Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH PEMBANGUNAN EKONOMI

TERHADAP PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun Oleh:

Nama : Dahyar Masuku

Stambuk : K11111641

Kelas :E

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin

Makassar

2011

DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Permasalahan ................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi ............................................................. 3

B. Kesehatan ditinjau dari ilmu ekonomi ........................................................... 4

C. Pengaruh Pembangunan Ekonomi terhadap

...... Derajat Kesehatan Masyarakat ....................................................................... 8

D. Pengertian Pembangunan Kesehatan ......................................................... 19

E. Arah Pembangunan Kesehatan .................................................................. 20

F. Tujuan Pembangunan Kesehatan ............................................................... 22

G. Kebijakan Pembangunan Kesehatan ......................................................... 22

BAB III. PENUTUP

Kesimpulan .............................................................................................................. 28

Saran .......................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 30


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita
dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Robert W. Fogel mengatakan bahwa antara
sepertiga dari pertumbuhan ekonomi Inggris dalam 200 tahun terakhir dipengaruhi oleh
peningkatan konsumsi makanan populasinya. Eksistensi dampak dari kesehatan pada pertumbuhan
ekonomi dengan besaran yang mirip juga telah diverifikasi dalam periode waktu dan negara yang
berbeda,

Pembangunan ekonomi sangan erat dengan masalah kesehatan karena pembangunan ekonomi
tidak akan berjalan dengan lancar bila manusianya tidak sehat dan sakit-sakitan. Undang-undang
Nomor. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Dalam istilah instrumental, kesehatan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi dalam sejumlah cara. Sebagai contoh, kesehatan akan mereduksi kerugian produksi karena
penyakit pada pekerja, dan meningkatkan produktivitas orang dewasa sebagai hasil dari perbaikan
nutrisi, juga mengurangi tingkat ketidakhadiran dan meningkatkan kemampuan belajar pada sekolah
anak-anak. Kesehatan juga memungkinkan penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat
digunakan keseluruhan atau sebagian jika sakit. Kemudian juga, memungkinkan penggunaan alokasi
anggaran keuangan kesehatan untuk hal lain jika tidak terjadi kesakitan. Berikut ini disampaikan
uraian tentang pengaruh pembangunan ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakat dan
kinerja pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia serta kemungkinan penyesuaian kebijakan
yang akan ditempuh pada masa yang akan datang.

B. PERMASALAHAN
Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pada
makalah ini adalah:

1. Pengertian pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan.?

2. Tinjauan Masalah kesehatan dari segi ekonomi kesehatan.?

3. Dampak pembangunan ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakat ?

4. Arah dan strategi pembangunan kesehatan ?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penilisan makalah ini adalah :

1. Sebagai salah satu persyaratan fainal Mata Kuliah Ekonomi Kesehatan pada Jurusan
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Unifersitas
Hasanuddin Makassar.

2. Mengetahui Pengertian pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan

3. Mengetahui dampak pembangunan ekonomi terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat

4. Mengetahui Arah dan strategi pembangunan kesehatan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan adalah proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk


mewujudkan tujuan nasional, adapaun tujuan nasional Indonesia tercantum dalam UUD 1945 alinea
ke empat, yakni: ”Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

Pembangunan nasional adalah usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang
dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita
dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari
pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.

Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter dan berkembang menjadi krisis
ekonomi serta berbagai krisis lainnya yang berpengaruh pada multi kehidupan salah satunya adalah
kesehatan. Dampak dari krisis moneter atau krisis ekonomi tersebut, penyebabnya adalah karena
terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Tidak kurang sekitar 49,5 juta jiwa atau sekitar 24,2 %
dari jumlah seluruh penduduk Indonesia pada saat ini hidup di bawah garis kemiskinan.
Berikut ini disampaikan uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi tersebut
terhadap derajat kesehatan masyarakat dan kinerja pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia
serta kemungkinan penyesuaian kebijakan yang akan ditempuh pada masa yang akan datang. Uraian
tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakat lebih
diutamakan pada status gizi serta perilaku kesehatan masyarakat. Sedangkan uraian tentang
pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap kinerja pelayanan kesehatan masyarakat lebih
dititik beratkan pada kinerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Bidan di Desa serta
terhadap kinerja Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

B. Kesehatan ditinjau dari ilmu ekonomi kesehatan

Masalah kesehatan dapat ditinjau dari segi ilmu ekonomi kesehatan. Karena sumber daya jumlahnya
terbatas, sedangkan manusia mempunyai bermacam-macam keperluan maka terjadi persaingan
untuk memperoleh sumber daya yang dapat dialokasikan untuk keperluan kesehatan. Masalah
pengalokasian sumber daya ke dalam maupun di dalam bidang kesehatan inilah yang dipelajari
ekonomi kesehatan.

Oscar Gish (1977:8) dalam Conyers (1991:64) mengatakan bahwa persoalan penerapan kriteria
ekonomi dan keuangan pada sektor kesehatan benar-benar sukar karena hakekat pelayanan yang
perlu disediakan, yaitu menyangkut masalah hidup atau mati manusia. Konsekuensinya, setiap usaha
untuk memotong pembiayaan kesehatan akan menghadapi tantangan yang tidak kecil dari banyak
pihak. Pemerintah bertanggung jawab dalam merencanakan,mengatur, menyelenggarakan, dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya
kesehatan akan dilakukan pemerintah secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan melalui
pencegahan penyakit (preventive), peningkatan kesehatan (promotive), pengobatan penyakit
(curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative). Pemerintah juga memberikan hak yang sama
kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan kebebasan untuk menentukan
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan.

Pelayanan kesehatan sebagai alat penyembuhan (curative) penekanannya pada perawatan manusia
yang sedang sakit dengan tujuan untuk menghindarkannya dari kematian dan mengurangi
penderitaannya. Penekanan semacam ini telah direfleksikan dalam bentuk fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada, yang secara fundamental merupakan tempat di mana orang memerlukan
perawatan serta terlihat juga dari cara latihan bagi tenaga-tenaga perawat kesehatan dan sikap
masyarakat pada umumnya. Penekanan ini juga terlihat dari besarnya pengeluaran pemerintah bagi
pelayanan kesehatan. (Conyers, 1991:65-66)
Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan akibat dari dampak globalisasi
ternyata tidak dapat diterapkan secara optimal pada negara berkembang dan menyebabkan negara
tersebut menderita akibat jeratan hutang luar negeri yang membesar. Pertumbuhan ekonomi justru
tidak mampu mewujudkan kesejahteraan sosial. Oleh karenanya diperlukan revisi agenda
pembangunan, yakni pembangunan sosial yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan.

Dalam bahasa Inggris kata ”Health” mempunyai dua pengertian dalam bahasa Indonesia, yaitu
”sehat” atau ”kesehatan”. Sehat menjelaskan kondisi keadaan dari subyek, misalnya anak sehat,
orang sehat, ibu sehat dan sebagainya. Sedangkan kesehatan menjelaskan tentang sifat dari subyek,
misalkan kesehatan manusia, kesehatan masyarakat, kesehatan individu dan sebagainya. Sehat
dalam pengertian kondisi mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat diartikan
keadaan seseorang yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kegiatan
sehari-hari, dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat

Masalah kesehatan penduduk meningkat sejalan dengan meningkatnya usia. Orang usia lanjut
biasanya menderita penyakit degeneratif dan penyakit kronis. Mereka mempunyai angka morbiditas
tertinggi sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan meningkat pula. Mereka semakin sulit
mandiri dan semakin tergantung pada orang lain. Berbagai gangguan kesehatan tidak teratasi karena
faktor sosial, seperti ketidaktahuan dan faktor ekonomi. Faktor sosial yang terkait dengan usia lanjut
ialah ageism, suatu sistem diskriminasi yang mengandung stereotip yang menggambarkan orang usia
lanjut sebagai orang yang sakit, miskin dan kesepian. Faktor sosial yang diduga merupakan penyebab
utama masalah kematian ialah kemiskinan yang gawat, dan kelangkaan akses ke pelayanan
kesehatan dasar.

Conyers (1991:64) mengatakan bahwa bidang kesehatan memiliki masalah yang dapat menaikkan
pembiayaan pelayanan kesehatan baik dengan latar belakang sosial maupun ekonomi. Sudut
pandang sosial, suatu kenaikan biaya di bidang kesehatan seharusnya bisa membantu meringankan
penderitaan manusia karena penyakit dan dalam beberapa hal dapat juga menyelamatkan nyawa;
sedangkan sudut pandang ekonomi, masih memperdebatkan bahwa kemajuan kesehatan akan
menaikkan produktifitas tenaga kerja.

Margaret Stacey (1977) dalam Santoso (2010) mengidentifikasi tiga dimensi konsep kesehatan yaitu
1) Kesehatan yang bertumpu pada konsep kesehatan individu atau kesehatan masyarakat; 2) Konsep
kesehatan yang bertumpu pada kebugaran atau kesejahteraan; 3) Kesehatan yang bertumpu pada
konsep promotif dan preventif.
Ketiga konsep tersebut dikembangkan di Indonesia, hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang
nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.

Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat perlu didukung oleh tersedianya berbagai macam
fasilitas kesehatan yang memadai, seperti sarana fasilitas kesehatan yang representatif, dan murah
yang aksesnya mudah dicapai sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Masyarakat yang sehat
tentunya akan dapat melakukan aktifitas dengan kondisi yang prima sehingga produktifitasnya pun
dapat terjaga.

Peningkatan biaya yang besar bagi intervensi kesehatan esensial akan menyebabkan penurunan
secara bermakna beban penyakit di negara-negara berkembang. Perkiraan terbaik dari pengaruh
pelayanan kesehatan adalah menurunnya angka kematian total di negara-negara berkembang akibat
penyakit infeksi menular dan kesehatan ibu yang rendah sekitar 8 juta per tahun pada tahun 2015,
yang hal ini berasosiasi dengan penurunan sekitar 330 juta DALYs. Perkiraan penurunan angka
kematian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Angka Kematian Dibawah Usia 60 Tahun, Dibandingkan Ada Tidaknya Intervensi, Tahun 1998–2020

1998

2010

2020

Tahun Dasar

Tanpa Intervensi

Dengan Intervensi

Tanpa Intervensi

Dengan Intervensi

Grup 1

13,956,996

13,255,530
5,155,625

12,671,000

4,593,479

Infeksi dan kurang gizi

9,073,059

8,903,935

2,849,259

8,763,000

2,804,160

Gangguan Kesehatan Ibu

491,185

360,720

203,645

252,000

87,400

Infeksi Saluran Nafas

2,101,802

2,175,873

718,038

2,080,000

686,400

Gangguan

Kesehatan Perinatal

2,101,802

1,815,001

1,384,682

1,576,000
1,015,519

Sumber: WHO-SEAR, 2002

Jika terjadi peningkatan status kesehatan yaitu meningkatnya angka harapan hidup di negara-negara
berpendapatan rendah sebesar 0.5 tahun selama 19 tahun, katakanlah dari 59 tahun menjadi 68
tahun, maka pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dapat mencapai sekitar 0.5% per tahun.

C. Pengaruh Pembangunan Ekonomi terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat

Laporan Komisi, menganalisis berbagai hubungan keterkaitan antara kesehatan dengan


pembangunan ekonomi yang dapat diterangkan melalui berbagai mekanisme dan dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Berikut ini akan diuraikan pembahasan terhadap
enam fokus area, yaitu pertama, kesehatan dan pembangunan, kedua, kesehatan dan kemiskinan,
ketiga, memilih intervensi untuk kesehatan yang lebih baik, keempat Menilai Status Kesehatan
Penduduk, kelima, Peningkatan Biaya Kesehatan dan yang keenam, Menghilangkan Hambatan Non-
Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan

1. Kesehatan dan Pembangunan.

Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi
produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan
mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi.
Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari
angkatan kerja masih bekerja secara manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki
yang menderita anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja
laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai kemampuan
belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat,
pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak
sehat.
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input)
penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka
panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi
seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan
masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris
selama revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20, dan pembangunan di
Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-an dan tahun 1960-an.

Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang dilakukan oleh Prof. Robert
Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan jumlah kalori untuk bekerja, selama 200
tahun yang lalu mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita seperti terjadi
di Perancis dan Inggris. Melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang
cukup, Fogel memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30% terhadap
pertumbuhan pendapatan per kapita di Inggris.

Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi kesehatan dan


pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan
berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan kesehatan dan
pendidikannya. Pada Tabel dibawah ini ditunjukkan tingkat pertumbuhan dari beberapa negara
sedang berkembang pada periode 1965-1994. Pengelompokan negara-negara tersebut didasarkan
atas tingkat pendapatan dan angka kematian bayi (sebagai proksi dari seluruh keadaan penyakit
pada tahun 1965). Tabel tersebut menjelaskan di negara-negara dengan tingkat angka kematian bayi
yang rendah menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada periode tertentu.

Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita, 1965-1994 ( Didasarkan atas Pendapatan dan Angka
Kematian Bayi, 1965)

Angka Kematian

Bayi (AKB),1965

AKB

< 50

AKB

50-100

AKB
100-150

AKB > 150

Tahun Dasar Pendapatan, 1965

GDP < US$ 750

GDP US$ 750-1500

GDP US$ 1500-3000

GDP US$ 3000-6000

GDP > US$ 6000

5.9

2.8

1.9

3.7

3.4

1.8

1.7

-0.5

1.0

1.1

1.1

0.3

-
0.1

-0.7

2.5

Sumber: WHO-SEAR, 2002

Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap peningkatan 10% dari angka harapan hidup (AHH)
waktu lahir akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi minimal 0.3–0.4% pertahun, jika faktor-
faktor pertumbuhan lainnya tetap. Dengan demikian, perbedaan tingkat pertumbuhan tahunan
antara negara-negara maju yang mempunyai AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-negara sedang
berkembang dengan AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar 1.6%, dan pengaruh ini akan
terakumulasi terus menerus.

Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia sangatlah
penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sangatlah
penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat pendapatan tahunan. Di
negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih
lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan
lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan
pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan
investasi akan meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Peranan kesehatan diantara berbagai faktor pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan dalam
Diagram 1 dibawah ini. Dalam diagram tersebut dapat dilihat, pembangunan ekonomi disatu fihak,
merupakan fungsi dari kebijakan dan institusi (kebijakan ekonomi, pemerintahan yang baik, dan
penyediaan pelayanan publik), dan faktor masukan (sumber daya manusia, teknologi, dan modal
perusahaan) dilain fihak. Kesehatan mempunyai peranan ekonomi yang sangat kuat terhadap
sumber daya manusia dan modal perusahaan melalui berbagai mekanisme seperti digambarkan.

Diagram Kesehatan Sebagai Masukan Untuk Pembangunan Ekonomi


Kebijakan ekonomi

Pemerintahan yang baik

Penyediaan pelayanan publik

Sumberdaya manusia, termasuk:

Pendidikan, pelatihan, perkembangan

Fisik dan kognitif

Kesehatan

Pertumbuhan ekonomi:

Pertumbuhan GNP perkapita,

Penurunan kemiskinan

Teknologi, termasuk:

Pengetahuan ilmiah yang relevan

untuk menghasilkan inovasi dalam

difusi ekonomi dalam negeri dengan

menggunakan teknologi dari luar

Modal perusahaan, termasuk:


Investasi yang pasti dalam peralatan,

organisasi dan kerjasama karyawan,

peluang investasi untuk menarik

modal

Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini
antara lain terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Beban berat yang diakibatkan oleh penyakit
dan pengaruh gandanya terhadap produktivitas, kependudukan, dan pendidikan mempunyai
peranan dalam kinerja ekonomi yang buruk dan kronis di negara-negara Afrika. Studi terbaru yang
dilakukan oleh Bloom dan Sachs, menemukan bahwa lebih dari setengahnya dari keterbelakangan
pertumbuhan di negara-negara Afrika jika dibandingkan dengan dengan negara-negara di Asia
Timur, secara statistik dapat diterangkan oleh beban berat akibat penyakit, kependudukan, dan
geografis jika dibandingkan dengan variabel-variabel tradisional dari ekonomimakro dan politik
pemerintahan. Sebagai contoh, tingginya angka prevalensi penyakit malaria menunjukkan hubungan
yang erat dengan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen atau lebih setiap tahunnya.

2. Kesehatan dan Kemiskinan

Berbagai indikator kesehatan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah jika


dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi, memperlihatkan bahwa angka kesakitan
dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik dengan pendapatan, seperti terlihat dalam Tabel 2
dibawah ini. Studi lain dilakukan oleh Bank Dunia yang membagi keadaan kesehatan antara
kelompok penduduk berpenghasilan tinggi dan rendah pada negara-negara tertentu. Sebagai
contoh, tingkat kematian anak pada quantil termiskin di Bolivia dan Turki diperkirakan empat kali
lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian pada quantil terkaya. Dengan demikian kebijakan
yang diarahkan untuk menanggulangi penyakit malaria dan kekurangan gizi secara langsung
merupakan implementasi dari kebijakan mengurangi kemiskinan.

Komitmen global untuk meningkatkan status kesehatan secara jelas dicantumkan dalam Tujuan
Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs). Tujuan pembangunan milenium
tersebut antara lain: (1) menurunkan angka kematian anak sebesar dua pertiganya pada tahun 2015
dari keadaan tahun 1990; (2) menurunkan angka kematian ibu melahirkan sebesar tiga perempatnya
pada tahun 2015 dari keadaan 1990; dan (3) menahan peningkatan prevalensi penyakit HIV/AIDS
dan penyakit utama lainnya pada tahun 2015. Tujuan pembangunan milenium difokuskan terhadap
pengurangan kemiskinan pada umumnya dan beberapa tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga
terdapat keterkaitan antara upaya keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di bidang
kesehatan.

