Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PROMOSI KESEHATAN

“Strategi Intervensi Promosi Kesehatan”

Dosen Pengampu : M.Ridwan, SKM. MPH

Disusun Oleh :

Nama : Suci Tri Annisa


NIM : N1A117112
Kelas : 3 C

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
Promosi Kesehatan yaitu membuat karya tulis tentang “Strategi Intervensi
Promosi Kesehatan”.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun


yang membacanya.Sekiranya makalah yang disusun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki kesalahan dalam penulisan karya tulis ini. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih

Jambi, 07 November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI. ............................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang............................................................................... 1

I.2 Tujuan Penulisan........................................................................... 2

I.3 Manfaat Penulisan......................................................................... 2

I.4 Pertanyaan Kajian.......................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3

BAB III. PEMBAHASAN

III.1 Strategi dalam Promosi Kesehatan............................................. 6

A. Pelaksanaan Advokasi............................................................ 6
B. Pelaksanaan Bina Suasana.................................................... 8
C. Pelaksanaan Pemberdayaan.................................................. 11
D. Pelaksanaan Kemitraan.......................................................... 13

III.2 Intervensi dalam Promosi Kesehatan.......................................... 14

BAB IV. PENUTUP

IV.1 Kesimpulan.................................................................................. 18

IV.2 Saran .......................................................................................... 18

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah


tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan bathin.
Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan
yang tinggi, karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap kualitas sumberdaya manusia. Hanya dengan
sumberdaya yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya
saing bangsa.

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas
sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia yang sehat akan lebih
produktif dan meningkatkan daya saing manusia.

Menurut L. Blum, derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh


beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan
keturunan. Yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan
yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat
yang merugikan kesehatan, baik masyarakat di pedesaan maupun
perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
kemampuan masyarakat dibidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi.

Untuk mencapai derajat kesehatan yang tinggi maka diperlukannya


strategi pemerintah, salah satu nya yaitu promosi kesehatan.

Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat


atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan
perilaku. Untuk itu sangat dibutukan strategi-strategi intervensi yang baik

1
untuk mencapai keberhasilan promosi kesehatan sehingga tercapainya
derajat kesehatan yang tinggi.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi strategi intervensi promosi kesehatan.


2. Untuk mengetahui pelaksanaan strategi intervensi promosi
kesehatan.

1.3 Manfaat

Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bacaan dan


pembuatan tugas bagi mahasiswa lainnya.

1.4 Pertanyaan Kajian

1. Apa yang dimaksud dengan strategi?


2. Apa yang dimaksud dengan intervensi?
3. Apa saja strategi intervensi dalam promosi kesehatan?
4. Bagaimana pelaksanaan strategi intervensi promosi kesehatan?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Strategi Intervensi dalam promosi kesehatan

Intervensi adalah upaya perubahan terencana terhadap individu,


kelompok, maupun komunitas.Intervensi kesehatan adalah cara atau
strategi memberikan bantuan kepada masyarakat (individu, Kelompok,
komunitas). Intervensi kesehatan merupakan metode yang digunakan
dalam praktik di lapangan pada bidang pekerjaan kesehatan dan
kesejahteraan kesehatan. Strategi intervensi antara lain :

1. Perencanaan

Adapun langkah-langkah perencanaan sebagai berikut:

a. MenentukanTujuan

Berdasarkan kegiatan pengkajian dapat ditentukan klasifikasi PHBS


wilayah maupun klasifikasi PHBS tatanan, maka dapat ditentukan
masalah perilaku kesehatan masyarakat di tiap tatanan dan wilayah.
Selanjutnya berdasarkan masalah perilaku kesehatan dan hasil
pengkajian sumberdaya PKM ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk
mengatasi masalah PHBS yang ditemukan. Contoh hasil pengkajian
PHBS secara kuantitatif ditemukan masalah merokok pada tatanan rumah
tangga, maka ditentukan tujuannya.

