EKONOMI KESEHATAN
Oleh Dosen:
dr.GraceE.C. Korompis, MHSM,DrPH
INGGRID WAURAN
VIDYA LESTARI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter dan berkembang
menjadi krisis ekonomi serta berbagai krisis lainnya yang berpengaruh pada multi
kehidupan salah satunya adalah kesehatan. Dampak dari krisis moneter atau krisis
ekonomi tersebut, penyebabnya adalah karena terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap
dollar. Krisis ekonomi tersebut berdampak terhadap derajat kesehatan masyarakat dan
kinerja pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia serta kemungkinan penyesuaian
kebijakan yang akan ditempuh pada masa yang akan datang lebih diutamakan pada
status gizi serta perilaku kesehatan masyarakat.
2
Pada saat ini, pemerintah fokus dalam permasalahan kesehatan karena rendahnya
permasalahan kesehatan mendorong terciptanya manusia produktif sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Demikian pula dengan pembangunan
kesehatan, sesuai dengan program pemerintah yang ingin menciptakan Indonesia
sehat sebagai salah satu pendorong yang bersinergi dengan pembangunan ekonomi
maka banyak dilakukan perubahan – perubahan baik di ruang lingkup skala daerah
dan nasional.
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi.
Kesehatan merupakan salah satu modal manusia (human capital) yang sangat
diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi. Hal ini dikarenakan kesehatan
merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas. Kesehatan dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi melalui beberapa cara, seperti perbaikan kesehatan seseorang
akan menyebabkan pertambahan dalam partisipasi tenaga kerja perbaikan kesehatan
dapat pula membawa perbaikan dalam tingkat pendidikan yang kemudian
menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi, ataupun perbaikan kesehatan
menyebabkan bertambahnya penduduk yang akan membawa tingkat partisipasi
angkatan kerja persoalan penerapan kriteria ekonomi dan keuangan pada sektor
kesehatan benar-benar sukar karena hakekat pelayanan yang perlu disediakan, yaitu
menyangkut masalah hidup atau mati manusia. Konsekuensinya, setiap usaha untuk
memotong pembiayaan kesehatan akan menghadapi tantangan yang tidak kecil dari
banyak pihak. Pemerintah bertanggung jawab dalam merencanakan,mengatur,
menyelenggarakan, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata
dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan akan dilakukan pemerintah secara
terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan melalui pencegahan penyakit (preventie),
5
peningkatan kesehatan (promotive), pengobatan penyakit (curative), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitative). Pemerintah juga memberikan hak yang sama kepada
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan kebebasan untuk
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan (Oscar Gish (1977:8)
dalam Conyers (1991:64)).
6
b. Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik
merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan,
pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang.
Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal
landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung
oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat,
pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain
terjadi di Inggris selama revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan
pada awal abad ke-20, dan pembangunan di Eropa Selatan dan Asia
Timur pada permulaan tahun 1950-an dan tahun 1960-an.
Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang
dilakukan oleh Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa
peningkatan ketersediaan jumlah kalori untuk bekerja, selama 200
tahun yang lalu mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan
pendapatan per kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang
cukup, Fogel memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan
kontribusi sebanyak 30% terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita
di Inggris.
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan
kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi
tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan
berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik
keadaan kesehatan dan pendidikannya.
7
negara dengan tingkat angka kematian bayi yang rendah menikmati tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada periode tertentu.
Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap
peningkatan 10% dari angka harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi minimal 0.3–0.4% pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan
lainnya tetap. Dengan demikian, perbedaan tingkat pertumbuhan tahunan antara
negara-negara maju yang mempunyai AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-negara
sedang berkembang dengan AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar 1.6%, dan
pengaruh ini akan terakumulasi terus menerus.
8
Diagram 1: Kesehatan Sebagai Masukan Untuk Pembangunan Ekonomi
Kebijakan ekonomi
Pemerintahan yang baik
Penyediaan pelayanan publik
9
variabel-variabel tradisional dari ekonomimakro dan politik pemerintahan.
Sebagai contoh, tingginya angka prevalensi penyakit malaria menunjukkan
hubungan yang erat dengan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar satu
persen atau lebih setiap tahunnya.
1) Menurunkan angka kematian anak sebesar dua pertiganya pada tahun 2015
dari keadaan tahun 1990;
2) Menurunkan angka kematian ibu melahirkan sebesar tiga perempatnya pada
tahun 2015 dari keadaan 1990;
3) Menahan peningkatan prevalensi penyakit HIV/AIDS dan penyakit utama
lainnya pada tahun 2015.
10
Tujuan pembangunan milenium difokuskan terhadap pengurangan kemiskinan pada
umumnya dan beberapa tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga terdapat
keterkaitan antara upaya keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di
bidang kesehatan.
Hal yang paling merugikan, namun kurang diperhatikan, biaya yang tinggi
dari kematian bayi dan anak dapat ditinjau dari aspek demografi. Keluarga miskin
11
akan berusaha mengganti anaknya yang meninggal dengan cara memiliki jumlah
anak yang lebih banyak. Jika keluarga miskin mempunyai banyak anak maka
keluarga tersebut tidak akan mampu melakukan investasi yang cukup untuk
pendidikan dan kesehatan untuk setiap anaknya. Dengan demikian, tingginya beban
penyakit pada keluarga yang memiliki banyak anak akan menyebabkan rendahnya
investasi untuk kesehatan dan pendidikan untuk setiap anaknya.
Bukti empiris tentang adanya hubungan antara tingkat fertilitas dengan tingkat
kematian anak adalah sangat kuat. Negara-negara yang memiliki angka kematian bayi
kurang dari 20, mempunyai angka rata-rata tingkat fertilitas (Total Fertility Rate)
sebesar 1.7 anak. Negara-negara dengan tingkat kematian bayi diatas 100 mempunyai
angka rata-rata tingkat fertilitas 6,2 anak. Pola ini menuntun pengertian kita bahwa
negara-negara yang mempunyai tingkat kematian bayi yang tinggi mempunyai
tingkat pertumbuhan penduduk tercepat di dunia dengan segala konsekwensinya.
Ketika angka kematian anak menurun, disertai dengan turunnya tingkat kesuburan,
secara keseluruhan tingkat pertumbuhan penduduk juga menurun dan rata-rata umur
penduduk akan meningkat. Ratio ketergantungan penduduk juga akan menurun.
Perubahan demografi ini akan mendorong keseluruhan peningkatan GNP per kapita
dan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya proporsi penduduk usia kerja secara
langsung meningkatkan GNP per kapita.
Produk Dosmestik Bruto (PDB atau GNP merupakan ukuran umum yang
dipakai untuk mengukur nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dalam
suatu perekonomian. Pertumbuhan GNP dapat terjadi baik, karena nilai dari pada apa
yang dihasilkan tersebut meningkat. Salah satu kesulitan dalam pengukuran memakai
GNP karena penekanan diberikan hanya kepada aspek kuantitas daripada barang-
barang dan jasa-jasa yang dihasilkan. Aspek kualitas dilupakan sama sekali.
Sementara program-program dibidang kesehatan dan pendidikan lebih berhubungan
dengan peningkatan kualitas dari sumber daya manusia.
12
Secara teoritis dapat dikemukakan semakin tinggi GNP suatu negara, akan semakin
terenuhi kebutuhan dasar masyarakat dalam negara tersebut. Modal dasar yang
diguakan ekonom untuk menjelaskan GNP dalam bentuk suatu fungsi dimana ouput
merupakan fungsi dari dua input utama yaitu tenaga kerja dan modal.
13
2. Malaria: Gunakan kelambu yang telah dicelup dengan insektisida, lakukan
manajemen kasus yang baik.
3. Tuberkulosis: Manajemen kasus yang lebih baik melalui DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course)
4. Penyakit infeksi menular pada anak: Imunisasi, penggunaan oralit atau larutan
gula garam
5. Gangguan kesehatan ibu dan bayi: Pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih,
imunisasi ibu dengan tetanus-toksoid
6. Kekurangan zat gizimikro: Yodisasi garam, pemberantasan penyakit cacing
pada anak sekolah
7. Penyakit akibat tembakau: Larangan iklan rokok, naikan pajak rokok.
BAB III
14
KESIMPULAN
Lampiran 1
15
Tabel 1: Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita, 1965-1994
( Didasarkan atas Pendapatan dan Angka Kematian Bayi, 1965)
Angka Kematian Bayi AKB< 50 AKB 50-100 AKB 100- AKB > 150
(AKB),1965 150
Tahun Dasar Pendapatan,
1965 - 3.7 1.0 0.1
GDP < US$ 750 - 3.4 1.1 -0.7
GDP US$ 750-1500 5.9 1.8 1.1 2.5
GDP US$ 1500-3000 2.8 1.7 0.3 -
GDP US$ 3000-6000 1.9 -0.5 - -
GDP > US$ 6000
Sumber: WHO-SEAR, 2002
Lampiran 2
16
Tabel 2: Angka Harapan Hidup Dan Tingkat Kematian, Menurut Tingkat
Kemajuan Pembangunan Negara (1995-2000)
Tingkat Penduduk Rata-rata Angka Angka Angka
Pembangunan (1999) Pendapatan Harapan Kematian Kematian
Negara Juta Tahunan Hidup Bayi (Per- Anak Balita
(US$) (Tahun) 1000) (Per-1000)
Sangat 643 296 51 100 159
Terbelakang
Pendapatan 1777 538 59 80 120
Rendah
Pendapatan 2094 1200 70 35 39
Menengah-
Bawah
Pendapatan 573 4900 71 26 35
Menengah-Atas
Pendapatan 891 25730 78 6 6
Tinggi
Sub-Sahara 642 500 51 92 151
Afrika
Sumber: Human Development Report 2001, Table 8, and CMH Calculation using World
Development Indicators of the World Bank
17
Lampiran 3
18
DAFTAR PUSTAKA
19