Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SOSIO ANTROPOLOGI KESEHATAN

“Kaitan Penyakit Hipertensi dengan Budaya Masyarakat Pesisir dan


Kepulauan”

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Ruslan Majid, M.Kes.

Disusun Oleh:

Abdul Aziz Galani

J1A122001

Kelas Reguler A 2022

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah


melimpahkan karunia- Nya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang berjudul “Kaitan Penyakit Hipertensi dengan Budaya
Masyarakat Pesisir dan Kepulauan” ini tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Sosio


Antropologi Kesehatan” penulis berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan mahasiswa mengenai “Kaitan Penyakit Hipertensi dengan Budaya
Masyarakat Pesisir dan Kepulauan”, sehingga mahasiswa memiliki bekal teori
yang nantinya akan sangat bermanfaat dalam melaksanakan praktik di lapangan.
Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen kami Bapak
Prof. Dr. H. Ruslan Majid, M.Kes. yang telah memberikan ilmu juga
membimbing dalam penulisan Makalah ini kepada kami.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karenanya, penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari para
pembaca untuk . Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi kita semua.

Kendari, 16 April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................................
3

B. Rumusan Masalah ..............................................................................................


4

C. Tujuan Masalah ................................................................................................. 4


BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 5
A. Status Kesehatan Masyarakat Pesisir & Kepulauan........................................... 5

B. Penyakit Hipertensi dan Kaitannnya dengan Masyarakat Daerah Pesisir &


Kepulauan ...............................................................................................................
7

C. Pencegahan dan Penanggulangan ................................................................ 8


BAB III PENUTUP...............................................................................................
9

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 9

B. Saran................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyebab kematian
terbanyak di Indonesia, dimana penyakit tidak menular masih merupakan
masalah kesehatan yang penting sehingga dalam waktu bersamaan
morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat. Oleh karena itu PTM
menjadi beban ganda dan tantangan yang harus dihadapi dalam
pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Salah satu penyakit tidak
menular yang menyerang masyarakat saat ini adalah penyakit hipertensi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/ tenang (InfoDATIN, Kemenkes RI).
Hipertensi merupakan the silent killer sehingga pengobatannya
seringkali terlambat. Berdasarkan laporan WHO, dari 50% penderita
hipertensi yang diketahui 25% diantaranya mendapat pengobatan, tetapi
hanya 12,5% diantaranya diobati dengan baik. Jumlah penderita Hipertensi
di Indonesia sebanyak 70 juta orang (28%), tetapi hanya 24% diantaranya
merupakan Hipertensi terkontrol. Prevalensi hipertensi pada populasi
dewasa di Negara maju sebesar 35% dan di Negara berkembang sebesar 2
40%. Prevalensi hipertensi pada orang dewasa adalah 6-15% (Susanti et
al., 2020)
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3
orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus
meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5

4
Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4
juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (Kemkes,
2019).
Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan
hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi
di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar
(22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620
orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar
427.218 kematian (p2ptm, Kemkes, 2019).
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur
45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi
hipertensi sebesar 34,1%  diketahui bahwa sebesar  8,8% terdiagnosis
hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat
serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya  Hipertensi
sehingga tidak mendapatkan pengobatan (p2ptm, Kemkes, 2019).
Di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2017, Penyakit
Hipertensi menduduki peringkat kedua pada kategori 10 (sepuluh) besar
penyakit yakni dengan kasus sebesar 11.625 kasus dan pada kategori
penyakit tidak menular (PTM) berada pada peringkat pertama dengan
persentase kasus sebesar 33,68%. Berdasarkan jenis kelamin, hipertensi
lebih banyak ditemukan pada laki-laki yaitu sebesar 45,61%, berbanding
30,21% pada perempuan. Pada tahun 2018, Penderita penyakit Hipertensi
yang diberikan pelayanan kesehatan sebesar 81.126 (19,87%) yang terdiri
dari Laki-laki 24.285 (13,47%) dan Perempuan 57.141 (24,89%) (Syahrir
et al., 2021).
Data yang ada di Sulawesi Tenggara adalah data yang diperoleh
dari kunjungan pada unit-unit pelayanan seperti Puskesmas dan Rumah
Sakit. Dari 160.975 orang atau 12% penduduk berusia 18 tahun ke atas
yang dilakukan pengukuran takanan darah, sebanyak 54.127 orang atau
33,62% yang mengalami hipertensi. Berdasarkan jenis kelamin, hipertensi

