Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PEMBIAYAAN dan PENGANGGARAN KESEHATAN


“ALUR PERENCANAAN ANGGARAN KESEHATAN”

OLEH:
KELOMPOK 2 KELAS A3

ELVIZA AGUSTIAN 1711216001


ELVA YUNITA 1711216002
OVARIA SUWANDI 1711216003
SUCI AMALIA PS 1711216008
GINA DWI ATTARI 1711216009
FENNY ANDRIANI 1711216022
SUSIE ADRIYANI 1711216024
MAHFUZHATUL KHAIRIYAH 1711216026
VIVI SUSANTI 1711216027
DESI FITRIA HANDAYANI 1711216029
TOTEP HARDIATNA 1711216030

Dosen Pengampu:
Christiana Tuty Ernawati, SKM, M.Kes

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun
makalah yang berjudul “ALUR PERENCANAAN ANGGARAN KESEHATAN”
Penyusunan makalah ini diajukan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat
sebagai pemenuhan syarat untuk melaksanakan tugas makalah Mata
Kuliah Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Pembiayaan
dan Penganggaran yang telah memberikan materi dalam pembelajaran
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritikan dan
saran agar penyusun dapat mengoreksi kekurangan tersebut. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi tim
penyusun.

Padang, April 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ..............................................................................................ii
BAB 1 : PENDAHULUAN.......................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 3
1.2 Tujuan .................................................................................. 3
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1 Pengertian dan Fungsi Anggaran ............................................ 4
2.2 Pendekatan dalam Penyusunan Anggaran ............................. 6
2.3 Sumber Penganggaran Kesehatan ......................................... 9
2.4 Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) ...................11
2.5 Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah .............12
2.6 Proses Penyusunan APBD ....................................................14
2.7 Siklus Penyusunan APBD ....................................................20
2.8 Proses Perencanaan dan Penganggaran Daerah ....................23
2.9 Alur keterkaitan perencanaan dan penganggaran daerah ......24
BAB 3 : PENUTUP ..................................................................................25
3.1 Kesimpulan ...........................................................................25
3.2 Saran ....................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budget atau anggaran dalam pengertian umum diartikan sebagai suatu
rencana kerja untuk suatu periode yang akan datang yang telah dinilai
dengan uang. Kata budget yang digunakan di Inggris sendiri merupakan
serapan dari istilah bahasa Perancis yaitu bouge atau bougette yang berarti
“tas” di pinggang yang terbuat dari kulit, yang kemudian di Inggris kata
budget ini berkembang artinya menjadi tempat surat yang terbuat dari kulit,
khususnya tas tersebut dipergunakan oleh Menteri Keuangan untuk
menyimpan surat-surat anggaran. Sementara di negeri Belanda, anggaran
disebut begrooting, yang berasal dari bahasa Belanda kuno yakni groten
yang berarti memperkirakan.
Di Indonesia sendiri, pada awal mulanya (pada jaman Hindia-Belanda)
secara resmi digunakan istilah begrooting untuk menyatakan pengertian
anggaran. Namun sejak Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, istilah
“Anggaran Pendapatan dan Belanja” dipakai secara resmi dalam pasal 23
ayat 1 UUD 1945, dan di dalam perkembangan selanjutnya ditambahkan
kata Negara untuk melengkapinya sehingga menjadi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.
Kebijakan makro nasional terutama kebijakan fiskal sangat
mempengaruhi Kebijakan fiskal daerah (yang dilakukan melalui kebijakan
transfer ke daerah), di sisi lain kebijakan fiskal daerah juga dapat
mempengaruhi keberhasilan kebijakan makro nasional. Dengan demikian,
agar kebijakan fiskal daerah tetap sejalan dan mendukung kebijakan makro
nasional, maka ketersambungan antara perencanaan dan penganggaran di
tingkat daerah dengan di tingkat nasional mutlak diperlukan.
Selain perencanaan pembangunan daerah, dalam konteks otonomi
daerah, perencanaan anggaran belanja daerah atau perencanaan
penganggaran daerah, merupakan salah satu aspek penting dalam
menentukan keberlangsungan dan kesuksesan pembangunan daerah. Ini
berarti kedua aspektersebut sangat penting dan perlu bersinergi guna
mewujudkan visi dan misi pemerintahan daerah.
Perencanaan dan anggaran pemerintah daerah merupakan suatu
realitas pembangunan daerah yang kaya interaksi sosial yang sarat dengan
berbagai kepentingan, baik politik, budaya maupun agama. Hal ini
menandakan aspek perilaku sangat menonjol dalam perencanaan dan
penaggaran pembangunan di daerah. Pendekatan kualitatif digunakan
dalam riset ini untuk mengeksplorasi pemahaman atas fenomena
perencanaan dan penganggaran organisasi sektor publik dengan fokus
pengamatan pada bagaimana proses perencanaan dan penganganggaran
pemerintah daerah pada tingkat satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
yang bertanggungjawab dalam perencanaan dan penganggaran
pembangunan daerah.
Kualitas perencanaan dan penganggaran daerah perlu ditingkatkan,
mengingat APBD masih didominasi oleh belanja pegawai. perencanaan dan
penganggaran daerah merupakan cermin dari efektifitas pengelolaan
keuangan daerah yang baik untuk menunjang keberhasilan desentralisasi
fiskal.
Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dapat dicerminkan dari
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, keadilan,
pemerataan, keadaan yang semakin maju, serta terdapat keserasian antara
pusat dan daerah serta antar daerah. Hal yang dapat mewujudkan keadaan
tersebut salah satunya apabila kegiatan APBD dilakukan dengan baik.
Dikarenakan pada saat ini pemerintah menggunakan penganggaran
bebasis pendekatan kinerja, maka reformasi anggaran tidak hanya pada
aspek perubahan struktur APBD, namun juga diikuti dengan perubahan
proses penyusunan anggaran. APBD pada dasarnya memuat rencana
keuangan daerah dalam rangka melaksanakan kewenangan untuk
penyelenggaraan pelayanan umum selama satu periode anggaran. Tahun
anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember. Sesuai dengan pendekatan kinerja
yang diterapkan pemerintah saat ini, maka setiap alokasi APBD harus
disesuaikan dengan tingkat pelayanan yang akan dicapai. Sehingga kinerja
pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap laporan APBD.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui segala hal yang berkaitan perencanaan dan penganggaran
kesehatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
- Mengetahui pengertian dan fungsi anggaran.
- Mengetahui pendekatan dalam penyusunan anggaran.
- Mengetahui sumber penganggaran kesehatan.
- Mengetahui hubungan keuangan pusat dan daerah (HKPD).
- Mengetahui sistem perencanaan dan penganggaran pemerintah.
- Mengetahui proses penyusunan APBD.
- Mengetahui siklus penyusunan APBD.
- Mengetahui proses perencanaan dan penganggaran daerah,
- Mengetahui alur keterkaitan perencanaan dan penganggaran
daerah.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Fungsi Anggaran


Anggaran adalah instrumen atau “alat utama dari kebijakan
fiskal” pemerintah dalam mencapai sasaran - sasaran prioritas
pembangunan, terutama dalam penyediaan dan pemenuhan pelayanan
publik guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan fiskal merupakan penggunaan anggaran pemerintah
untuk mempengaruhi suatu perekonomian, termasuk keputusan tentang
pajak yang dipungut dan dihimpun, pembiayaan transfer termasuk
subsidi, pembelian barang dan jasa oleh pemerintah, serta size defisit dan
pembiayaan, yang mencakup semua tingkat pemerintahan. Pada intinya
kebijakan fiscal melibatkan langkah – langkah pemerintah untuk
“mengarahkan dan mengendalikan pengeluaran dan perpajakan”, atau
“penggunaan instrumen-instrumen fiskal untuk mempengaruhi
bekerjanya sistem ekonomi” agar “memaksimumkan kesejahteraan
ekonomi”.
Penganggaran sector public terkait dengan proses penentuan jumlah
alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter.
Proses penganggaran organisasi sector public dimulai ketika perumusan
strategi dan perencanaan strategic telah selesai dilakukan. Anggaran
merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan
strategic yang telah dibuat. Tahap penganggaran menjadi sangat penting
karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan
dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Anggaran
merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya
tujuan organisasi.
Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi :
1. Aspek perencanaan;
2. Aspek pengendalian; dan
3. Aspek akuntabilitas public.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah. APBD merupakan instrumen penting bagi pemerintah
dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. Oleh karena itu, APBD
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi otorisasi
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun
yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran harus diarahkan
untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
e. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
f. Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi
alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.
2.2 Pendekatan dalam Penyusunan Anggaran
Perubahan-perubahan kunci yang diamanatkan oleh Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara antara lain menyangkut
metode penganggaran yang menggunakan tiga pendekatan sebagai berikut:
a. Pendekatan Penganggaran Terpadu.
Penyusunan anggaran dilakukan dengan mengintegrasikan proses
perencanaan dan penganggaran di lingkungan SKPD untuk
menghasilkan dokumen rencana kerja, dengan tidak ada lagi dikotomi
antara anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan.
Dengan demikian, penganggaran menjadi lebih terarah karena dikaitkan
langsung dengan perencanaan program/kegiatan.
Dalam kaitan dengan menghitung biaya input dan menaksir kinerja
program sangat penting untuk melihat secara bersama-sama biaya
secara keseluruhan, baik yang bersifat investasi maupun biaya yang
bersifat operasional. Memadukan (unifying) anggaran sangat penting
untuk memastikan bahwa investasi dan biaya operasional yang berulang
(recurrent) dipertimbangkan secara simultan pada saat-saat pengambilan
keputusan dalam siklus penganggaran.
b. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja.
Penyusunan anggaran berorientasi pada pencapaian keluaran dan
hasil yang terukur (kinerja). Di samping itu, dalam merealisasikan suatu
anggaran untuk membiayai program/kegiatan harus memperhatikan
prinsip efisiensi dan efektivitas. Efisien diukur dengan membandingkan
antara input (misalnya dana) yang digunakan dengan keluaran (output)
yang diperoleh.
Sedangkan efektivitas diukur dengan menilai apakah keluaran dapat
berfungsi sebagaimana diharapkan sehingga mendatangkan hasil
(outcome) yang diinginkan. Dengan demikian, dalam anggaran berbasis
kinerja, tujuan dan indikator kinerja dari suatu program/kegiatan harus
ditentukan dengan jelas dan terukur untuk mendukung perbaikan
efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya dan
memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam
kerangka jangka menengah.
c. Pendekatan Penganggaran dengan Perspektif Jangka Menengah.
Penyusunan anggaran dengan perspektif jangka menengah
memberikan kerangka yang menyeluruh, meningkatkan keterkaitan
antara proses perencanaan dan penganggaran, mengembangkan disiplin
fiskal, mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan
strategis, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
Pemerintah dengan pemberian pelayanan yang optimal dan lebih
efisien. Dengan melakukan proyeksi jangka menengah, dapat dikurangi
ketidakpastian di masa yang akan datang dalam penyediaan dana untuk
membiayai pelaksanaan berbagai inisiatif kebijakan baru dalam
penganggaran tahunan tetap dimungkinkan, tetapi pada saat yang sama
harus pula dihitung implikasi kebijakan baru tersebut dalam konteks
keberlanjutan fiskal dalam jangka menengah (medium term fiskal
sustainability).
Cara ini juga memberikan peluang kepada SKPD dan PPKD untuk
melakukan analisis apakah perlu melakukan perubahan terhadap
kebijakan yang ada, termasuk menghentikan programprogram yang
tidak efektif, agar kebijakan-kebijakan baru dapat diakomodasikan.
Dengan memusatkan perhatian pada kebijakan-kebijakan yang dapat
dibiayai, diharapkan dapat tercapainya disiplin fiskal, yang merupakan
kunci bagi tingkat kepastian ketersediaan sumber daya untuk
membiayai kebijakan-kebijakan prioritas.
Sebagai konsekuensi dari menempuh proses penganggaran dengan
perspektif jangka menengah secara disiplin, manajemen mendapatkan
imbalan dalam bentuk keleluasaan pada tahap implementasi dalam
kerangka kinerja yang dijaga dengan ketat.
Perubahan dalam pengelolaan keuangan daerah (anggaran) harus
tetap berpegang pada prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah yang
baik, antara lain: akuntabilitas, transparansi, value for money,
pengendalian, pengawasan.
Akuntabilitas keuangan dan pengendalian dalam eksekutif dimulai
dengan penyiapan anggaran yang memberikan fondasi untuk semua
pengukuran berikutnya. Setelah anggaran disetujui oleh legislatif,
pelaksanaannya menjadi tanggung jawab satuan kerja (satker) yang
mengelola anggaran dan eksekutif secara keseluruhan.

TIGA PILAR PENDEKATAN DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN


2.3 Sumber Penganggaran Kesehatan
Jika ditinjau dari hierarki pemerintahan, rencana anggaran di
Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga macam, sebagai berikut:
a. Anggaran Pemerintah Pusat (APBN) atau DAU (Dana Alokasi Umum)
Pengaturan mengenai keuangan negara didasarkan pada Undang-
Undang Dasar 1945, khususnya dalam bab VIII Undang-Undang Dasar
1945 Amandemen IV pasal 23 mengatur tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). APBN merupakan instrumen untuk
mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka
membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan peembangunan,
mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional,
mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan,
alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi
hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu
tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan
negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun
anggaran berikutnya.
b. Anggaran Pemerintah Daerah Tingkat I (APBD I dan II) atau PAD
(Pendapatan Asli Daerah)
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah
yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan
Daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah.
Landasan Hukum Landasan hukum dari penyusunan APBD
tercantum dalam:
 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan daerah.
c. Anggaran dekonsentrasi dari Alokasi Provinsi
Dekonsentrasi dan tugas pembantuan adalah suatu kebijakan di
dalam membantu daerah dalam mencapai kemandirian untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga pelaksanaannya
sangat memegang peranan penting di dalam mencapai tujuan tersebut.
Pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuaan merupakan
bagian dari pelaksanaan APBN dimana pelaksanaannya didelegasikan
ke daerah. Permasalahan yang muncul merupakan suatu reaksi atas
kebijakan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang dalam
pelaksanaannya masih perlu sosialisasi dan penyempurnaan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
d. Dana bantuan untuk penduduk miskin atau bantuan dari subsidi BBM
(Bahan Bakar Minyak)
Akibat dari kenaikan harga BBM, maka pemerintah mengadakan 2
bantuan untuk rakyat Indonesia, yaitu Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat dan Bantuan Siswa Miskin. Di samping itu masih ada
bentuk anggaran yang berasal dari bantuan luar negeri dan anggaran
khusus dari pemerintah pusat.
2.4 Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD)
Hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah
meliputi:
1. Pemberian sumber-sumber keuangan untuk menyelenggarakan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah
daerah;
2. Pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintahan
daerah;
3. Pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada pemerintahan
daerah.
Hubungan keuangan antar pemerintahan daerah, meliputi:
1. Bagi hasil pajak dan non-pajak antara pemerintahan daerah
provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota;
2. Pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung
jawab bersama;
3. Pembiayaan bersama atas kerjasama antar daerah;
4. Pinjaman dan/atau hibah antar pemerintahan daerah.
Perimbangan keuangan dilakukan melalui transfer/hibah dari Pusat
kepada daerah dan didukung dengan penyerahan sebagian kewenangan
perpajakan kepada daerah. Mengingat bahwa kewenangan perpajakan di
daerah masih sangat terbatas, maka dukungan pendanaan daerah melalui
transfer masih lebih mendominasi (untuk saat ini). Sesuai esensi otonomi
daerah, maka sebagian besar dukungan dana dari APBN berbentuk block
grants (bebas digunakan oleh daerah).
Block grants juga didukung dengan specific grants, yg berfungsi untuk
mengawal prioritas nasional dan kesetaraan kualitas layanan publik antar
daerah. Selaras dengan peningkatan kebutuhan pendanaan daerah,
Pemerintah Pusat terus mendorong upaya kemandirian pendanaan melalui
penguatan local taxing power dan transfer diupayakan terus meningkat
dari tahun ke tahun. Untuk mendorong ekspansi pembangunan daerah
guna mendorong perekonomian, daerah dapat melakukan pinjaman.
2.5 Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah
Siklus Perencanaan dan Penganggaran Tahunan

