(1807026092) 6C
RESUME PERTEMUAN 2
Psikologi Kesehatan ada sejak zaman kuno yang mempercayai bahwa pikiran dan raga
berkaitan sangat erat. Psikologi kesehatan merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari dan memahami tentang bagaimana faktor psikologis dalam menjaga kondisi sehat,
mengapa orang terkena sakit, dan bagaimana respon individu saat sakit. Kondisi sehat atau sakit
merupakan suatu keadaan kontinum, yang artinya kondisi sehat yang dialami individu dapat
mencapai kondisi sehat optimal ataupun bisa juga dalam keadaan sakit bias menjadi buruk
bahkan sampai kekematian.
Terdapat kaitannya antara mind dan body. Mind dan body saling terkait untuk
mewujudkan suatu kontinu yang sehat. Dalam pandangan psikoanalisa yang mengkaji terkait
manusia, terdapat adanya gejala yang muncul secara fisik akibat dari konflik-konflik yang
sedang terjadi. Dalam pengantar psikologi juga membahas mengenai kesakitan, kesehatan, dan
perilaku kesehatan. Kesakitan adalah respon subjektif dari pasien serta keadaan luar yang tidak
sehat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi individu untuk hidup
sehat, antara lain factor demografi, usia, nilai yang dianut, pengaruh sosial, control pribadi,
factor kognitif, dan pelayanan kesehatan. Sedangkan perilaku kesehatan adalah respon seseorang
terhadap stimulus sehat, sakit, penyakit, serta faktor yang mempengaruhinya.
Perilaku sehat-Kelompok 2
Tingkahlaku sehat: Perilaku sehat adalah segala aktivitas yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesehatan. Perilaku ini meliputi beberapa aspek yaitu aspek pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit bila mengalami sakit dan pemulihan kesehatan
apabila telah sembuh dari sakit.
Perspektif Interisipliner dalam Mencegah Penyakit -> melakukan tindakan atau
perilaku-perilaku positif yang dapat meningkatkan kesehatan seseorang. Peran
masyarakat penting.
Kreativitas Kognitif : kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi
baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada
sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Kognitif : Kecerdasan (intelegensi),
Sikap, motivasi, nilai dan ciri kepribadian lain, factor lain: (Jenis kelamin, Status
sosial-ekonomi, Urutan kelahiran, Ukuran keluarga, Lingkungan)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku sehat antara lain :Variabel
Demografis, Usia, Values, Personal control, Pengaruh sosial, Personal goals,
Perceived symptoms, Akses yankes, Faktor kognitif.
Faktor Pengembangan: Biologis, psikologis, fisik, social dan emosional
Faktor Jenis Kelamin: Reaksifisiologis, hormone, dan kebiasan
Faktor Sosiokultural: Keluarga, lingkungan, budaya, sangat menentukan kualitas
kesehatan mental emosional seseorang dalam menghadapi setiap permasalahan yang
ada
Program Untuk Meningkatkan Kesehatan: Menyediakan Informasi, Wawancara
Motivasional, Metode Behavioral Dan Kognitif.
Mempertahankan Perilaku Sehat: Meningkatkan Kesehatan di Sekolah dan Organisasi
Keagamaan, Intervensi Elektronik untuk Meningkatkan Kesehatan
Contoh: Perilaku gaya hidup Members Fitness Center GOR FIK UNY dalam upaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan pribadi dengan menerapkan perilaku hidup
sehat
RESUME PERTEMUAN 4
Stres suatu kondisi disebabkan oleh faktor individu, lingkungan, yang menimbulkan
kesenjangan tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi , sumber daya sistem biologis,
psikologis, dan sosial dari seseorang
Stres suatu situasi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan
yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi
dengan sumber daya sistem biologis, psikologis, dan sosial dari seseorang (Sarafino)
3 Pendekatan untuk mengonseptualisasikan stres
1. Respon Reaksi seseorang terhadap stresor
2. Stressor Keadaan dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau
membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang
3. Proses Hubungan antara manusia dan lingkungan à penyesuaian diri à perasaan
dan bagaimana merasakan
3 Kategori Stressor :peristiwa katasporik, peristiwa hidup penting, keadaan kronis
2 komponen respon psikologis dan fisiologis
Prosese: stressor individu reaksi A, Reaksi B, Reaksi C
Penggolongan Stres
1. Stres fizik Stres akibat suhu yang terlalu tinggi /rendah, suara yang sangat
bising, sinar yang terlalu terang, sengatan listrik
2. Stres kimiawi Stres akibat obat-obatan, zat beracun, hormon, gas, asam-basa
3. Stres mikrobiologi Stres akibat virus, bakteri, parasit yang menimbulkan
penyakit
4. Stres fisiologik Stres akibat gangguan struktur, fungsi jaringan, organ yang
menimbulkan fungsi tubuh yang tidak normal
5. Stres proses pertumbuhan Stres akibat gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi-tua
6. Stres psikis Stres akibat gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya,
keagamaan, dll.
Penggolongan stres makro (menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan Cth:
kematian, perceraian, pensiun, kebangkrutan ) dan mikro (Menyangkut peristiwa kecil
sehari-hari Cth: pertengkaran kakak-adik, beban pekerjaan, antri )
Sumber stres psikologis. frustasi, konflik, tekanan dan krisis
3 Fase GAS (General Adaptation Syndrome ) tahap reaksi alarm/ peringatan , tahap
adaptasi, tahap kelelahan
Penanganan profesional psikoterapi dan pemberian obat
Resume kelompok 7
Beberapa macam pelayanan kesehatan yaitu tenaga kesehatan profesional yang praktek,
penuntasan pasien di rumah sakit, peraturan penuntasan kesehatan universal (serupa yang
diterapkan oleh Negara Australia, Kanada, Jerman, Italia, Belanda, Swedia, dan Inggris), dan
peraturan preservasi kesehatan yang tidak universal.
Merasakan indikasi ditentukan oleh banyak unsur antara lain perbedaan individual,
stimulus daerah yang sangat kuat, dampak psikososial, dan perbedaan macam kelamin dan
sosiokultural. Terdapat empat bagian dasar tentang bagaimana individu berpikir tentang sakit
yang dirasakan yaitu pemahaman penyakit, sebab dan bagian yang mendasari patologi, gagasan
prognosis, dan konsekuensi.
Penggunaan layanan kesehatan ditinjau dari golongan usia, jenis kelamin, dan
sosiokultural. Hal-hal yang mendasari seseorang menggunakan, tidak menggunakan, dan telat
menggunakan pelayanan kesehatan yaitu gagasan dan kepercayaan, model kepercayaan
kesehatan, unsur sosial dan emosional, dan penangguhan mencari pelayanan kesehatan.
Adapun perkara-perkara dalam menggunakan pelayanan kesehatan yaitu pengkotakan dalam
pelayanan kesehatan dan sifat pelayanan kesehatan yang berganti seperti hubungan antara dokter
dan pasien, serta makin mahalnya pengeluaran kesehatan.