5
lebih banyak ditemukan pada laki-laki yaitu sebesar 45,61%, berbanding
30,21% pada perempuan. Data ini dihimpun dari 17 Kabupaten/Kota,
sehingga demikian data tersebut dapat menjadi acuan tentang gambaran
kasus hipertensi di Sulawesi Tenggara yang persentasenya masih berada di
atas prevalensi nasional. Data Kota Kendari yang menderita hipertensi
tahun 2017-2018 yakni pada laki-laki sebanyak 2.613 orang atau (40,04%)
dan perempuan sebanyak 3.375 orang atau (33,72%), total keseluruhan
lakilaki dan perempuan yakni sebanyak 5.988 orang (Dinkes Sultra, 2013-
2016).

6
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan status kesehatan masyarakat pesisir dan kepulauan
2. Jelaskan penyakit hipertensi dan kaitannya dengan budaya masyarakat
pesisir dan kepulauan
3. Jelaskan pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui status kesehatan masyarakat pesisir dan kepulauan
2. Untuk mengetahui kaitan antara penyakit hipertensi dengan budaya
masyarakat pesisir dan kepulauan
3. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan penyakit
hipertensi

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Status Kesehatan Masyarakat Pesisir dan Kepulauan


Masyarakat yang hidup di pulau-pulau kecil kehidupan sehari-hari
mereka terpapar dengan risiko kesehatan antara lain kurangnya tersedia air
bersih dan berkualitas untuk dapat diminum, minimnya ketersediaan
makanan yang bergizi dan terbatasnya pelayanan kesehatan dari sektor
publik terutama pada saat musim badai. Kondisi perumahan yang padat
dan kurang memenuhi syarat kesehatan sehingga mudah terinfeksi dengan
vektor dan agen penyakit yang berkembang, dan menambah kebutuhan
akan kesehatan (Santa, 2020).
Sekitar 16,42 juta jiwa penduduk Indonesia merupakan masyarakat
yang hidup di kawasan pesisir. Mereka bertempat tinggal di 8.090 desa
pesisir yang tersebar di seluruh wilayah negeri. Masyarakat pesisir,
termasuk nelayan, memiliki risiko kesehatan yang tinggi sehingga perlu
diberikan perhatian khusus dalam upaya pembangunan kesehatan.
Sayangnya, kondisi pelayanan kesehatan masyarakat nelayan, khususnya
yang berada di pulau-pulau kecil di Indonesia Timur justru terbilang
memprihatinkan (Santa, 2020).
B. Penyakit Hipertensi dan Kaitannya dengan Daerah Pesisir dan
Kepulauan
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam-macam pada setiap individu. Salah satu upaya promotif dan
preventif adalah melakukan deteksi dini hipertensi yang memerlukan