 TujuanUmum : Meningkatkan motivasi masyarakat atau


warga, desa binaan Rempoa untuk selalu menggunakan ai bersih.
 TujuanKhusus : Menurunkan persentase penyakit yang
disebabkan oleh penggunaan air yang tidak bersih sebanyak 20 %.

b. Menentukan jenis kegiatan intervensi

Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan jenis kegiatan


Intervensi yang akan dilakukan.

3
Tahap Penentuan kegiatan intervensi terpilih didasarkan pada :

1) Prioritas masalah PHBS

Prioritas masalah PHBSyaitu angka kejadian diare, yang


merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh penggunaan
air yang tidak bersih, masih cukup tinggi di daerah tanggerang.
Dengan cara meningkatkan penggunaan air bersih oleh rumah
tangga desa binaan REMPOA.

2) Wilayah garapan

Wilayah garapanyaitu desa binaan REMPOA

3) Penentuan tatanan yang akan diintervensi

Sasaran intervensi meliputi sasaran primer dan sasaran sekunder.


Sasaran primer yaitu Ibu rumah tangga di desa binaan REMPOA,
sedangkan sasaran seknder adalah warga atau masyarakat umum
daerah rempoa.

4) Penentuan satu jenis sasaran untuk tiap tatanan

Untuk meningkatkan ke optimalan intervensi, perlu adanya


kerjasama dari berbagai pihak yaitu :
a) Advokasi, kegiatan pendekatan pada para tokoh / pimpinan
Wilayah.
b) Bina suasana, kegiatan mempersiapkan kerjasama dengan
organisasi kemasyarakatan desa binaan rempoa.
c) Gerakan masyarakat, kegiatan mempersiapkan dan
menggerakkan sumber daya masyarakat, mulai
mempersiapkan petugas kesehatan, pengadaan media dan
sarana.

5) Rancangan intervensi penyuluhan massa dan kelompok

Penyuluhan massa dilakukan dengan topik PHBS, dengan sub

4
topik peningkatan penggunaan air bersih di wilayah desa binaan
rempoa. yang secara keseluruhan merupakan masalah di wilayah
kerja tersebut. Disini petugas kesehatan berfungsi sebagai
penggerak lintas program dan lintas sektor, untuk selanjutnya
bersama-sama melaksanakan penyuluhan diwilayah tersebut.

5
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Strategi dalam promosi kesehatan

A. Advokasi
Advokasi merupakan upaya untuk mempengaruhi kebijakan melalui
pendekatan kepada para pemimpin atau pengambil keputusan agar
bersedia memberi dukungan, kemudahan pada upaya pembangunan
kesehatan. Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh - tokoh masyarakat
(formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber
(opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang
dana.Upaya yang dilakukan ialah melalui pendekatan atau lobi (lobbying)
dengan para pembuat keputusan agar mereka menerima commited dan
akhirnya mereka bersedia mengeluarkan kebijakan atau keputusan-
keputusan untuk membantu dan mendukung program yang akan
dilaksanakan. Advoksi adalah suatu usaha sistematik terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan
publik secara bertahap-maju (incre-mental). Advokasi ialah fokus tersier
dalam promosi kesehatan dengan produk kebijakan kesehatan.

Sedangkan ahli lain menyatakan bahwa Advokasi secara harfiah


berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang
mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di
bidang hukum atau pengadilan. Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi
adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-
macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang
kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat
pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi
global Pendidikan atau Promosi Kesehatan. WHO merumuskan bahwa
dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif
menggunakan 3 strategi pokok, yaitu: 1) Advocacy, 2) Social support, 3)
Empowerment.