RESUME PERTEMUAN 7 (kel 8&9)
“Sifat Alami Rasa Sakit”—kel.8
Pain atau rasa nyeri adalah pengalaman ketidaknyamanan secara sensori dan emosional,
yang biasa dikaitkan dengan kerusakan jaringan atau luka yang aktual atau mengancam. Ketika
suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang
dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin,
prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri.
Semua orang baik tua maupun muda pernah mengalami nyeri, seperti sakit perut, sakit
gigi pada bayi, luka atau sakit pada anak-anak. Beberapa nyeri kronik, seperti arthritis (radang
persendian), nyeri tulang punggung bagian bawah, migraine, atau kanker.
Beberapa orang lebih menyukai mencari pengobatan medis tanpa menunda jika
merasakan nyeri. Nyeri yang sangat dan lama dapat mendominasi kehidupan korbannya,
melemahkan fungsi umumnya, kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan penyesuaian
emosional. Nyeri memiliki efek sosial dan ekonomi sangat besar pada semua masyarakat di
dunia.
Sebagai mana diketahui bahwa nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan derajat
kerusakan jaringan yang dijumpai. Namun nyeri bersifat individual yang dipengaruhi oleh
genetik, latar belakang kultural, umur dan jenis kelamin. Kegagalan dalam menilai faktor
kompleks nyeri dan hanya bergantung pada pemeriksaan fisik sepenuhnya serta tes laboratorium
mengarahkan kita pada kesalahpahaman dan terapi yang tidak adekuat terhadap nyeri, terutama
pada pasien-pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak dan pasien dengan
gangguan komunikasi.
Resume Kelompok 9
(Manajemen dan Kontrol Rasa Sakit)
Rasa sakit adalah sensori & pengalaman emosional mengenai ketidak nyamanan, yang
umumnya terkait dengan adanya kerusakan jaringan & iritasi secara nyata. Rasa
sakitdipengaruhi oleh konteks bagaimana rasa sakit itu dialami, budaya, jenis kelamin. Stres
dan distress psikologis memperburuk pengalaman rasa sakit. Pengukuran rasa sakit meliputi
laporan verbal dan perilaku rasa sakit. Rasa sakit klinis adalah rasa sakit yang membutuhkan
perawatan khusus dari professional. Rasa sakit klinis dibedakan menjadi dua yaitu rasa sakit
akut dan rasa sakit kronis. Perbedaan antara rasa sakit akut dan kronis adalah durasi waktu
dan efeknya terhadap penderita serta penanganan yang berbeda pula. Perbedaan antara rasa
sakit akut dan kronis adalah terletak pada perbedaan waktu mengalami sakit tersebut dan
efeknya terhadap penderita, atas dasar hal tersebut maka diperlukan penanganan yang
berbeda.
Beberapa metode yang diterapkan oleh para medis atau dokter untuk menangani rasa
sakit diantaranya adalah:
1. Pembedahan
Dengan cara memutus hubungan system saraf tepis sehingga mencegah signal sakit
mencapai otak dan dengan mengambil (menghilangkan) membran yang menyebabkan
peradangan pada persendian arthritis.
2. Penggunaan Obat Kimia
Penggunaan obat-obatan untuk mengatasi sakit akut, mis: epidural block
(menginjeksikan narkotika atau anastesi local).Menggunakan obat-obatan untuk rasa
sakitkronik, misalnya dengan menggunakan opium dengan monitoring secarahati-
hati. Penggunaan obat pereda nyeri merupakan metode yang paling umum untuk
mengontrol rasa sakit. Obat-obatan pereda nyeri ada yang dapat dibeli secara bebas
dan ada pula yang harus menggunakan resep dokter.
3. Kolaborasi dengan Profesional Lain
Oleh karena rasa sakit akut maupun kronis dapat menyebabkan cemas dan depresi
maka dalam penanganannya dokter perlu bekerjasama dengan ahli-ahli lain, seperti
psikolog, pekerja social, fisioterapi. Fisioterapi. Terapi ini dapat berupa terapi panas,
terapi dingin, pijat, atau latihan fisik.
4. Rest, ice, compression, and elevation (RICE)
Merupakan metode untuk meredakan nyeri secara sederhana, dan dapat dilakukan
sendiri oleh pasien di rumah. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk
beristirahat, mengompres daerah yang terasa sakit, dan memposisikan bagian tubuh
tersebut lebih tinggi, untuk meredakan nyeri yang sifatnya sementara. Metode RICE
sering digunakan untuk meredakan nyeri pada otot dan sendi, serta sering
dikombinasikan dengan pemberian obat pereda nyeri
5. Akupuntur
Dilakukan dengan menusukkan jarum kedaerah tertentu pada tubuh untuk meredakan
nyeri. Meskipun masih kontroversial, akupunktur cukup popular sebagai metode
pengobatan untuk meredakan nyeri.
Metode lain dalam mengatasi rasa sakit diantaranya adalah metode behavioral dan
metode kognitif. Metode kognitif dan behavioral, pada dasarnya bukan merupakan isu
baru yang digunakan oleh praktisi psikologi. Praktisi mengungkapkan bahwa rasa sakit
dapat dikendalikan tidak hanya dengan metode biochemical atau obat-obatan (drugs),
melainkan dengan memodifikasi aspek motivasi dan proses kognisi. Metode kognitif dan
behavioral yang digunakan untuk mengelola stres dan nyeri karena cedera merupakan
sebuah tantangan yang akan coba diteliti penggunaannya dalam aplikasi nyata. Beberapa
keunggulan dan metode yang melibatkan proses behavioral-kognitif dianggap mampu
memberikan penanganan yang berbeda terhadap stres dan rasa sakit yang seringkali
hanya ditangani dengan biochemical atau obat-obatansaja.
A. Respon-Respon Emosional
Akibat sakit kronis ada 3 yaitu pengingkaran, depresi, dan kesemasan. Pada awal-
awal mengalami sakit, subjek mengingkari bahwa diri mereka sakit berat. Penyangkalan
tersebut berkaitan dengan aspek ketidaktahuan mengenai penyakit yang sesungguhnya
mereka alami, disamping itu pengalaman sakit sebelumnya turut membangun opini
mereka mengenai sakit yang dialami sebagai suatu hal yang biasa saja. Lalu mengalami
depresi yang umum terjadi pada pasien dengan nyeri kronis. Depresi pada pasien dengan
nyeri kronis dikaitkan dengan fungsi yang menurun, respon pengobatan yang lebih buruk
dan peningkatan biaya perawatan. Lalu menimbulkan rasa kecemasan, merupakan
perasaan takut atau khawatir yang disebabkan oleh berbagai peristiwa yang bersifat
subjektif.
B. Isu-isu Personal
Dalam Penyakit Kronis sebagai pertimbangan dalam manajemen individu yang
mengalami sakit kronis ada 4 yaitu The Physical Self, The Achieving Self, The Social
Self, dan The Private Self. The Physical self adalah proses biologis dan fisiologis yang
membentuk aspek fisik pengembangan dan fungsi seseorang. The Achieving Self atau
diri yang berprestasi akan tercapai apabila fungsi tubuh secara keseluruhan berjalan
denga baik. The Social Self diartikan bagaimana lingkungan sosial memandang diri kita.