Hubungan Perencanaan dan Penganggaran Pusat dan Daerah


(Proses Integrasi Dokumen Perencanaan dan Penganggaran)
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan
tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat
Pusat dan Daerah. Sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan
untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. Perencanaan pembangunan
daerah harus mengacu kepada rencana pembangunan nasional. Kebijakan
fiskal daerah harus sejalan dan mendukung dengan keempat kebijakan
makro nasional. Seluruh kebijakan makro, terutama kebijakan fiskal
mempengaruhi kebijakan transfer ke daerah.
2.6 Proses Penyusunan Anggaran APBD
Sejak memasuki era otonomi daerah, pemda telah menjalani dua
periode implementasi peraturan pengelolaan keuangan daerah, yaitu:
a. Periode PP 105/2000 dan Kepmendagri 29/2002 (periode sebelum
keluarnya paket Undang-Undang di bidang Keuangan Negara);
b. Periode PP 58/2005 dan Permendagri 13/2006 jo. Permendagri
59/2007.
Proses penyusunan rancangan APBD secara garis besar meliputi
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penyusunan Rencana Kerja Pemda
2. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
3. Pembahasan KUA dan PPAS oleh Pemda dengan DPRD
4. Penyusunan Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman
Penyusunan RKA SKPD.
5. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA SKPD dan RKA PPKD)
6. Penyusunan Rancangan APBD
Proses Penyusunan APBD
Setiap langkah dalam proses penyusunan rancangan APBD di atas
akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikut ini.
1. Rencana Kerja Pemda
 SKPD menyusun rencana strategis (Renstra-SKPD) yang memuat
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing.
 Penyusunan Renstra-SKPD dimaksud berpedoman pada rencana
pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). RPJMD
memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan
daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SKPD, dan
program kewilayahan.
 Pemda menyusun rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) yang
merupakan penjabaran dari RPJMD dengan menggunakan bahan
dari Renja SKPD untuk jangka waktu satu tahun yang mengacu
kepada Renja Pemerintah.
 Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang
disusun berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program
dan kegiatan tahun-tahun sebelumnya.
 RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas,
pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur
dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemda maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
 Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud di atas adalah
mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
 RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan. Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-
lambatnya akhir bulan Mei tahun anggaran sebelumnya.
 RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
2. Penyusunan KUA dan PPAS
 Kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS
berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang
ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
 Pedoman penyusunan APBD sebagaimana dimaksud memuat
antara lain:
a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi
kebijakan pemerintah dengan pemerintah daerah;
b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran
berkenaan;
c. teknis penyusunan APBD; dan
d. hal-hal khusus lainnya.
 Dalam menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS, kepala
daerah dibantu oleh TAPD yang dipimpin oleh sekretaris daerah.
 Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah disusun,
disampaikan oleh sekretaris daerah selaku ketua TAPD kepada
kepala daerah, paling lambat pada minggu pertama bulan Juni.
 Rancangan KUA memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi
penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan
belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi
pencapaiannya.
 Rancangan PPAS disusun dengan tahapan sebagai berikut:
a. menentukan skala prioritas pembangunan daerah;
b. menentukan prioritas program untuk masing-masing
urusan; dan
c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-
masing program/kegiatan.
 DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran
berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD
tahun anggaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh TAPD
bersama panitia anggaran DPRD.
3. Pembahasan KUA dan PPAS oleh Pemda dengan DPRD
 Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas
selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS paling lambat
akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.
4. Penyusunan Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman
Penyusunan RKA SKPD
 TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah
tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD, sebagai acuan kepala
SKPD dalam menyusun RKA-SKPD, yang mencakup:
a. prioritas pembangunan daerah dan program/kegiatan yang
terkait;
b. alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap
program/kegiatan SKPD;
c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD;
d. dokumen sebagai lampiran surat edaran meliputi KUA,
PPAS, analisis standar belanja dan standar satuan harga.
 Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-
SKPD diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun
anggaran berjalan.
5. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
 Berdasarkan pedoman penyusunan RKA, kepala SKPD
menyusun RKA-SKPD.
 RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan KPJM,
penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi
kerja.
 Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan KPJM dilaksanakan
dengan menyusun prakiraan maju yang berisi perkiraan
kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang
direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun
anggaran yang direncanakan dan merupakan implikasi
kebutuhan dana untuk pelaksanaan program dan kegiatan
tersebut pada tahun berikutnya.
 Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan penganggaran
terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses
perencanaan dan penganggaran di lingkungan SKPD untuk
menghasilkan dokumen RKA.
 Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan dengan pendekatan
prestasi kerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan
antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan
dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam pencapaian
kelauran dan hasil tersebut.
 Penyusunan anggaran dan prestasi kerja dimaksud dilakukan
berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar
belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.
 Standar satuan harga ditetapkan oleh kepala daerah.
 Penyusunan RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, belanja
untuk masing-masing program dan kegiatan menurut fungsi
untuk tahun yang direncanakan, dirinci sampai dengan rincian
obyek pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta prakiraan
maju untuk tahun berikutnya.
 Pada SKPKD disusun RKA-SKPD dan RKA-PPKD.
o RKA-SKPD memuat program/kegiatan yang dilaksanakan
oleh PPKD selaku SKPD;
o RKA-PPKD digunakan untuk menampung:
a. pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan
pendapatan hibah;
b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan
keuangan, dan belanja tidak terduga; dan
c. penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan
daerah.
6. Penyiapana Raperda APBD
 Penyusunan RKA-SKPD dan RKA PPKD yang telah disusun
disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
Selanjutnya dibahas oleh tim anggaran pemda.
 Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah:
a. kesesuaian RKA dengan KUA, PPAS, prakiraan maju pada
RKA-SKPD tahun berjalan yang disetujui tahun lalu, dan
dokumen perencanaan lainnya;
b. kesesuaian rencana anggaran dengan standar analisis belanja,
standar satuan harga;
c. kelengkapan instrumen pengukuran kinerja yang meliputi
capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan,
dan standar pelayanan minimal;
d. proyeksi prakiraan maju untuk tahun anggaran berikutnya;
dan
e. sinkronisasi program dan kegiatan antar RKA-SKPD.
 PPKD menyusun rancangan peraturan daerah tentang APBD
berikut dokumen pendukung berdasarkan RKA yang telah
ditelaah oleh tim anggaran pemda.
 Dokumen pendukung dimaksud terdiri atas Nota Keuangan dan
Rancangan APBD.
2.7 Siklus Penyusunan APBD