Tabel Angka Harapan Hidup Dan Tingkat Kematian, Menurut Tingkat Kemajuan Pembangunan
Negara (1995-2000)

Tingkat Pembangunan Negara

Penduduk

(1999)

Juta

Rata-rata Pendapatan Tahunan (US$)

Angka Harapan Hidup (Tahun)

Angka Kematian Bayi (Per-1000)

Angka Kematian Anak Balita (Per-1000)

Sangat Terbelakang

643

296

51

100

159

Pendapatan Rendah

1777

538

59

80

120

Pendapatan Menengah-Bawah

2094
1200

70

35

39

Pendapatan Menengah-Atas

573

4900

71

26

35

Pendapatan Tinggi

891

25730

78

Sub-Sahara Afrika

642

500

51

92

151

Sumber: Human Development Report 2001, Table 8, and CMH Calculation using World Development
Indicators of the World Bank
Beberapa alasan meningkatnya beban penyakit pada penduduk miskin adalah: Pertama, penduduk
miskin lebih rentan terhadap penyakit karena terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi
serta kecukupan gizi. Kedua, penduduk miskin cenderung enggan mencari pengobatan walaupun
sangat membutuhkan karena terdapatnya kesenjangan yang besar dengan petugas kesehatan,
terbatasnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan terbatasnya pengetahuan untuk
menghadapi serangan penyakit.

Konsekuensi ekonomi jika terjadi serangan penyakit pada anggota keluarga merupakan bencana jika
untuk biaya penyembuhannya mengharuskan menjual aset yang mereka miliki atau berhutang. Hal
ini akan menyebabkan keluarga jatuh kedalam kemiskinan, dan jika tidak bisa keluar dari hal ini akan
mengganggu tingkat kesejahteraan seluruh anggota keluarga bahkan generasi berikutnya. Serangan
penyakit yang tidak fatal dalam kehidupan awal akan mempunyai pengaruh yang merugikan selama
siklus hidup berikutnya. Pendidikan secara luas dikenal sebagai kunci dari pembangunan, tetapi
masih belum dihargai betapa pentingnya kesehatan anak dalam pencapaian hasil pendidikan.
Kesehatan yang buruk secara langsung menurunkan potensi kognitif dan secara tidak langsung
mengurangi kemampuan sekolah. Penyakit dapat memelaratkan keluarga melalui menurunnya
pendapatan, menurunnya angka harapan hidup, dan menurunya kesejahteraan psikologis.

3. Memilih Intervensi Untuk Kesehatan Yang Lebih Baik

Di berbagai negara khususnya di negara-negara yang sedang berkembang, ketersediaan


sumber daya untuk mengatasi masalah kesehatan sangat terbatas, oleh karena itu pemilihan
alternatif intervensi kesehatan yang cost-effective menjadi penting. Pada tahun 1978, melalui
Deklarasi Alma Ata tujuan kesehatan bagi semua telah disetujui oleh seluruh negara anggota

Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization-WHO). Beberapa kesepakatan dalam


deklarasi tersebut adalah komitmen negara-negara anggota terhadap keadilan kesehatan, lebih
memfokuskan pelayanan kesehatan pencegahan (preventive) dan peningkatan (promotive)
dibandingkan dengan pengobatan (curative) dan pemulihan (rehabilitative), meningkatkan
kerjasama lintas sektoral, dan meningkatkan partisipasi masyarakat.

Sampai saat ini beberapa komitmen tersebut belum dapat diwujudkan. Sebagian besar
negara-negara berpendapatan rendah lebih banyak mengalokasikan sumber daya untuk pelayanan
kesehatan pengobatan. Hal ini menyebabkan terjadinya inefisiensi alokasi, penggunaan teknologi
yang tidak tepat, dan inefisiensi teknis. Hanya sedikit negara yang sukses mencapai kesehatan yang
adil dan berhasil menjalin kerjasama lintas sektor dan partisipasi masyarakat dengan baik.
4. Menilai Status Kesehatan Penduduk

Status kesehatan penduduk biasanya dinilai dengan menggunakan berbagai indikator yang secara
garis besar dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, berisikan indikator yang menghitung
jumlah kematian yang terjadi selama periode tertentu. Contohnya adalah angka kematian kasar
(Crude Death Rate-CDR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate-IMR). Kelompok penduduk
yang mempunyai angka CDR dan IMR yang rendah dikatakan mempunyai status kesehatan yang
lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok penduduk yang angka CDR dan IMR nya tinggi.

Kelompok kedua, berisikan berbagai indikator yang memperlihatkan jumlah orang yang menderita
kecacatan akibat penyakit tertentu. Contohnya adalah jumlah penderita AIDS, Tuberkulosis (TB),
Polio, dan sakit mental.

Sama dengan kelompok pertama, kelompok penduduk yang mempunyai jumlah penderita AIDS atau
TB lebih sedikit dikatakan lebih sehat jika dibandingkan dengan kelompok penduduk yang jumlah
penderita penyakit tersebut lebih banyak.

Kedua kelompok indikator tersebut sayangnya tidak menjelaskan kepada kita kapan kematian atau
kecacatan terjadi, bagaimana tingkat parahnya penyakit, dan berapa lama mereka menderita.
Masyarakat pempunyai nilai atau persepsi yang berbeda tentang hal-hal tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 1993 kedua kelompok indikator tersebut
digabungkan kedalam satu indikator yang disebut DALY ( Disability Adjusted Life Years ) untuk
mengukur dengan lebih baik status kesehatan penduduk. DALY menggambarkan jumlah tahun untuk
hidup sehat yang hilang sebagai akibat dari kematian dan kecacatan. Satu DALY didefinisikan sebagai
satu tahun yang hilang untuk hidup sehat akibat dari kematian dan kecacatan. Penggunaan DALY
dapat digunakan untuk membandingkan kesehatan penduduk dari waktu ke waktu atau
membandingkan antara satu kelompok penduduk dengan kelompok penduduk lain dengan lebih
mudah dan sederhana. Kesimpulannya, DALY mengukur beban yang ditimbulkan oleh penyakit yang
diakibatkan oleh kematian dan atau kecacatan yang harus ditanggung oleh masyarakat. Penggunaan
indikator DALY dapat dianalogikan dengan penggunaan indikator HDI (Human Development Index)
yang dikembangkan oleh UNDP yang merupakan indikator komposit dari kesehatan, pendidikan dan
tingkat pendapatan.
5. Peningkatan Biaya Kesehatan

Analisis perkiraan biaya untuk meningkatkan cakupan intervensi pelayanan kesehatan yang esensial
telah dilakukan terhadap 49 kegiatan prioritas di 89 negara miskin. Intervensi ini telah diidentifikasi
sebagai kunci keberhasilan untuk menangani keadaan kesehatan bagi penduduk miskin. Perluasan
kegiatan ini didasarkan atas tingkat cakupan yang akan dicapai pada tahun 2007 dan 2015 dengan
data dasar tahun 2002.

Analisa biaya direncanakan untuk memperkirakan tambahan biaya yang diperlukan untuk perluasan
pelayanan yang didasarkan atas kondisi saat ini. Biaya yang diperlukan untuk memperluas kegiatan
pelayanan kesehatan dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel Peningkatan Biaya Intervensi Kesehatan

Total Pengeluaran Kesehatan

Biaya Inkremental

2002 (Tahun dasar)

2007

2015
2007

2015

Semua Negara

106.1

(3.7%)

162.8

(4.5%)

200.3 (3.9%)

25

(0.7%)

46

(0.9%)

Asia Selatan

36.0

(4.9%)

51.4

(5.7%)

59.8

(4.8%)

(0.8%)

11

(0.9)

Catatan: Biaya dalam Juta US$, Angka dalam kurung adalah % dari GNP, Berdasarkan 8 Negara Asia
Selatan
6. Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan

Sebagian besar negara-negara berpendapatan rendah memerlukan upaya khusus untuk


meningkatkan pelayanan kesehatan terutama untuk menerapkan sistem DDK dan dukungan
manajemen sangat diperlukan. Komisi menilai secara detil berbagai hambatan non-finansial yang
harus diatasi, (lihat Tabel ). Terdapat lima katagori hambatan yaitu sebagai berikut: (1) pada tingkat
keluarga dan masyarakat, (2) tingkat pelayanan kesehatan, (3) tingkat kebijakan sektor kesehatan
dan manajemen strategik, (4) isu kebijakan publik, dan (5) karakteristik lingkungan.

Tabel Katagorisasi Hambatan

Tingkat

Hambatan

Keluarga dan Masyarakat

Terbatasnya permintaan untuk intervensi yang efektif

Hambatan untuk menggunakan intervensi yang efektif : fisik, biaya, sosial.

Pelayanan Kesehatan

Kurangnya dan tidak meratanya distribusi tenaga profesional kesehatan;

Lemahnya bimbingan teknis, manajemen, dan supervisi;

Tidak cukupnya alokasi obat dan alat kesehatan;

Terbatasnya peralatan dan infrastrutur (termasuk laboratorium dan komunikasi) dan rendahnya
aksesibilitas pelayanan kesehatan.

Kebijakan Sektor Kesehatan dan Manajemen Strategik

Lemahnya dan tersentralisasinya sistem perencanaan dan manajemen;

Lemahnya kebijakan obat dan peralatan kesehatan;

Tidak memadainya regulasi kefarmasian dan sektor swasta dan praktek industri;
Kurangnya kerjasama dan kemitraan dibidang kesehatan antara pemerintah dan masyarakat sipil;

Kurangnya insentif untuk menggunakan input secara efisien dan tanggapan terhadap kebutuhan
pengguna;

Ketergantungan terhadap biaya dari donor sehingga mengurangi fleksibilitas dan rasa memiliki,
kebijakan donor bertentangan dengan kebijakan negara.

Kebijakan Publik Antar Sektor

Birokrasi pemerintahan

Terbatasnya ketersediaan infrastruktur komunikasi dan transportasi

Karakteristik Lingkungan

Belum terciptanya Good Governance

Korupsi, pemerintahan yang lemah, lemahnya hukum;

Ketidak stabilan politik dan keamanan;

Prioritas yang rendah bagi sektor sosial;

Rendahnya akuntabilitas publik;

Terbatasnya kebebasan press.

Lingkungan Fisik

Keadaan iklim dan geografik sebagai peredisposisi timbulnya penyakit;

Keadaan fisik yang menghambat palayanan kesehatan

D. Pengertian Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya
seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan
masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan
yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat,
masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu
promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas
pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian MDGs dan
mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta

E. Arah Pembangunan Kesehatan

1. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional

2. pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan secara
bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-
anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan mapun di pedesaan

3. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan profesionalisme,


desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dengan memperhatikan berbagai
tantangan yang ada saat ini.

4. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program


peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan
didukung oleh sistem pengamatan, Informasi dan manajemen yang handal.

5. Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan

6. Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki semangat
pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil,
berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi.

7. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan
pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan
pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai
lanjut usia.
8. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang
medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

9. Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagi seluruh
tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan kerja yang memadai,
yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan dan pekerja.

10. Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan
pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban bencana serta
mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda.

11. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga harkat
martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.

12. Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak-anak terlantar,
serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

13. Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka


kematian, peningkatan kualitas program keluarga berencana.

14. Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan
terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen, pengedar dan
pemakai

F. Tujuan Pembangunan Kesehatan

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan
perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh
wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu :

1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.


3. Peningkatan status gizi masyarakat.

4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).

5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera

G. Kebijakan Pembangunan Kesehatan

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada memperhatikan kebijakan
umum yang dikelompokkan sebagai berikut:

1. Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor.

Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas sektor merupakan
hal yang utama dan karena itu perlu digalang serta dimantapkan secara seksama. Sosialisasi
masalah-masalah kesehatan pada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkala. Kerjasama
lintas sektor harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta
melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.

2. Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta.

Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam kaitan
ini perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu ditingkatkan melalui berbagai kegiatan
penyuluhan dan pendidikan kesehatan, sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya
masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan konsep
pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong bahkan dikembangkan untuk menjamin
terpenuhinya kebutuhan serta keseimbangan upaya kesehatan.

3. Peningkatan Kesehatan Lingkungan.


Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,
yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan
hidup manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan
kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan berwawasan kesehatan.

Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta tempat periwisata
ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang memenuhi persyaratan terutama
perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana pembangunan limbah serta
berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya. Kualitas air, udara dan tanah ditingkatkan untuk
menjamin hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat terhindar dari keadaan yang dapat
menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diprlukan peningkatan dan perbaikan berbagai peraturan
perundang-undangan, pendidikan lingkungan sehat sejak dini usia muda serta pembakuan standar
lingkungan.

4. Peningkatan Upaya Kesehatanya.

Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakuakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan,


melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pennyembuhan penyakit dan
pemuluhan kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau kritis.
Selanjutnya, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus –menerus
diupayakan.

Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama kritis ekonomi, upaya
kesehatan diproriataskan untuk mengatasi dampak kritis disamping tetap mempertahankan
peningkatan pembangunan kesehatan. Perhatikan khusus dalam mengatasi dapak kritis diberikan
kepada kelompok berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat kesehatan tidak memburuk
dan tetap hidup produktif. Pemerintah berttanggung jawab terhadap biaya pelayanan kesehatan
untuk penduduk miskin.

Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat diusahakan ditigkatkan melalui
pencegahan dan panganguran mordibitas, mortalitas, dan kecacatan dalam masyarakat terutama
pada bayi, anak balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan
(promosi) hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan
penyakit dan rehabilitas. Prioritas utama diberikan kepada penaggulangan penyakit menular dan
wabah yang cenderung meningkat.

Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang tinggi, melalui
berbagai upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran jasmani tenaga
kerja serta upaya kesehatan lain yang menyangkut kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan
pemukiman terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah yang kumuh.

5. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan

Pengenbangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan dan
diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu
dan teknologi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada
pengabdian bangsa dan negara dari etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga
kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan.
Dalam parencanaan tenaga kesehatan perlu diutamakan penentu kebutuhan tenaga di kabupaten
dan kota juga keperluan tenaga berbagai negara di luar negeri dalam rangka globalisasi.
Pengembangan karier tenaga kesehatan mesyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan
terarah dan seksama serta diserasikan secara bertahap.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JK PM) yakni cara pelayanan kesehatan melelui
penyebaran secara praupaya dikembangkan terus untuk menjamin tersekenggaranya pemeliharaan
kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan harga yang terkendali. JKPM diselenggarakan
sebagai upaya bersama antar masyarakat, swasta dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
biaya pelayanan kesehatan yang terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas
dasar nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggota masyarakat yang memperoleh pelayanan.
Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui system JKPM yang disubsidi oleh pemerintah.
Bersamaan dengan itu dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping
JKPM. Pengembangan asuransi kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosialisasi
perasuransian. Secara bertahap puskesmas dan rumahsakit milik pemewrintah akan dikelolah secara
swadana.

6. Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.

Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan terutama melalui
peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor kesehatan dan sektor lain yang yang
terkait, dan antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan
kesehatan sendiri. Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pengerakan
pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk menjamin upaya
kesehatan yang terpaduh dan menyeluruh. Manajemen tersebut didukung oleh sistem informasi
ynag handal guna menghasilkan pengambilan kepetusan dan dan cara kerja yang efisien. Sistem
informasi tersebut dikembangkan secara komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan
sebagai bagian dari pengembangan administrasi mder. Organisasi Departemen Kesehatan perlu
disesuaikan kembali dengan fungsi-fungsi : regulasi, perencanaan nasional, pembinaan dan
pengawasan.

Desentralisasi atas dasr prinsip otonomi ynag nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab
dipercepat melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaaan upaya kesehatan kepada daerah Dinas
Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga dapat melaksanakan secara
lebih bertanggung jawab dalam perencanaan, pembiayaan dan pelalsaan upaya kesehatan.
Peningkatan kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian pendidikan dan
pelatihan yang sesuai dengan pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut pula didukung
oleh tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai. Untuk itu perlu diupayakan peningkatan
pendanaan kesehatan yang baik berasal dari anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional maupun
dari anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah.

7. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan.

Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan secara terarah dan
bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk mendukung perumusan
kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala dalam
pelaksanaan program kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus
dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan didesentralisasikan sehingga menjadi bagian pentig
dari pembangunan kesehatan daerah.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan pelayanan


kesehatan, gizi, pendayagunaan obat dan pengembangan obat asli Indonesia, pemberatasan
penyakit dan perbaikan lingkungan. Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan
dikembangkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan
swasta. Setra meningkatkan kontribusi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang terbatas.
Penelitian bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk mengembangkan gaya hidup
sehat dan mengurangi masalah kesehatan masyarakat yang ada.

8. Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.

Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan lingkungan sosial dan budaya
masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap pembangunan kesehatan. Untuk itu sangat
diperlukan peningkatan ketahanan sosial dan budaya masyarakat melalui peningkatan sosioekonomi
masyarakat, sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dan sekaligus
meminimalkan dampak negatif dari globalisasi.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negaraPembangunan kesehatan adalah
bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya

2. Dampak Pembangunan Ekonomi dapat mempengaruhi derajat derajat kesehatan masyarakat.


adalah pertama, kesehatan dan pembangunan, kedua, kesehatan dan kemiskinan, ketiga, memilih
intervensi untuk kesehatan yang lebih baik, keempat Menilai Status Kesehatan Penduduk, kelima,
Peningkatan Biaya Kesehatan dan yang keenam, Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk
Pelayanan Kesehatan

3. Adapun arah pembangunan kesehatan antara lain Pembangunan kesehatan adalah bagian
integral dari pembangunan nasional, pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun
masyarakat harus diselengarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan
khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan
mapun di pedesaan

4. Tujuan pembangunan kesehatan yaitu : meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan


hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan
perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh
wilayah Republik Indonesia.

5. Kebijakan pembangunan kesehatan antara lain Penigkatan perilaku, Pemberdayaan


Masyarakat dan Kemitraan Swasta.

B. SARAN

Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami mohon kritik maupun saran yang
sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/makalah_ekokes/arah-tujuan-dan-kebijakan-pembangunan.html

file:///D:/makalah_ekokes/MAKALAH%20COMMUNITY%20DEVELOPMENT
%20%E2%80%9CPEMBANGUNAN%E2%80%9D%20%C2%AB%20Dunia%20Dalam%20Satu
%20Blogger.htm

file:///D:/makalah_ekokes/MAKALAH-EKONOMI-PEMBANGUNAN.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2113367-pembangunan-kesehatan-sebagai-salah-
satu/#ixzz1grxi8fRP

http://www.nasriyadinasir.co.cc/2010/01/potret-pembangunan-kesehatan-indonesia.html

http://staff.blog.ui.ac.id/tyarm/2009/05/20/pembangunan-kesehatan/
file:///H:/makalah-ikmkelompok-2.html

Anda mungkin juga menyukai