8
pelatihan pengukuran tekanan darah, menggunakan tensimeter dan
pemeriksaan EKG (Tinungki & Kalengkongan, 2021).
Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler,
stroke, gagal ginjal dan kebutaan dan penyebab utama kematian di seluruh
dunia. Konsumsi makanan laut yang tinggi serta hiperkolesterolemia
berperan dalam kecenderungan hipertensi (Indriastuti & Syahwal, 2020).
Hipertensi lebih banyak pada wilayah pantai dibandingkan dengan wilayah
pegunungan. Konsumsi makanan laut yang tinggi serta
hiperkolesterolemia berperan dalam kecenderungan hipertensi di daerah
pesisir pantai. Kebiasaan konsumsi tinggi garam dan kolesterol
masyarakat pesisir menjadi kecenderungan terjadinya hipertensi pada
daerah pesisir (Indriastuti & Syahwal, 2020).
Secara geografis, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang
berdomisili di pesisir pantai dan mempunyai pluralisme budaya.
Masyarakat kawasan pesisir cenderung agresif karena kondisi lingkungan
pesisir yang panas, terbuka, keluarga nelayan mudah di pengaruhi, dan
salah satu kebiasaan yang jamak dikalangan nelayan (masyarakat pesisir)
adalah karena kemudahan mendapatkan ikan menjadikan hidup mereka
lebih konsumtif (Andi Sri Herdiyanti, 2023).
Masyarakat pesisir memiliki kecenderungan mengonsumsi
makanan dengan kandungan natrium yang tinggi berasal dari kelebihan
hasil laut yang dikelola dengan cara diasinkan. Contoh dari makanan
dengan kandungan natrium tinggi yang masyarakat pesisir konsumsi yaitu
ikan asin dan udang baik yang belum maupun yang telah keringkan.
Konsumsi hewan 6 laut yang memiliki kadar kolesterol tinggi juga
menjadi faktor risiko hipertensi (Andi Sri Herdiyanti, 2023).
Pola hidup masyarakat yang tidak mencerminkan pola hidup sehat
berhubungan erat dengan peningkatan jumlah penderita hipertensi. Seperti
pada masyarakat pesisir, pola hidup dengan kebiasaan mengonsumsi
makanan dengan asupan natrium dan kolestrol yang tinggi adalah suatu hal
yang dapat mengancam kesehatan masyarakat. Terlebih hipertensi dikenal

9
sebagai silent killer, artinya pada awalnya penderita hipertensi selama
bertahun-tahun tidak merasakan sesuatu gangguan atau gejala. Kemudian,
seiring berjalannya waktu, jika tidak didukung dengan pola hidup yang
sehat penderita akan mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti
jantung, otak ataupun ginjal (Andi Sri Herdiyanti, 2023).
Penyakit hipertensi yang pada awalnya tidak menimbulkan suatu
gejala berat, membuat sebagian besar masyarakat pesisir pantai tidak
menghiraukan penyakit ini. Mereka tidak menyadari bahwa, ada suatu
kecenderungan dari pola hidup mereka yang dapat menjadi faktor risiko
hipertensi. Pada penyakit hipertensi perlu dilakukan pencegahan sejak dini
serta memberikan penanganan yang tepat bagi penderitanya (Andi Sri
Herdiyanti, 2023).
C. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Hipertensi

Puskesmas merupakan layanan kesehatan tingkat pertama yang


menyediakan layanan kesehatan dasar di masyarakat. Puskesmas
melakukan upaya kesehatan masyarakat secara komprehensif mulai dari
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Akan tetapi, diharapkan
Puskesmas lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
promotif dan preventif yang dilakukan di Puskesmas terdiri dari 10
penyuluhan/KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi), deteksi, kemitraan
dan pemberdayaan masyarakat:
1. Penyuluhan/KIE
Penyuluhan kesehatan menggunakan media cetak sebagai sarana
promosi kesehatan, mulai dari poster, brosur, leaflet yang tersedia di
Puskesmas dan dibagikan kepada masyarakat. Penggunaan media ini
bertujuan untuk memfasilitasi masyarakat mendapat informasi
kesehatan untuk pencegahan dan pengendalian hipertensi (Rambu Kuba
et al., 2021).
2. Deteksi dini

10
Deteksi dini dilakukan untuk menemukan faktor resiko PTM
sedini mungkin. Deteksi dini dapat dilakukan oleh kelompok yang
beresiko dan tidak beresiko melalui wawancara dan pengukuran
tekanan darah di layanan kesehatan yang tersedia (Rambu Kuba et al.,
2021).
3. Kemitraan
Kemitraan yang dilakukan oleh Puskesmas yaitu dengan kerja
sama lintas sektor mulai dari Dinas Kesehatan, Dinas Sosial,
Kecamatan, sekolah-sekolah di wilayah kerja Puskesmas, Kelurahan,
Ketua RW dan RT, PKK, dan organisasi Karang Taruna. Hal ini agar
setiap program yang dilakukan dapat berjalan dengan adanya dukungan
dari berbagai sektor sehingga dapat diterima di masyarakat. Kegiatan
yang sudah berjalan dengan adanya bantuan dari kerja sama lintas
sektor adalah adanya penyuluhan bahaya rokok di sekolah, sosialisasi
perilaku cerdik di kegiatan Kecamatan dan Kelurahan (Rambu Kuba et
al., 2021).
4. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu cara yang dilakukan
untuk menggerakkan masyarakat secara mandiri untuk menjaga
kesehatan. Pemberdayaan dilakukan melalui hubungan kerja sama
dengan tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat, dan tersedianya
Posbindu yang dikelola dari masyarakat dan untuk masyarakat (Rambu
Kuba et al., 2021).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat/ tenang (InfoDATIN, Kemenkes RI).
2. Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler,
stroke, gagal ginjal dan kebutaan dan penyebab utama kematian di
seluruh dunia. Konsumsi makanan laut yang tinggi serta
hiperkolesterolemia berperan dalam kecenderungan hipertensi.
3. Puskesmas merupakan layanan kesehatan tingkat pertama yang
menyediakan layanan kesehatan dasar di masyarakat. Puskesmas
melakukan upaya kesehatan masyarakat secara komprehensif mulai
dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Akan tetapi,
diharapkan Puskesmas lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya promotif dan preventif yang dilakukan di
Puskesmas terdiri dari penyuluhan/KIE (Komunikasi Informasi dan
Edukasi), deteksi, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat.
B. Saran
Diharapkan perlu adanya penangan khusus terkait penyakit hipertensi
di daerah pesisir dan kepulauan baik itu dengan diberikan penyuluhan

12
terkait penyakit hipertensi maupun berbagai kegiatan pemberdayaan
masyarakat lainnya dengan berbagai pendekatan spesifik dan dapat
diterima baik, yang dengannya dapat tercapai tujuan utama yakni derajat
kesehatan masyarakat yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/hipertensi-penyakit-


jantung-dan-pembuluh-darah#:~:text=Hipertensi%20atau%20tekanan%20darah
%20tinggi,(InfoDATIN%2C%20Kemenkes%20RI).
Kemenkes RI. 2018. https://p2ptm.kemkes.go.id/tag/hari-hipertensi-dunia-2019-
know-your-number- kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-cerdik

Khttps://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-jantung-dan-
pembuluh-darah/fakta-dan-angka-hipertensi
https://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-jantung-dan-
pembuluh-darah/fakta-dan-angka-hipertensi
Andi Sri Herdiyanti. (2023). Pengaruh Rendahnya Pola Hidup Sehat terhadap
Penyakit Hipertensi pada Masyarakat Pesisir di Kabupaten Pangkep.
Santa, S. F. (2020). Perlunya perhatian khusus untuk kesehatan masyarakat di
pulau terpencil.
Indriastuti, D., & Syahwal, M. (2020). Budaya Makan Masyarakat Pesisir Yang
Beresiko Terjadi Hipertensi Pada Lansia Dini Di Kabupaten Konawe. 04.
Rambu Kuba, S., Weynand Nusawakan, A., Pambuka Putra, K., Keperawatan, I.,
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, F., Kristen Satya Wacana, U., Kartini No,
J., & Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, P. (2021). Upaya Promotif Preventif
dan Pengendalian Hipertensi oleh Puskesmas Tegalrejo Kota Salatiga.
Care:Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 9(2), 208–222.

13

Anda mungkin juga menyukai