Dengan dukungan sosial yang baik akan meningkatkan motivasi individu untuk
sembuh.The Private Self persepsi seseorang tentang diri pribadinya. Pada orang yang
sakit, biasanya mereka tidak langsung percaya atau cenderung menyangkal bahwa dirinya
sedang sakit. Sehingga akan mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam mencari dan
melakukan tindakan pengobatan.
C. Coping Pada Penyakit Kronis
Menurut teori Richard Lazarus terdapat dua bentuk coping, yaitu yang
berorientasi pada permasalahan (problem-focused coping) dan yang berorientasi pada
emosi (emotion-focused coping). Menurut Individu dengan penyakit kronis cenderung
menggunakan strategi coping pasif, seperti pengalihan dan menghindar. Pasien dengan
strategi coping cenderung aktif menggunakan fight terhadap stres, memiliki kontrol
internal & keyakinan yang cenderung tinggi diri dalam kontrol penyakit, memiliki
penyesuaian diri yang baik terhadap sakit kronis yang dialami.
D. Komanajemen Penyakit Kronis
Individu-individu dengan penyakit kronis berdampak atau mengubah kondisi
fisik, yang berujung pada perubahan bahkan masalah-masalah terkait aktivitas
(pekerjaan). Individu dengan penyakit kronis berdampak pula pada interaksi sosial,
termasuk berdampak pula pada keluarga yang bersangkutan. Anak-anak dengan penyakit
kronis memiliki masalah tersendiri, oleh karna belum memahami secara penuh terkait
penyakit yang diidap dan keterlibatan dalam program intervensi tidak semata-mata dari
kemauan sendiri. Pentingnya peran positif ortu terhadap anak-anak dengan penyakit
kronis. Berikut komanajemen yang bisa dilakukan pada pengidap penyakit kronis
yaituterapi medis, terapi perilaku, pendekatan operant, terapi kognitif, terapi
interpersonal, terapi fisik, dan plasebo.
E. Intervensi Psikologis Dan Penyakit Kronis
Berikut beberapa penyakit kronis dan intervensi psikologisnya yaitu penyakit
asmadengan aturan medis penyakit asma yaitu: Avoid known triggers,Medications (asma
akut): Bronchodilators (membuka aliran pernafasan) &Antiinflammatories (mencegah
serangan asma), dan Exercise. Faktor psikososial penyakit asma yaitu stres serta emosi
negatif berkontribusi terhadap kemunculan & buruknya penyebab asma. Strategi coping
seperti : penerimaan, reappraisal, cenderung meningkatkan fungsi paru-paru. Penyait
epilepsi dengan aturan Pengobatan anticolvusant secara terus-menerus untuk
mengendalikan kejang-kejang dan metode lain dengan penanaman alat utk menstimulasi
vagal nerve (bila ditemukan kerusakan neurologi secara jelas). Penyakit hipertensi dapat
diberikan intervensi untuk mengonsumsi obat hipertensi secara teratur, menerapkan diet
rendah garam, juga mengikuti pola hidup sehat. Penyakit Diabetes Mellitus dengan
intervensi melalui pengobatan medis, diet, olahraga, pemeriksaan rutin, dan manajemen
berat badan. Pada penyakit stroke dengan ntervensi melalui rehabilitatif seperti
psikoterapi : treatment untuk depresi akibat stroke, cognitive remedial training : restore
intellectual functioning, movement therapy : latihan keterampilan motorik kasar & halus
dan group therapy.
RESUME PERTEMUAN 10
Kelompok 1 dan 2
Kelompok 1. PengertianKesakitan, Kesehatan, dan Perilaku Kesehatan
Terminologi
Kesehatan (health) merupakan salah satukonsep yang menjelaskankondisikesejahteraanfisik,
mental, dan sosial yang lengkap dan bukansekadartidakadanyapenyakitataukelemahan. Faktor
yang berbedamenyebabkansukarmendefinisikankesehatan, kesakitan, dan
penyakitkebanyakansumberilmiahsetujubahwadefinisikesehatanadapunharusmengandung paling
tidakkomponenbiomedis, personal dan sosio-kultural( Gochman, 1988; De Clerq, 1993).'Word
Health Organization' (WHO) menjelaskankesehatansecaraluastidakhanyameliputi (ketidak-
adanya) aspekmedistetapi juga aspek mental dan sosial 'kesehatan' diartikansebagai :kedaan
status sehatutuhsecarafisikmentak (rohani) dan sosial, dan bukanhanyasatukeadaan yang
bebasdaripenyakit, cacat dan kelemahan.
PenyakitKesakitan
Penyakit (disease) dan kesakitan (illness), menurut Cassel "kesakitanadalahapa yang
dirasakanpasiensaatdiapergikedokter, sedangpenyakitadalahapa yang
didapatnyasetelahpulangdaridokter.Menurut (Helman 1990) penyakitadalahsesuatu yang
dimilikisuatu organ, sedang "illness" adalahsesuatu yang dimilikiseseorang.Kleinman
menggambarkanpenyakitsebagaigangguanfungsiatauadaptasidari proses-proses biologis dan
psikofisiologis pada seseorang, kesakitanadalahreaksi personal, interpersonal
sertakulturalterhadappenyakitatauperasaankurangnyaman (Salan,
1988).Kesakitanadalahresponsubjektifdaripasien, sertarespondisekitarnya,
terhadapkeadaantidaksehat. Tidakhanyamemasukkanpengalamantidaksehatnyasaja, tapi juga arti
pengalamantersebutbagidia (Helman, 1990).
Perilaku Kesehatan dan Status Kesehatan
Perilakukesehatanadalahhal yang berkaitankepercayaan, ekspektasi, motif, nilai, persepsi, dan
elemenkognitiflainnya, karakteristik personality, termasukperasaan dan emosional, dan
polakebiasaan, perbuatan dan kebiasaan yang berkaitandengankesehatan dan
peningkatankualitaskesehatan. Di Indonesia perilakukesehatansudah lama dikenaldalam 15
tahunterakhirinikonsep-konsepbidangperilaku yang
berkaitandengankesehataninisedangberkembangdenganpesatnya.khususnya,
dibidangantropologimedis dan kesehatanmasyarakat.Status kesehatan (health status)
adalahkeadaankesehatan pada waktutertentu. Status
kesehatantidaksamadenganperilakukesehatan. MenurutGochman (1988),
persepsiseseorangterhadap status ataupersepsipeningkatan, kesembuhanatauperubahan lain pada
status kesehatanadalahperilakukesehatan.
Factor Risiko
Konsepfaktorresikomerupakankonsepkuncidalampenelitian, peningkatanteorisertapencegahan
dan promosikesehatan. Penggunaankonsepresikomerupakanbiomedis yang
menunjukkanperhatianakanhasilnegatif yang berhubungandenganmorbiditas dan mortalitas.
Sebagaicontoh, hipertensi dan
kolesterolberserumtinggimerupakanfaktorresikobagipenyakitkardiovaskular.
