Diteliti oleh
Sumi Kartika
2020930320012
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu jenis wilayah yang ada di daratan negara Indonesia adalah
lahan basah. Lahan basah adalah daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut,
dan perairan tetap atau sementara, dengan air yang tergenang atau mengalir,
tawar, payau, atau asin, termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya
tidak lebih dari enam meter pada waktu surut (Konvensi Ramsar). Luas lahan
rawa di Kalimantan Selatan sebesar 4.969.824 Ha yang terdiri dari lahan
gambut, lahan rawa pasang surut, dan lahan rawa lebak. Lahan rawa tersebut
banyak yang belum diolah dan dimanfaatkan, padahal lahan rawa dapat
berpotensi sebagai lahan pertanian baru untuk masa depan anak Indonesia.
2
satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu mendapat perhatian
khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan
salah satu upaya yang penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa.
Status gizi anak adalah salah satu tolak ukur penilaian tercukupinya
kebutuhan asupan gizi harian serta penggunaan zat gizi tersebut oleh tubuh.
Jika asupan nutrisi anak senantiasa terpenuhi dengan baik tentu tumbuh
kembangnya akan optimal. Status gizi anak juga merupakan satu dari delapan
tujuan yang akan dicapai dalam Millenium Developmaent Goals (MDGs)
2015, dampak dari status gizi rendah yaitu anak menjadi lemah, cepat lelah dan
mudah sakit.
3
waktu untuk berkembang serta pulih kembali munuju keadaan tinggi badan
anak yang normal menurut usianya (Gibney et al, 2009).
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
4
b. Menambah pengetahuan dan pemahaman masyarakat lahan basah tentang
kebutuhan gizi pada masa anak-anak.
BAB II
1. Tinjauan Pustaka
Gizi buruk biasanya terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun. Gizi buruk
adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Anak-
anak merupakan kelompok umur yang rawan terhadap gangguan kesehatan dan
gizi. Pada usia pra sekolah kebutuhan anak meningkat, dan seringkali pada usia
ini tidak lagi diperhatikan pola makannya karna dianggap sudah bisa makan
sendiri sehingga risiko gizi buruk akan semakin besar. Anak yang kekurangan
gizi akan berakibat pada pendeknya ukuran badan atau Stunting menurut
Direktur Gizi Masyarakat kementrian Kesehatan (Doddy Izwardy 2017).
Kekurangan sumber ptotein, zat besi, iodium dan vitamin A pada anak
dapat menghambat pertumbuhan, mengurangi daya tahan tubuh sehingga
rentan terhadap penyakit infeksi, mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan,
penurunan kemampuan fisik, gangguan pertumbuhan jasmani dan mental,
hingga membuat anak menjadi stunting. Stunting adalah gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak yang membuat tinggi badannya
5
terhambat sehingga tidak sesuai dengan anak seusianya. Dalam keadaan
normal, tinggi badan tumbuh seiring pertambahan umur.
Stunting atau pendek kurang gizi kronik merupakan suatu bentuk lain
dari kegagalan pertumbuhan yang keadaannya sudah terjadi sejak lama dan
merupakan proses kumulatif penyebab dari asupan zat-zat gizi yang tidak
cukup atau penyakit infeksi yang berulang, atau kedua-duanya. Gejala anak
yang mengalami stunting berupa:
Status gizi anak adalah salah satu tolak ukur penilaian tercukupinya
kebutuhan asupan gizi harian serta penggunaan zat gizi tersebut oleh tubuh.
Jika asupan nutrisi anak senantiasa terpenuhi, tentu tumbuh kembangnya akan
optimal. Penilaian dan cara menghitung status gizi anak dan orang dewasa
tidaklah sama. Indikator usia, berat, serta tinggi badan, saling berkaitan untuk
menentukan status gizi anak. Ketiga indikator tersebut nantinya akan
dimasukkan ke dalam grafik pertumbuhan anak (GPA) yang juga dibedakan
sesuai dengan jenis kelaminnya. Nah, grafik ini yang nantinya akan
menunjukkan apakah status gizi anak baik atau tidak. Ada beberapa kategori
yang digunakan untuk menilai status gizi anak menggunakan GPA, meliputi:
6
a. Mengukur status gizi anak usia 0-5 tahun dengan grafik (cut off z
score).
b. Status gizi tinggi badan berdasarkan umur anak (TB/U)
c. Berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB)
Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap pola makan sehat dan gizi
yang seimbang merupakan penyebab kurang gizi pada anak. Bila orang tua
tidak mengetahui jenis dan jumlah nutrisi yang dibutuhkan anak, asupan
nutrisi yang diberikan bisa tidak mencukupi kebutuhan anak sehingga ia
menjadi kurang gizi(Stunting).
7
4. Menderita penyakit tertentu
Anak kurang gizi bisa juga disebabkan oleh suatu penyakit atau kondisi
medis, terutama penyakit saluran pencernaan yang membuat tubuh anak
sulit mencerna atau menyerap makanan, seperti (sariawan, gigi berlubang,
karies,tonsilitis), serta penyakit bawaan (infeksi).
8
Berbagai lahan pertanian yang mengandalkan saluran irigasi. Ikan
yang setiap orang mengkonsumsinya hingga rata-rata 19 kg
pertahun, tumbuh dan berkembang biak di rawa-rawa, hutan bakau,
hingga muara sungai. Sawah, irigasi, rawa-rawa, hutan bakau,
hingga muara sungai adalah sedikit contoh kawasan lahan basah
yang keberadaannya menopang ketersediaan pangan bagi manusia.
Sungai Alalak yang merupakan salah satu anak sungai Barito, tepiannya
adalah pemukiman penduduk. Sungai Alalak membelah pemukiman penduduk
menjadi dua bagian yaitu di sebelah kiri wilayah Alalak, Banjarmasin dan
sebelah kanan Pulau Alalak yang merupakan salah satu delta yang terletak di
tengah sungai Barito dan termasuk wilayah kabupaten Batola. Sebagian besar
penduduk bahkan tidak hanya bertempat tinggal di tepian sungai, tetapi juga
membangun rumah-rumah kayu mereka di atas sungai. Maka adalah hal yang
alami jika kehidupan masyarakat di daerah ini sangat dekat segala hal yang
terkait dengan lahan basah. Mulai dari pemanfaatan sebagai lahan pertanian
hingga pemanfaatan hasil kekayaan aneka ragam hayati yang tumbuh dan
berkembang liar di lahan basah, baik berupa tanaman maupun binatang.
9
adalah dapat memperbaiki masalah gizi pada anak yang memiliki gangguan
tumbuh kembang, yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang baik. Secara
spesifik, 100 gram ikan gabus mengandung 69 kalori; 25,2 gram protein; 1,7
gram lemak; 0,9 miligram zat besi; 62 miligram kalsium; 76 miligram fosfor;
150 miligram vitamin A; 0,04 miligram vitamin B; dan 69 miligram air.
Selain itu ada juga masyarakat memanfaatkan rumput rawa yang biasa
disebut purun untuk membuat anyaman tikar yang kemudian dijual sebagai
sumber pendapatan. Ada juga yang memanfaatkan Nipah sebagai tanaman
serba guna. Masyarakat sekitar biasa menggunakan daun nipah sebagai
ketupat, bermacam anyaman, tanggui (topi besar khas Banjarmasin), dan
tangkai daunnya dibuat menjadi lidi. Sedangkan buahnya ( Tapu) dan pucuk
batangnya ( umbut ) diolah sebagai sayur berkuah santan. Kesemua hasil
olahan tanaman tersebut dijual kembali, dan hasil penjualan menjadi sumber
pendapatan keluarga.
10
Kerangka intervensi stunting yang direncanakan oleh pemerintah pusat
adalah Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui
berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada
70% intervensi stunting. Sasaran dari intervensi gizi sensitif adalah
masyarakat.
11
BAB II
1. Kesimpulan
Dari kejadian gizi buruk stunting yang terjadi di lahan basah
kalsel maka harus ditingkatkan lagi sosialisasi pengetahuan mengenai
kebutuhan gizi anak, kepada masyarakat khususnya ibu hal ini terkait
upaya pencegahan stunting. Harus diperbaiki juga program kegiatan
yang dilakukan agar lebih efektif menurunkan stunting dengan
melakukan pendataan secara terpadu (data anak-anak stunting by name
by address) sehingga program/kegiatan yang dilakukan bisa tepat
sasaran dan efektif dalam menanggulangi dan menurunkan stunting.
Kemudian selain itu, perlu dilakukan pemantauan atas program-
program yang sudah diajalankan dalam rangka memastikan pencapaian
tujuan program sebagaimana yang diharapkan. Sementara itu, terkait
besaran dan alokasi anggaran, besaran anggaran yang dialokasikan
terkait penanggulangan stunting sudah dirasa memadai, hanya perlu
pengoptimalan dalam pelaksanaannya saja agar dapat terlihat
signifikansi hasil yang diharapkan.
2. Saran
1. Ada kerjasama dan sinergi lintas sektor terkait upaya
penanggulangan stunting yang dimulai dari desa
2. Membuat tim khusus penanganan stunting dari pusat hingga ke
daerah.
3. Sebaiknya ada PMT khusus untuk anak stunting, karena anak
stunting membutuhkan gizi dan nutrisi khusus.
12
DAFTAR PUSTAKA
Eva riskia 6 Agustus 2020 Stunting Masih Mengancam Balita Kalsel, Peran
Posyandu Ditingkatkan https://www.sonora.id/read/422278078/stunting-masih-
mengancam-balita-kalsel-peran-posyandu-ditingkatkan.
http://infopublik.id/kategori/nusantara/386330/dinkes-kalsel-atasi-permasalahan-
gizi.https://mediaindonesia.com/nusantara/245040/angka-stunting-di-kalsel-
masih-tinggi
13
Livia Amelia Halim, Sarah M. Warouw, Jeanette I. Ch. Manoppo.(2018) Hubungan
Faktor-Faktor Resiko Stunting Anak Usia 3-5 Tahun di TK Tuminang. Jurnal
Sehat Mandiri, Volume 14
14