6
Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,
tetapi mencakup kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan
sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin
institusi. Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan ada
bermacam-macam, yaitu:

1. Lobi politik (political lobying)


2. Seminar/presentasi
3. Media
4. Perkumpulan

Ada 8 unsur dasar advokasi, yaitu:

1.Penetapan tujuan advokasi


2.Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
3.Identifikasi khalayak sasaran
4.Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5.Membangun koalisi
6.Membuat presentasi yang persuasif
7.Penggalangan dana untuk advokasi
8.Evaluasi upaya advokasi

Ada 5 pendekatan utama advokasi,yaitu :

1. Melibatkan para pemimpin


2. Bekerja dengan media massa
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa
5. Membangun kapasitas

Proses Advokasi ini bertujuan untuk mempengaruhi para pengambil


keputusan khususnya yang menyangkut keputusan terhadap masyarakat.
Secara mendetail, tujuan dari Advokasi meliputi hal-hal berikut ini :

a) Komitmen politik (Political commitment)

7
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat
penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat, misalnya untuk pembahasan
kenaikan anggaran kesehatan, contoh konkrit pencanangan Indonesia
Sehat 2010 oleh presiden. Untuk meningkatkan komitmen ini sangat
dibutuhkan advokasi yang baik.

b) Mendapatkan dukungan kebiajakan (Policy support)


Adanya komitmen politik dari para eksekuti, maka
perlu ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan
kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh
komitmen politik tersebut.
c) Mendapatkan penerimaan sosial (Social acceptance)

Artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program


kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan,
maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut
untuk memperoleh dukungan masyarakat.

d) Mendapatkan Dukungan sistem (System support)

Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem


atau prosedur kerja yang jelas mendukung.

B. Bina Suasana
Merupakan upaya untuk membentuk opini publik dengan membuat
suasana dan iklim yang kondusif atau menunjang sehingga masyarakat
terdorong untuk melakukan hidup bersih dan sehat. Seseorang akan
terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di
mana pun ia berada (keluarga di rumah, organisasi siswa/mahasiswa,
serikat pekerja/ karyawan, orang-orang yang menjadi panutan/idola,
kelompok arisan, majelis agama dan lain-lain, dan bahkan masyarakat
umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Bina suasana
adalah fokus sekunder dalam promosi kesehatan dengan produk

8
kemitraan dan dukungan suasana.

Dukungan sosial (social support) adalah strategi dukungan sosial


dalam bentuk kegiatan untuk mencar i dukungan sosial melalui tokoh
-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun
informal.Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-
norma dan kondisi/situasi kondusif di masyarakat dalam mendukung
perilaku hidup bersih dan sehat. Bina suasana sering dikaitkan dengan
pemasaran sosial dan kampanye, karena pembentukan opini memerlukan
kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan
bahwa bina suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang
mendukung, menggerakkan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan.

Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh sebagai jembatan
antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan
masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari
dukungan sosial melaui tokoh masyarakat pada dasarnya adalah
mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau
menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut.
Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina
suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan.
Bentuk kegiatan dukungan social ini antara lain: pelatihan para toma,
seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan
demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah
para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).

Metode bina suasana dapat berupa : Pelatihan, Konferensi pers,


Dialog terbuka, Penyuluhan, Pendidikan, Pertunjukkan tradisional, Diskusi
meja bundar (Round table discussiaon), Pertemuan berkala di desa,
Kunjungan lapangan, Studi banding, dan Traveling seminar. Terdapat tiga
kategori proses bina suasana, yaitu :

a)Bina Suasana Individu


Bina suasana individu dilakukan oleh individu-individu tokoh

9
masyarakat. Dalam kategori ini tokoh-tokoh masyarakat menjadi individu-
individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu
dengan mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut
(misalnya seorang kepala sekolah atau pemuka agama yang tidak
merokok). Lebih lanjut bahkan mereka juga bersedia menjadi kader dan
turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang
kondusif bagi perubahan perilaku individu.

b)Bina Suasana Kelompok


Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun
Warga (RW), majelis pengajian, perkumpulan seni, organisasi Profesi,
organisasi Wanita, organisasi Siswa/mahasiswa, organisasi pemuda,
serikat pekerja dan lain-lain. Bina suasana ini dapat dilakukan bersama
pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Dalam kategori ini kelompok-
kelompok tersebut menjadi kelompok yang peduli terhadap perilaku yang
sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk
dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga
mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi
pihak-pihak yang terkait dan atau melakukan kontrol sosial terhadap
individu-individu anggotanya.

c)Bina Suasana Publik


Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui
pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi,
seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga
dapat tercipta pendapat umum. Dalam kategori ini media-media massa
tersebut peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.
Dengan demikian, maka media-media massa tersebut lalu menjadi mitra
dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang
diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum atau opini publik yang
positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum yang
positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social

10
pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya
mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.

C. Pemberdayaan
Merupakan upaya untuk memandirikan individu, keluarga, dan
masyarakat agar berkembang kesadaran, kemauan, dan kemampuan di
bidang kesehatan. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi
kepada individu, keluarga atau kelompok secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan masyarakat, serta proses
membantu mereka agar masyarakat tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau
(aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku
yang diperkenalkan (aspek practice).

Pada prinsipnya, pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses


untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan batasan
pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan.

Prinsip dari pemberdayaan masyarakat berikut ini:

1) Menumbuh-kembangkan potensi masyarakat.


2) Mengembangkan gotong-royong masyarakat.
3) Menggali kontribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
4) Bekerja untuk dan bersama masyarakat
5) KIE Berbasis masyarakat (sebanyak mungkin menggunakan dan
memanfaatkan potensi lokal)
6) Menjalin kemitraan, dengan LSM dan ormas lain.
7) Desentralisasi.

11
Secara bertahap pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk:

1) Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan


kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat.
2) Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk
melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan
kesehatan mereka.
3) Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung
terwujudnya tindakan atau perilaku sehat.

Ditinjau dari lingkup dan obyek pemberdayaan mencakup beberapa aspek


yaitu:

1) Peningkatan kepemilikan aset (sumberdaya fisik dan finansial)


serta kemampuan (secara individu & kelompok) untuk
memanfaatkan aset tersebut demi untuk perbaikan kehidupan
mereka.
2) Hubungan antar individu dan kelompok, kaitannya dengan
kepemilikan aset dan pemanfaatannya.
3) Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan.
4) Pengembangan jejaring dan kemitraan–kerja, baik di tingkat lokal,
regional, maupun global

Untuk merealisasikan pemberdayaan masayarakat tersebut, perlu


memperhatikan 4 unsur-unsur pokok berikut ini:

1) Aksesibilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan


baru kaitannya dengan: peluang, layanan, penegakan hukum,
efektifitas negoisasi dan akuntabilitas.
2) Keterlibatan atau partisipasi, yang menyangkut siapa yang
dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan
proses pembangunan
3) Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas
segala kegiatan yang dilakukan dengan mengatas-namakan rakyat.
4) Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan

12
bekerjasama, mengorganisir warga masuyarakat, serta mobilisasi
sumberdaya untuk memecahkan masalahmasalah yang mereka
hadapi

D. Kemitraan
Merupakan suatu upaya dengan melakukan kerjasama yangformal
antara individu-individu,kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi
untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama ada
kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang
peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,
dan berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan.

Kemitraan harus digalang dengan baik dalam rangka pemberdayaan


maupun bina suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan
mendapatkan dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar
individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan
urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media
massa dan lain-lain. Kemitraan harus berlandaskan pada tiga prinsip
dasar, yaitu :

1) Kesetaraan

Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis.


Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masingmasing
berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk sama
rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak bersedia
mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama.

2) Keterbukaan

Dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari


masingmasing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan
alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu.Pada
awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya

13
“pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan
kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari
“pertengkaran” tersebut.

3) Saling menguntungkan

Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan adanya keuntungan


yang didapat oleh semua pihak yang terlibat. Perilaku masyarakat yang
bersih dan sehat dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian
harus dapat dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik langsung
maupun tidak langsung) bagi semua pihak yang terkait.

3.2 Intervensi dalam promosi kesehatan

Upaya intervensi perilaku dalam bentuk:

a. Tekanan (enforcement). Dalam bentuk peraturan, tekanan dan sanksi


b. Edukasi (education). Melalui persuasi, himbauan, ajakan, kesadaran
dan Perubahan lama tapi dapat langgeng.

Jadi di dalam Promosi Kesehatan, tercakup:

a. Upaya-upaya untuk melahirkan atau mengubah perilaku yang bersifat


“sukarela”, yakni melalui pendidikan kesehatan, dan
b. Upaya-upaya yang bersifat “memaksa” melalui peraturan dan
penciptaan lingkungan. Dari uraian ini dapat dilihat bahwa “Promosi
kesehatan” merupakan salah satu bentuk intervensi di bidang
kesehatan untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat. Dilihat
dari keluasan dan keberagaman aktivitasnya, dapat dikatakan bahwa
promosi kesehatan adalah bentuk baru dari kesehatan masyarakat.
(Tones and Green, 2004). Atau dengan kata lain Promosi Kesehatan
merupakan program yang dirancang untuk memberikan perubahan di
bidang kesehatan terhadap manusia, organisasi, masyarakat dan
lingkungan. yaitu:

14
1. Tujuan Program. Merupakan pernyataan tentang apa yang akan
dicapai dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan
status kesehatan.
2. Tujuan Pendidikan. Merupakan deskripsi perilaku yang akan
dicapai dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan Perilaku. Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang
harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan
perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.
4. Tujuan Intervensi Perilaku dalam promosi kesehatan
a. Mengurangi perilaku negatif bagi kesehatan. Misal :
mengurangi kebiasaan merokok.
b. Mencegah meningkatnya perilaku negatif bagi kesehatan. Misal
: mencegah meningkatnya perilaku ‘seks bebas'.
c. Meningkatkan perilaku positif bagi kesehatan. Misal :
mendorong kebiasaan olah raga
d. Mencegah menurunnya perilaku positif bagi kesehatan. Misal :
mencegah menurunnya perilaku makan kaya serat.

Sedangkan untuk hal yang berkaitan dengan kesehatan


masyarakat pada dasarnya Fokus dari intervensi kesehatan masyarakat
adalah untuk mencegah dan mengelola penyakit, cedera dan kondisi
kesehatan lainnya melalui surveilans kasus dan promosi perilaku sehat ,
masyarakat dan lingkungan . Banyak penyakit yang dapat dicegah melalui
sederhana, non-medis metode. Sebagai contoh, penelitian telah
menunjukkan bahwa tindakan sederhana mencuci tangan dengan sabun
bisa mencegah penyakit menular banyak. Dalam kasus lain, mengobati
penyakit atau mengendalikan patogen dapat menjadi vital untuk
mencegah penyebarannya kepada orang lain, seperti selama wabah dari
penyakit menular , atau kontaminasi pasokan makanan atau air.
komunikasi program kesehatan umum , vaksinasi program, dan distribusi
kondom adalah contoh umum tindakan kesehatan masyarakat. Tindakan
seperti ini telah memberikan kontribusi besar terhadap kesehatan
penduduk dan peningkatan harapan hidup.

15
Kesehatan masyarakat memainkan peran penting dalam upaya
pencegahan penyakit baik di dunia berkembang maupun di negara maju,
melalui sistem kesehatan setempat dan organisasi non-pemerintah . The
World Health Organization (WHO) adalah lembaga internasional yang
mengkoordinasikan dan bekerja pada dunia kesehatan masyarakat
masalah. Sebagian besar negara memiliki pemerintahan sendiri lembaga
kesehatan masyarakat, kadang-kadang dikenal sebagai departemen
kesehatan, untuk menanggapi masalah kesehatan dalam negeri. Misalnya
di Amerika Serikat , garis depan inisiatif kesehatan publik negara bagian
dan lokal departemen kesehatan . The Amerika Serikat Layanan
Kesehatan Masyarakat (PHS), yang dipimpin oleh Surgeon General
Amerika Serikat , dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ,
berkantor pusat di Atlanta , terlibat dengan beberapa kegiatan kesehatan
internasional, di samping tugas nasional mereka. Di Kanada, Dinas
Kesehatan Masyarakat Kanada adalah badan nasional yang bertanggung
jawab untuk kesehatan masyarakat, kesiapsiagaan dan tanggap darurat,
dan menular dan penyakit kronis kontrol dan pencegahan. The Sistem
kesehatan masyarakat di India yang dikelola oleh Departemen Kesehatan
dan Kesejahteraan Keluarga Pemerintah India dengan fasilitas kesehatan
milik negara.