Faktorresikoadalahciri-cirikelompok individual yang menunjukmerekasebagai at-high-risk
terhadappenyakittertentu. Contohnya, kelompok orang yang makanmakanandenganasam lemak
tinggibiasanyameningkatderajatkolesterol serum, faktorresikobagipenyakitjantungkoroner.
Merokokdianggapsebagaifaktorresikoutamabaikbagipenyakitjantungkoronermaupunkankerparu.
Karena kemungkinanmendapatkanpenyakitinilebihbesardari pada orang yang tidakmerokok.
Model-model Kesehatan dan Penyakit
Kesehatan dipengaruhi oleh berbagaimacamfaktor. Banyak model-model yang
mencobamenerangkanbagaimanafaktor-faktortersebutdapatmempengaruhikesehatan. Schmidt
dkk. 1990 memberikantinjauan model kesehatan yang digunakandalampsikologikesehatan.
a. Model linear (model medis) : model inimerupakan model
analogidarietiologisuatupenyakit. Sebagaicontohnyayaitu( demamberdarah dengue
adalahsuatupenyakit yang disebabkan oleh satupatogen virus yang
ditularkanmelaluinyamuk Aides aegypti).
b. Model multifactorial :menjelaskanbahwakesehatandipengaruhi oleh komponen-
komponen yang berbeda dan kompleks. Kelemahandari model
iniadalahkurangmemperhatikanhubunganantarakomponen-komponennya.
Hubungan Kesehatan dan Perilaku
Epidemiologidapatdimanfaatkanuntukberbagaitujuan (SoeharyoHadisaputro, 1992) :
a. Memberigambarantentangpenyebaran dan besar/luasnyamasalahtertentu pada
masyarakat.
b. Menjelaskanfaktoretiologik, pejamu, dan lingkungan.
c. Menguraikankelompok-kelompokpenduduk yang
mempunyairisikotinggiuntukterjangkitnyasuatupenyakittertentu di masyarakat.
d. Mengevaluasiefektivitas program kesehatan yang sedangdilaksanakan.
Risetepidemiologisbertujuanuntukmengetahuihubunganantarakesehatan/penyakit dan faktor-
faktorresiko.
Perilaku Kesehatan di Negara-Negara Industri
Di bawahiniakandiberikaninformasitentang 5 penyebabkematian yang utama di Amerika
Serikat :
a. Penyakitjantung :merokok, kolesteroltinggi, kurangberolahraga, tekanandarahtinggi, dan
stress.
b. Kanker :merokok, penyalahgunaanminum-minumankeras, cara diet yang salah.
c. Stroke :merokok, kolesteroltinggi, tekanandarahtinggi, dan stress.
d. Kecelakaan :penggunaanalkohol, penyalahgunaanobat,
mengendaraikendaraanterlalukencang, tidakmenggunakansabukpengaman.
e. Influenza dan pneumonia :merokok dan tidakmendapatvaksinasi.
KebutuhanakanRisetPerilaku Kesehatan.
Dalam program kesehatan, risetperilakukesehatanmenjadihal yang penting.
Risetdasardalamperilakukesehatanakanmeningkatkanefektifitas dan rancanganintervensiserta
program untukmembawaperubahanperilaku.
Sekaranginikebanyakanpromosikesehatandidasarkanatasrisetperilakukesehatan.
Kelompok 2. Perkembangan di DalamSistemPerawatan Kesehatan.
Sebelum1987 :Krisis Kesehatan
Setelah Perang Dunia II, profesionalisasi yang tumbuh
(baikdisektormedismaupundisektorpsikologis), mengarah pada suatuspesialisasi yang ‘lebih’ dan
dipusatkan pada sistemperawatankesehatan. Berkaitandenganevolusiini, Tapp& Warner (1985)
menyebutkanmedikalisasimasalah. Sebagaicontohdahuluhampirsemuaperilakumenyimpangdicap
‘sakit’ atau ‘jelek’. Denganpendefinisiankembaliperilakumenyimpangsebgai ‘sakit’,
banyakpermasalahan-permasalahan yang
berkaitandengankontrolsosialsekarangdimasukkankedalamsistemperawatanmedisuntukpemecaha
nnya. Penggolongankembalitersebut juga mempromosikanpenggunaan model
biomedisuntukmencaridasar-dasarbiologisuntukperilaku yang menyimpang.
Fokusnyalebihkepadaperawatanpenyembuhandaripadapencegahan; dengan kata lain hanya
orang-orang yang sudahsakit yang mendapatpertolonganmedis.
Konsekuensidarikeadaantersebutyaituhanyasebagiankecilpenduduk yang
dapatmemanfaatkanpertolonganini,
sementarasebagianbesarlainnyasangatterlambatuntukmendapatkanpertolongan (bisaterjadi pada
penyakitkronis).
Jadi walaupunteknologikesehatansemakinmaju, semakinbanyak orang meninggal dunia
oleh penyakitkronis yang berkaitandengangayahidup, kebiasaan, kecelakaan dan lainnya.
Akhirnya orang mulaimenyadaribahwa rasa yakinberlebihan pada
perawatanmedisternyatatidakmemecahkanmasalah. Hal
tersebutmengakibatkanadanyakrisiskesehatan di tahun 1970 dan 1980-an.
2. Setelah 1987 :SuartuPerubahanRadikal di DalamPerawatan Kesehatan
Pada tahun 1977, WHO membuatkeputusanpenting yang berisibahwasasaran yang
utamadaripemerintah dan WHO dalamdekade yang akandatangsebaiknyahasil yang dicapai oleh
semua orang di dunia pada tahun 2000, tingkatkesehatan yang
akanmemperbolehkanmerekauntukmenyelenggarakankehidupan yang
produktifsecarasosialmaupunekonomis.
3. Pelayanan Kesehatan Dasar di Indonesia
Pendekatanpelayanankesehatandasar (primary health care) di Indonesia membuatsasaran pada
problem-problem pelayanankesehatan, khususnyaadanya (availability), haldapatdicapai
(accessibility) dan ketepatan (appropriateness). PHC
mengubahperhatiantradisionaldariinstitusipusat yang jumlahnyasedikitmenjadi wilayah
kebutuhan yang paling luas, yaitumasyarakat local.
Konsepdasarnyamenunjukkanbahwasumberterbesardarikesehatanadalahpotensi orang-orang
untukmerawatdirisendiri. Pelayanan-pelayanan dan program-program
pokokberikutinimerupakankerangkadasardaripendekatan PHC (government of Indonesia-
UNICEF, 1989) :
a. Memperluas program imunisasi
b. Kesehatan ibu dan anaksertakeluargaberencana (KB)
c. Mengendalikanpenyakitdiare
d. Infeksisaluranpernafasanakut (ISPA)
e. Kebersihanlingkungan dan sumber air
Usaha-usahakesehatanpokok yang dilaksanakan di puskesmpas, paling
sedikitharusmeliputipelayanandasar (the basic seven) seperti yang dianjurkan WHO yaitu :
a) Pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan
b) Kesejahteraanibu dan anak dan keluargaberencana
c) Pencegahan dan pemberantasanpenyakitmenular
d) Hygiene dan sanitasilingkungan
e) Pendidikan kesehatankepadamasyarakat
f) Perawatankesehatanmasyarakat
g) Pengumpulan data-data untukpenilaian dan perencanaan
RESUME PERTEMUAN 11
Evolusi-Evolusi di Dalam Disiplin Ilmu yang Berhubungan dengan Kesehatan
Sekitar permulaan abad ke-20, hubungan antara ilmu kedokteran dengan psikologi untuk
pertama kalinya diresmikan dalam karya psikoanalisis Freud. Freud menegaskan bahwa banyak
gejala fisik yang dapat diterangkan dalam konflik-konflik yang tidak disadari.
Gagasan psikoanalisis mempengaruhi pemikiran medis yang menghasilkan
Psychosomatic Medicine (Ilmu Kedokteran dan Psikomatis). Sedangkan Psychosomatic
medicine mulai memfokuskan diri pada pendekatan-pendekatan dan teori-teori baru yang
menyangkut hubungan antara faktor psikologis dan sosial, fungsi-fungsi biologis, dan
perkembangan masalah penyakit.
Dari pandangan medis ini, di temukanlah “Behavioral Medicine”. Istilah ini pertama
kali digunakan oleh Birk, pada tahun 1973, yang mendefinisikan ‘biofeedback’ sebagai
pendekatan didasarkan atas teori belajar untuk pengobatan gangguan medis. Adapun topik pada
behavoiral medicine yaitu; mekanisme penyakit, ketaatan, kesabaran dalam mengambil
keputusan, dll. Biofeedback membuktikan adanya suatu hubungan yang berlangsung dan
mendalami antara pikiran manusia dan tubuhnya dari yang pernah dipikirkan sebelumnya.
Selanjutnya terdapat Evolusi dalam Ilmu Sosial dan Psikologi (Terapan). “Independen
Commission on Health Research for Development” internasional yang mempromosikan
“Essential National Health Research” (ENHR) dalam setiap negara. Tujuan ENHR yaitu
menyatukan penelitian, kebijaksanaan dan perilaku.
Psikologi kesehatan diakui oleh ‘American Psychological Association’ pada tahun 1978.
Kemudian lima tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 1982, ‘The Interamerican Congress of
Psychology’ di Quito, Ecuador, mencurahkan banyak perhatian pada psikologi kesehatan guna
memperbaharui nama kegiatannya. Sejak saat itu banyak perhatian dunia yang tertuju pada
konsep dan penerapan kemampuan psikolog untuk masalah-masalah sistem kesehatan. Tujuan
umum psikologi kesehatan adalah perubahan gaya hidup yang merusak kesehatan. Sedangkan
tujuan khusus nya meliputi perubahan perilaku dalam pelayanan kesehatan preventif,
perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan
Perbedaan utama antara behavorial medicine dengan psikologi kesehatan adalah bahwa
behavorial medicine adalah bidang indisipliner, sedangkan psikologi kesehatan adalah sub-
bagian dari psikologi. Disiplin kesehatan yang terkait dengan psikologi kesehatan lainnya adalah
sosiologi medis, antropologi medis, behavorial pediatrics dan lainnya.
1. Pendekatan-Pendekatan Stress
- Stress Sebagai Stimulus
Stres model stimulus merupakanmodel stress yang
menjelaskanbahwastresituadalahvaribelbebas (independent) atausituasilingkungan yang
seseorangrasakanbegitumenekan dan
individutersebuthanyamenerimasecaralangsungrangsanganstrestanpaada proses penilaian.
- Stress SebagaiRespon
Merupakanpendekatan yang memfokuskan pada reaksisesorangterhadap stressor
dan menggambrkansetresssebagaisebuahrespon.
Respontersebutmerupakanreaksitubuhterhadapsumberstressebagai variable
terikatatauhasil. Hasil stresitubersumberdaridalamdiriindividu.
- Stress SebagaiInteraksi Antara IndividudenganLingkungan
Pendekataninimenggambarkan stress sebagaisuatu proses yang meliputi stressor
dan strain denganmenambahkandimensihubunganantaraindividudenganlingkungan
(hubungantransaksional). Disini stress tidakhanyasebagai stimulus atausebuahresponsaja,
tetapi juga proses dimanaseseorangmenjadipenganara (agen) yang aktif yang
dapatmempengaruhi stressor melaluistrategi-strategiprilaku, kognitif, dan emosional.
- PenilaianPsikologisTerhadap Stress
Sekarangini model stress tidakhanyamemfokuskan pada faktorbiomedissaja,
tetapi juga faktorpsikologis. Salah satufaktorpsikologisiniadalah ‘representasi’ atau
‘penilaian’ terhadapancaman.
2. Sumber-Sumber Stress
- Sumber-Sumber Stress di dalamDiriSeseorang
Sumber stress dapatberasaldaridalamdiriseseorang, salah
satunyamelaluikesakitan. Tingkat stress yang muncultergantung pada keadaan rasa sakit
dan umurindividu. Stress juga
akanmunculdalamdiriseseorangmelaluipenilaiandarikekutanmotivasional yang melawan,
apabilaseseorangmengalamikonflik dan konflikinimerupakansumberutama stress.
- Sumber-Sumber Stress di dalamKeluarga
Stress inidapatbersumberdariinteraksiantara para anggotakelurga.
Contohnyadapatberupaperselisihandalammasalahkeuangan, perasaansalingacuhtakacuh,
tujuan-tujuan yang berbedaatautaksearah, dll.
- Sumber-Sumber Stress di dalamKumunitas dan Lingkungan
Merupakansumber stress yang
disebabkankarenaadanyainteraksisubjekdiluarlingkungankeluarga.
- Pekerjaan dan Stress
Stress
karenapekerjaanbisaterjadikarenabeberapafaktordiantaranyaberasallangsungdaripekerjaan
, dan dariinteraksiantarlingkungansosialdenganpekerja.
- Stress yang BerasaldariLingkungan
Lingkungan yang dimaksuddisiniadalahlingkunganfisik, sepertikebisingan, suhu
yang panasataudingin, bencanaalamseperti: anginbadai, banjir dan bencana non alam
(radiasinuklir, kecelakaan).
RESUME PERTEMUAN 13
Kelompok 8 - Model Model Untuk Meramalkan Perilaku PREVENTIF
Health Believe Model (HBM) : Sebagai usaha mencari cara untuk menjelaskan perílaku
yang berkaitan dengan kesehatan, dimulai dari pertimbangan orang-orang mengenai
kesehatan . fungsinya Untuk memprediksi peningkatan perilaku kesehatan. Fokusnya adalah
Perilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis, dan mencakup berbagai macam
perilaku
HBM: model kognitif: dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Sumber informasi dapat
diperoleh dari: media masa, kampanye, nasehat orang lain, penyakit dari anggota keluarga
yang lain atau teman, artikel dari koran, dan sėbagainya
Tindakan pencegahan individu tergantung dari penilaian kesehatan:
Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka: bila ancaman yang dirasakan meningkat maka
perilaku pencegahan juga meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini
berdasarkan pada: Ketidak-kekebalan (perceived vulnerability) dan Keseriusan yang
dirasakan (perceived severity).
Pertimbangan keuntungan dan kerugian : membandingan antara keuntungan dengan
kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau
tidak
Faktor yang mempengaruhi: Variabel demografis (usia, jenis kelamin, latar belakang
budaya), sosiopsikologis (kepribadian, kelas sosial, tekanan social), variable structural
(pengetahuan dan pengalaman tentang masalah)
Kelebihan HBM: tidak hanya sebagai model pencegahan dalam kesehatan, namun HBM
lebih dari pencegahan ketika adanya informasi yang disampaikan memiliki keterangan yang
lebih lengkap tentang keadaan sakit dan peran perilaku sakit. Seperti melakukan pencarian
perawatan medis untuk gejala-gejala dạn mentaati nasehat medis.
Kekurangan HBM: HBM didasarkan atas beberapa asumsi yang dapat diragukan, seperti
pemikiran bahwa setiap pilihan perilaku selalu berdasarkan pertimbangan rasional. HBM
juga menganggap bahwa orang-orang mencoba untuk tetap sehat, dan secara otomatis
memperhatikan perilaku yang sehat. Ini tidak mencakup bahwa perilaku tidak sehat dapat
memiliki banyak 'keuntungan' seperti kepuasan sementara pada pecandu obat.
Theory of Reasoned Action (TRA): Teori perilaku manusia secara umum: aslinya teori ini
dipergunakan di dalam berbagai macam perilaku manusia, khususnya yang berkaitan dengan
permasalahan sosial-psikologis, kemudian makin bertambah digunakan untuk menentukan
faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan. Teori ini menghubungkan
keyakinan (beliefs), sikap (atitude), kehendak/intensi (intention), dan perilaku.
Perilaku. Intensi ditentukan oleh: sikap (Hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku
tersebut serta pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu) dan
norma subyektif (keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-
orang yang dianggapnya penting (referent-persons) dan motivasi seseorang untuk mengikuti
pikiran tersebut.)
Keuntungan TRA: Teori ini memberi pegangan untuk menganalisa komponen perilaku,
karena sejumlah pencegahan harus dipertimbangkan supaya model ini dipergunakan dengan
tepat. Focus sasarannya adalah Prediksi dan pengertian perilaku yang diamati secara
langsung dan di bawah kendali seseorang. Hal yang dipertimbangkan: Tindakan (action),
Sasaran (target), Konteks (context) dan Waktu (time)
Penerapan TRA: dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berlainan, seperti pengaturan
penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol, narkotik, dsb), perilaku makan dan
pengaturan makan, pencegahan AIDS dan penggunaan kondom.
Atribusi : sebuah proses yang dilakukan untuk mencari sebuah jawaban atau pertanyaan
mengapa atau apa sebabnya atas perilaku orang lainataupun diri sendiri
Teori Atribusi memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami
penyebab yang terjadi dalam berbagai peristiwa yang mereka alami. Teori atribusi mencoba
menemukan apa yang menyebab-kan apa, atau apa yang mendorong siapa melakukan apa.
Tanggapan yang kita berikan kedapa suatu peristiwa tergantung pada interpretasi kita
terhadap peristiwa tersebut
Teori Weiner: Bernard Weinar: seorang psikolog pendidikan yang menghubungkan teori
atribusi terhadap pembelajaran sekolah. Menurut Weiner dalam Woolfolk, Sebagian besar
penyebab para siswa menghubungkan kesuksesan atau kegagalan mereka dapat digolongkan
menjadi tiga, atau secara psikologis tiga dimensi berbeda, yaitu : internal-eksternal (di dalam
atau di luar seseorang), stabil-tidak stabil (tetap atau dapat berubah), dan terkontrol-tidak
terkontrol.
Hubungan atribusi dengan kesehatan : motivasi untuk melakukan perilaku pencegahan
(primary prefention), motivasi untuk berperilaku penyembuhan (secondary prefention),
proses-proses kognitif mencakup interpretasi gejala-gejala kesakitan .
Locus of Control: kendali individu atas pekerjaan dan kepercayaan mereka terhadap
keberhasilan diri
Locus of Control dengan Kesehatan: merupakan suatu derajat keyakinan yang dimiliki
individu dalam melihat sejauh mana individu mempercayai bahwa apakah kesehatan mereka
itu dapat dikendalikan oleh faktor dalam diri (internal), atau oleh faktor orang lain dan ling-
kungan (powerful others), atau sebagai intervensi kesehatan.
Perceived control: keyakinan bahwa seseorang merasakan bahwa ia memiliki kendali atas
keadaan batin mereka, perilaku dan tempat, benda, orang, perasaan atau aktivitas di sekitar
seseorang.
Control pribadi adalah keyakinan bahwa seseorang dapat mencapai hasil-hasil yang
diinginkan melalui Tindakan yang dilakukan sendiri. Seseorang merasa memiliki control
pribadi ketika:
1. Mampu mengenal apa yang dapat dan tidak dapat dipengaruhi lewat tindakan pribadi
dalam sebuah situasi.
2. Ketika mereka memfokuskakn pada bagian yang dapat dikontrol lewat tindakan pribadi
3. Ketika mereka yakin bahwa mereka memiliki kemampuan agar berperilaku dengan
sukses.
Tipe control:
1. Behavioral control: Melibatkan kemampuan untuk mengambil Tindakan yang kongkrit
untuk mengurangi dampak stressor.
2. Informational control: Melibatkan kesempatan untuk memperoleh penge tahuan tentang
kejadian yang penuh tekanan
3. Cognitive control): kemampuan untuk menggunakan proses dan strategi ynagsudah
dipikikan untuk mengubah pengaruh stressor dan merupakan pemikiran tentang apa yang
pada akhirnya dilakukan semestinya.
4. Decision control: kesempatam untuk memilih diantara prosedur alternatif dan lainnya.
5. Retrospective control): keyakinan tentang apa dan siapa yang akan menyebabkan
peristiwa yang penuh dengan stress
Self-Efficacy: keyakinan individu atas kemampuan untuk mengatur dan melaksanakan hal-
hal yang diperlakukan untuk melakukan Tindakan sehingga menghasilkan sebuah
pencapaian yang diinginkan.
Gambaran Mental dari Kesakitan (Mental Representation of Illness): relevan untuk
meningkatkan pemahaman terhadapa perilaku kesehatan adalah dengan mempertimbangkan
cara bagaimana orang membuat model-model kesakitan mereka sendiri
RESUME PERTEMUAN 14
Resume Kelompok 11
D. Menafsirkan Gejala-Gejala
Pengalaman Sebelumnya dengan suatu gejala dapat membuat si penderita menjadi
waspada dengan Adanya kemungkinan bahaya. Menurut Leventhal, Jika orang
mengalami suatu perasaan yang berbeda pada tubuhnya atau gejala tertentu dia akan
mencari nama gejala tersebut dan didiagnosis . Dan jika orang didiagnosis atau diperiksa
mereka akan mencari dan menemukan gejalanya. Keseriusan gejala Gejala yang
mempengaruhi bagian tubuh yang sangat berharga misal mata wajah jantung mungkin
ditafsirkan sebagai gejala yang lebih serius serta membutuhkan perhatian lebih daripada
gejala yang menyerang organ yang kurang dihargai.
E. Gambaran Kognitif Dari Kesakitan
Sejumlah peneliti mengatakan bahwa banyak orang yang mempunyai gambaran
kognitif dan Terorganisir tentang kesehatan dan kesakitan yang sangat berpengaruh
terhadap cara mereka bereaksi terhadap gejala ” dan kesakitan. Laventhal mengatakan
bahwa manusia cenderung mendefinisikan atau menampakan kesakitan pada dua tingkat,
Tingkat konkrit mengenal pengalaman gejala dan tingkat abstrak mengenai nama-nama
kesakitan. Sebuah faktor penting dalam interpretasi gejala adalah etiologi kesakitan yang
dirasakan terutama yang terjadi pada 4 tingkat yang berbeda yaitu dalam diri seseorang
pasien, dalam dunia alam, dalam dunia sosial, dan dalam dunia supernatural.
2. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Meliza, Wanto, dan Asha (2020) dengan judul
“Persepsi Masyarakat Sukaraja, Rejang Lebong Terhadap Edaran Menteri Agama
Nomor: SE. 6. Tahun 2020 Mengenai Tata Cara beribadah Saat Pandemi” , diteliti
tanggapan masyarakat terhadap edaran Kemenag tentang ibadah di tempat umum selama
pandemi Covid-19 guna mencegah penyebaran virus yang lebih meluas. Hasil penelitian
menunjukkan persepsi masyarakat yang beragam namun mayoritas masyarakat di daerah
tersebut setuju akan himbauan tersebut. Sikap yang kurang baik yang ditunjukkan oleh
masyarakat tersebut yaitu hanya langsung menanggapi secara refleks tanpa pengetahuan,
sedangkan masyarakat yang mengindahkan edaran tersebut telah mencari informasi-
informasi tentang seberapa berbahayanya Covid-19 ini.
Pendapat lain: edaran tersebut bisa jadi sebagai himbauan bagi wilayah yang masuk
kategori zona merah. Sepanjang daerah kita masih bersih dari penderita covid-19 untuk
apa kita takut ibadah di masjid apa lagi Ramadhan ini menjadi momentum penting untuk
memakmurkan masjid. Saya kira sepanjang kita mampu menjaga kesehatan dan tidak
banyak berkomunikasi dengan jamaah lain yang tidak apa-apa shalat di masjid Dari
pendapat di atas terlihat bahwa seseorang yang memiliki persepsi bahwa virus corona itu
ada dan sangat mematikan maka akan setuju dan mendukung pencegahan dari penularan
virus serta akan menerapkan perilaku hidup yang sekiranya menghindarkan dirinya dari
paparan virus corona. Sebaliknya jika seseorang bahkan tidak percaya akan adanya virus
corona dan menganggap bahwa dirinya aman dari paparan virus maka ia tidak akan
menerapkan protocol kesehatan dan tidak akan melakukan bentuk pencegahan lainnya
sehingga justru akan memperluas rantai penularan.
Resume Kelompok 12
Debra Rickwood, 2012 menyatakan bahwa perilaku mencari bantuan merupakan sebuah
adaptasi dari proses dalam menangani masalah sebagai upaya mendapatkan pertolongan atau
bantuan dari luar yang berkiaitan dengan kesehatan
Sektor awan atau sektor popular didominasi oleh masyarakat biasa atau masyarakat tidak
professional. Sektor Awam sering memberikan nasehat yang bagus, akan tetapi orang awam
tentu memiliki pengetahuan dibawah kaum professional sehingga dapat memperburuk keadaan
atau menunda pengobatan yang diperlukan oleh orang tersebut.
Sektor Tradisional, sektor ini menempati posisi tengah antara sektor awam dan sektor
tradisional
Resume Kelompok 13
Faktor utama yang menentukan hasil konsultasi medis, seperti rasa puas pasien, ketaatan
aturan medis, dan hasil kesehatan ialah “interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan”.
Metode yang digunakan yaitu metode tradisional yaitu mendengarkan gejala-gejala pasien dan
bagaimana mereka mengembangkan, dan kemudian mencari tanda-tanda fisik yang
obyektif.Lalu metode modern yaitu identifikasi tes darah, radiografi, scanner dan macam-macam
penyelidikan lain di laboratorium/ klinik-klinik spesialis.
Kepuasan konsultasi mungkin tidak uni dimensional dan aspek-aspek yang berbeda dari
pertemuan antara dokter dengan pasien harus dibedakan. Contohnya
aspek kognitif (kepuasan terhadap jumlah dan kualitas informasi yang diberikan oleh dokter),
aspek afektif (perasaan pasien bahwa tenaga medis (tidak) mendengarkan memahami, dan
tertarik), dan aspek perilaku (penilaian pasien terhadap kemampuan dokter dalam konsultasi
tersebut)
Ley (1992) melakukan studi tentang tipe-tipe pasien yang berbeda, hasilnya didapatkan
angka antara 8 sampai 82% pasien yang tidak puas. Ley meringkas hasil penemuannya sebagai
berikut :
b. Banyak pasien merasa tidak puas dengan aspek komunikasi dari pertemuan klinis mereka
c. Pemberian informasi saja pada pasien itu tidaklah cukup. Mereka harus diberitahu dalam
cara mereka dapat mengerti dan mengingatnya, karena kurangnya arus-balik dalam
bentuk pertanyaan dan komentar dari pasien, sukar bagi para tenaga kesehatan untuk
memperbaiki komunikasi.
Kebanyakan penjelasan tentang alasan ketidakpuasan menunjuk pada ciri-ciri dokter, ciri-
ciri pasien dan ciri-ciri interaksi di antara keduanya, yaitu pada dokter (tidak mendengarkan
pasien, penggunaan istilah teknis, dan tidak menanggapi pasien secara serius). Pada pasien
(kecemasan pasien, inteligensi, pengalaman terhadap penyakit, mengacuhkan/tidak
mendengarkan apa yang dikatakan dokter, mengkritik dokter, memberikan respon yang menjurus
ke arah seksual, representasi kesakitan). Pada interaksi antara keduanya (alasan-alasan untuk
(ketidak)puasan selalu berhubungan dengan interaksi antara tenaga-tenaga kesehatan dengan
pasiennya). Contohnya, para tenaga seharusnya memberikan informasi kepada pasien sesuaai
dengan tingkat pendidikannya.
a. Para pasien sering tidak tahu arti dari kata-kata yang digunakan oleh para tenaga medis
b. Para pasien mempunyai gagasan sendiri tentang kesakitan yang sering berbeda dengan
gagasan ortodoks yang biasa.apa yang ahli medis katakan akan ditafsirkan dengan
gagasan pasien itu sendiri.
c. Seperti yang diukur oleh laporan pasiennya sendiri atau oleh pendapat para tenaga, atau
oleh tes-tes perilaku, pasien sering gagal untuk mengerti apa yang diberitahukan kepada
mereka oleh tenaga kesehatan.
d. Para pasien sering enggan untuk bertanya keterngan yang lebih lanjut, bahkan Ketika
ingin sekali memperolehnya.
Variabel yang lain adalah memori pasien terhadap informasi medis yaitu Para pasien sering
lupa sebagian besar hal yang telah diberitahukan, Waktu yang telah berlalu antara pemberian
petunjuk dengan pengingatan tentang materi tidak dihubungkan dengan berapa banyak yang
diingat. Ini menunjukkan bahwa para pasien menahan dengan baik apa yang mereka bisa
mengingat segera setelah konsultasi, Jumlah dari pengumuman yang diberikan oleh ahli medis,
baik dalam studi rumah sakit maupun di tempat lain, dihubungkan secara linier dengan pesan
rata-rata yang diingat, dan Tidak ada hubungan yang konsisten antara usia pasien dengan jumlah
yang dapat diingat. Kecuali pasien dengan usia 65 tahun yang mungkin akan semakin sulit untuk
mengingat.
RESUME PERTEMUAN 15
Kelompok 14 (Perilaku Kepatuhan) &15 (Opname di Rumah Sakit)
Perilaku Kepatuhan
Sarafino (1990) mendefinisikan “kepatuhan” atau “ketaatan” (compliance atau adherence)
sebagai “ tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh
dokternya atau oleh yang lain”. Metode-metode untuk mengetahui sejauh mana para pasien
dalam mematuhi nasehat dokter dengan baik, meliputi laporan pasien, laporan dokter,
perhitungan pil dan botol, tes darah dan urine, alat-alat mekanis, observasi langsung, dan hasil
pengobatan. Taylor (1991) menyebut ketidaktaatan sebagai masalah medis yang berat. Dan La
Greca & Stone (1985) menyatakan bahwa menaati reomendasi pengobatan yang dianjurkan
dokter merupakan masalah yang sangat penting. Tingkat ketidaktaatan terbukti cukup tinggi
dalam seluruh populasi medis yang sangat kronis.Dalam studi yang dipublikasikan sebelum 1982
dilaporkan bahwa tingkat ketaatan berkisar antara 20-80%. Tingkat ketaatan tersebut bervariasi
pada studi-studi dan cara pengobatannya. Dunbar & Wazak (1990) menunjukkan bahwa ketaatan
terhadap aturan pengobatan pada anak-anak dan remaja merupakan persoalan yang sama dengan
ketaatan pasien dewasa.
Teori-teori yang lebih baru menekankam faktor situasional dan pasien sebagai peserta yang
aktif dalam proses pengobatannya. Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya, bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan resiko mengenai
kesehatannya. Faktor penting ini seringkali dilupakan. Banyak dokter begitu saja beranggapan
bahwa pasien akan mengikuti apa yang mereka nasehatkan, tanpa menyadari bahwa para pasien
tersebut pertama-tama harus memutuskan lebih dahulu apakah mereka akan melakukanya
(Taylor, 1991).Berbagai aspek komunikasi antara pasien dengan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaatan: misalnya, informasi dengan pengawasan yang kurang, ketidakpuasan terhadap
aspek hubungan emosional dengan dokter, ketidakpuasai terhadap pengobatan yang diberikan.
Frekuensi pengawasan dukungan atau tindakan lanjutan juga cukup penting. Khususnya
hubungan antara kepuasan dengan ketaatan telah banyak diteliti. Variabel-variabel demografis,
umur, dan lingkungan juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan.
Berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan ketaatan, antara lainmeningkatkan
ketrampilan komunikasi para dokter, memberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakit
yang dideritanya serta cara pengobatannya, keterlibatan lingkungan sosial (misalnya keluarga),
dan beberapa pendekatan perilaku. Selain itu perlu adanya modifikasi perilaku dari pasien
dengan pengelolaan diri (self-management), pengingat, penguatan (reinforcement), pengawasan
yang ditingkatkan (increased supervision), dan meningkatkan keterlibatan orang tua, intervensi
pendidikan, memonitor diri (self-monitoring).
Kelompok 16
PROMOSI KESEHATAN
A. Konseptualisasi
5 bidang pokok promosi kesehatan :
Mencapai kesehatan masuarakat
Perkembangan lingkungan yang berdampak pada kesehatan
Menguatkan jaringan-jaringan sosial dan dukungan-dukungan sosial
Promkes yang positif dan siasat-siasat penanggulangan yang tepat (kunci dalam
promosi kesehatan)
Menambah pengetahuan dan menyebarkan informasi yang bertalian dengan
kesehatan.
dari titik pandang para psikolog dan para ahli kesehatan lainnya, promosi kesehatan
dan kesejahteraan mengacu pada usaha untuk mengurus orang sehat daripada orang
sakit, dengan maksud untuk meningkatkan derajat kesehatan.
B. Model –model promkes
1. Pendekatan profesional: Health Belief Model, Theory of Reasoned Action, dan
Health Field Concept.
2. Pendekatan praktis: model P.R.E.C.E.D.E (Predisposing, Reinforcing, and
Enabling Causes in Education Diagnosis and Evaluation).
C. Konsep promkes
1. Pencegahan primari prevention (bagaimana mengenal dan mengobati kesakitan
secepat mungkin) & tertiary prevention (bagaimana memperkecil konsekuensi-
konsekuensi kerugian kesehatan dan cacat).
2.Pendidikan kesehatan fungsi : membangkitkan perubahan pola hidup lebih
baik dalam masyarakat tentang aspek yang merugikan kesehatan lingkungan dan
sumber sosial penyakit
D. Hambatan pada promkes
Hambatan individu (persepsi sehat /sakit), perlunya jaringan koperas dan perencanaan
rumit, hambatan bidang psikologi, sikap medical establisment dimana masih mendorong
menyembuhkan drpd mencegah.
E. Kelompok sasaran
Sekolah contoh program pencegahan rokok pada siswa SMA
Tempat kerja sebagian besar masyarakat menghabiskan waktu di tempat kerja
Masyarakat mrpkn tokoh utama dalam promkes
Kelompok 17
Risiko kematian bertambah berhubungan dengan populasi perokok yang dimulai sejak
dini . determinan merokok Faktor ligkungan ( teman sebaya, orang tua, saudara),
Variabel demografis (Umumr, jenis kelamin), Faktor sosio kultural (kebiasaan budaya,
kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan, gengsi pekerjaan.
Matrik promkes 4 langkah :
Analisis problema
Merokok mengancam kesehatan seperti penyakit jantung dan kanker.
Penyelidikan faktor-faktor penentu
Perlu mengetahui penyebab perilaku merokok
Program pencegahan
membantu kaum muda untuk melawan tekanan sosial namun dalam kaitan
kesehatan
Evaluasi
Berdasarkan penelitian terkait efek program pencegahan di kalangan muda.
Kelompok yang mengikuti program dapat mengurangi aktivitas merokok
Teori Psikologis pencegahan aids health belief model , self eficacy, model atribusi, teori
reasoned action, teory planned behaviour , preceived vulnerability, health locus of control model