Tahap proses penyusunan anggaran sesuai dengan Undang-Undang


Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
dimulai dari proses penyusunan RPJP Daerah yang memuat visi, misi serta
arah pembangunan daerah dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Setelah RPJP Daerah ditetapkan, tugas selanjutnya adalah Pemerintah
Daerah menetapkan RPJM Daerah yang memuat uraian dan penjabaran
mengenai visi, misi dan program kepala daerah dengan memperhatikan
RPJP Daerah dan RPJM Nasional dengan memuat hal-hal tentang arah
kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan
umum daerah, program serta kegiatan SKPD yang dituangkan dalam
renstra dengan acuan kerangka pagu indikatif. RPJM Daerah ditetapkan
dengan peraturan daerah paling lambat 3 (tiga) bulan sejak kepala daerah
dilantik berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 19 ayat
(3). Setelah itu dilanjutkan dengan penetapan RKPD yang ditetapkan setiap
tahunnya bedasarkaan acuan RPJMD, renstra, renja dan memperhatikan
RKP dengan Peraturan Kepala Daerah sebagai dasar untuk penyusunan
APBD. Proses perencanaan dari RPJP Daerah, RPJM Daerah sampai dengan
RKP Daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2005 berada
di BAPPEDA.
Proses selanjutnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 34 dan 35
menyatakan kepala daerah menyusunan kebijakan umum APBD dan
Prioritas Plafon Anggaran Sementara berdasarkan RKPD dengan
memperhatikan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman
Penyusunan APBD yang diterbitkan setiap tahunnya. Setelah KUA dan
PPAS disepakati dalam nota kesepakatan antara Kepala Daerah dan
Pimpinan DPRD maka kepala Daerah menyusun surat edaran perihal
pedoman penyusunan RKA-SKPD/PPKD dengan pendekatan kerangka
pengeluaran jangka menengah yang direncanakan dan merupakan implikasi
kebutuhan dana untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut pada
tahun berikutnya memuat rencana pendapatan, belanja untuk masing-
masing program dan kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang
direncanakan, dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja,.
dan pembiayaan, serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya.
RKA SKPD dan RKA PPKD berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2005 Pasal 41 ayat (1) menyatakan “RKA-SKPD yang telah
disusun oleh kepala SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1)
disampaikan kepada PPKD” dan ayat (2) “RKA-SKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), selanjutnya dibahas oleh tim anggaran pemerintah
daerah”.
Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 adalah tim yang dibentuk
dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang
mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala daerah
dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat
perencana daerah, PPKD dan pejabat Iainnya sesuai dengan kebutuhan.
Proses selanjutnya adalah PPKD sesuai dengan aturan perundang-
undangan menyusun rancangan peraturan daerah dan rancangan
peraturan kepala daerah untuk disampaikan ke DPRD dan selanjutnya
dibahas serta disepakati bersama yang dituangkan dalam nota kesepakatan
antara kepala daerah dan pimpinan DPRD. Setelah rancangan peraturan
daerah tentang APBD disetujui proses berikutnya adalah tahapan evaluasi
ke Gubernur untuk mendapat persetujuan, tata cara evaluasi dan lainnya
telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Hal yang perlu kita pahami adalah bagaimana mekanisme proses
penyusunan anggaran sesuai dengan regulasi yang ditetapkan. Kadangkala
instansi di Pemerintah Daerah untuk memahami hal-hal seperti ini masih
menggunakan kebiasaan lama sehingga aturan yang telah ditetapkan sering
kali tidak dilaksanakan. Karena proses penyusunan anggaran tetap
dilakukan audit oleh BPKP maupun BPK mengenai mekanisme
penganggaran. Hendaknya semua SKPD memahami SOP tentang
mekanisme penganggaran, karena apabila terjadi sesuatu hal dikemudian
hari bisa menjelaskan secara detail. Jangan aturan yang sudah ada tidak
kita laksanakan dan aturan yang tidak ada kita ada-adakan. Untuk lebih
lengkapnya proses penyusunan dapat di lihat pada Permendagri No 13
Tahun 2006.
2.8 Proses Perencanaan dan Penganggaran Daerah

