan hal tersebut


diatas, maka peran seorang ibu dalam hal posyandu
sangatlah penting. Karenanya, suatu pemahaman tentang
program posyandu sangat diperlukan. Pemahaman ibu atau
pengetahuan ibu terhadap posyandu sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan ibu.
b. Tingkat pengetahuan

34

Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan mempunyai


enam tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain
4. Analisis (analysis)

35

Analisis
menjabarkan

adalah
materi

suatu

atau

kemampuan

suatu

objek

untuk

ke

dalam

komponen- komponen, tetapi masih di dalam satu


struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.

Kemampuan

analisis

ini

dapat

dilihat

dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan


(membuat

bagan),

membedakan,

memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.


5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau

menggunakan criteria-kriteria yang ada (Notoatmodjo,


2011).
c. Jenis Pengetahuan
Pemahaman
dalam

konteks

masyarakat mengenai

kesehatan

sangat

Pengetahuan merupakan bagian

pengetahuan

beraneka

perilaku

Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut :

ragam.

kesehatan.

36

1) Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalan pengetahuan yang masih
tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan
berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti
keyakinan

pribadi, persfektif, dan prinsip. Biasanya

pengalaman seseorang sulit untuk ditransfer ke orang


lain baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan
implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan
bisa tidak disadari. Contoh seseorang mengetahui
tentang

bahaya

merokok

bagi

kesehatan,

namun

ternyata merokok
2) Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah
didokumentasikan atau tersimpan dalam wujud nyata,
bias dalam wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan
nyata

dideskripsikan

dalam

tindakan-tindakan

yang

berhubungan dengan kesehatan. Contoh seseorang


yang telah mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan
dan ia tidak merokok (Agus, 2013)
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan untuk
berprilaku. Ada
pengetahuan :

a.

Pendidikan

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi

37

Pendidikan

adalah

mengembangkan

suatu

kepribadian

usaha

dan kemampuan

untuk
didalam

dan diluar sekolah (baik formal maupun nonformal),


berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui
upaya

pengajaran

mempengaruhi
seseorang

dan

pelatihan.

proses belajar,

semakin

mudah

makin
orang

Pendidikan
tinggi

pendidian

tersebut menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan


semakin cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang

didapat

mengenai

pengetahuan tidak

kesehatan.

Peningkatan

mutlak diperoleh di pendidikan formal,

akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal.


Pengetahuan

seseorang

tentang

suatu

objek

juga

mengandung

dua aspek yaitu aspek positif dan aspek

negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan menentukan


sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak
aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan
b.

menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut


Informasi/media massa

38

Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui,


namun ada pula yang menekankan

informasi sebagai

transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga dapat


didefinisikan sebagai

suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,


menganalisis dan menyebarka informasi dengan tujuan
tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Informasi
yang

diperoleh

baik

dari

pendidikan

formal

maupun

nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek


(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi
akan menyediakan bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru. Sehingga sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
dan

lain-lain

mempunyai

pengaruh

besar

terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian


informasi sebagai tugs pokoknya, media massa juga
membawa pesan-pesan yang

berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru


mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
c.

bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.


Pekerjaan

39

Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses


yang lebih baik, terhadap berbagai informasi, termasuk
d.

kesehatan (Notoatmodjo, 2012)


Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang
tidak melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau
buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah
pengetahuanny walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan
sosial

e.

ekonomi

ini

akan

tertentu

sehingga status

mempengaruhi

pengetahuan

seseorang.
Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun
sosial.

Lingkungan

berpengaruh

terhadap proses

masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada


dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon
f.

sebagai pengetahuan oleh setiap individu.


Pengalaman
Pengalaman
sebagai
sumber
adalah

suatu

pengetahuan

cara
dengan

pengetahuan

untuk memperoleh
cara

mengulang

kebenaran
kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah


yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

belajar dalam

40

bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan


dan

keterampilan

profesional,

serta

dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang


merupakan manisfestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
g.

bidang kerja.
Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga


pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada
usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak
melakukan

persiapan

demi

suksesnya

upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan intelektual,


pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan
hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap
tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup
adalah sebagai berikut:
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak
informasi yang dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan
sehingga menambah pengetahuan.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang
yang sudah tua karena

telah

baik fisik maupun mental.

mengalami

kemunduran

41

Dapat diperkirakan
dengan

bertambahnya

IQ

akan

menurun

sejalan

usia, khususnya pada beberapa

kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan pengetahuan


umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang
akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya
usia (Agus, 2013).
e. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara
atau

angket

yang menanyakan tentang isi materi yang

diukur dari subjek penelitian atau responden. Dalam


mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat
pertanyaan menurut tahapan pengetahuan (Agus, 2013).
Menurut Arikunto (2006), mengemukakan bahwa untuk
mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkat
yaitu :
1. Baik : 76-100%
2. Cukup : 56-75%
3. Kurang : < 56%
4. Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku (Notoatmodjo 2007),

42

Dari

hasil

penelitian

Damayanti

(2013),

dapat

diketahui bahwa responden yang bersikap tidak mendukung


sebagian besar mengenai ketidakhadiran ibu ke posyandu
balita jika tidak sedang sakit sebanyak 14 orang (33,3%).
Sikap

terhadap

keikutsertaan

posyandu

balita

hanya

merupakan kehendak ibu setelah mengetahui mengenai


manfaat posyandu balita, namun belum merupakan tindakan
nyata dalam mengikuti posyandu balita.
b. Komponen Sikap
Strukur sikap terdiri atas 3 komponen yaitu, (Azwar, 2011).
1) Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu

pemilik

sikap,

komponen

kognitif

berisi

kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai


sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama
apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversi
2) Komponen afektif
Merupakan
perasaan

yang

menyangkut

aspek

emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya


berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan
merupakan

aspek

yang

paling

bertahan

terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah


sikap seseorang.
3) Komponen konatif
Merupakan aspek kecenderungan berprilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan

43

berisi

tendensi

atau

kecenderungan

untuk

bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara


tertentu. Obyek yang dihadapinya adalah logis untuk
mengharapkan

bahwa

sikap

seseorang

adalah

dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.


c. Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, menurut Notoatmodjo
(2007). Sikap terdiri dari berbagai tingkatan:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain

untuk

mengerjakan

atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi


sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap
yang paling tinggi.
d. Skala Pengukuran Sikap
Menurut Hidayat (2008) skala Likert dapat digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang
tentang masalah atau gejala yang ada dimasyarakat atau

44

dialaminya, dikenal sebagai summated ratings method. Yaitu


alat ukur Likert yang menggunakan pernyataan-pernyataan
dengan menggunakan empat alternative jawaban atas
pernyataan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih
salah satu dari empat alternatif jawaban yang disediakan.
Empat jawaban yang dikemukakan Likert adalah sangat
setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap adalah :
1) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, maka
harus melalui kesan yang kuat. Apa yang dialami akan
membentuk

dan

mempengaruhi

salah

satu

dasar

pembentukan sikap
2) Kebudayaan
Keudayaan mempengaruhi sikap dan member corak
pengalaman individu yang menjadi kelompok usahanya.
Hanya

kepribadian

individu

yang

kuat

dapat

memudahkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan


sikap individual.
3) Orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu
diantara komponen sosial yang dapat mempengaruhhi
sikap kita. Seseorang yang dianggap penting akan
diharapkan
pendapat kita
4) Media massa

persetujuan

bagi

setiap

tindakan

dan

45

Media massa yang menyampaikan informasi yang


berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini yang kuat
dalam menilai suatu hal sehingga terbukalah arahan
sikap tertentu
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai
suatu system mempunyai pengaruh dalam pembentukan
sikap

dikarenakan

keduanya

meletakkan

dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu


6) Emosional
Emosi dapat mendasari bentuk sikap karena dapat
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
5. Kunjungan posyandu
1. Pengertian kunjungan posyandu
Kunjungan adalah hal atau perbuatan berkunjung
kesuatu tempat, kunjungan balita ke posyandu adalah
datangnya balita keposyandu untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan misalnya penimbangan, imunisasi, penyuluhan
gizi, dan lain sebagainya. Kunjungan balita keposyandu
yang paling baik adalah teratur setiap Bulan atau 12 kali
pertahun, dan tidak teratur jika kunjungan kurang dari 12 kali
dalam setahuan (Maulana A, 2013).
Posyandu yang frekuensi

penimbangan

atau

kunjungan balitanya kurang dari 8 kali pertahun dianggap


masih rawan. Sedangkan bila frekuensi penimbangan sudah
8 kali atau lebih dalam kurun waktu satu tahun dianggap

46

sudah baik, tetapi frekuensi penimbangan tergantung dari


jenis posyandunya (Dinkes Prov . Jateng, 2007 ).
Tingkat kehadiran ibu dikategorikan baik apabila garis
grafik berat badan pada KMS tidak pernah putus (hadir dan
ditimbang setiap bulan di Posyandu), sedang apabila garis
grafik tersambung dua bulan berturut-turut, dan kurang
apabila garis grafik pada KMS tidak terbentuk atau tidak
hadir dan tidak ditimbang setiap bulan di Posyandu
(Madanijah & Triana, 2007)
2. Menurut Azwar (2007) fakto-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap antara lain :
a) Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut
membentuk

dan

mempengaruhi

penghayatan

kita

terdapat stimulus sosial. Tidak adanya pengalaman sama


sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan
akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.
b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap
yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Keinginan ini antara lain di motivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan

keinginan

untuk

menghindari

konflik

dengan orang yang dianggap penting tersebut. Diantara


orang yang diasanya dianggap penting oleh individu
adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih
tinggi, teman sebaya, teman dekat, istri suami dll.
c) Pengaruh budaya

47

Kebudayaan menanamkan garis pengaruh sikap kita


terhadap berbagai masalah karena kebudayaan dimana
kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita.
d) Media massa
Dalam
penyampaian

informasi

sebagai

tugas

pokoknya,media massa membawa pesan-pesan yang


berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi
tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif
dalam menilai sesuatu.
e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam individu sehingga kedua lembaga ini
merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh
dalam pembentukan sikap.
f) Pengaruh faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari
oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan
ego. Peranan gender sangat mempengaruhi keadaan
emosional, perempuan menekankan pada tanggung
jawab dalam emosinya. Perempuan merasa bertanggung
jawab terhadap emosi orang lain. Mereka sangat
memperhatikan keadaan emosi orang lain sehingga lebih
mampu untuk memahami perubahan emosional. Oleh

48

sebab itu kaum perempuan biasanya jauh lebih memiliki


empati terhadap penderita orang lain ketimbang lakilaki. Masyarakat

memiliki

stereotip

bahwa

laki-laki

kurang mampu menghayati perasaan emosionalnya.


Adapun perempuan sangat menghayati emosinya. Lakilaki mudah menyembunyikan emosi yang dialaminya,
sedangkan perempuan sulit menyembunyikannya. Oleh
sebab itu maka perempuan cenderung menganggap
bahwa perempuan lebih mudah merasakan takut, cemas
dan sedih dari pada sedih dari pada laki-laki. Sedangkan
laki-laki dianggap lebih mudah untuk marah.
3. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kunjungan anak
balita di posyanduantara lain (Lia 2008) :
a) Umur balita
Dapat mempengaruhi partisipasi, hal ini disebabkan ibu
balita merasa bahwa anaknya sudah berumur 9 bulan
yang sudah mendapatkan imunisasi lengkap tidak perlu
lagi datang ke posyandu,
b) Jumlah anak
Semakin banyak anggota keluarga, seorang ibu akan
sulit mengatur waktu untuk hadir di posyandu, karena
waktu akan habis untuk memberi perhatian dan kasih
sayang untuk mengurus anak-anaknya dirumah.
c) Tingkat pendidikan
Menentukan mudah tidaknya untuk menyerap dan
memahami pengetahuan pendidikan dalam keluarga

49

sangat diperlukan, hal ini terkait dengan informasi


tentangkunjungan ibu balita ke posyandu dan rendahnya
tingkat pendidikan erat kaitannya dengan perilaku ibu
dalam memanfaatkan sarana kesehatan.
d) Pengetahuan ibu
Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan membentuk
suatu sikap dan menimbulkan suatu perilaku dalam
kehidupan sehari-hari seperti hadir di posyandu.
B. Penelitian terkait
1. Penelitian yang di lakukan Oleh Hestuningtyas (2013), Pengaruh
Konseling Gizi Terhadap Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu Dalam
Pemberian Makan Anak, Dan Asupan Zat Gizi Anak Stunting Usia
1-2 Tahun Di Kecamatan Semarang Timur. Terdapat perbedaan
pada penelitian, perbedaan tersebut antara lain yaitu tujuan
penelitian

Hestuningtyas

(2013),

menganalisis

pengaruh

konseling gizi terhadap pengetahuan, sikap, praktik ibu dalam


pemberian makan anak, dan asupan zat gizi anak stunting usia 12 tahun, metode penelitian eksperimen dengan quasi experiment
nonequivalent control group design, Analisis data menggunakan
uji beda, yaitu dependent t test atau independent t test untuk data
yang

berdistribusi

normal.

Sebanyak

65%

subjek

adalah

perempuan, dan 85% subjek tidak mendapatkan ASI eksklusif.


Pendidikan responden 60% adalah SMA, 57,5% responden
merupakan ibu rumah tangga, dan pendapatan rumah tangga
responden 60% <Upah Minimum Kota Semarang. Pada kelompok

50

kontrol, tidak terdapat peningkatan skor sikap, praktik ibu, dan


asupan zat gizi anak secara signifikan, tetapi skor pengetahuan
meningkat signifikan (p=0,022). Pada kelompok perlakuan
terdapat peningkatan skor pengetahuan, sikap, praktik ibu, dan
asupan zat gizi anak secara signifikan (p=0,000). Terdapat
perbedaan perubahan pengetahuan sikap, praktik ibu, dan
asupan zat gizi anak secara signifikan (0,000) antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rohif (2012), dengan judul
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Posyandu
Dengan Keaktifan Dalam Kegiatan Posyandu. Tujuan penelitian
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap
keaktifan

mengikuti

Posyandu

dan

merupakan

penelitian

deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan


teknik sampling total sampling. Instrumen penelitian kuesioner
dan dokumentasi. Analisis data adalah Fisher Exact Test. Hasil
penelitian: tingkat pengetahuan ibu adalah baik, sikap ibu adalah
cukup, keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu adalah aktif,
terdapat hubungan pengetahuan dengan keaktifan (pv = 0,029),
dan terdapat hubungan sikap ibu dengan keaktifan
3. Penelitian Triwahyudianingsih tentang hubungan antara sikap ibu
balita terhadap keaktifan dalam kegiatan posyandu di dusun Boto
Kabupaten Tulungagung Penelitian ini menggunakan metode
observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional

51

dengan populasi semua ibu balita yang datang di Posyandu III


Dusun Boto Kabupaten Tulungagung berjumlah 36 orang. Teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dibuat peneliti
sendiri kemudian data dianalisis dengan teknik Chi kuadrat (X 2)
Hasil dari penelitian ini adalah sikap ibu balita yang paling banyak
kategori positif dan keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu
yang paling banyak kategori aktif. Dari hasil analisis data
diperoleh X2 hitung > X2 tabel atau 6,891 > 3,841 dan p < atau
0,009 < 0,05 maka dapat dinyatakan ada hubungan signifikan
antara sikap ibu balita terhadap keaktifan dalam kegiatan
Posyandu III Dusun Boto Kabupaten Tulungagung. Kesimpulan
penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara
sikap ibu balita terhadap keaktifan dalam kegiatan posyandu III
Dusun Boto Kabupaten Tulungagung. Dan saran untuk penelitian
ini adalah bagi para ibu yang mempunyai balita umur 1-5 tahun
untuk aktif mengikuti rutinitas kegiatan, bagi petugas kesehatan
hendaknya lebih memberikan informasi kesehatan setiap ada
kegiatan posyandu dan bagi peneliti selanjutnya perlu adanya
penelitian yang lebih lanjut dengan cakupan tempat penelitian
yang lebih luas lagi.
C. Kerangka Teori Penelitian
Pendidikan kesehatan

a. Defenisi pendidikan
kesehatan
b. Tujuan pendidikan
kesehatan
c. Prinsip pendidikan
kesehatan
d. Peran pendidikan
kesehatan
e. Konsep pendidikan
kesehatan
f. Metode pendidikan
kesehatan

Tingkat pengetahuan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tahu
Memahami
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi

52

Tingkatan sikap
a. Menerima
b. Merespon
c. Menghargai
d. Bertanggung
jawab
Konsep posyandu
a.
b.
c.
d.
e.

f.

Pengertian posyandu
Tujuan posyandu
Manfaat posyandu
Kegiatan posyandu
System 5 meja posyandu
Tingkatan posyandu

Tingkat kunjungan
balita ke posyandu:
a. Umur
b. Jumlah anak
c. Status pekerjaan ibu
d. Jarak tempat tinggal

Gambar 2.1 : Kerangka teori penelitian


Sumber : ( Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007)
D. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah

hubungan antara

konsep-konsep yang akan diukur melaluli penelitian yang akan di


lakukan yang dijelaskan ketertarikan antar variable (baik variable
yang diteliti maupun yang tidak diteliti) kerangka konsep akan
membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penelitian dengan
teori (Arikunto, 2010). Kerangka konsep penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

53

Input

Ibu-ibu yang memiliki anak


balita paska imunisasi
dasar lengkap

Proses
Pendidikan
kesehatan
tentang
posyandu
balita

Output

Pengetahuan ibu
Sikap ibu
Kunjungan ibu balita ke
posyandu

Gambar 2.2 : Kerangka konsep penelitian


E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,
belum jawaban yang empirik dengan data, Sugiyono (2010)
Variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Depnden Pengetahuan :
Ha = Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang manfaat
posyandu paska imunisasi dasar lengkap terhadap pengetahuan
Ho = Tidak terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang
manfaat posyandu paska imunisasi dasar lengkap terhadap
pengetahuan

54

Variabel Dependen Sikap :


Ha = Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang manfaat
posyandu paska imunisasi dasar lengkap terhadap sikap
Ho = Tidak terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang
manfaat posyandu paska imunisasi dasar lengkap terhadap sikap
Variabel Dependen Kunjungan Ibu Balita Ke Posyandu :
Ha = Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang manfaat
posyandu paska imunisasi dasar lengkap terhadap kunjungan ibu
balita ke posyandu
Ho = Tidak terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang
manfaat posyandu paska imunisasi dasar lengkap terhadap
kunjungan ibu balita ke posyandu

Anda mungkin juga menyukai