MAKALAH
DOSEN PENGAJAR
OLEH
SEMESTER 06 AKK
KELOMPOK 11
MANADO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengan kasih
dan karunia-Nya, Sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Fungsi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama” dalam mata kuliah
Manajemen Puskesmas.
Kami berterima kasih juga kepada dosen mata kuliah Manajemen Puskesmas yang
telah memberikan tugas ini untuk menambah pengetahuan kami dan juga kepada
teman-teman sejawat yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan.
Kelompok 11
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Rujukan .................................................................... 3
2.2 Jenjang Pelayanan .........................................................…. 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................ 7
3.2 Saran...................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
pasien di perbatasan, apakah diperbolehkan untuk merujuk pasien lintas
kabupaten? Jika atas pertimbangan geografis dan keselamatan pasien tidak
memungkinkan untuk dilakukan rujukan dalam satu kabupaten, maka
diperbolehkan rujukan lintas kabupaten.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Rujukan
3
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih
baik dalam menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan,
efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau
d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau
ketenagaan.
Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang
sesuai kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan
tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk
ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan
atas rujukan dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan
atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
4
2. Tingkat masyarakat
Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya:
posyandu, polindes, POD, saka bakti husada, dan lain-lain.
3. Fasilitas pelayanan tingkat pertama
Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan puskesmas dan unit
fungsional dibawahnya, praktek dokter swasta, bidan swasta, dokter keluarga
dan lain-lain.
4. Fasilitas pelayanan tingkat kedua
Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesial) oleh balai: balai pengobatan
penyakit paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai
kesehatan kerja masyarakat (BKKM), balai kesehatan olah raga masyarakat
(BKOM), sentra pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional (SP3T),
rumah sakit kabupaten atau kota, rumah sakit swasta, klinik swasta, dinas
kesehatan kabupaten atau kota, dan lain-lain.
5
Gambar 2: Sistem rujukan dalam jenjang pelayanan kesehatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dikutip dari Lestari (2013), Menurut Azwar (1996), beberapa manfaat yang akan
diperoleh ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai
berikut:
6
1) Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan Jika ditinjau dari sudut
pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy maker), manfaat yang
akan diperoleh antara lain membantu penghematan dana, karena tidak perlu
menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana
kesehatan; memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan
kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia; dan memudahkan
pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
2) Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan Jika ditinjau dari
sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (health consumer), manfaat
yang akan diperoleh antara lain meringankan biaya pengobatan, karena dapat
dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang dan mempermudah
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena diketahui dengan jelas
fungsi dan wewenang sarana pelayanan kesehatan.
3) Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan. Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang diperoleh antara lain
memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif
lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi; membantu
peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang
3.2 Saran
Sebagai langkah untuk meningkatkan koordinasi antara masyarakat
dan juga petugas pelayanan kesehatan agar supaya pelayanan kesehatan
yang ada di daerah dan juga Indonesia dapat berekembang. Itu semua akan
terjadi sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat dalam setiap proses
pelayanan kesehatan yang harus diperhatikan dapat dilakukan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa amirul. 2016. Administrasi pelayanan kesehatan masyarakat. Surabaya.
CV. Jakad Media Publishing.
Assaf A. 2015. Mutu Pelayanan kesehatan perspektif internasional. Jakarta.
Penerbit Buku kedokteran EGC.
7
Sumber referensi: Panduan Praktis Sistem Rujukan berjenjang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehtana