Anda di halaman 1dari 19

TUGAS EKONOMI KESEHATAN

MAKALAH PEMBIAYAAN & PENGANGGARAN


KESEHATAN KESEHATAN

OLEH :
GUSRIA ANIZA
190202041

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


SEMESTER I REGULER II
Tahun 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia untuk dapat hidup
layak, produktif, serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya. Perkembangan
teknologi dalam bidang kesehatan berjalan dengan pesat dalam abad terakhir ini, yang
manfaatnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Namun demikian jangkauan pelayanan
kesehatan ini masih terbatas; artinya masih banyak masyarakat yang belum mampu menikmati
pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal ini sangat ditentukan oleh sistem pelayanan kesehatan
yang berlaku di suatu negara. Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan
ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan
adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang
Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomi.
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya
mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.
Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif
mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar
dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu
tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang
sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya
pencegahan (preventi f) dan peningkatan kesehatan
(promotif)
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya
mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.
Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif
mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar
dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu
tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang
sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya
pencegahan (preventi f) dan peningkatan kesehatan
(promotif)
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya
mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.
Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif
mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar
dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu
tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang
sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya
pencegahan (preventi f) dan peningkatan kesehatan
(promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan
hanya puskesmas atau balkesmas saja, tetapi juga bentuk-
bentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara
tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan
kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak
jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak
hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting
adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga,
bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesmas saja, tetapi juga
bentukbentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan
kesehatan. Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses
kehidupan seseorang. Tanpa adanya kesehatan yang baik maka tidak akan ada masyarakat
yang produktif. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan merupakan suatu hal
yang bernilai sangat insentif. Nilai investasinya terletak pada tersedianya sumber daya yang
senantiasa “siap pakai” dan terhindar dari ancaman penyakit. Di Indonesia sendiri tak bisa
dipungkiri bahwa trend pembangunan kesehatan bergulir mengikuti pola rezim penguasa.
Ketika pemerintah negeri ini hanya memandang sebelah mata pada pembangunan kesehatan,
maka kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat akan menjadi sangat memprihatinkan.
Salah satu sub sistem kesehatan nasional adalah subsistem pembiayaan kesehatan.
Jika ditinjau dari dari defenisi sehat, sebagaimana yang dimaksud oleh WHO, maka pembiayaan
pembangunan perumahan dan atau pembiayaan pengadaan pangan, yang karena juga memiliki
dampak terhadap derajat kesehatan, seharusnya turut pula diperhitungkan. Pada akhir akhir
ini, dengan makin kompleksnya pelayanan kesehatan serta makin langkanya sumber dana yang
tersedia, maka perhatian terhadap sub sistem pembiayaan kesehatan makin meningkat.
Pembahasan tentang subsistem pembiayaan kesehatan ini tercakup dalam suatu cabang ilmu
khusus yang dikenal dengan nama ekonomi kesehatan.

1.2  Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai
berikut :
a) Apa definisi pembiayaan kesehatan?
b) Dari mana saja sumber biaya kesehatan?
c) Apa saja macam biaya kesehatan?
d) Apakah syarat pokok dan fungsi pembiayaan kesehatan?
e) Apa saja masalah pokok pembiayaan kesehatan dan upaya penyelesaiaannya?

1.3  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah Mahasiswi diharapkan dapat mengerti dan
memahami teori yang telah didapat selama proses belajar mengajar sehingga dapat
menerapkan secara nyata sesuai tugas dan wewenang sebagai tenaga kesehatan masyarakat,
yaitu:
a) Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari pembiayaan kesehatan.
b) Mahasiswa dapat mengetahui sumber biaya kesehatan.
c) Mahasiswa dapat mengetahui macam biaya kesehatan.
d) Mahasiswa dapat mengetahui syarat pokok dan fungsi pembiayaan kesehatan.
e) Mahasiswa dapat mengetahui masalah pokok pembiayaan kesehatan dan upaya
penyelesaiannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pembiayaan Kesehatan


Pengertian biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azrul A, 1996). Dari defenisi di atas, ada dua
pihak yang terlibat yakni penyelenggara pelayanan kesehatan (provider) dan pemakai jasa
pelayanan kesehatan. Sub system pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu
dari ekonomi kesehatan (health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah
besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Dari batasan ini segera terlihat bahwa biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua
sudut yakni :
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan (health provider)
adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya
kesehatan. Dengan pengertian yang seperti ini tampak bahwa kesehatan dari sudut
penyedia pelayanan adalah persoalan utama pemerintah dan atau pun pihak swasta, yakni
pihak-pihak yang akan menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Pemakai Jasa Pelayanan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan (health
consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa
pelayanan. Berbeda dengan pengertian pertama, maka biaya kesehatan di sini menjadi
persoalan utama para pemakai jasa pelayanan. Dalam batas-batas tertentu, pemerintah
juga turut mempersoalkannya, yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya.
Dari batasan biaya kesehatan yang seperti ini segera dipahami bahwa pengertian biaya
kesehatan tidaklah sama antara penyedia pelayanan kesehatan (health provider) dengan
pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer). Bagi penyedia pelayanan kesehatan,
pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan,
pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan untuk dapat
memanfaatkan upaya kesehatan. Sesuai dengan terdapatnya perbedaan pengertian yang
seperti ini, tentu mudah diperkirakan bahwa besarnya dana yang dihitung sebagai biaya
kesehatan tidaklah sama antara pemakai jasa pelayanan dengan penyedia pelayanan
kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan lebih menunjuk padaa seluruh biaya
investasi (investment cost) serta seluruh biaya operasional (operational cost) yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan besarnnya dana bagi
pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of
pocket) untuk dapat memanfaatka suatu upaya kesehatan.
Secara umum disebutkan apabila total dana yang dikeluarkan oleh seluruh pemakai jasa
pelayanan, dan arena itu merupakan pemasukan bagi penyedia pelayan kesehatan (income)
adalah lebih besar daripada yang dikeluarkan oleh penyedia pelayanan kesehatan
(expenses), maka berarti penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut mengalami
keuntungan (profit). Tetapi apabila sebaliknya, maka berarti penyelenggaraan upaya
kesehatan tersebut mengalami kerugian (loss).
Perhitungan total biaya kesehatan satu negara sangat tergantung dari besarnya dana yang
dikeluarkan oleh kedua belah pihakk tersebut. Hanya saja, karena pada umumnya pihak
penyedia pelayanan kesehatan terutama yang diselenggrakan oleh ihak swasta tidak ingin
mengalami kerugian, dan karena itu setiap pengeluaran telah diperhitungkan terhadap jasa
pelayanan yang akan diselenggarakan, maka perhitungan total biaya kesehatan akhirnya
lebih banyak didasarkan pada jumlah dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa
pelayanan kesehatan saja.
Di samping itu, karena di setiap negara selalu ditemukan peranan pemerintah, maka dalam
memperhitungkan jumlah dana yang beredar di sektor pemerintah. Tetapi karena pada
upaya kesehatan pemerintah selalu ditemukan adanya subsidi, maka cara perhitungan yang
dipergunakan tidaklah sama. Total biaya kesehatan dari sektor pemerintah tidak dihitung
dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa, dan karena itu merupakan
pendapatan (income) pemerintah, melainkan dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh
pemerintah (expenses) untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Dari uraian ini menjadi jelaslah untuk dapat menghitung besarnya total biaya kesehatan
yang berlaku di suatu negara, ada dua pedoman yang dipakai. Pertama, besarnya dana yang
dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan untuk sektor swasta. Kedua, besarnya dana
yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan kesehatan untuk sektor pemerintah.
Total biaya kesehatan adalah hasil dari penjumlahan dari kedua pengeluaran tersebut.

B. Macam-Macam Pembiayaan Kesehatan


Biaya kesehatan banyak macamnya karena semuanya tergantung dari jenis dan
kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan atau dimanfaatkan. Hanya saja
disesuaikan dengan pembagian pelayanan kesehatan, maka biaya kesehatan tersebut secara
umum dapat dibedakan atas dua macam yakni :
1. Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni yang tujuan utamanya untuk
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yakni yang tujuan utamanya
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.
Sama halnya dengan biaya kesehatan secara keseluruhan, maka masing-masing biaya
kesehatan ini dapat pula ditinjau dari dua sudut yakni dari sudut penyelenggara
kesehatan (health provider) dan dari sudut pemakai jasa pelayanan kesehatan (health
consumer).

C. Sumber/Skema Pembiayaan Kesehatan Nasional


Setidaknya ada empat skema pengembangan jaminan kesehatan yakni : pertama,
jaminan kesehatan penerima bantuaniuran (PBI) dalam SJSN; kedua, pengembangan Jaminan
Kesehatan (JK) non PBI sebagai bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN); ketiga,
pengembanganjaminan kesehatan berbasis sukarela seperti asuransi kesehatan komersial atau
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sukarela; keempat, pengembangan
jaminan kesehatan sektor informal seperti jaminan kesehatan mikro/microfinancing (dana
sehat) dan dana sosial masyarakat. Telah kita ketahui bersama bahwa sumber pembiayaan
untuk penyediaan fasilitas-fasilitas kesehatan melibatkan dua pihak utama yaitu pemerintah
(public) dan swasta (private). Kini masih diperdebatkan apakah kesehatan itu sebenarnya
barang public atau private mengingat bahwa fasilitas-fasilitas kesehatan yang dipegang oleh
pihak swasta (private) cenderung bersifat komersil. Di sebagian besar wilayah Indonesia, sektor
swasta mendominasi penyediaan fasilitas kesehatan, lebih dari setengah rumah sakit yang
tersedia merupakan rumah sakit swasta, dan sekitar 30-50 persen segala bentuk pelayanan
kesehatan diberikan oleh pihak swasta (satu dekade yang lalu hanya sekitar 10 persen). Hal ini
tentunya akan menjadi kendala terutama bagi masyarakat golongan menengah ke bawah.
Tingginya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan jika menggunakan fasilitas-fasilitas
kesehatan swasta tidak sebanding dengan kemampuan ekonomi sebagian besar masyarakat
Indonesia yang tergolong menengah ke bawah.
Sumber biaya kesehatan tidaklah sama antara satu negara dengan negara lain.
Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Bersumber dari anggaran pemerintah
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya
ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh
pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan disediakan
oleh pihak swasta. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit
dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar. Contohnya dana dari
pemerintah pusat dan provinsi.
2. Bersumber dari anggaran masyarakat
Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar
masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun
pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat
berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh
pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut. Contohnya CSR atau Corporate Social
Reponsibility) dan pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan tunai atau melalui
sistem asuransi.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit
tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi
sosial ataupun pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari luar negeri untuk
penanganan HIV dan virus H5N1 yang diberikan oleh WHO kepada negara-negara
berkembang (termasuk Indonesia).
4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat
Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat mengakomodasi
kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya.
Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah
dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran
serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan
mengeluarkan biaya tambahan.
Dengan ikut sertanya masyarakat menyelenggarakan pelayanan kesehatan, maka
ditemukan pelayanan kesehatan swasta. Selanjutnya dengan diikutsertakannya
masyarakat membiayai pemanfaatan pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan
tidaklah cuma-cuma. Masyarakat diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkannya. Sekalipun pada saat  ini makin banyak saja negara yang
mengikutsertakan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan
satu negara pun yang pemerintah sepenuhnya tidak ikut serta. Pada negara yang
peranan swastanya sangat dominan pun peranan pemerintah tetap ditemukan. Paling
tidak dalam membiayai upaya kesehatan masyarakat, dan ataupun  membiayai
pelayanan kedokteran yang menyangkut kepentingan masyarakat yang kurang mampu.

D. Masalah Pokok dan Fungsi Pembiayaan Nasional


Masalah efektif dan efisien dari pembiayaan kesehatan adalah hal yang paling
penting. Suatu kebijakan pembiayaan kesehatan yang efektif dan efesien, apabila jumlahnya
mencukupi untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dengan
penyebaran dana sesuai kebutuhan serta pemanfaatan yang diatur secara seksama sehingga
tidak terjadi peningkatan biaya yang berlebihan. . Adapun berbagai masalah tersebut jika
ditinjau dari sudut pembiayaan kesehatan secara sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Kurangnya dana yang tersedia
Di banyak negara terutama di negara yang sedang berkembang, dana yang disediakan
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah memadai. Rendahnya alokasi
anggaran ini kait berkait dengan masih kurangnya kesadaran pengambil keputusan akan
pentingnya arti kesehatan. Kebanyakan dari pengambilan keputusan menganggap
pelayanan kesehatan tidak bersifat produktif melainkan bersifat konsumtif dan karena itu
kurang diprioritaskan. Kita dapat mengambil contoh di Indonesia misalnya, jumlah dana
yang disediakan hanya berkisar antara 2 – 3% dari total anggaran belanja dalam setahun.
b. Penyebaran dana yang tidak sesuai
Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dana yang tidak sesuai, karena kebanyakan
justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika ditinjau dari penyebaran penduduk,
terutama di negara yang sedang berkembang, kebanyakan penduduk bertempat tinggal di
daerah pedesaan.
c. Pemanfaatan dana yang tidak tepat
Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan salah satu masalah yang dihadapi
dalam pembiayaan kesehatan ini. Adalah mengejutkan bahwa di banyak negara tenyata
biaya pelayanan kedokterannya jauh lebih tinggi dari pada pelayanan kesehatan
masyarakat. Padahal semua pihak telah mengetahui bahwa pelayanan kedokteran
dipandang kurang efektif dari pada pelayanan kesehatan masyarakat.
d. Pengelolaan dana yang belum sempurna
Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan pemanfaatannya belum
begitu sempuma, namun jika apa yang dimiliki tersebut dapat dikelola dengan baik, dalam
batas-batas tertentu tujuan dari pelayanan kesehatan masih dapat dicapai. Sayangnya
kehendak yang seperti ini sulit diwujudkan. Penyebab utamanya ialah karena
pengelolaannya memang belum sempurna, yang kait berkait tidak hanya dengan
pengetahuan dan keterampilan yang masih terbatas, tetapi juga ada kaitannya dengan
sikap mental para pengelola.
e. Biaya kesehatan yang makin meningkat
Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin meningkatnya biaya
pelayanan kesehatan itu sendiri.

Fungsi pembiayaan kesehatan antara lain :


a. Penggalian dana
1) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber dana untuk UKM
terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah, melalui pajak umum,
pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain
untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari
swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip public-private patnership yang didukung
dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang
disumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat
sendiri guna membiayai upaya kesehatan masyarakat, misalnya dalam bentuk dana
sehat atau dilakukan secara pasif yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana
pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul di masyarakat, contohnya dana sosial
keagamaan.
2) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal dari masing-masing
individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin,
sumber dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme jaminan pemeliharaan
kesehatan wajib.
b. Pengalokasian dana
1) Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk
UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan belanja baik
pusat maupun daerah sekurang-kurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total anggaran
pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
2) Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk UKM
dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan kemampuan. Sedangkan
untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan
kesehatan wajib dan atau sukarela.
c. Pembelanjaan
1) Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership digunakan untuk
membiayai UKM.
2) Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial Keagamaan
digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
3) Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan kesehatan keluarga
miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib.
Jika diperhatikan syarat pokok pembiayaan kesehatan sebagaimana dikemukakan di
atas, segera terlihat bahwa untuk memenuhinya tidaklah semudah yang diperkirakan. Sebagai
akibat makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan juga karena telah
dipergunakarmya berbagai peralatan canggih, menyebabkan pelayanan kesehatan semakin
bertambah komplek. Kesemuanya ini disatu pihak memang mendatangkan banyak keuntungan
yakni makin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, namun di pihak lain temyata juga
mendatangkan banyak masalah.

E. Tarif Pelayanan Kesehatan


Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggara pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit/Puskesmas yang di bebankan kepada pasien sebagai imbalan jasa atas
pelayanan  yang diterima. Oleh masyarakat pemakai jasa pelayanan kesehatan, tarif diartikan
sama dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Adanya
pengertian yang semacam ini jelas tidak sesuai. Karena dalam pengertian seluruh biaya
tersebut, telah termasuk harga barang, untuk Indonesia misalnya obat-obatan,yang memang
pengolahannya sering dilakukan terpisa dengan pengelolaan  sarana pelayanan kesehatan.
Peranan tarif dalam pelayanan kesehatan memang amat penting untuk dapat menjamin
kesinambungan pelayanan, setiap sarana kesehatan harus dapat menetapkan besarnya
tarif  yang dapat menjamin total pendapatan yang lebih  besar dari total pengeluaran.
Namun, terlepas dari adanya perbedaan Pengertian tersebut, peranan tarif dalam
pelayanan kesehatan memang amat penting. Untuk dapat menjamin kesinambungan
pelayanan, setiap sarana kesehatan harus dapat menetapkan besamya tarif yang dapat
menjamin total pendapatan yang lebih besar dari total pengeluaran. Pihak-pihak yang mau
menyumbang dana pada pelayanan kesehatan (misal Rumah Sakit), maka sumber keuangan
utama kebanyakan sarana kesehatan hanyalah dari pendapatan saja. Untuk ini jelastah bahwa
kecermatan menetapkan besamya tarif mernegang peranan yang amat penting. Apabila tarif
tersebut terialu rendah, dapat menyebabkan total pendapatan (income) yang rendah pula,
yang apabila temyata juga lebih rendah dari total pengeluaran (expenses), pasti akan
menimbulkan kesulitan keuangan.

Faktor yang mempengaruhi


Untuk dapat menetapkan tarif pelayanan yang dapat menjamin total pendapatan
yang tidak lebih rendah dari total pengeluaran, banyak faktor yang perlu diperhitungkan.
Faktor-faktor yang dimaksud  untuk suatu sarana pelayanan, secara umum dapat dibedakan
atas empat macam:
1. Biaya investasi
Untuk suatu Rumah Sakit, biaya investasi (invesment cost) yang terpenting adalah biaya
pernbangunan gedung, pembelian berbagai peralatan medis, pernbelian berbagai peralatan
non medis serta biaya pendidikan dan pelatihan tenaga pelaksana. Tergantung dari besamya
biaya investasi, rencana titik impas (break event point), jangka waktu pengembalian modal
(return of investment), serta perhitungan masa kedaluwarsa (depreciation period) maka
tarif pelayanan suatu sarana kesehatan dapat berbeda dengan sarana kesehatan lainnya.
Secara urnum disebutkan jika biaya investasi tersebut adalah besar, rencana titik impas,
jangka waktu pengembalian biaya investasi serta perhitungan masa kedaluawarsa terlalu
singkat, maka tarif pelayanan yang diterapkan akan cenderung mahal.
2. Biaya kegiatan rutin
Untuk suatu sarana kesehatan, biaya kegiatan rutin (operational cost) yang dimaksudkan
disini mencakup sernua biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan.
Jika ditinjau dari kepentingan pemakai jasa pelayanan, maka biaya kegiatan rutin ini dapat
dibedakan atas dua macam:
a. Biaya untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan (direct cost)
Pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan sangat bervariasi sekali. Tidak hanya pada
tindakan yang ddakukan, tetapi juga pada peralatan yang dipergunakan. Demikianlah jika
pelayanan kesehatan tersebut memerlukan tindakan yang lebih sulit serta peralatan yang
lebih canggih, maka tarif yang ditetapkan untuk jenis pelayanan kesehatan tersebut
umumnya lebih.
Dalam membicarakan biaya pelayanan kesehatan ini, perfulah diperhatikan adanya peranan
pengetahuan, sikap dan perilaku penyelenggara dan pemakai jasa pelayanan kesehatan 4
Jika pengetahuan, sikap dan perilaku tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan dan atau 'berlebihan' pasti akan mendorong pemakaian pelayanan yang
berfebihan pula, yang dampak akhimya akan meningkatkan total tarif yang dibayarkan ke
Rumah Sakit.
b. biaya untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan (indirect cost).
Ke dalarn biaya ini termasuk gaji karyawan, pemeliharaan bangunan dan peralatan,
pernasangan rekening listrik dan air dan lain sebagainya yang seperti ini. Secara umum
disebutkan jika biaya kegiatan tidak langsung ini tinggi, misalnya karena pengelolaan yang
tidak efisien, pasti akan berpengaruh terhadap tarif pelayanan.
3. Biaya rencana pengembangan
Untuk suatu sarana kesehatan, biaya rencana pengembangan yang dimaksudkan di sini
mencakup hal yang arnat kias sekali. Mulai dari rencana perluasan bangunan, penambahan
peralatan, penambahan jumlah dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan karyawan
dan ataupun rencana penambahan jenis pelayanan.
4. Besarnya target keuntungan
Tergantung dari filosofi yang dianut oleh pernilik sarana kesehatan, besamya target
keuntungan yang diharapkan tersebut amat bervariasi sekali. Tetapi betapapun bervariasinya
persentase keuntungan tersebut, seyogyanya keuntungan suatu sarana kesehatan tidak boleh
sarna dengan keuntungan berbagai kegiatan usaha laimya.

Upaya Pengendalian
Untuk mencegah tingginya tarif pelayanan tersebut, maka biaya untuk keempat
faktor ini haruslah dapat dikendalikan. Bertitik tolak dari berbagai kegiatan yang dapat
dilakukan pada program pengendalian biaya kesehatan, maka hal yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan tarif pelayanan, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:
1 . Biaya investasi
Untuk mencegah biaya investasi yang terlalu besar dan jangka waktu pengembalian
yang terialu singkat, mekanisme pengendalian yang lazim, diperlakukan ialah menerapkan
ketentuan yang dikenal sebagai certificate of need, serta kewajiban melakukan feasibility study
yang bersifat sosial.
2. Biaya kegiatan rutin
Untuk mencegah biaya kegiatan rutin yang terialu tinggi, terutarna yang
berhubungan langsung dengan kebutuhan pemakai jasa pelayanan kesehatan, mekanisme
pengendalian yang lazim diperlakukan adalah menerapkan ketentuan pelayanan kesehatan
yang etis dan sesuai dengan standar, yang imbal jasa doktor (doctor fee) sering termasuk
didalamnya. Untuk menjamin efektivitas pelaksanaannya, penerapan etis dan standar ini harus
diikuti oleh medical audit secara berkala oleh suatu badan yang bersifat netral yang di Amerika
Serikat disebut sebaga! professional standard review organization.
3. Biaya rencana pengembangan
Untuk mencegah biaya rencana pengembangan yang berlebihan, mekanisme
pengendalian yang lazim diperlakukan ialah menerapkan ketentuan development plan yang
pada dasarnya hanya membenarkan program pengembangan apabila telah direncanakan dan
disetujui sebelumnya.
I4. Keuntungan.
Tarif Pelayanan di Indonesia
Sayangnya, berbagai mekanisme pengendalian blaya yang seperti ini belumlah secara
tuntas ditetapkan di Indonesia. Yang baru ditetapkan hanyalah ketentuan tentang tarif tertinggi
saja. Akibatnya, tentu mudah dipahami, karena yang diatur hanyalah resultan akhir dari
interaksi berbagai faktor (tarif, bukan masing-masing faktor yang mempengaruhi tarif,
menyebabkan apabila suatu sarana kesehatan kebetulan telah terlanjur menanamkan investasi
yang besar, maka untuk mengejar target pemasukan, sering dilakukan berbagai penyimpangan.
Tentu tidak sulit dipahami bahwa penyimpangan yang dimaksudkan disini tidak terhadap
pagutarif tertinggi yang telah ditetapkan, melainkan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi tarif yang tujuannya adalah untuk memperbesar pemasukan.

Contoh Soal dan Jawaban


Jawaban yang di BOLD/hitamkan.

1. Berikut ini yang merupakan konsep dasar atas perubahan paradigma kesehatan adalah

a. Penekanan pembangunan kesehatan yang bersifat kuratif-rehabilitatif.
b. Perubahan pandangan kesehatan dari konsumsi menjadi investasi.
c. Pembiayaan pembangunan kesehatan secara keseluruhan bersumber dari
pemerintah.
d. Pembangunan kesehatan yang lebih bersifat sentralistis.
2. Berikut adalah aspek kesehatan ibu, bayi, dan anak dalam Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu ...
a. Kesehatan reproduksi meliputi saat hamil, melahirkan dan sesudah melahirkan.
b. Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan
yang akan diberikan kepadanya.
c. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama
enam bulan, kecuali ada indikasi medis.
d. Pihak keluarga berkewajiban mendukung kesempatan bagi ibu menyusui di tempat
kerja
maupun tempat umum.
3. Kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi  lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya merupakan pengertian tindakan ….
a. Kuratif. 
b. Preventif.
c. Prediktif.
d. Rehabilitatif.
4. Tujuan utama pengukuran indeks pembangunan manusia (IPM) adalah …
a. Mengukur keberhasilan pembangunan pada suatu negara.
b. Mengukur dampak kebijakan/kemajuan ekonomi terhadap kualitas hidup.
c. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
d. Meningkatkan tingkat harapan hidup manusia.
5. Selain biaya rawat jalan, rawat inap, obat-obatan, dan operasi; yang termasuk dalam
komponen biaya kesehatan adalah …..
a. Biaya jasa dokter
b. Biaya tindakan khusus.
c. Biaya kuratif dan rehabilitatif.
d. Biaya pemeliharaan kesehatan.
6. Peserta menanggung biaya terlebih dahulu dan mengajukan klaim kepada perusahaan
asuransi setelah perawatan atas dirinya selesai dilaksanakan merupakan model
pembayaran klaim asuransi secara ….
a. Reimbursement.
b. Provider system
c. Partial loss.
d. Total loss.
7. Metode pembayaran dengan cara pasien atau penanggung dana membayar secara
penuh kepada penyedia layanan kesehatan (provider) setelah setiap jenis layanan
selesai dilakukan, ada lah ….
a. Fee for Service Payment – Payment per day.
b. Fee for Service Payment – Payment per item.
c. Capitation payment.
d. Case mix payment.
8. Metode pembayaran yang disetujui dan dilakukan lebih lanjut sebelum provisi atas jasa
dilakukan, tanpa mempedulikan berapa biaya aktual yang dikeluarkan oleh penyedia
layanan kesehatan adalah ...
a. Retrospektif.
b. Retroaktif.
c. Prediktif.
d. Prospektif.
9. Pembayaran pelayanan jasa kesehatan yang dilakukan dalam jumlah tetap per orang
selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun disebut dengan metode
pembayaran ...
a. Kapitasi.
b. Anggaran global.
c. Case-mix.
d. Per item.
10. Biaya tetap yang jumlahnya dipengaruhi oleh keputusan manajemen organisasi
pelayanan, disebut dengan biaya tetap….
a. Relevan.
b. Terkendali.
c. Standar.
d. Discretionary.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan makalah ini antara lain :
1. Pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi kesehatan (health
economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan
yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Sumber biaya kesehatan dapat berasal dari anggaran pemerintah, anggaran masyarakat,
bantuan dari dalam dan luar negeri, serta gabungan dari anggaran pemerintah dan
masyarakat.
3. Secara umum biaya kesehatan dapat dibedakan menjadi dua, yakni biaya pelayanan
kedokteran dan biaya pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Syarat pokok pembiayaan kesehatan adalah jumlah, penyebaran dan pemanfaatan.
Sedangkan fungsi pembiayaan kesehatan adalah penggalian dana, pengalokasian dana dan
pembelanjaan.
5. Masalah pokok pembiayaan kesehatan antara lain seperti kurangnya dana yang tersedia,
penyebaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan dana yang tidak tepat, pengelolaan dana
yang belum sempurna serta biaya kesehatan yang makin meningkat. Sedangkan upaya
penyelesaian yang dapat ditempuh seperti meningkatkan jumlah dana, memperbaiki
penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana, serta mengendalikan biaya kesehatan.
 
 
 
 

DAFTAR PUSTAKA
 
Ali Imran, La Ode.2013.Ekonomi Kesehatan.Kendari.
Depkes.2013.Fungsi-Pembiayaan-Kesehatan. http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=85&Itemid=120.20 Mei 2013.
Helda.2011.Pembiayaan-Kesehatan. http://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-
kesehatan.html?m=1.20 Mei 2013.
Suhadi.2012.Pembiayaan-Kesehatan. http://kebunhadi.blogspot.com/2012/11/pembiayaan-
kesehatan.html?m=1.20 Mei 2013.
Fatma Afrianti Gobel.2015.Kebijakan-pembiayaan-kesehatan.
https://www.kompasiana.com/yantigobel/550ee41ca33311b92dba8544/kebijakan-
pembiayaan-kesehatan . 1 april 2020.
Pustaka Ilmu.2012.Pembiayaan-
kesehatanUhttp://kebunhadi.blogspot.com/2012/11/pembiayan-kesehatan.html. 1 april
2020.

Anda mungkin juga menyukai