Anda di halaman 1dari 15

“PEMBIAYAAN KESEHATAN”

KELOMPOK 1

Carla M. Pantow 19111101016


Elsa E.K Solin 19111101020
Novregina R. Damula 19111101030
Rivaldo A. Ch, Soleman 19111101151
Ihsan Septian Tome 19111101084

SEMESTER 6 BIDANG MINAT AKK

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH

dr. Grace Esther Caroline Korompis, MHSM, Dr.PH


dr. Franckie R. R. Maramis, M.Kes., PKK, SpKT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan
penyertaan-Nya sehingga makalah dengan judul “Pembiayaan Kesehatan”, dapat
kami selesaikan dengan baik.

Terimakasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah yang memberikan


tugas ini kepada kami untuk memenuhi persyaratan penilaian mata kuliah Jaminan
Kesehatan Nasional.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Jaminan Kesehatan Nasional, dan tentunya untuk menambah wawasan
tentang Pembiayaan Kesehatan.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa lebih baik.

Akhir kata, kami mohon maaf bila terdapat kesalahan. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.

Manado, 22 Februari 2022

Penyusun

Kelompok 1, Kelas AKK


DATAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DATAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1. Definisi Pembiayaan Kesehatan................................................................3
2.2. Jenis Pembiayaan Kesehatan.....................................................................4
2.3. Sumber Pembiayaan Kesehatan................................................................4
2.4. Hubungan Pembiayaan Kesehatan Dengan Derajat Kesehatan................5
2.5. Jurnal Penelitian Penyerta Materi..............................................................7
BAB III KESIMPULAN........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Namun
kenyataannya, derajat kesehatan masyarakat masih rendah khususnya pada
masyarakat miskin. Hal ini dapat digambarkan bahwa derajat kesehatan
masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu
penyebabnya adalah karena mahalnya biaya kesehatan sehingga masyarakat yang
golongan dibawah tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan (UU 36 Tahun
2009).
Penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan dalam
subsistem pembiayaan kesehatan dilakukan untuk membiayai Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) penduduk miskin
dengan mobilisasi dan dari masyarakat maupun pemerintah. Sedangkan untuk
penduduk mampu, pembiayaan kesehatan masyarakat terutama dari masyarakat
itu sendiri dengan mekanisme jaminan kesehatan baik wajib maupun sukarela.
Pada akhir-akhir ini, dengan makin kompleksnya pelayanan kesehatan serta
makin langkanya sumber dana yang tersedia, maka perhatian terhadap sub sistem
pembiayaan kesehatan makin meningkat. Karena dengan pembiayaan kesehatan
yang kuat, stabil dan berkesinambungan akan melancarkan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan sehingga dapat mencapai tujuan penting dari pembangunan
kesehatan di suatu negara yaitu pemerataan pelayanan kesehatan dan akses
pelayanan yang berkualitas (Tessa, 2016)

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pembiayaan kesehatan?
2. Apa saja jenis-jenis pembiayaan kesehatan?
3. Darimana saja kah sumber pembiayaan kesehatan?
4. Bagaimana hubungan pembiayaan kesehatan dengan derajat kesehatan?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari pembiayaan kesehatan
2. Mengetahui jenis-jenis pembiayaan kesehatan
3. Mengetahui sumber pembiayaan kesehatan
4. Mengetahui hubungan pembiayaan kesehatan dengan derajat kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Pembiayaan Kesehatan


Sub sistem pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari
ekonomi kesehatan (health economy). Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang
dikeluarkan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan
oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Saintika, 2017).
Berdasarkan pengertian ini, maka biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua
sudut yaitu berdasarkan:
 Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider), adalah besarnya dana
yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan. Biaya
kesehatan dari sudut penyedia pelayanan kesehatan adalah persoalan utama
pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan
menyelenggarakan upaya kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan
kesehatan lebih menunjuk kepada seluruh biaya investasi serta seluruh biaya
operasional.
 Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer), adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Artinya, biaya
kesehatan menjadi prioritas utama untuk para pemakai jasa pelayanan
kesehatan. Besarnya dana bagi pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada
jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya
kesehatan.
Dalam hal ini peneyedia pelayanan lebih menunjuk pada dana yang harus
disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan dan besarnya biaya
berfokus pada seluruh biaya investasi (investmen cost) serta seluruh biaya
operasional (operational cost), sedangkan bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan,
pengertiaan biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan
untuk dapat memanfaatkan upaya kesehatan dan menunjuk pada jumlah uang
yang harus dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu upaya
kesehatan (Saintika, 2017).
2.2. Jenis Pembiayaan Kesehatan
Biaya kesehatan memiliki banyak jenis namun secara keseluruhan tergantung dari
jenis dan kompleksitas pelayanana kesehatan yang diselenggarakan dan atau
dimanfaatkan. Hanya saja disesuaikan dengan pembagian pelayanan kesehatan,
maka pembiayaan kesehatan daapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu :
 Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dimaksud adalah biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni dengan tujuan utamanya
untuk mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.
 Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksud adalah biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yaitu dengan tujuan
utama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah
penyakit. (Tesa, 2016).
2.3. Sumber Pembiayaan Kesehatan
Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, Bab XV tentang
Pembiayaan Kesehatan, dikatakan bahwa “sumber pembiayaan kesehatan berasal
dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain”.
Ditinjau dari isi undang-undang diatas, sumber pembiayaan kesehatan dapat
berasal dari :
 Bersumber dari anggaran pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten/kota) dengan dana berasal dari
pajak (umum dan penjualan), deficit financial (pinjaman luar negeri) serta
asuransi sosal. Contohnya, dana pemerintah pusat, dana pemerintah provinsi,
dana pemerintah kabupaten kota, saham pemerintah & BUMN
 Bersumber dari swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi
kesehatan swasta, sumbangan sosial, pengeluaran rumah tangga serta
communan selfhelp.
 Bersumber dari anggaran masyarakat, dapat berasal dari individual ataupun
perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif
secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini
memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi
tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak
pemakai jasa layanan kesehatan tersebut. Contohnya, pengeluaran rumah
tangga baik yang dibayarkan tunai atau melalui system asuransi.
 Sumber lain. Dapat berupa bantuan biaya dari dalam dan luar negeri. Sumber
pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit – penyakit
tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh
organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana atau
alat-alat kesehatan dari luar negeri untuk penanganan virus Covid-19.
Namun, sumber pembiayaan terutama berasal dari pajak. Besar proporsi
pajak nasional untuk kesehatan menurut WHO adalah 5% Produck Domestic
Bruto (PDB). Sumber pembiayaan yang berasal dari pajak contohnya; pajak
penghasilan (hiburan, restaurant), pajak ekspor import.
2.4. Hubungan Pembiayaan Kesehatan Dengan Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan merupakan sebuah konsep yang menurut Hendrik L. Blum
dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:
1. Lingkungan
2. Perilaku
3. Pelayanan kesehatan
4. Genetik (keturunan)
Untuk meningkatkan derajat kesehatan, faktor-faktor tersebut harus
dikendalikan dengan baik. Namun, faktor-faktor tersebut merupakan sebuah
konstrak (latent/construct) yang hanya bisa diukur secara tidak langsung melalui
pengamatan pada variable observasi (observation/item variable). Derajat
kesehatan sangat penting dalam menggambarkan profil kesehatan masyarakat di
suatu daerah. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan indkator
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Faktor-faktor yang
memengaruhi derajat kesehatan masyarakat tidak hanya berasal dari sektor
kesehatan melainkan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan,
lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.
Dari 4 faktor derajat kesehatan menurut konsep Hendrik L. Blum,
pembiayaan kesehatan erat kaitannya dengan faktor pelayanan kesehatan.
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang
peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu
negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable
access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured quality). Oleh
karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara memberikan fokus
penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin
terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi
(efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.
(Departemen Kesehatan RI, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan diantaranya
penggunaan fasilitas dan status pelayanan. Pasien yang menggunakan sistem
pembiayaan kesehatan dengan Askeskin mendapat beberapa kendala untuk
mendapat pelayanan kesehatan berbeda dengan yang membayar tunai. Secara
teori membuktikan bahwa sistem pembiayaan akan mempengaruhi sikap dan
perilaku pemberi pelayanan kesehatan, ekspektasi terhadap pasien turun pada
sistem kapitasi, meningkat pada sistem fee for service dan akhirnya juga
mempengaruhi pada dimensi kualitas pelayanan yang diberikan. Kualitas
pelayanan turun pada sistem asuransi sedangkan pada sistem pembiayaan
langsung akan naik. Hal ini sesuai dengan pendapat Reschovsky (2000) dalam
artikel bertajuk “Does Type of Health Insurance Affect Care Use and Assesments
of Care Among the Privately Insured? “ menyimpulkan, bahwa sistem
pembiayaan kesehatan berpengaruh pada kualitas perawatan yang diberikan
karena perbedaan yang mendasar dalam hal pembatasan pelarangan, manajemen
perawatan dan pembagian biaya melalui tipe asuransi yang diikuti.
Menurut Dari uraian diatas diketahui terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan diantaranya penggunaan fasilitas dan
status pelayanan. Pasien yang menggunakan sistem pembiayaan kesehatan dengan
Askeskin mendapat beberapa kendala untuk mendapat pelayanan kesehatan
berbeda dengan yang membayar tunai.
2.5. Jurnal Penelitian Penyerta Materi

ANALISIS PEMBIAYAAN KESEHATAN PROGRAM UPAYA


KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA TAHUN 2013 & 2014

Pendahuluan: Salah satu tanggung jawab negara terhadap masyarakat adalah


terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berkesinambungan yang dapat
dirasakan secara adil, merata dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam usaha
memenuhi alokasi anggaran untuk pembangunan kesehatan tersebut, pemerintah
membangun suatu subsistem yang diberi nama subsistem pembiayaan kesehatan.
Subsistem ini meliputi bagaimana anggaran tersebut diperoleh, dialokasikan dan
dibelanjakan serta semua tindakan yang tidak melanggar peraturan perundangan
yang ada (Perpres 72, 2012). Dalam mendukung berjalannya subsistem
pembiayaan kesehatan ini diperlukan unsur-unsur yang saling terkait dan
menunjang, yaitu sumber dana, sumber daya dan pengelolaan dana kesehatan.
Adanya skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan sumber
pendanaan untuk pengobatan. APBN serta APBD yang merupakan sumber
pendanaan untuk pelayanan yang bersifat pencegahan (preventif) dan promotif.
Adanya JKN, APBN dan PBD yang merupakan sumber pendanaan merupakan
bentuk prinsip keadilan dalam pembiayaan. Prinsip keadilan seharusnya tercermin
pada besarnya anggaran belanja untuk Usaha Kesehatan Perseorangan (UKP) dan
Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM). Namun, pada kenyataannya UKP lebih
banyak menyedot anggaran belanja. Kesenjangan persentase antara UKP dan
UKM tidak hanya terjadi pada anggaran yang dipegang oleh pemerintah pusat,
tetapi hal tersebut juga dialami oleh pemerintah daerah. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan analisis pembiayaan kesehatan program UKM dengan cara
melakukan telaah setiap pembiayaan terkait program tersebut pada tahun 2013
dan 2014.
Metode: Artikel ini menggunakan data yang diperoleh dari Riset Pembiayaan
Kesehatan (RPK) tahun 2015. Lokasi penelitian ini pada 7 regional wilayah
Indonesia, 27 provinsi Indonesia, 71 Kabupaten/Kota dan 305 puskesmas yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Obyek penelitian dari riset ini adalah dinas
Kesehatan kota/kabupaten dan puskesmas.
Pembahasan: Pembiayaan kesehatan yang bersifat kuratif mulai meningkat
seiring dengan berlakunya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hal ini dapat
dikatakan bahwa pola pergeseran pembiayaan kesehatan pada tahun 2014 yang
bersifat kuratif mulai meningkat seiring dengan diberlakukannya program jaminan
kesehatan nasional (JKN) tahun 2014. Sementara untuk sumber pembiayaan yang
belum dapat dikategorikan jumlahnya cukup tinggi, yaitu sebesar 2,62% tahun
2013, dan mengalami kenaikan tahun 2014 menjadi sebesar 9,47%. Seiring
dengan berjalannya era jaminan kesehatan nasional, proporsi pembiayaan untuk
program upaya kesehatan masyarakat mulai meningkat sejak tahun 2014. Alokasi
anggaran untuk program tersebut besarannya di bawah amanat UU No. 36 Tahun
2009 pasal 170 ayat (1) dan ayat (2) menjelaskan bahwa prioritas alokasi
anggaran sebesar 2/3 untuk kepentingan pelayanan publik baik yang bersumber
dari APBN maupun APBD (UU Kesehatan, 2009). Apabila kegiatan program
UKM tidak diimbangi dengan dukungan pembiayaan yang berasal dari PAD,
DAU, DAK, bisa dikhawatirkan pembiayaan di sektor kuratif semakin meningkat
lagi. Pembiayaan UKM primer bersumber dari pemerintah dan masyarakat
bertujuan untuk mengatasi kesehatan masyarakat yang bermasalah yang menjadi
prioritas dalam pembangunan kesehatan.
Alokasi anggaran kesehatan yang bersumber dana DAK sebesar 25,24%
tahun 2013, dan sebesar 17,39% tahun 2014. Pada saat era JKN alokasi anggaran
program UKM mengalami penurunan, hal itu dapat dikatakan bahwa pemerintah
kurang berkomitmen terhadap pembangunan kesehatan masyarakat di daerah
tersebut. Belum optimalnya efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan anggaran
masih menjadi masalah dalam pembiayaan kesehatan di Indonesia. Masalah
tersebut biasanya berupa kurangnya alokasi anggaran, anggaran yang tidak sesuai
prioritas, dan pengalokasian anggaran lebih fokus pada investasi barang dan
kegiatan tidak langsung. Alokasi anggaran program UKM yaitu sebesar 47,73%
tahun 2013, dan sebesar 49,08% tahun 2014 untuk kategori perkotaan, sementara
untuk kategori wilayah kabupaten alokasi anggaran program UKM yaitu sebesar
50,78% tahun 2013, dan sebesar 52,52% tahun 2014. Peningkatan tersebut
diakibatkan dengan pelaksanaan jaminan kesehatan nasional, di mana pada tahun
2014 pembiayaan kesehatan untuk program UKM/UKP yang belum dapat
dibedakan semakin meningkat seiring dengan berlakunya jaminan kesehatan
nasional (JKN).
Dalam menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),
dibentuk BPJS Kesehatan yang berbentuk badan hukum publik yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat yang layak bagi
setiap peserta JKN yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh
pemerintah (Irwandy, 2016). Pemanfaatan dana program promotif dan preventif
lebih berpihak kepada kepentingan pegawai dengan banyaknya alokasi belanja
perjalanan dinas dan belanja transportasi/akomodasi/uang saku.
Kesimpulan: Sumber pembiayaan terbesar program upaya kesehatan masyarakat
adalah pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 57,1% tahun 2013 dan sebesar
56,32% tahun 2014. Hampir 50% alokasi anggaran untuk pembiayaan kesehatan
di daerah bersumber dari pemerintah pusat. Komitmen pemerintah daerah dalam
mengalokasikan anggarannya dalam bidang kesehatan didominasi untuk daerah
yang IPKM tinggi. Proporsi pembiayaan kesehatan berdasarkan IPKM tinggi yang
bersumber dari PAD Sebesar 56,32% tahun 2013 dan sebesar 52,35 tahun 2014.
Alokasi anggaran kesehatan di 71 Kabupaten/Kota didominasi oleh program
UKM rata-rata sebesar 47,73% - 50,78% tahun 2013 dan rata-rata sebesar 49,08%
- 52,52% tahun 2014.

Sumber:
Arianto, G., & Nantabah, Z. K. (2020). Analisis pembiayaan kesehatan program
upaya kesehatan masyarakat di Indonesia tahun 2013 & 2014. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 23(1), 61-69.
BAB III
KESIMPULAN

Pembiayaan kesehatan memiliki peranan penting dalam pembangunan kesehatan,


pembiayaan kesehatan dapat didefinisikan dari 2 sudut yaitu peneyedia pelayanan
(Health Provider) dan pemakai jasa pelayanan (Health Consumer). Biaya
kesehatan disesuaikan dengan pembagian pelayanan kesehatan yaitu biaya
pelayanan kedokteran dan biaya pelayanan kesehatan masyarakat. Pembiayaan
kesehatan, dikatakan bahwa “sumber pembiayaan kesehatan berasal dari
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain”.
Dalam konsep Hendrik L. Blum, pembiayaan kesehatan erat kaitannya
dengan faktor pelayanan kesehatan. Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan
berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari
pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan
kesehatan dan akses (equitable access to health care) dan pelayanan yang
berkualitas (assured quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di
suatu negara seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan
pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy),
pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari
pembiayaan kesehatan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Arianto, G., & Nantabah, Z. K. (2020). Analisis pembiayaan kesehatan program


upaya kesehatan masyarakat di Indonesia tahun 2013 & 2014. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 23(1), 61-69.
Harnanto. (2010). Hubungan Antara Sistem Pembiayaan dengan kualitas pelayanan Di
puskesmas Slogohimo Wonogiri. [diakses pada 22 Februari 2022],
https://core.ac.uk/download/12348904.pdf
Saintika. (2017). Sistem Pembiayaan Kesehatan. [diakses pada 22 Februari 2022],
https://www.researchgate.net/publication/326348054_Sistem_Pembiayaan_Kese
hatan
Setyawan, FEB (2015). Sistem Pembiayaan Kesehatan. Jurnal Saintika Medika, Vol. 11,
No.2 [diakses pada tanggal 23 Februari 2022]
https://www.researchgate.net/publication/326348054_Sistem_Pembiayaan_Kese
hatan/link/5b47517c45851519b4b1b477/download
Tessa, (2016). Sistem Pembiayaan Kesehatan. [diakses pada 22 Februari 2022],
https://tesamariska.wordpress.com/2016/11/22/artikel-7-sistem-pembiayaan-
kesehatan/
Uu No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai