Anda di halaman 1dari 24

Tugas Individu

Dosen : Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes

MENUNTUN PERUBAHAN DI DINAS KESEHATAN KAB. MAMUJU


DENGAN PENDEKATAN PERSONAL MASTERY

BADARIAH
NIM. P1801215008

KONSENTRASI KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ”Menuntun
Perubahan di Dinas Kesehatan Kab. Mamuju Dengan Pendekatan
Personal Mastery”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. drg. Andi
Zulkifli, M.Kes sebagai dosen pengajar. Dan tidak lupa penulis
mengucapkan terimakasih pada teman-teman yang namanya tidak bisa
disebutkan satu persatu sehinggga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis meminta maaf apabila ada


kesalahan yang membuat para pembaca tidak berkenan. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun kepada pembaca.

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................... 4

A. Latar Belakang .................................................... 4

B. Tujuan .................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................... 11

A. Defenisi Personal Matery .................................................... 11

B. Aspek Personal Mastery ................................................... 14

C. Dimensi Personal Mastery .................................................... 15

D. Personal Mastery dan Leadership ......................................... 16

E. Ciri Good dan Poor Personal Mastery ...................................... 17

BAB III PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum .................................................... 18

B. Struktur Organisasi .................................................... 19

C. Pendekatan Personal Mastery untuk Perubahan ................... 20

BAB IV PENUTUP .................................................... 22

A. Kesimpulan .................................................... 22
B. Rekomendasi .................................................... 22
Daftar Pustaka .................................................... 24

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi mengalami perubahan karena organisasi selalu


menghadapi berbagai macam tantangan. Tantangan itu timbul
akibat dari perubahan lingkungan. Lingkungan yang terus menerus
berubah, memaksa individu maupun organisasi untuk mengikuti
perubahan tersebut. Untuk tetap eksis dalam lingkungan yang
memiliki tantangan dan ketidakpastian, organisasi harus harus
“berubah” atau “beradaptasi” untuk dapat tetap bertahan.
Perubahan lingkungan juga menuntut organisasi lebih fleksibel dan
tanggap (responsiveness) terhadap lingkungan yang berubah.
Fleksibilitas organisasi memerlukan adanya kerja sama tim
didalamnya. Dalam kondisi lingkungan yang mengalami perubahan
melahirkan kompetisi-kompetisi di dalamnya, kompetisi muncul
dalam rangka untuk menyeleksi organisasi yang dapat mengikuti
arus perubahan tersebut.

Organisasi yang statis, yang tidak dapat beradaptasi dengan


lingkungan yang berubah dan tidak memenangkan kompetisi dalam
lingkungan tersebut maka organisasi tersebut akan mati.
Keunggulan sebuah organisasi dalam menghadapi ketatnya
persaingan sangat tergantung pada individu yang berada di
dalamnya yang memiliki kecepatan, kemampuan daya tanggap,
kelincahan, kemampuan pembelajaran dan kompetensi
karyawannya yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan
yang berhubungan dengan pekerjaan (Ulrich,1998 ). Para
pengelola organisasi harus berpikir bagaimana membangun dan
mempertahankan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dalam

4
persaingan. Perubahan lingkungan yang cepat menuntut setiap
organisasi untuk cepat menanggapi dan beradaptasi dengan
perubahan, dan munculnya perubahan ini bukan dengan dilawan
atau ditentang, namun justru harus dikelola.

Peter Senge (1990 : 3) dalam bukunya yang berjudul The


Fifth Discipline mendefinisikan learning organization sebagai
organisasi dimana orang-orang di dalamnya meng-expand
kapasitas yang dimilikinya. Orang-orang tersebut dibina dan
dikembangkan sehingga mereka bebas memberikan aspirasi
kepada perusahaan. Dalam learning organization, terjadinya proses
pembelajaran sangat tergantung pada individu-individu yang
berada dalam organisasi, karena mereka adalah pelaku
pembelajaran organisasi. Seperti yang dikatakan Senge (1990:7)
“organisation learn only though individuals who learn” bahwa
organisasi yang belajar hanyalah melalui individu-individu yang
belajar. Memang pembelajaran yang dilakukan individu tidak
menjamin terjadinya pembelajaran organisasi, tetapi tanpa
pembelajaran individu tidak akan terjadi pembelajaran organisasi.
Namun, dalam learning organization bukan hanya individu yang
terus melakukan pembelajaran namun organisasi juga harus terus
belajar. Sebagaimana halnya manusia, organisasi harus tetap
belajar.

Secara umum pembelajaran dapat didefinisikan sebagai


proses peningkatan kapasitas manusia untuk melakukan tindakan
yang efektif. Dalam esensi yang sama, Dharma ( 2001 : 31 )
mengungkapkan bahwa secara umum pembelajaran (learning)
didefinisikan sebagai proses memperoleh pengetahuan dan
wawasan baru untuk merubah perilaku dan tindakan. Menurut
Schein (1992) bahwa agar individu atau organisasi belajar lebih

5
cepat, maka mereka harus memahami bahwa belajar bukan
merupakan konsep yang “unitary”.

Kebanyakan teori belajar memusatkan perhatian kepada


perolehan pengetahuan dan wawasan yang lazim dikenal sebagai
“cognitive learning” yang secara implicit mengandung esensi
perolehan informasi dan pengetahuan melalui berbagai kegiatan
kognitif. Namun, menurt Schein (1992) pandangan ini mengabaikan
2 hal :

1. Belajar dapat terjadi hanya jika pembelajar mengenal suatu


permasalahan dan termotivasi untuk mempelajarinya,

2. Walaupun pembelajar memiliki wawasan, pembelajar sering


tidak dapat menghasilkan bentuk perilaku, keterampilan yang
konsisten untuk memecahkan permasalahan.

Untuk menjadi sebuah organisasi pembelajar, setiap


organisasi harus mampu mendorong timbulnya suatu kondisi
prasyarat yang oleh Peter Senge disebut sebagai lima hal inti
dalam pembentukan organisasi pembelajar atau disebut disiplin
learning organization. Kelima hal tersebut adalah :

1. Keahlian Pribadi (Personal Mastery)

Keahlian pribadi adalah suatu kecenderungan seseorang


untuk bersikap dan memperluas kemampuannya secara terus
menerus, guna menciptakan hasil-hasil yang benar-benar
mereka cari di dalam hidupnya. Hal ini menunjukkan adanya
tingkat keahlian/penguasaan seorang individu di bidang
profesinya yang berguna untuk menyelesaikan tugasnya secara
baik untuk jangka waktu yang panjang. Disiplin keahlian pribadi
dapat ditanamkan dalam iklim organisasi yang secara terus
menerus memperkuat ide bahwa pertumbuhan pribadi benar-
benar dihargai di dalam organisasi. Esensi dari keahlian pribadi

6
mencakup keberadaan (being), kemampuan menghasilkan
(generativeness) dan keterkaitan (connectedness), yakni
adanya keyakinan dan pengakuan, bahwa setiap kehadiran
individu akan memberikan kontribusi pada organisasi sesuai
dengan keahliannya yang dapat dipadukan melalui keterkaitan
dengan individu lainnya dalam organisasi.

2. Model Mental (Mental Model)

Model mental (Mental Model) adalah suatu prinsip yang


mendasar dari organisasi pembelajar. Model mental terkait
dengan bagaimana seseorang berpikir dengan mendalam
tentang mengapa dan bagaimana dia melakukan tindakan atau
aktivitas dalam berorganisasi. Model mental merupakan suatu
pembuatan peta atau model kerangka kerja dalam setiap
individu untuk melihat bagaimana melakukan pendekatan
terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain, model
mental bisa dikatakan sebagai konsep diri seseorang, yang
dengan konsep diri tersebut dia akan mengambil keputusan
terbaiknya. Dalam pembahasan terdahulu model mental ini
kemudian menghasilan cara berfikir atau mindset.

Model mental merupakan asumsi yang mendalam baik


berupa generalisasi ataupun pandangan manusia untuk
memahami dunia dan mengambil keputusan. Pemahamam
mengenai model mental berkaitan dengan keterampilan dari
refleksi dan keterampilan mempertanyakan. Keterampilan dari
refleksi dimulai dengan suatu lompatan abstraksi dimana
pikiran kita secara harfiah bergerak cepat dan melompat untuk
segera menggeneralisasi fakta-fakta yang sebenarnya spesifik,
sehingga kita tidak pernah berpikir untuk mengujinya. Hal inilah
yang seringkali memperlambat proses belajar kita (Senge,
1990:191-193).