Ada perbedaan besar dalam akses ke perawatan kesehatan dan


inisiatif kesehatan masyarakat antara negara maju dan negara
berkembang . Di negara berkembang, infrastruktur kesehatan masyarakat
masih membentuk. Ada mungkin tidak cukup dilatih petugas kesehatan
atau sumber daya moneter untuk memberikan bahkan tingkat dasar
perawatan medis dan pencegahan penyakit. Akibatnya, sebagian besar
penyakit dan kematian di negara berkembang hasil dari dan berkontribusi
terhadap kemiskinan ekstrim.

Menurut Bensley (2008) the health communication process model


melibatkan tujuh fase. Diantara fase-fase tersebut pada fase ketiga yakni
tentang pemilihan strategi intervensi. Praktik pendidikan kesehatan yang

16
efektif melibatkan lebih dari sekedar pameran kesehatan, kampanye
media, maupun seminar pendidikan kesehatan yang sederhana. Walau
teknik tersebut sangat berharga dan digunakan secara luas, pakar
promosi kesehatan terkemuka telah lama menganjurkan penggunaan
stategi yang mencakup pendidikan dan kesadaran sekaligus beberapa
aktifitas kunci lainnya. Strategi dapat didefinisikan sebagai rencana umum
tindakan yang dapat mencakup beberapa aktifitas dan
mempertimbangkan karakteristik populasi target. Strategi promosi
kesehatan yang efektif dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Strategi komunikasi kesehatan menginformasikan dan mempengaruhi


keputusan individu dan masyarakat yang meningkatkan kesehatan.
2. Strategi kebijakan atau penegakan menghasilkan kebijakan yang
dapat dilaksanakan melalui pengaturan legislatif, lembaga peraturan,
ataupun pengaturan organisasi.
3. Strategi mobilisasi komunitas melibatkan pemberian bantuan kepada
masyarakat untuk mengidentifikasi dan mengambil tindakan terhadap
permasalahan kesehatan dan memanfaatkan pengambilan keputusan
bersama dengan metode semacam pemberdayaan.
4. Strategi teknologi melibatkan pembentukan atau modifikasi alat,
struktur, sistem perawatan, atau tipe layanan.

Pemilihan strategi intervensi yang tepat dengan mengetahui bahwa


komunikasi kesehatan dilibat dalam setiap strategi promosi kesehatan,
kita perlu mempertimbangkan beberapa sudut pandang komunikasi
kesehatan ketika memilih suatu pendekatan. Setiap strategi memiliki
kelebihan maupun keterbatasan yang hendaknya dipertimbangkan.

17
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Untuk mencapai keberhasilan promosi kesehatan dan derajat


kesehatan masyarakat tinggi maka perlu dilaksanakan strategi intervensi
promosi kesehatan, adapun strategi promosi kesehatan paripurna yang
terdiri dari (1) pemberdayaan, yang didukung oleh (2) bina suasana dan
(3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan.

Sedangkan intervensi promosi kesehatan mencakup hal-hal yang


berkaitan dengan bagaimana masyarakat dapat melaksanakan strategi
yang telah dicanangkan oleh fasilitator dalam hal ini pelayanan kesehatan
masyarakat

4.2 Saran

Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan


promosi kesehatan dan penulis berharap makalah ini mendapatkan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

18
DAFTAR RUJUKAN
Susilawati, Dewi. 2016. Promosi Kesehatan. Jakarta Selatan :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Sulistyawati, Lily S. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah.


Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Triwibowo, Cecep & Mitha Erlisya Pusphandani. 2015. PengantarDasar


Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta : Nuha Medika

Bensley, Robert J. 2003.Community Health Education Methods, Ed 2.


Michigan: Western Michigan University.

Ikbal Mubarak, Wahit. 2006. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar


dalam Proses Belajar. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Kemenkes RI, 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah


Kesehatan, Kemenkes RI, Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai