Anda di halaman 1dari 27

TUGAS ADMINISTRASI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

DEKLARASI ALMA ATA

Oleh :
Kelompok 6 IKM A 2018
Vina Himmatus Sholikhah /101811133014
Aisyah Amalia /101811133023
Trisea Nindy Aprilea /101811133027
Yusfi Nur Laili Hidayati /101811133034
Ahmad Andriansyah /101811133036
Luckyta Ayu Puspita Sari /101811133043
Rikky Arya Pangestu /101811133046
Ana Fitrotul Laili /101811133049
Intan Nurul Azizah /101811133055
Rusyda Sheffani Abad /101811133060
Aisyah Amini /101811133065
Mutiara Sitha Putri /101811133073
Revida Nikita Melzanda /101811133077

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
anugerah-Nya sehingga makalah Dasar Administrasi Rumah Sakit dan Puskesmas
dengan judul “Deklarasi Alma Ata” dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini kami ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada


Bapak Dr. drg. Setya Haksama, M. Kes. selaku dosen mata kuliah pengembangan
kelompok. Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua yang selalu mendoakan dan mendukung perkuliahan kami selama
ini.

2. Teman-teman sekelompok yang telah bekerja sama menyelesaikan tugas


makalah ini.

3. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan anugerah serta balasan pahala
atas segala yang telah diberikan oleh pihak yang telah membantu selama proses
pengerjaan makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan
orang lain.

Surabaya, 21 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Deklarasi Alma Ata......................................................................................3


2.2 Puskesmas Sebagai Primary Health Care....................................................9
2.3 Tujuan Puskesmas......................................................................................14
2.4 Prinsip Puskesmas......................................................................................15

BAB III PENUTUP..............................................................................................21

3.1 Simpulan....................................................................................................21
3.2 Saran...........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen bangsa untuk mewujudkan status kesehatan yang lebih baik
dari sebelumnya, meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat yang ditujukan kepada seluruh anggota masyarakat.
Deklarasi Alma Ata merupakan bentuk kesepakatan bersama antara 140
negara (termasuk Indonesia) pada tahun 1978. Deklarasi ini dihasilkan dari
Konferensi Internasional Pelayanan Kesehatan Primer di Kota Alma Ata
Kazakhstan yang disponsori oleh WHO dan UNICEF. Menurut deklarasi Alma
Ata, primary health care (PHC) adalah kontak pertama individu, keluarga, atau
masyarakat, dengan sistem pelayanan. Hal ini sejalan dengan program
Indonesia Sehat yang akan dilaksanakan melalui pendekatan keluarga dan
GERMAS. Dalam upaya melaksanakan program Indonesia Sehat melalui
pendekatan keluarga, puskesmas telah dimintakan untuk meningkatkan
jangkauan sasaran meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya dengan cara mendatangi keluarga guna mendekatkan akses pelayanan
kesehatan tersebut.
Primary Health Care (PHC) atau pelayanan kesehatan dasar diperkenalkan
oleh WHO sekitar tahun 70-an, dengan tujuan untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia, PHC
memiliki 3 strategi utama yaitu kerjasama multisektoral, partisipiasi
masyarakat, dan penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan
pelaksanaan di masyarakat. Seiring waktu, puskesmas telah berkembang pesat
dalam berbagi bentuk CBHA dan salah satu dari itu dicatat sebagi posyandu.
CBHA dapat tumbuh secara progresif karena didukung oleh pusat kesehatan.
Puskesmas merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Menurut
Depkes RI (2004) upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyebaran sarana dan prasarana
kesehatan belum merata.

1
Oleh karena itu, maka kami membuat makalah ini untuk membuka wawasan
pembaca mengenai deklarasi Alma Ata, konsep dasar dari primary health care,
serta fungsi dan prinsip dari penyelenggaraan puskesmas.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat diangkat adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan deklarasi alma ata ?
2. Bagaimana peran puskesmas sebagai primary health care ?
3. Bagaimana tujuan dari pukesmas ?
4. Bagaimana prinsip dari puskesmas ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui deklarasi alma ata.
2. Dapat mengetahui peran puskesmas sebagai primary health care.
3. Untuk mengetahui tujuan dari pukesmas.
4. Untuk mengetahui prinsip dari pukesmas

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan adalah sebagai berikut :
a. Bagi mahasiswa
Dapat mengimplementasi dan memberikan wawasan mengenai primary
health care dan Puskesmas
b. Bagi pembaca
Dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai konsep
Puskesmas, tujuan Puskesmas, dan prinsip Puskesmas
c. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan maupun pengalaman mengenai ilmu primary
health care dan Puskesmas

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deklarasi Alma Ata


Deklarasi Alma Ata 1978 merupakan bentuk kesepakatan bersama
antara 140 negara (termasuk Indonesia), adalah merupakan hasil Konferensi
Internasional Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care) di kota
Alma Ata, Kazakhstan. Konferensi Internasional "Primary Health Care" ini
disponsori oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi PBB
untuk Anak (UNICEF). Isi pokok deklarasi ini, bahwa Pelayanan Kesehatan
Primer (Dasar) adalah merupakan strategi utama untuk pencapaian
kesehatan untuk semua (Health for all), sebagai bentuk perwujudan hak
asazi manusia. Deklarasi Alma Ata ini selanjutnya terkenal dengan
“Kesehatan semua untuk tahun 2000 atau 'Health for all by the year 2000".
Deklarasi Alma Ata juga menyebutkan bahwa untuk mencapai
kesehatan untuk semua tahun 2000 adalah melalui Pelayanan Kesehatan
Dasar, yang sekurang-kurangnya mencakup 8 pelayanan dasar, yaitu :
1. Pendidikan kesehatan (Health education),
2. Peningkatan penyediaan makanan dan gizi (Promotion of food supplies and
proper nutrition),
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar (Adequate supply of safe water and
basic sanitation),
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana (Maternal
and child care, including family planning),
5. Imunisasi (Immunization against the major infectious diseases),
6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit endemik (Prevention and control
of locally endemic diseases),
7. Pengobatan penyakit-penyakit umum (Appropriate treatment of common
diseases and injuries),
8. Penyediaan obat esensial (Provision essential drugs).
Dari 8 pelayanan kesehatan dasar tersebut diatas, pendidikan
kesehatan (sekarang promosi kesehatan) ditempatkan pada urutan pertama.
Ini berarti bahwa sejak Konferensi Alma Ata tahun 1978, para delegasi 140

3
negara tersebut telah mengakui pentingnya peran promosi kesehatan dalam
mencapai kesehatan untuk semua.
Oleh sebab itu dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan
yang pertama di Ottawa, yang menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa
Charter) ini, Deklarasi Alma Ata dijadikan dasar pijakannya. Hal ini dapat
dilihat dalam pembukaan Piagam Ottawa yang menyebutkan: “The first
International Conference on Health Promotion, meeting in Ottawa this 21st
day of November 1986, hereby present this charter for action to achieve
Health for All by the year 2000 and beyond”. Dalam pernyataan ini tersirat
bahwa para delegasi atau peserta dari semua negara, melalui piagam atau
“charter” tersebut bersepakat untuk melanjutkan pencapaian “Sehat untuk
semua” tahun 2000 dan sesudahnya, seperti yang telah dideklarasikan dalam
piagam Alma Ata.
Hal tersebut adalah merupakan bentuk komitment semua negara
untuk melanjutkan terwujudnya kesehatan untuk semua (health for all)
melalui promosi kesehatan. Lebih jelas lagi dalam pendahuluan Piagam
Ottawa juga disebutkan: “……It built on the progress made through the
Declaration on Primary Health Care at Alma Ata, the World Organization’s
target for Health for All the World Organization’s target for Health for All
document, and the recent debate the World Assembly on intersectoral action
for health”. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah
promosi kesehatan pada akhir abad ke 20 dan awal abad ke 21 yang dimulai
dengan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama di
Ottawa, Canada ini tidak terlepas dari Deklarasi Alma Ata.
Isi Deklarasi Alma Ata Konferensi Internasional mengenai
Perawatan Kesehatan Primer, Alma-Ata, USSR, 6-12 September 1978
Konferensi Internasional tentang puskesmas, pertemuan di Alma-Ata ini
belas hari September di Sembilan belas tahun ratus tujuh puluh delapan,
mengungkapkan kebutuhan tindakan mendesak oleh semua pemerintah,
semua pekerja kesehatan dan pembangunan, dan dunia masyarakat untuk
melindungi dan mempromosikan kesehatan semua orang di dunia, dengan
ini membuat berikut Deklarasi:

4
1. Konferensi ini sangat menegaskan kembali bahwa kesehatan, yang
merupakan keadaan fisik yang lengkap, kesejahteraan mental dan sosial,
dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, adalah
mendasar manusia benar dan bahwa pencapaian tingkat tertinggi
kemungkinan kesehatan tujuan di seluruh dunia yang paling penting
sosial yang realisasinya memerlukan tindakan dari banyak lainnya sosial
dan ekonomi sektor di samping sektor kesehatan.
2. Ketidaksetaraan kotor yang ada dalam status kesehatan masyarakat
terutama antara negara maju dan berkembang serta dalam negara secara
politik, sosial dan ekonomis dapat diterima dan karena itu, yang menjadi
perhatian bersama bagi semua negara.
3. Pembangunan ekonomi dan sosial, didasarkan pada Tatanan Ekonomi
Internasional Baru, adalah dasar penting bagi pencapaian sepenuhnya
kesehatan untuk semua dan pengurangan kesenjangan antara status
kesehatan dari negara-negara berkembang dan maju. Promosi dan
perlindungan kesehatan masyarakat sangat penting untuk berkelanjutan
ekonomi dan sosial pembangunan dan memberikan kontribusi untuk
kualitas hidup yang lebih baik dan perdamaian dunia.
4. Orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berpartisipasi secara
individual dan kolektif dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan mereka.
5. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk kesehatan rakyat mereka
yang dapat dipenuhi hanya dengan penyediaan kesehatan yang memadai
dan tindakan sosial. Target sosial utama pemerintah, organisasi
internasional dan masyarakat seluruh dunia dalam datang dekade harus
pencapaian oleh semua orang di dunia pada tahun 2000 dari tingkat
kesehatan yang akan memungkinkan mereka untuk menjalani
kehidupan yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pelayanan
kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai sasaran ini sebagai
bagian dari pembangunan dalam roh keadilan sosial.
6. Perawatan kesehatan primer adalah perawatan kesehatan penting
berdasarkan suara praktis, ilmiah dan metode diterima secara sosial dan

5
teknologi membuat diakses secara universal untuk individu dan
keluarga di masyarakat melalui partisipasi penuh dan dengan biaya yang
masyarakat dan negara mampu mempertahankan pada setiap tahap
perkembangan mereka dalam semangat selfreliance dan penentuan
nasib sendiri. Ini merupakan bagian integral kedua negara sistem
kesehatan, yang merupakan fungsi pusat dan fokus utama, dan sosial
secara keseluruhan dan pembangunan ekonomi masyarakat. Ini adalah
tingkat pertama dari kontak individu, keluarga dan masyarakat dengan
sistem kesehatan nasional membawa kesehatan sedekat mungkin ke
tempat orang tinggal dan bekerja, dan merupakan elemen pertama dari
terus proses perawatan kesehatan.
7. Primer perawatan kesehatan :
a) Mencerminkan dan berkembang dari kondisi ekonomi dan sosial-
budaya dan politik karakteristik negara dan masyarakat dan
didasarkan pada aplikasi dari hasil yang relevan sosial, penelitian
biomedis dan pelayanan kesehatan dan pengalaman kesehatan
masyarakat,
b) Membahas masalah kesehatan utama di masyarakat, menyediakan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif layanan yang sesuai,
c) Meliputi setidaknya: mengenai pendidikan masalah kesehatan yang
berlaku dan metode pencegahan dan pengontrolan mereka, promosi
pasokan makanan dan tepat gizi, pasokan yang cukup dari air bersih
dan sanitasi dasar; ibu dan anak kesehatan, termasuk keluarga
berencana, imunisasi terhadap utama penyakit menular, pencegahan
dan pengendalian penyakit endemik lokal; yang tepat pengobatan
penyakit umum dan luka-luka, dan penyediaan penting obat,

d) melibatkan, selain sektor kesehatan, semua sektor terkait dan aspek


nasional dan pengembangan masyarakat, khususnya di bidang
pertanian, peternakan, makanan, industri, pendidikan, perumahan,
pekerjaan umum, komunikasi dan sektor lainnya; dan menuntut
upaya terkoordinasi dari semua sektor,

6
e) Membutuhkan dan mempromosikan masyarakat dan individu
maksimum kemandirian dan partisipasi dalam, organisasi operasi
perencanaan, dan pengendalian primer kesehatan, memanfaatkan
sepenuhnya sumber daya yang tersedia lokal, nasional dan lainnya;
dan untuk tujuan ini berkembang melalui pendidikan yang sesuai
kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi,
f) Harus ditopang oleh terpadu, rujukan fungsional dan saling
mendukung sistem, yang mengarah ke peningkatan progresif
pelayanan kesehatan yang komprehensif untuk semua, dan
memberikan prioritas kepada mereka yang paling membutuhkan,
g) Bergantung, pada tingkat lokal dan rujukan, pada petugas kesehatan,
termasuk dokter, perawat, bidan, pembantu dan pekerja masyarakat
yang berlaku, serta tradisional praktisi yang diperlukan, sesuai
dilatih secara sosial dan teknis untuk bekerja sebagai kesehatan tim
dan untuk merespon kesehatan menyatakan kebutuhan masyarakat.
8. Semua pemerintah harus merumuskan kebijakan nasional, strategi dan
rencana aksi untuk memulai dan mempertahankan pelayanan kesehatan
dasar sebagai bagian dari sistem kesehatan nasional yang komprehensif
dan dalam koordinasi dengan sektor lain. Untuk tujuan ini, maka akan
dibutuhkan untuk melaksanakan politik akan, untuk memobilisasi
sumber daya negara dan menggunakan sumber daya eksternal yang
tersedia rasional,
9. Semua negara harus bekerjasama dalam semangat kemitraan dan
layanan untuk memastikan primer perawatan kesehatan bagi semua
orang sejak pencapaian kesehatan oleh orang-orang di satu negara
langsung keprihatinan dan manfaat setiap negara lainnya. Dalam
konteks ini sendi WHO / UNICEF melaporkan pada perawatan
kesehatan primer merupakan dasar yang kokoh untuk lebih lanjut
pembangunan dan pengoperasian pelayanan kesehatan primer di seluruh
dunia.
10. Tingkat yang dapat diterima kesehatan bagi semua orang di dunia pada
tahun 2000 dapat dicapai melalui penggunaan yang lebih lengkap dan

7
lebih baik dari sumber daya dunia, sebagian besar dari yang sekarang
dihabiskan untuk persenjataan dan konflik militer. Sebuah kebijakan
asli kemerdekaan, perdamaian, détente dan perlucutan senjata bisa dan
harus melepaskan tambahan sumber daya yang juga bisa ditujukan
untuk tujuan damai dan khususnya untuk percepatan pembangunan
sosial dan ekonomi yang perawatan kesehatan primer, sebagai bagian
penting, harus dialokasikan pangsa yang tepat.

Konferensi Internasional tentang Kesehatan Primer panggilan untuk


mendesak dan efektif nasional dan internasional tindakan untuk
mengembangkan dan melaksanakan pelayanan kesehatan primer seluruh
dunia dan khususnya di negara-negara berkembang dalam semangat teknis
kerjasama dan sesuai dengan Tatanan Ekonomi Internasional Baru. Ini
mendesak pemerintah, WHO dan UNICEF, dan organisasi internasional
lainnya, serta lembaga multilateral dan bilateral, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga pendanaan, semua kesehatan pekerja dan masyarakat
seluruh dunia untuk mendukung nasional dan internasional komitmen untuk
perawatan kesehatan primer dan saluran meningkat teknis dan keuangan
dukungan untuk itu, terutama di negara-negara berkembang. Konferensi ini
meminta semua tersebut untuk berkolaborasi dalam memperkenalkan,
mengembangkan dan memelihara kesehatan primer peduli sesuai dengan
semangat dan isi dari Deklarasi ini.

Pelaksanaan Primary Health Care Di Indonesia, pelaksanaan


Primary Health Care secara umum dilaksanakan melaui pusat kesehatan
dan di bawahnya (termasuk sub-pusat kesehatan, pusat kesehatan berjalan)
dan banyak kegiatan berbasis kesehatan masyarakat seperti Rumah Bersalin
Desa dan Pelayanan Kesehatan Desa seperti Layanan Pos Terpadu (ISP atau
Posyandu). Secara administratif, Indonesia terdiri dari 33 provinsi, 349
Kabupaten dan 91 Kotamadya, 5.263 Kecamatan dan 62.806 desa. Untuk
strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah satu program
yaitu saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan bertujuan untuk
meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap obat-obatan.
Program ini memungkinkan jamu yang merupakan obat-obat herbal

8
tradisional yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia, dapat
teregister dan memiliki izin edar sehingga dapat diintegrasikan di dalam
pelayanan kesehatan formal. Untuk mencapai keberhasilan
penyelenggaraan PHC (primary health care) bagi masyarakat, diperlukan
kerjasama baik lintas sektoral maupun regional, khususnya di kawasan Asia
Tenggara. Dalam penerapannya ada beberapa masalah yang terjadi di
Indonesia. Permasalahan yang utama ialah bagaimana primary health care
belum dapat dijalankan sebagaimana semestinya. Oleh karena itu, ada
beberapa target yang seharusnya dilaksanakan dan dicapai yaitu :

1. Memantapkan Kemenkes berguna untuk menguatkan dan


meningkatkan kualitas pelayanan dan mencegah
kesalahpahaman antara pusat keehatan dan masyarakat,
2. Pusat Kesehatan yang bersahabat merupakan metode alernatif
untuk menerapkan paradigma sehat pada pelaksana pelayanan
kesehatan,
3. Pelayanan kesehatan primer masih penting pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan,
4. Pada era desentralisasi, variasi pelayanan kesehatan primer
semakin melebar dan semakin dekat pada budaya local.

2.2 Puskesmas Sebagai Primary Health Care


2.2.1 Definisi PHC
Pengertian Primary Health Care, menurut deklarasi Alma Alta
1978, adalah sebagai berikut :
“Primary Health Care is essential health care, based on practical,
scientifically sound socially acceptable methods and technology made
universally accessible to individuals and families in the community,
through their full participation and at a cost that the community and the
country can afford to maintain at every stage of their development, in the
spirit of self reliance and self determination”.
“It forms and integral part both of the country’s health system, of
which it is the central function and its main focus, and of the overall social

9
and economic development of the community. It is the first level of contact
of individuals, the family and community with the national health system
bringing health care as close as possible to where people live and work, and
constitutes the first element of a continuing health care process”.
Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama
individu, keluarga, atau masyarakat dengan sistem pelayanan. Pengertian
ini sesuai dengan definisi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009,
yang menyatakan bahwa Upaya Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan
dasar dimana terjadi kontak pertama perorangan atau masyarakat dengan
pelayanan kesehatan. Termasuk penanggulangan bencana dan pelayanan
gawat darurat. Pelaku PHC adalah Pemerintah dan/atau Swasta. Di jajaran
Pemerintah, PHC dilaksanakan oleh Puskesmas dan jejaringnya. Sedangkan
di kalangan swasta, PHC dilaksanakan oleh dokter praktik, bidan praktik,
dan bahkan oleh pengobat tradisional (Battra).
Di Indonesia, penyelenggaraan PHC dilaksanakan di Puskesmas dan
jaringan yang berbasis komunitas dan partisipasi masyarakat. Menurut
Menkes, Puskesmas sebagai focal point Primary Health Care (PHC)
dibawahnya terdapat Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas Keliling
(Pusling), Dokter Praktik dan Bidan Praktik. Di tingkat desa terdapat
Polindes, Poskesdes, Posyandu, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Bina
Keluarga Balita (BKB). Di tingkat supra-sistemnya terdapat Dinkes
Kabupaten / kota dan RS Kabupaten / kota.
Di masa mendatang PHC yang diinginkan adalah : Puskesmas
berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan;
pusat pemberdayaan masyarakat; pusat pelayanan kesehatan komprehensif
di strata pertama dan (UKM dan UKP). Disamping itu Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat (UKBM) dapat berjalan secara lintas sektor,
Puskesmas sebagai pembina teknis, terdapat alokasi anggaran yang cukup
untuk upaya kesehatan masyarakat (public goods), serta terdapat sistem
yang jelas mengenai peran Puskesmas dan jejaringnya termasuk dengan
Dinkes Kabupaten / Kota, RS Kabupaten / Kota. Di samping itu dalam
konteks posisi PHC juga harus memperhatikan SKN tahun 2009.

10
Selanjutnya, dalam mendisain kegiatan juga harus memperhatikan
indikator-indikator dalam Standar Pelayanan Minimal Kesehatan.

2.2.2 Ciri-ciri PHC


Adapun ciri-ciri PHC adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
b. Pelayanan yang menyeluruh
c. Pelayanan yang terorganisasi
d. Pelayanan mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
e. Pelayanan yang berkesinambungan
f. Pelayanan yang progresif
g. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

2.2.3 Prinsip PHC


Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-
prinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai
kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut :
1. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan
primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama
dalam masyarakat harus diberikan sama bagi semua individu tanpa
memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau
pedesaan dan kelas sosial.
2. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan dengan peran serta individu agar berprilaku sehat serta
mencegah berjangkitnya penyakit.
3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau,

11
layak dan diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas
untuk vaksin cold storage).
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan
maksimal dari lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya.
Partisipasi masyarakat adalah proses di mana individu dan keluarga
bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di
sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi
dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang
identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan. Masyarakat perlu
berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat pemerintah
daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan atau desa karena
masalah heterogenitas yang minim.
5. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi
hanya dalam sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya
dalam mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat.
Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya
keamanan makanan), pendidikan, komunikasi (misalnya menyangkut
masalah kesehatan yang berlaku dan metode pencegahan dan
pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum (misalnya
menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar) ;
pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat (termasuk
Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-organisasi sukarela ,
dan lain sebagai nya).

2.2.4 Tujuan PHC


1. Tujuan Umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
yang diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat epuasan pada
masyarakat yang menerima pelayanan.

12
2. Tujuan Khusus
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang
dilayanai
b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
c. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi
yang dilayani
d. Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan
sumber - sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2.2.5 Sasaran PHC
1. Individu
2. Keluarga
3. Masyarakat
4. Kelompok khusus
a. Kelompok yang memiliki kebutuhan khusus, seperti ibu
hamil, balita, usia sekolah, usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus, seperti penderita
penyakit menular (AIDS, TBC, lepra) dan penyakit tidak
menular (diabetes melitus, jantung, gangguan mental)
c. Kelompok yang memiliki resiko terserang penyakit, seperti
pecandu narkoba, pekerja tertentu
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, seperti panti
asuhan, pusat rehabilitasi, panti wreda.
2.2.6 Elemen PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan
penyakit serta pengendaliannya
2. Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat

13
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan obat-obat essensial.
2.2.7 Hal-Hal yang Mendorong Pengembangan Konsep Primary
Health Care
1. Kegagalan penerangan teknologi pelayanan medis tanpa disertai
orientasi aspek social-ekonomi-politik.
2. Penyebaran konsep pembangunan yang mengaitkan kesehatan
dengan sektor pembangunan lainnya serta menekankan
pentingnya keterpaduan, kerjasama lintas sektor dan
pemerataan/perluasan daya jangkau upaya kesehatan.
3. Keberhasilan pembangunan kesehatan dengan pendekatan peran
serta masyarakat di beberapa negara.

2.3 Tujuan Puskesmas


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.128 Tahun 2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, tujuan pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia
Sehat 2010.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2004
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas bertujuan untuk :
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

14
2.4 Prinsip Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2004
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat pasal 3, prinsip penyelenggaraan
puskesmas meliputi :
a. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses
dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil
tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan
kepercayaan.
e. Teknologi tepat guna
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan.
f. Keterpaduan dan kesinambungan
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan
UKM (upaya kesehatan masyarakat) dan UKP (upaya kesehatan
perorangan) lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem
Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.128 Tahun 2004 tentang


Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, dalam prinsip penyelenggaran
puskesmas meliputi :

15
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah
pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti puskesmas
bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus
melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan,
sehingga berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh
puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan di desa serta
berbagai upaya kesehatan di luar gedung puskesmas lainnya
(outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari
pelaksanaan azas pertanggungjawaban wilayah.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan
masyarakat. Dalam arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan,
keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu
dihimpun melalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP).
Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam
rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga
Balita (BKB),
b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD),

16
c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga
Sadar Gizi (Kadarzi),
d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang
tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren),
e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair),
Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL),
f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda,
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK),
h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM),
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga
(TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra),
j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat,
Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan.
3. Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan.
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan,
yakni:
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program
antara lain:
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan,
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan
gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa,

17
3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB,
gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi,
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan
jiwa, promosi kesehatan.
b. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat
kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha.
Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain :
1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama,
2) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian,
3) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB,
4) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama,
koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB,
5) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja,
koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan,
6) Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.
4. Azas Rujukan
Azas penyelenggaraan puskesmas yang keempat adalah rujukan.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan
langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan
kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai
masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi,

18
maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan
dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan. Rujukan adalah
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke
strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal
dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan
jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas ada dua
macam rujukan yang dikenal, yakni :
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan Cakupan rujukan pelayanan
kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu
puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit
tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal maupun
vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya
memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
medik (biasanya operasi) dan lain-lain,
2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap,
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga
yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan kepada
tenaga puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan
medik di puskesmas.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat Cakupan rujukan pelayanan
kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat,
misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana.
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila
satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan
masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila

19
suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan
masyarakat, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai
dan bahan makanan,
2) Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah
hukum kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan karena
bencana alam,
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya masalah
kesehatan masyarakat dan tanggungjawab penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat (antara lain Upaya Kesehatan Sekolah,
Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan
contoh air bersih) kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak
mampu.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen bangsa untuk mewujudkan status kesehatan yang
lebih baik dari sebelumnya, meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat yang ditujukan kepada seluruh anggota
masyarakat, hal ini selaras dengan tujuan puskesmas menurut Keputusan
Menteri Kesehatan No.128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat. Program Kementerian Kesehatan dalam upaya
meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan cara peningkatan upaya
kesehatan di pelayanan kesehatan primer, khususnya Puskesmas.
Menurut deklarasi Alma Ata, primary health care (PHC) adalah
kontak pertama individu, keluarga, atau masyarakat, dengan sistem
pelayanan. Hal ini sejalan dengan program Indonesia Sehat. Dalam upaya
melaksanakan program Indonesia Sehat melalui pendekatan keluarga,
puskesmas dimintakan untuk meningkatkan jangkauan sasaran
meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan cara
mendatangi keluarga guna mendekatkan akses pelayanan kesehatan
tersebut.
Di Indonesia, penyelenggaraan PHC dilaksanakan di puskesmas dan
jaringan yang berbasis komunitas dan partisipasi masyarakat, seperti
posyandu dan posbindu yang ada di setiap wilayah kecamatan dan
kelurahan. Dalam hal ini, puskesmas melakukan pendekatan life cycle
approach, yang mengutamakan upaya promotif dan preventif disertai
penguatan UKBM. Di Indonesia, Primary Health Care (PHC) memiliki 3
strategi utama yaitu kerjasama multisektoral, partisipiasi masyarakat, dan
penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di
masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan PHC bagi

21
masyarakat, maka diperlukan suatu kerjasama lintas sektoral di tingkat
nasional, kerjasama kawasan (regional) maupun secara global.

Conclusion
Health development is an effort made by all components of the
nation to achieve better health status than before, increasing awareness,
willingness, and ability to live a healthy life aimed at all members of the
community, this is in line with the goals of the health center according to
the Decree of the Minister of Health No.128 2004 concerning Basic Policy
for Community Health Centers. Ministry of Health's program in an effort to
improve public health status by improving health in primary health services,
specifically Puskesmas.
According to Alma Ata's declaration, primary health care (PHC) is
the first contact of an individual, family, or community, with the service
system. This is in line with the Healthy Indonesia program. In an effort to
implement the Healthy Indonesia program through a family approach, the
puskesmas are asked to increase the reach of the target of increasing access
to health services in the working area by approaching families to bring
access to health services.
In Indonesia, the implementation of PHC is carried out in puskesmas
and community-based networks and community participation, such as
posyandu and posbindu in every sub-district and kelurahan area. In this
case, puskesmas make a life cycle approach, which prioritizes promotive
and preventive efforts accompanied by strengthening UKBM. In Indonesia,
Primary Health Care (PHC) has 3 main strategies, namely multisectoral
collaboration, community participation, and the application of technology
in accordance with needs with implementation in the community. To achieve
successful implementation of PHC for the community, a cross-sectoral
collaboration is needed at the national, regional (regional) and global level.

22
3.2 Saran
Terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang baik merupakan
tanggungjawab bersama. Perlu adanya integrasi dari berbagai pihak untuk
mewujudkan lingkungan yang sehat serta menjamin kesehatan masyarakat.
Dengan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat maka usaha
untuk menjaga kesehatan masyarakat akan terasa mudah serta didukung
dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang layak.

23
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan No.128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat

Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2004 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat

Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2011. Implementasi Primary


Health Care di Indonesia. Jakarta : Pusat Komunikasi Publik. Dikutip dari
http://www.depkes.go.id/article/view/1558/implementasi-primary-health-
care-di-indonesia.html

Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2011. Reformasi Primary Health


Care. Jakarta : Pusat Komunikasi Publik Dikutip dari
http://www.depkes.go.id/article/print/1382/reformasi-primary-health-
care.html

24

Anda mungkin juga menyukai