7
3. Visi Bersama (Shared Vision)

Visi bersama (Shared Vision) adalah suatu gambaran


umum dari organisasi dan tindakan (kegiatan) organisasi yang
mengikat orang-orang secara bersama-sama dari keseluruhan
identifikasi dan perasaan yang dituju. Dengan visi bersama,
organisasi dapat membangun komitmen yang tinggi dalam
organisasi. Selain itu organisasi dapat pula menciptakan
gambaran-gambaran atau mimpi-mimpi bersama tentang masa
depan yang ingin dicapai, serta prinsip-prinsip dan praktek-
praktek penuntun yang akan digunakan dalam mencapai masa
depan tersebut.

4. Pembelajaran Tim (Team Learning)

Belajar Tim (Team Learning) adalah suatu keahlian


percakapan dan keahlian berpikir kolektif dalam organisasi.
Kemampuan organisasi untuk membuat individu-individu cakap
dalam percakapan dan cakap dalam berfikir kolektif tersebut
akan dapat meningkatkan kecerdasan dan kemampuan
organisasi. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa
kecerdasan organisasi jauh lebih besar dari jumlah
kecerdasan-kecerdasan individunya. Untuk mencapai kondisi
tersebut dibutuhkan individu-individu dalam organisasi yang
memiliki emotional intelligence yang tinggi.

5. Pemikiran Sistem (System Thinking)

Berpikir sistem (Systems Thinking) adalah suatu


kerangka kerja konseptual. Yaitu suatu cara dalam
menganalisis dan berpikir tentang suatu kesatuan dari
keseluruhan prinsip-prinsip organisasi pembelajar. Tanpa
kemampuan menganalisis dan mengintegrasikan disiplin-
disiplin organisasi pembelajar, tidak mungkin dapat

8
menerjemahkan disiplin-displin itu kedalam tindakan (kegiatan)
organisasi yang lebih luas. Disiplin ini membantu kita melihat
bagaimana kita mengubah sistem-sistem secara lebih efektif,
dan bertindak lebih selaras dengan proses-proses yang lebih
besar dari alam dan dunia ekonomi.
Konsep learning organization dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu organisasi untuk terus menerus melakukan
proses pembelajaran (self leraning) sehingga organisasi tersebut
memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon
beragam perubahan yang muncul. Menurut Pedler, Boydell dan
Burgoyne dalam (Dale, 2003) mendefinisikan bahwa organisasi
pembelajaran adalah “Sebuah organisasi yang memfasilitasi
pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara terus menerus
mentransformasikan diri”. Menurut Lundberg (Dale, 2003)
menyatakan bahwa pembelajaran adalah “suatu kegiatan bertujuan
yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan
keterampilan dan pengetahuan serta aplikasinya”.
Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju sebagai salah satu
Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Lingkup pemerintah
Kabupaten Mamuju juga senantiasa melakukan Learning
organization dalam menanggapi perubahan lingkungan yang ada.
Data dan informasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa
disangkal lagi dalam perencanaan pembangunan. Keberhasilan
suatu keputusan atau kebijakan yang akan dibuat oleh pengambil
kebijakan membutuhkan data dan informasi yang akurat, tepat
waktu, dapat dipercaya dan juga relevan. Demikian pula kebijakan
pembangunan di bidang kesehatan tidak terlepas dari data-data
yang akurat yang dikumpulkan oleh pemegang program (subjek
matter). Kebutuhan data dan informasi di bidang kesehatan dari
hari ke hari semakin meningkat, masyarakat semakin peduli
dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang

9
telah di lakukan oleh pemerintah terutama terhadap masalah –
masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan
kesehatan mereka, sebab kesehatan menyangkut hajat hidup
masyarakat luas, kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan
ini memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan itu
sendiri.
Untuk itu pengelola program (subjek matter) berkewajiban
mengadakan dan memberikan data serta informasi yang
dibutuhkan masyarakat yang dikemas secara baik dan akurat.
Salah satu tugas pokok Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju yaitu
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sistem informasi data
yang banyak dan juga beragam yang tersebar diberbagai
unit/bidang. Oleh karena itu diperlukan kesamaan persepsi dalam
rangka pengintegrasian sistem informasi yang ada di lingkup Dinas
Kesehatan Kabupaten Mamuju. Pengintegrasian sistem informasi
ini sangat diperlukan karena di dalam internal Dinas Kesehatan
sendiri masih banyak sekali perbedaan data mengenai obyek yang
sama (terutama data dasar) antara pemegang program yang satu
dengan program lainnya.

B. Tujuan
Memungkinkan adanya perubahan dalam lingkup Dinas
kesehatan kabupaten Mamuju dengan pendekatan Personal
Mastery

10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Defenisi Personal Mastery

Ada beberapa definisi tentang Personal Mastery yang


diperkenalkan oleh para ahli, antara lain :
1. Fran Sayers Ph.D, Personal Mastery adalah:
a. Pengembangan diri seseorang yang berkesinambungan.
b. Selalu mencari jalan untuk bertumbuh, hal-hal baru untuk
dipelajari, bertemu dengan orang yang menarik.
c. Suatu jalan kehidupan yang menekankan pada pertumbuhan
dan kepuasan dalam kehidupan personal dan professional.
2. Michael J. Marquardt : Personal Mastery adalah suatu cara yang
berkesinambungan untuk menjernihkan dan memperdalam visi,
energy dan kesabaran seseorang
Personal mastery adalah individu yang mampu mengelola
tegangan kreatif (creative tension) antara keinginan untuk mencapai
visi pribadi terhadap hambatan perasaan tidak berdaya. Individu
dituntut untuk secara terus menerus belajar untuk mengelola
tegangan kreatif. Untuk itu, diperlukan anggota-anggota organisasi
yang terus belajar, mengembangkan keterampilan dan
kompetensinya. Pembelajaran secara terus-menerus akan terjadi
apabila dipicu oleh semangat keingintahuan setiap orang itu sendiri.
Pembelajaran akan terjadi apabila dimotivasi oleh semangat untuk
meningkatkan kapasitas atau keahliannya. Untuk itu, setidaknya ada
dua langkah penting yang harus dilakukan. Pertama, setiap orang
didorong untuk memiliki visi. Kedua, mereka disadarkan tentang
realitas kekinian yang dimilikinya (current reality).

Disiplin Penguasaan Pribadi meliputi sederetan praktek dan


prinsip-prinsip. Tiga Elemen utamanya, yaitu :

11
a. Visi Pribadi.

Umumnya setiap orang memiliki cita-cita dan tujuan, namun


tanpa pemahaman visi yang nyata. Mungkin anda mendambakan
rumah yang lebih bagus, pekerjaan yang lebih baik, atau segmen
pasar yang lebih besar untuk produk anda. Semua ini adalah
contoh dari pencurahan perhatian pada alat bukan pada hasil.
Misalnya, mungkin anda mendambakan segmen pasar yang lebih
besar dan menguntungkan agar perusahaan anda tetap mandiri
sesuai dengan kebenaran tujuan yang anda tetapkan sebelumnya.
Cita-cita akhir memiliki nilai yang paling utama, sedangkan yang
lain merupakan alat pencapaian tujuan akhir yang bisa berubah-
ubah seiring dengan perubahan waktu. Kemampuan mencurahkan
perhatian pada keingin-keinginan akhir adalah pondasi penguasaan
pribadi. Visi berbeda dengan tujuan. Visi adalah gambaran tetap
dari masa depan yang dicita-citakan, sedangkan tujuan bersifat
lebih abstrak. Namun, visi tanpa dibarengi dengan pemahaman
tujuan, sama halnya dengan angan-angan belaka.

b. Tegangan Kreatif.

Ada kesenjangan yang tak terhindarkan diantara visi


seseorang dengan kenyataan yang ada sekarang. Misalnya anda
ingin membuka perusahaan namun anda kekurangan modal.
Kesenjangan mematahkan semangat kita, namun kesenjangan itu
sendiri sebenarnya sumber daya kreatif. Kesenjangan ini
memompa tegangan kreatif. Hanya ada dua cara untuk
menyeimbangkan tegangan diantara kenyataan dan visi. Entah visi
akan menarik kenyataan kedalamnya, atau kenyataan menggusur
visi ke bawah. Sebagian orang dan perusahaan seringkali memilih
pilihan yang terakhir, karena mudah untuk "menyatakan
kemenangan" dan berpaling dari masalah. Cara itu melepaskan kita
dari ketegangan. Namun, cara-cara tersebut merupakan dinamika

12
kompromi dan kebiasaan lama. Sesungguhnya, orang-orang yang
kreatif memanfaatkan kesenjangan diantara apa yang mereka
inginkan dan apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan daya
perubahan. Mereka ini tetap teguh dengan kebenaran visi mereka.

c. Komitmen pada Kebenaran.

Kemauan pantang-mundur untuk membuka diri dari cara-


cara kita menutup dan membohongi diri sendiri, dan kemauan
untuk menantang cara-cara kerja sesuatu, merupakan ciri-ciri orang
yang memiliki tingkat Penguasaan Pribadi yang tinggi. Pencarian
kebenaran tersebut membawa mereka kepada pendalaman
kesadaran bahwa ada struktur yang berpengaruh dan menciptakan
peristiwa. Kesadaran ini sangat berpengaruh pada kemampuan
mereka dalam mengubah struktur sehingga tercapai hasil yang
mereka cari.

Lebih lanjut Senge menyatakan bahwa orang yang sudah


mempraktekan personal mastery akan:

a. Mampu mengintegrasikan reason dengan intusi

Integrasi antara reason dengan intusi dapat diperoleh secara


alamiah. Intusi menolak cara berpikir linear yang menyandarkan diri
pada hukum sebab akibat sehingga intuisi sering kelihatan tidak
masuk akal.

b. Menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem

Kemampuan memperluas kesadaran dan saling pengertian, lebih


mampu melihat hubungan antara tindakan dengan realitas, dan
lebih mampu melihat hubungan antara dirinya dengan dunia di
luarnya.

c. Lebih memiliki rasa kasihan dan empati

13
Orang-orang yang mampu menempatkan dirinya ditengan-tengah
sistem dan mengetahui adanya tekanan-tekanan yang muncul
diantara satu orang dengan yang lainnya biasanya akan lebih
memiliki rasa kasihan dan empati.

d. Memiliki komitmen kepada “the whole”

Perasaan adanya saling berhubungan akan menyebabkan


seseorang akan menempatkan kepentingan kelompok diatas
kepentingannya sendiri.

B. Aspek Personal Mastery


Oleh Metavarsity Course, Personal Mastery disebutkan
memiliki 4 aspek, yaitu:
1. Aspek Emosional, yang terdiri atas:
a. Memahami emosi diri sendiri dan akibatnya
b. Memahami orang lain dan emosi yang dialaminya
c. Berdaya secara emosional dan nyata
d. Menjadi vulnerable dan terbuka dengan suatu hubungan
2. Aspek Spiritual, yang terdiri atas:
a. Terhubung dengan inner self
b. Mengapresiasi kehidupan, menyayangi orang lain
c. Bersatu dalam perbedaan dengan orang lain
d. Menciptakan dunia yang lebih baik untuk tempat hidup
3. Aspek Fisik
a. Berada secara fisik dan dalam lingkungan
b. Memahami hubungan antara ‘mind-body’
c. Bertanggung jawab dan membuat keputusan positif
d. Memanage stress dan mencapai keseimbangan
4. Aspek Mental
a. Memahami cara pikiran bekerja dan cara menciptakan realitas
b. Meningkatkan fokus mental dan konsentrasi

14
c. Menciptakan pikiran yang jernih dan inovatif
d. Menciptakan realitas yang diinginkan.
Dengan menguasai 4 aspek yang telah dikemukakan,
diharapkan seseorang dapat menggunakannya untuk mengatasi
kebutaan yang dialami. Setelah mampu menguasai 4 aspek tersebut,
dapat dikatakan telah menguasai Personal Mastery. Seseorang yang
telah menguasai Personal Mastery memiliki komitmen yang tinggi
terhadap suatu hal, lebih sering mengambil insiatif, secara terus
menerus mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan hasil
terbaik dalam kehidupan yang benar-benar diinginkan.

C. Dimensi Personal Mastery


Penerapan Personal Mastery dapat dilihat dari dua dimensi
yang saling berkaitan. Dimensi dimana seseorang tersebut sebagai
individu dan dimensi dimana personal tersebut menjadi bagian dari
suatu kelompok (team). Sebagai individu, upaya pengendalian diri
(personal mastery) dengan segala unsurnya akan dapat membentuk
karakter personal, sedangkan perannya pada kelompok, PM
diperlukan untuk menjamin adanya pembelajaran organisasi (Learning
Organization). Paduan karakter personal yang dimiliki oleh anggota
team dalam suatu organisasi akan membuat dinamika dan
menumbuhkan organisasi tersebut. Dari interasksi ini munculnya
benih-benih leadership yang diharapkan akan melahirkan pemimpin-
pemimpin yang tangguh.
Keuntungan menguasai Personal Mastery menurut Metavarsity
Course adalah :
1. Kemampuan mengambil tanggung jawab pemilihan pribadi
2. Kejelasan dan profesionalisme visi
3. Kohesive, team work yang bersatu
4. Penurunan jumlah karyawan yang absen melalui peningkatan
kesejahteraan karyawan, mengendalikan stress dan sikap positif

15
5. Menciptakan pertumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka
panjang
6. Pemenuhan tanggung jawab social dengan baik
Dengan demikian terlihat jelas bahwa Personal Mastery tidak
saja baik bagi diri sendiri namun juga mempengaruhi lingkungan
kerja, lingkungan tempat tinggal dengan cara yang positif.

D. Personal Mastery dan Leadership


Personal Mastery, pembelajaran organisasi (Learning
Organization) dan Leadership merupakan bagian yang saling terkait.
Personal Mastery walaupun secara langsung berpengaruh pada
organisasi namun belum tentu suatu organisasi dapat berubah karena
Personal Mastery. Di sisi lain dapat dikatakan tidak ada dinamika
dalam Learning Organizatian jika tidak memiliki Personal Mastery.
Seorang yang memiliki Personal Mastery yang kuat akan berpotensi
menjadi leader karena telah memiliki dasar-dasar leadership yang
baik. Modal dasar utama yang dimiliki adalah visi dan komitmen yang
kuat untuk mencapai tujuan. Dengan demikian kemana arah
organisasi itu akan dituju sudah jelas dari awal. Begitu juga dari
kepribadiannya yang matang tentu akan menjadi panutan para
anggota team yang lain. Personal Mastery yang baik melahirkan juga
seorang dengan nilai humanis yang tinggi sehingga dengan dasar
rasa kasih akan bisa memberikan hubungan yang hangat kepada
yang lainnya. Hal ini terutama akan sangat menyentuh pada mereka
yang berperan sebagai bawahannya.
Hubungan interpersonal yang baik menjadi modal juga untuk bisa
merangkul semua individu dalam kelompok tersebut dari beraneka
ragam asal serta karakter. Dengan semangat pengabdian lebih
menjamin bahwa seorang leader pasti akan mengutamakan
kepentingan team, kelompok atau organisasi tertentu di atas
kepentingannya sendiri.

16
E. Ciri Good dan Poor Personal Mastery
Mereka yang memilik penguasaan diri (personal mastery) yang
tinggi akan memiliki ciri sebagai berikut :
1. Melihat visi sebagai panggilan dari lubuk hati paling dalam dan
bukan sekedar gagasan atau ide.
2. Memiliki komitmen dan inisiatif yang lebih tinggi dibanding lainnya.

3. Menyadari bahwa penguasaan diri merupakan suatu proses


pembelajaran yang berkelanjutan sepanjang hidup.

4. Terus berupaya untuk mengembangkan diri dengan menerima


serta menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi.
Sedangkan mereka yang memilik penguasaan diri yang buruk
cenderung bersikap pasif. Tidak mau repot dengan menjalankan
upaya-upaya pembenahan diri yang sangat membebani. Mereka
beranggapan bahwa Personal Mastery tidak lebih dari suatu
pengekangan, memasung nilai-nilai kebebasan. Namun sayangnya
alasan-alasan ini sebatas retroika yang tanpa disadari dalam
pemahaman Personal Mastery pun juga terkandung nilai kebebasan
untuk berkarya dan berkreasi. Bukan cuma konsep ataupun bahan
diskusi semata. Dengan demikian mereka yang ada dalam kelompok
ini sudah puas dan tidak mau terganggu lagi dari suasana comfort
zone yang dinikmati kini. Mereka memiliki tujuan hidup yang tidak
jelas arahnya serta kemungkinan juga tidak memiliki visi dalam
menjalankan hidup baik untuk diri pribadi mapun kelompok. Mereka
juga sangat berat dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan
dan perubahan lingkungan.

17
BAB III
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Derajat kesehatan Masyarakat yang optimal adalah tingkat


kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat
yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata
dari setiap orang atau masyarakat dan harus selalu diusahakan
peningkatannya secara terus menerus.

Kesehatan merupakan hak dasar setiap manusia dan sangat


penting bagi perkembangan sosial dan ekonomi. Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
melalui empat (4) factor menurut “Hendrik L. Blum” yakni lingkungan,
perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Dalam mencapai
tujuan itu Pemerintah telah banyak berupaya dan bersungguh-
sungguh meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan baik yang
bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dinas Kesehatan kabupaten Mamuju memiliki Visi : Mamuju
Sehat secara merata, bermutu dan berkeadilan (Maju Serentak); dan
Misi : 1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat; 2. Meningkatkan
manajemen SDM kesehtan yang tepat dan mantap; 3. Meningkatkan
disiplin pegawai yang kuat dan konsisten; 4. Meningkatkan regulasi
yang berpihak kepada rakyat tanpa merugikan petugas kesehatan; 5.
Meningkatkan dukungan politik (Political Wil) eksekutif dan legislatif
serta pengelolaan keuangan yang kuat, akuntabel, dan
berkesinambungan; 6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.

18
Dalam upaya mencapai Visi & Misi tersebut salah satu sarana
yang dapat digunakan adalah dengan melakukan pelaporan,
pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan
kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal
di bidang kesehatan di kabupaten/kota.

B. Struktur organisasi

Pada umumnya suatu organisasi menyusun sebuah struktur


organisasinya agar aktivitasnya dapat berjalan dengan baik dan
sistematis serta adanya pembagian tugas, wewenang, dan tanggung
jawab. Melalui struktur organisasi maka dapat terlihat dengan jelas
wewenang serta tanggung jawab masing-masing bagian sehingga
mempermudah bagi pimpinan untuk mengadakan pengawasan dan
meminta pertanggungjawaban atas tugas yang telah diberikan pada
masing-masing bagian/unit. Dinas Kesehatan kabupaten Mamuju
mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:

Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kab. Mmauju

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

1. Umum & Perlengkpan


2. Perencanaan & Plprn
3. Keuangn & Kepeg Kepala Puskesmas Gudang farmasi

Bidang BUPK Bidang P2PL Bidang Bina Kesga Bidang Promkes & PSM

Seksi : Seksi : Seksi : Seksi :


1. Farmasi & 1. Surveilans 1. KIA 1. Promosi
2. POM 2. Pemrtsn pnykit 2. Gizi 2. PSM
3. Yankesdas 3. Penyehtn Ling 3. KB & Usila 3. Peny. TTU & TPM
Perizinan

Sumber: Profil Kesehatan, Dinkes Kab. Mamuju

19
C. Pendekatan Personal Mastery untuk Perubahan

Pelaksanaan pembangunan kesehatan yang dilaksanakan


secara merata, terjangkau dan berkesinambungan, ditunjang oleh
informasi kesehatan yang baik sehingga sejalan dengan hal tersebut
diharapkan pula terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat
secara bermakna. Sistem informasi kesehatan merupakan sumber
daya non fisik manajemen kesehatan yang bertujuan untuk
memperoleh data / informasi yang akurat dan lengkap sehingga dapat
memonitor perkembangan operasional program dan untuk
menentukan strategi dan kebijakan kesehatan baik tingkat daerah
maupun nasional. Untuk itu diperlukan suatu sistem pengintegrasian
pengelolaan data dengan membentuk jejaring kerja dari masing-
masing unit/bidang yang pada akhirnya diharapkan data hanya keluar
dari satu pintu. Belajar dari persoalan yang selama ini sering muncul
adalah adanya data yang berbeda, untuk itu pengelola program
(subjek matter) berkewajiban mengadakan dan memberikan data
serta informasi yang dibutuhkan masyarakat yang dikemas secara
baik dan akurat.
Salah satu tugas pokok Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju
yaitu mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sistem informasi
data yang banyak dan juga beragam yang tersebar diberbagai
unit/bidang. Oleh karena itu menurut pendapat saya diperlukan
kesamaan persepsi dalam rangka pengintegrasian sistem informasi
yang ada di lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju.
Pengintegrasian sistem informasi ini sangat diperlukan karena di
dalam internal Dinas Kesehatan sendiri masih banyak sekali
perbedaan data mengenai obyek yang sama (terutama data dasar)
antara pemegang program yang satu dengan program lainnya. Dalam
Proses Pengintegrasian ini data diperlukan komitmen dari semua
internal Dinas Kesehatan mulai dari Kepala Dinas Kesehatan sebagai

20
penanggung jawab, Sekretaris, Para Kepala Bidang, Kepala
Seksi/Penanggung jawab program, Tim Pengelola Data yang
dibentuk, bahkan sampai pada tingkat Puskesmas sebagai ujung
tombak pelaksanaan pelayanan kesehatan di masyarakat (sumber
data). Adapun perubahan yang dapat dilakukan adalah ;
a. Membentuk tim Pengelola dan Komunikasi data kesehatan yang
bertanggung jawab dalam pengumpulan data di bidang dan dinas.
b. Data- data kesehatan pada obyek yang sama (data dasar) yang
dihasilkan bidang-bidang menjadi valid dan konsisten.
c. Lebih mudah dalam melakukan monitoring dan evaluasi program
yang dilaksanakan bidang (subjek matter) mengenai target
sasaran dan realisasi.
d. Tercapainya pelayanan prima terhadap pengguna data kesehatan
baik internal maupun konsumen data kesehatan yang diiringi
dengan data yang akurat, valid, konsisten, dan up to date (tepat
waktu).
Karena Personal Mastery membawa dampak positif baik bagi
diri sendiri maupun bagi orang lain khususnya dilingkungan kerja,
maka kita harus senantiasa mengembangkan Personal Mastery kita
kearah yang lebih sempurna. Personal Mastery adalah sebuah proses
yang kontinyu maka dibutuhkan komitmen yang tinggi untuk terus
menerus mempertahankan dan mengembangkannya.
Pengeluaran data satu pintu diharapkan memiliki urgensi yang
penting baik sebagai bahan kebijakan dibidang kesehatan (internal)
tetapi juga terhadap pelayanan publik bagi pengguna data tentang
data kesehatan. Selain tidak terjadi perbedaan data antar bidang,
dengan adanya sistem satu pintu dapat diharapkan lebih akurat dan
tepat waktu.

BAB IV

21
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakteristik Dasar dari Personal Mastery adalah :
1. Percaya Diri
2. Mengambil banyak prakarsa
3. Belajar lebih cepat
4. Belajar berkesinambungan, tidak pernah “Arrive” (Longlife
Education)
5. Punya rasa tanggung jawab yang luas dibidangnya
6. Memiliki “Sense of Purpose” dibelakang visinya (perhatian
yang sungguh-sungguh)
7. Sangat dan selalu ingin tahu, memiliki komitmen pada
realitas
8. Menyadari ketidaktahuan dan ketidakmampuan
Era globalisasi saat ini, menuntut setiap organisasi harus
dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di
masyarakat dan lingkungan sekitar. Berdasar pada berbagai
kondisi perubahan yang ada Dinas Kesehatan kabupaten Mamuju
berusaha untuk selalu memberikan pelayanan secara maksimal
kepada publik bukan hanya dari segi pelayanan kesehatan secara
umum melainkan dalam penyediaan data yang merupakan sumber
informasi.
Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan
membuat sistem pelayanan data yang terintegrasi melalui program
1 pintu.

B. Rekomendasi
Banyak hambatan yang muncul yang dapat menghalangi
kesuksesan penerapan perubahan yang akan dilakukan. Oleh
sebab itu untuk melaksanakan suatu perubahan dalam suatu
organisasi membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi dan berani

22
mengambil prakarsa. Kemampuan untuk cepat beradaptasi dan
selalu ingin belajar disertai dengan rasa tanggung jawab yang luas
terhadap tugas masing-masing. Dan yang paling penting adalah
adanya komitmen yang tinggi pada realitas yang ada sehingga apa
yang diharapkan dari adanya suatu perubahan yaitu memberikan
manfaat bagi masyarakat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kab. Mamuju, 2014. Profil Kesehatan

Badan Pusat Statistik Kab. Mamuju, 2014. Daerah Dalam Angka

Abdusima nasution, Februari 2014. Lima Prinsip Peter Senge


www.abdusima.blogspot.com

Anonim, Oktober 2010. Personal Mastery


www.anekakawan.blogspot.com
Semangat AIR, Januari 2009. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery).
www.almuzaky.blogspot.com

24

Anda mungkin juga menyukai