Skor PES merupakan hasil dari tabulasi per tahun sebelum dan sesudah ditetapkannya
kebijakan, untuk melihat support terhadap berlangsungnya kebijakan. Komparasi juga bisa
dilakukan dalam satu kebijakan yang sama namun diimplementasikan di tempat berbeda,
ataupun untuk program yang berbeda dalam satu kebijakan yang sama, untuk kemudian
diihat skor mana yang lebih tinggi atau lebih rendah. Skor yang paling rendah menunjukkan
perlunya peningkatan intervensi program atau kegiatan untuk memperkuat pengembangan
kebijakan. Untuk ketajaman analisis PES, hasil pengisian kuesioner oleh responden juga
perlu didukung dengan data sekunder yang valid. Hal ini diperlukan untuk mendukung dan
menguatkan analisis skoring yang dilakukan, sehingga nantinya dapat menentukan intervensi
yang dianggap paling sesuai dalam meningkatkan dukungan lingkungan kebijakan yang
direkomendasikan.
Cara yang dilakukan dalam pengisian kuesioner adalah dengan memberikan deskripsi
mengenai kondisi internal lingkungan terkini, dan memberi nilai dari angka 0 sampai 4
sebagai dasar penilaian besarnya dukungan yang diberikan oleh lingkungan. Nilai 0
menunjukkan dukungan yang sangat lemah sedangkan nilai 4 menunjukkan dukungan yang
sangat kuat. Biasanya, skoring dapat dilakukan oleh beberapa pengamat yang mampu
menganalisis lingkungan kebijakan dari sudut pandang berbeda. Skor yang didapat kemudian
bisa dikomparasi secara mendetail untuk melihat pandangan masing-masing pengamat dan
dirata-ratakan sebagai hasil pengukuran secara keseluruhan (USAID, 2009).
1. Jumlahkan keseluruhan skor item individual dalam satu kategori. Subtotal kemudian
diubah ke dalam bentuk rata-rata dengan membagi total jumlah item pertanyaan yang
diberikan penilaian oleh responden.
2. Pada setiap subpertanyaan akan dijumlah total nilai yang diperoleh dan kemudian dibagi
dengan jumlah responden yang memberikan penilaian. Misalnya diperoleh total nilai untuk
subpertanyaan 1 pada kategori dukungan politik sebesar 39, dan jumlah responden yang
menjawab pertanyaan tersebut ada 15 orang, maka nilai PES untuk sub pertanyaan 1 pada
kategori dukungan politik adalah 39/15 = 2,6.
3. Responden yang tidak menjawab satu pertanyaan, tidak diberikan skor dan dapat ditulis
keterangan, misalnya dengan singkatan TT (Tidak Tahu). Prosedur ini hanya menghitung
skor rata-rata per item yang diberikan skoring, sehingga item yang tidak diisi/ dinilai oleh
responden tidak akan mengurangi skor. Misalnya dalam subpertanyaan 1 untuk kategori
dukungan politik, jika dari 15 responden ada yang tidak menjawab satu orang, maka yang
digunakan sebagai pembagi rata-rata adalah 14 orang, dengan misal total skor subpertanyaan
1 adalah 36. Maka rata-rata skor sub pertanyaan pertama adalah 36/14 = 2,57.
4. Skor dapat dianggap rendah ketika nilai rata-rata kurang dari 1,5 dan dianggap tinggi
ketika skor yang dicapai lebih dari 3.
5. Kemudian dilakukan penjumlahan terhadap seluruh skor dalam kategori tersebut yang
dibobot sebagai total PES kategori, misalnya ada 4 pertanyaan untuk kategori dukungan
politik, dengan nilairata-rata PES masing-masing pertanyaan adalah 2,6; 1,8; 1,8; 1,8, maka
nilai PES untuk Kategori Dukungan Politik adalah (2,6+1,8+1,8+1,8)/4 = 8/4 = 2,0.
6. Nilai rata-rata ini kemudian diubah ke dalam bentuk persentase dengan membaginya
dengan skor maksimum yang mungkin terjadi yaitu 4. Misal nilai persentase PES untuk
Kategori Dukungan Politik adalah 2/4 x 100 = 50%. Pendekatan ini menstandarisasi setiap
unit pertanyaan sehingga jumlah item individual dalam setiap kategori tidak memengaruhi
kontribusinya terhadap total skor.
7. Nilai akhir disesuaikan ke dalam skala 0-100 dimana 100% mengindikasikan lingkungan
kebijakan yang sempurna.
Analisis PES menghasilkan kerangka berpikir yang dapat menjadi dasar bagi pembuat
kebijakan untuk melihat dan mengkaji apakah kebijakan yang dibentuk telah memenuhi
kebutuhan atau menyelesaikan persoalan yang ada. Hasil penelitian tersebut pun dapat
meningkatkan kapasitas (pengetahuan, keterampilan dan sikap) para pembuat kebijakan
untuk menggunakan bukti untuk pengambilan kebijakan (Evidence informed policy making
decision).
Dalam studi ini dilakukan wawancara mendalam dengan pembuat kebijakan dan
stakeholder baik dari pemerintah pusat maupun kota , perwakilan departemen, kepala daerah,
media massa serta pemangku kepentingan dari masyarakat. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan YRH dan lingkungan kebijakannya, beberapa
di antaranya adalah mengenai pengenalan program; dukungan institusi atau lembaga,
termasuk rencana kerja program dan kebijakan, sumber daya manusia, investasi keuangan;
partisipasi dan koordinasi dengan departemen atau institusi berbeda. Hal ini merupakan
beberapa informasi terkait dengan lingkungan kebijakan, namun dalam proses analisisnya
tidak menggunakan skoring ataupun persentase dan diolah secara deskriptif. Dalam konklusi
yang disampaikan pula berdasarkan sintesis dari informasi yang didapatkan secara kualitatif.
Kedua analisis ini dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan dari
peneliti, konteks dan kapasitas organisasi. Tiap metode bisa saja sesuai dengan kondisi-
kondisi tertentu. Selain metode analisis yang dibuat secara sederhana seperti di atas, terdapat
cara menganalisis lingkungan strategis kebijakan dengan menggunakan skor atau lebih sering
disebut Policy Environment Score (PES).
E. Studi Kasus
Sumber :