Dari gambar diatas dapat kita lihat proses perencanaan dan


pengangaran daerah secara buttom–up yang dimulai dari musrenbang
desa/kelurahan pada bulan Januari dimana tahapan ini merupakan salah
satu sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya dalam
bentuk pengajuan kegiatan/program. Untuk berikutnya akan dilanjutkan
dengan tahapan musrenbang kecamatan yang dilaksanakan pada bulan
Februari baru kemudian dilaksanakan forum SKPD Penyusunan Renja
SKPD Kab/Kota dan Musrenbang Kab/Kota di bulan Maret. Setelah
tahapan musrenbang dilaksanakan maka berikutnya akan ditetapkan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Setelah RKPD ditetapkan maka
akan dibahas dan dibuat kesepakatan Kebijakan Umum APBD (KUA) antara
Kepala Daerah (KDH) dengan DPR di bulan Juni. Dan di bulan berikutnya
dilakukan pembahasan dan kesepakatan Prioritas dan Plafon Anggaran
antara KDH dan DPRD. Setelah tahapan pembahasan dan kesepakatan
dilalui maka dapat di susun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-
SKPD) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)
yang kemudian dibahas dengan DPRD sehingga mendapat persetujuan.
Pada bulan Desember dilakukan evaluasi Rancangan Perda APBD sehingga
Perda APBD tersebut dapat di tetapkan. Dan kemudian barulah di awal
tahun berikutnya APBD bisa dilaksanakan.
2.9 Alur Keterkaitan Perencanaan dan Penganggaran Daerah

Bappeda menyusun rancangan awal RPJMD yang memuat visi, misi


dan program kepala daerah. Rancangan awal RPJMD berpedoman pada
RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis di
daerah. Kemudian SKPD menyusun Rancangan Renstra-SKPD sesuai
dengan rancangan awal RPJMD dan disampaikan kepada Bapppeda.
Bappeda menyempurnakan rancangan awal RPJMD menjadi rancangan
RPJMD dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD sebagai masukan.
Kemudian Renstra akan dijabarkan dalam bentuk Rencana Kerja Tahunan
(Renja-SKPD). Setelah RPJMD ditetapkan dengan peraturan daerah maka
selanjutnya akan ditetapkan RKPD yang ditetapkan setiap tahunnya dengan
tetap mengacu pada RPJMD. Berdasarkan RKPD tersebut maka Kepala
Daerah dan DPRD membahas dan menetapkan KUA dan PPAS yang apabila
sudah disepakati maka selanjutnya SKPD akan membuat RKA-SKPD
dengan menggunakan rancangan/berpedoman pada Renja-SKPD dan
Bappeda sebagai koordinatornya. Dengan dibuatnya RKA-SKPD maka juga
akan terbentuk RABPD. Dimana apabila RAPBD ini sudah di sahkan maka
akan terbentuk APBD. Ketika APBD sudah di sah kan maka akan
dijabarkan dalam bentuk Penjabaran APBD dan DPA SKPD. Dan kegiatan
pun bisa dijalankan ketika DPA sudah diterima oleh SKPD.
BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Perencanaan dan anggaran pemerintah daerah merupakan suatu
realitas pembangunan daerah yang kaya interaksi sosial yang sarat
dengan berbagai kepentingan, baik politik, budaya maupun agama.
2. Tiga pilar pendekatan dalam penyusunan anggaran; Penganggaran
Terpadu; Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK), dan ‘ Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM).
3.2 Saran
Tim penyusun makalah berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila terdapat suatu kesalahan kami berharap kritik dan
saran agar makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra.2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Jakarta:


Erlangga.

http://bpkad.natunakab.go.id/index.php/2014-05-21-00-44-45/64-
anggaran/95-mekanisme-penyusunan-anggaran

https://sibukkerjatugas.wordpress.com/2011/12/16/jenis-jenis-anggaran-
pemerintah/

https://www.scribd.com/doc/243169800/Siklus-APBN-APBD

http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=87

Mardiasmo. 2012. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta; Andi.

Modul Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Kebijakan Keuangan


Daerah Dan Transfer Ke Daerah, Dana Desa, Dana Dekonsentrasi
Dan Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2016.

Nasir, Mohamad. 2010. Perubahan Sistem Penganggaran di Indonesia dan


Dampaknya pada Kinerja. Semarang.

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan


Keuangan Daerah

Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional

Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang – Undang Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Daerah

Anda mungkin juga menyukai