Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan adalah salah satu unsur utama dalam setiap kehidupan seseorang.

Kesehatan sangat menunjang dalam aktivitas setiap manusia. Pembangunan kesehatan

dalam kehidupan berbangsa sangat besar nilai investasinya terutama terhadap sumber

daya manusia. Dengan adanya penduduk suatu bangsa yang terjaga kesehatannya

dengan baik, bangsa tersebut akan memiliki sumber daya yang manusia yang lebih

optimal dalam pembangunan. Pembiayaan kesehatan dalam suatu negara merupakan

aspek penting yang sangat menunjang pencapaian target Indeks Pambangunan

Manusia ( Human Development Index / HDI ). Banyak faktor yang mempengaruhi

kebijakan pembiayaan kesehatan suatu negara, salah satunya adalah faktor politik.

Suasana perpolitikan suatu negara dan kebijakan pemerintahan yang sedang berkuasa

ikut menentukan besarnya anggaran yang dialokasikan untuk sektor kesehatan.

Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan

kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan

kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar

masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan

kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang

sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan

peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan

hanya puskesmas atau balkesmas saja, tetapi juga bentukbentuk kegiatan lain, baik

yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang

secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan. (Juanita, 2002).

Kesehatan merupakan investasi bagi setiap manusia dan memiliki kontribusi

1
yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Kesehatan Manusia (IPKM).

Undang – Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009

menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi – tingginya, pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang,

sehingga mampu mewujudkan bangsa yang berdaya saing secara global.

Wulansari (2007) menyebutkan bahwa sejak era reformasi, paradigma sehat

digunakan sebagai landasan pembangunan kesehatan yang berarti pembangunan

kesehatan harus mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan

upaya kuratif dan rehabilitatif. Salah satu grand strategi Depkes adalah

mengutamakan anggaran kesehatan pemerintah untuk upaya pencegahan dan promosi

kesehatan. Dengan demikian program promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk

upaya promotif dan preventif mendapat tempat yang sangat penting dalam

pembangunan kesehatan.

Menurut Tjiptoherijanto. dkk (1994), persoalan pembiayaan kesehatan pada

dasarnya bukan hanya persoalan sektor kesehatan saja, melainkan juga

mencerminkan kesulitan perekonomian secara menyeluruh. Oleh karena itu

diperlukan strategi untuk mengembangkan kegiatan – kegiatan sektor kesehatan

sehingga sumber daya yang ada dapat dipetakan dan diberdayakan untuk fokus

memenuhi kompas kebutuhan kesehatan. Selanjutnya baru mulai difikirkan sumber

– sumber dukungan alternatif dalam mencari pembiayaan ke depan.

2
Anggaran kesehatan negara maju sudah mencapai 10 % bahkan lebih dari total

anggaran belanja negara tersebut sedangkan di Indonesia jumlah tersebut masih

menjadi harapan saja. Sejak diberlakukannya Undang – Undang Otonomi Daerah,

jumlah anggaran kesehatan tiap daerah menjadi sangat bervariasi. Data statistik

yang diperoleh dari Departemen Kesehatan, menyebutkan bahwa anggaran lebih

banyak dimanfaatkan untuk upaya kuratif. Tahun 2007 menunjukkan bahwa, 53%

anggaran digunakan untuk pelayanan medik sedangkan untuk promotif 17 % dan

preventif 8 %. Keadaan tahun 2008 bahkan lebih buruk, upaya promotif hanya

mendapatkan 10 % dan preventif 3,5 % dari total anggaran yang ada (Depkes,

2009).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Pembiayaan Kesehatan

1.2.2 Tujuan Pembiayaan Kesehatan

1.2.3 Kegiatan antar Sektor di dalam Promosi Kesehatan

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Untuk Mengetahui Apa Pembiayaan Kesehatan?

1.2.2 Untuk Mengetahui ApaTujuan dari Pembiayaan Kesehatan?

1.2.3 Untuk Mengetahui Apa-Apa Saja Kegiatan antar Sektor di dalam Promosi

Kesehatan?

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pembiayaan Kesehatan

Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan pembiayaan kesehatan.

Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan

dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

Biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu berdasarkan:

1. Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider), adalah besarnya dana yang harus

disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan, maka dilihat pengertian

ini bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan utama

pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan

menyelenggarakan upaya kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan

kesehatan lebih menunjuk kepada seluruh biaya investasi (investment cost) serta

seluruh biaya operasional (operational cost).

4
2. Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer), adalah besarnya dana yang harus

disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Dalam hal ini biaya kesehatan

menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan, namun dalam batas-batas

tertentu pemerintah juga turut serta, yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhan

kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Besarnya

dana bagi pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus

dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.

(Azwar, A. 1999).

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan

yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai

berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya

adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health care)

dan pelayanan yang berkualitas (assured quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan

kesehatan di suatu negara seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan

pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy),

pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari

pembiayaan kesehatan itu sendiri. (Departemen Kesehatan RI, 2004).

Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai (health care

financing) akan menolong pemerintah di suatu negara untuk dapat memobilisasi

sumber-sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya secara rasional serta

menggunakannya secara efisien dan efektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan yang

mengutamakan pemerataan serta berpihak kepada masyarakat miskin (equitable and

pro poor health policy) akan mendorong tercapainya akses yang universal. Pada aspek

yang lebih luas diyakini bahwa pembiayaan kesehatan mempunyai kontribusi pada

perkembangan sosial dan ekonomi.

5
Pelayanan kesehatan itu sendiri pada akhir-akhir ini menjadi amat mahal baik

pada negara maju maupun pada negara berkembang. Penggunaan yang berlebihan

dari pelayanan kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah satu penyebab

utamanya. Penyebab yang lain adalah dominasi pembiayaan pelayanan kesehatan

dengan mekanisme pembayaran tunai (fee for service) dan lemahnya kemampuan

dalam penatalaksanaan sumber-sumber dan pelayanan itu sendiri (poor management

of resources and services). (Departemen Kesehatan RI, 2004).

Pelayanan kesehatan memiliki beberapa ciri yang tidak memungkinkan setiap

individu untuk menanggung pembiayaan pelayanan kesehatan pada saat diperlukan:

1) Kebutuhan pelayanan kesehatan muncul secara sporadik dan tidak dapat

diprediksikan, sehingga tidak mudah untuk memastikan bahwa setiap individu

mempunyai cukup uang ketika memerlukan pelayanan kesehatan.

2) Biaya pelayanan kesehatan pada kondisi tertentu juga sangat mahal, misalnya

pelayanan di rumah sakit maupun pelayanan kesehatan canggih (operasi dan tindakan

khusus lain), kondisi emergensi dan keadaan sakit jangka panjang yang tidak akan

mampu ditanggung pembiayaannya oleh masyarakat umum.

3) Orang miskin tidak saja lebih sulit menjangkau pelayanan kesehatan, tetapi juga

lebih membutuhkan pelayanan kesehatan karena rentan terjangkit berbagai

permasalahan kesehatan karena buruknya kondisi gizi, perumahan.

4) Apabila individu menderita sakit dapat mempengaruhi kemampuan untuk berfungsi

termasuk bekerja, sehingga mengurangi kemampuan membiayai. (Departemen

Kesehatan RI, 2004).

6
Organisasi kesehatan se-dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi

pembiayaan kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan

dan program aksi itu pada umumnya adalah dalam area sebagai berikut:

1) Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan.

2) Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan

kesehatan masyarakat miskin.

3) Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi

kesehatan sosial.

4) Penggalian dukungan nasional dan internasional

5) Penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional.

6) Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan

fakta ilmiah.

7) Pemantauan dan evaluasi.

Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan kepada

beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program kesehatan prioritas,

reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan (out of pocket funding),

menghilangkan hambatan biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan

dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya

(resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan dapat diterima pengguna jasa.

Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun

secara garis besar berasal dari:

1. Anggaran pemerintah.

7
2. Anggaran masyarakat.

3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri.

4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat.

Tingginya biaya kesehatan disebabkan oleh beberapa hal, beberapa yang

terpenting diantaranya sebagai berikut:

1. Tingkat inflasi Apabila terjadi kenaikan harga di masyarakat, maka secara otomatis

biaya investasi dan juga biaya operasional pelayanan kesehatan akan meningkat pula,

yang tentu saja akan dibebankan kepada pengguna jasa.

2. Tingkat permintaan Pada bidang kesehatan, tingkat permintaan dipengaruhi

sedikitnya oleh dua faktor, yaitu meningkatnya kuantitas penduduk yang memerlukan

pelayanan kesehatan, yang karena jumlahnya lebih atau bertambah banyak, maka

biaya yang harus disediakan meningkat pula. Faktor kedua adalah meningkatnya

kualitas penduduk. Dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang lebih baik,

mereka akan menuntut penyediaan layanan kesehatan yang baik pula dan hal ini

membutuhkan biaya pelayanan kesehatan yang lebih baik dan lebih besar.

3. Kemajuan ilmu dan teknologi Sejalan dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi

dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan (penggunaan peralatan kedokteran yang

modern dan canggih) memberikan konsekuensi tersendiri, yaitu tingginya biaya yang

harus dikeluarkan dalam berinvestasi. Hal ini membawa akibat dibebankannya biaya

investasi dan operasional tersebut pada pemakai jasa pelayanan kesehatan.

4. Perubahan Pola Penyakit Meningkatnya biaya kesehatan juga dipengaruhi adanya

perubahan pola penyakit, yang bergeser dari penyakit yang sifatnya akut menjadi

penyakit yang bersifat kronis. Dibandingkan dengan berbagai penyakit akut,

8
perawatan berbagai penyakit kronis ternyata lebih lama. Akibatnya biaya yang

dikeluarkan untuk perawatan dan penyembuhan penyakit ini akan lebih besar. Hal ini

akan sangat mempengaruhi tingginya biaya kesehatan.

5. Perubahan pola pelayanan kesehatan Perubahan pola pelayanan kesehatan ini

terjadi akibat perkembangan keilmuan dalam bidang kedokteran sehingga terbentuk

spesialisasi dan subspesialisasi yang menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi

terkotakkotak (fragmented health service) dan satu sama lain seolah tidak

berhubungan. Akibatnya sering terjadi tumpang tindih atau pengulangan metoda

pemeriksaan yang sama dan pemberian obat-obatan yang dilakukan pada seorang

pasien, yang tentu berdampak pada semakin meningkatnya beban biaya yang harus

ditanggung oleh pasien selaku pengguna jasa layanan kesehatan ini. Selain itu, dengan

adanya pembagian spesialisasi dan subspesialisasi tenaga pelayanan kesehatan,

menyebabkan hari perawatan juga akan meningkat.

6. Perubahan Pola Hubungan Dokter-Pasien Sistem kekeluargaan yang dulu

mendasari hubungan dokter-pasien seakan sirna. Dengan adanya perkembangan

spesialisasi dan subspesialisasi serta penggunaan berbagai peralatan yang ditunjang

dengan kemajuan ilmu dan teknologi, mengakibatkan meningkatnya biaya yang harus

dikeluarkan oleh pasien, hal ini tentu saja membuat pasien menuntut adanya kepastian

pengobatan dan penyembuhan dari penyakitnya. Hal ini diperberat dengan semakin

tingginya tingkat pendidikan pasien selaku pengguna jasa layanan kesehatan, yang

mendorong semakin kritisnya pemikiran dan pengetahuan mereka tentang masalah

kesehatan. Hal tersebut diatas mendorong para dokter sering melakukan pemeriksaan

yang berlebihan (over utilization), demi kepastian akan tindakan mereka dalam

melakukan pengobatan dan perawatan, dan juga dengan tujuan mengurangi

kemungkinan kesalahan yang dilakukan dalam mendiagnosa penyakit yang diderita

9
pasiennya. Konsekuensi yang terjadi adalah semakin tingginya biaya yang dibutuhkan

oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

7. Lemahnya mekanisme pengendalian biaya Kurangnya peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan untuk mengatur dan membatasi pemakaian

biaya pelayanan kesehatan menyebabkan pemakaiannya sering tidak terkendali, yang

akhirnya akan membebani penanggung (perusahaan) dan masyarakat secara

keseluruhan.

8. Penyalahgunaan asuransi kesehatan Asuransi kesehatan (health insurance)

sebenamya merupakan salah satu mekanisme pengendalian biaya kesehatan, sesuai

dengan anjuran yang diterapkan oleh pemerintah. Tetapi jika diterapkan secara tidak

tepat sebagaimana yang lazim ditemukan pada bentuk yang konvensional (third party

sistem) dengan sistem mengganti biaya (reimbursement) justru akan mendorong

naiknya biaya kesehatan. (Medis Online, 2009).

Biaya kesehatan banyak macamnya, karena kesemuanya tergantung dari jenis dan

kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan atau yang dimanfaatkan.

Biaya kesehatan tersebut dapat dibedakan atas dua macam yaitu:

1) Biaya pelayanan kedokteran

Biaya yang dimaksudkan adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan

atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni yang tujuan utamanya untuk

mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.

2) Biaya pelayanan kesehatan masyarakat

10
Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau

memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yaitu yang tujuan utamanya

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.

Sama halnya dengan biaya kesehatan secara keseluruhan, maka masing-masing biaya

kesehatan ini dapat pula ditinjau dari dua sudut yaitu dari sudut penyelenggara

kesehatan (health provider) dan dari sudut pemakai jasa pelayanan (health consumer).

2.Tujuan Pembiayaan Kesehatan

Berdasarkan karakteristik tersebut, sebuah sistem pembiayaan pelayanan

kesehatan haruslah bertujuan untuk:

1) Risk spreading, pembiayaan kesehatan harus mampu meratakan besaran resiko

biaya sepanjang waktu sehingga besaran tersebut dapat terjangkau oleh setiap rumah

tangga. Artinya sebuah sistem pembiayaan harus mampu memprediksikan resiko

kesakitan individu dan besarnya pembiayaan dalam jangka waktu tertentu (misalnya

satu tahun). Kemudian besaran tersebut diratakan atau disebarkan dalam tiap bulan

sehingga menjadi premi (iuran, tabungan) bulanan yang terjangkau.

2) Risk pooling, beberapa jenis pelayanan kesehatan (meskipun resiko rendah dan

tidak merata) dapat sangat mahal misalnya hemodialisis, operasi spesialis (jantung

koroner) yang tidak dapat ditanggung oleh tabungan individu (risk spreading). Sistem

pembiayaan harus mampu menghitung dengan mengakumulasikan resiko suatu

kesakitan dengan biaya yang mahal antar individu dalam suatu komunitas sehingga

kelompok masyarakat dengan tingkat kebutuhan rendah (tidak terjangkit sakit, tidak

membutuhkan pelayanan kesehatan) dapat mensubsidi kelompok masyarakat yang

membutuhkan pelayanan kesehatan. Secara sederhana, suatu sistem pembiayaan akan

11
menghitung resiko terjadinya masalah kesehatan dengan biaya mahal dalam satu

komunitas, dan menghitung besaran biaya tersebut kemudian membaginya kepada

setiap individu anggota komunitas. Sehingga sesuai dengan prinsip solidaritas,

besaran biaya pelayanan kesehatan yang mahal tidak ditanggung dari tabungan

individu tapi ditanggung bersama oleh masyarakat.

3) Connection between ill-health and poverty, karena adanya keterkaitan antara

kemiskinan dan kesehatan, suatu sistem pembiayaan juga harus mampu memastikan

bahwa orang miskin juga mampu pelayanan kesehatan yang layak sesuai standar dan

kebutuhan sehingga tidak harus mengeluarkan pembiayaan yang besarnya tidak

proporsional dengan pendapatan. Pada umumnya di negara miskin dan berkembang

hal ini sering terjadi. Orang miskin harus membayar biaya pelayanan kesehatan yang

tidak terjangkau oleh penghasilan mereka dan juga memperoleh pelayanan kesehatan

di bawah standar.

4) Fundamental importance of health, kesehatan merupakan kebutuhan dasar

dimana individu tidak dapat menikmati kehidupan tanpa status kesehatan yang baik.

3. Kegiatan antar Sektor di dalam Promosi Kesehatan

1. KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DI DALAM GEDUNG PUSKESMAS

Promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas adalah promosi kesehatan yang

dilaksanakan dilingkungan dan gedung puskesmas seperti di tempat pendaftaran,

poliklinik, ruang perawatan, laboratorium, kamar obat, tempat pembayaran dan

halaman puskesmas, dengan perincian sebagai berikut:

A. Di Tempat Pendaftaran Jenis informasi yang disediakan antara lain adalah:

1. Alur pelayanan puskesmas

12
2. Jenis pelayanan kesehatan

3. Denah poliklinik

4. Informasi masalah kesehatan yang menjadi issu pada saat itu

5. Peraturan kesehatan seperti; dilarang merokok, dilarang meludah sembarangan,

membuang sampah pada tempatnya dan lain-lain.

6. Petugas memberikan salam dan sambutan yang menyenangkan pada pengunjung

puskesmas dengan baik.

B. Di Poliklinik Jenis informasi yang disediakan antara lain adalah:

1. Petugas meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan2 pasien tentang penyakit

& obatnya.

2. Menyediakan berbagai media seperti lembar balik (flashcard), poster,

gambar-gambar, model anatomi dan brosur (leaflet).

3. Di ruang tunggu perlu dipasang media seperti poster, brosur, peutaran film,

pemutaran radio, tape recorder dan media lain yang berisi penyakit dan cara

pencegahannya serta berbagai jenis pelayanan yang bisa diperoleh dipuskesmas

tersebut.

C. Di Ruang Pelayanan KB & KIA Jenis informasi yang disediakan antara lain

adalah:

1. Petugas meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan2 pasien tentang penyakit

& obatnya serta pelayanan2 lain yang berhubungan dengan bayi, anak, ibu hamil, ibu

menyusui maupun alat kontra sepsi.

2. Menyediakan berbagai media seperti lembar balik (flashcard), poster,

gambar-gambar, model anatomi dan brosur (leaflet) khususnya masalah penyakit pada

13
bayi, anak dan seputar kehamilan, persalinan dan lain sebagainya termasuk informasi

tentang Keluarga Berencanan (KB).

3. Di ruang tunggu perlu dipasang media seperti poster, brosur, pemutaran film,

pemutaran radio dan media lain yang berisi penyakit dan cara pencegahannya serta

berbagai jenis pelayanan yang bisa diperoleh dipuskesmas tersebut terutama penyakit

pada bayi dan anak, pentingnya memeriksakan kehamilannya secara teratur, tablet Fe

bagi ibu hamil, imunisasi lengkap bagi bayi, tumbuh kembang balita, KB dan lain

sebagainya.

D. Di Ruang Perawatan Inap Jenis informasi yang disediakan antara lain adalah:

1. Di tempat tidur Dilakukan oleh petugas di tempat tidur kepada pasien yang masih

belum dapat atau masih belum bisa meninggalkan tempat tidurnya, akan lebih efektif

apabila menggunakan lembar balik (flashcard) yang sedikit kalimatnya dan atau alat

peraga yang tepat lainnya.

2. Penggunaan bahan bacaan (biblioterapi) Dilakukan dengan peminjaman bahan2

bacaan dan atau bedside health promotion dengan cara patugas membacakan bahan

bacaan sambil melakukan promosi kesehatan.

3. Penyuluhan berkelompok Dilakukan kepada pasien atau keluarga dikumpulkan

pada suatu tempat (misalnya aula) dengan maksud untuk meningkatkan pengetahuan

serta mengubah sikap dan perilaku sekaligus menjadi salah satu media sosialisasi

antar pasien. Kegiatan ini lebih bersifat menghibur, santai dan dapat diselingi rekreasi

(misalnya dihalaman puskesmas). Metode ini akan lebih efektif menggunakan alat

peraga atau media promosi yang bersifat menghibur seperti simulasi atau permainan.

Media yang bisa digunakan antara lain; flipchart, poster, standing banner,laptop, LCD

projector dan lain sebagainya.

14
4. Pemanfaatan ruang tunggu Ruang tunggu yang memadahi sangatlah cocok untuk

digunakan sebagai sarana untuk binasuasana bagi para pengunjung. Di dalam ruang

tunggu juga perlu disediakan berbagai media promosi seperti poster, brosur,

pemutaran film, pemutaran radio, TV dan media lain.

5. Pendekatan keagamaan Petugas kesehatan baik secara mandiri ataupun melalui

bantuan pemuka agama dapat mengajak pasien/keluarga untuk berdo’a sesuai

keyakinan agamanya, menyediakan bahan bacaan keagamaan, kitab suci dan

membimbing membacanya atau membuat acara keagamaan yang dilakukan secara

personal maupun kelompok. Frekwensinya bisa bersifat harian, mimgguan atau

bulanan secara rutin.

E. Di Laboratorium Umumnya pengunjung diruang ini tidak terlalu lama menunggu,

oleh kerena itu jenis informasi yang disediakan harus bersifat swalayan (self service)

seperti poster/standing banner yang dapat di baca dan leaflet yang dapat diambil yang

berisikan informasi tentang pentingnya penegakaan diagnosis, manfaat screening

kesehatan secara berkala, jenis pelayanan maupun pola tarifnya dan lain sebagainya.

F. Di Kamar Obat Jenis informasi yang disediakan di ruang ini adalah poster/standing

banner yang dapat di baca, leaflet yang dapat diambil , pemutaran TV, tape recorder

atau player yang berisikan informasi tentang manfaat obat generik & keuntungan

menggunakannya, kesabaran & kedisiplinan menggunakan obat sesuai petunjuk

dokter serta pentingnya Taman Obat Keluarga (TOGA).

G. Di Tempat Pembayaran Sebelum pasien/keluarga pulang sebaiknya seluruh

petugas memberi pelayanan yang hangat sebagai salam perpisahan, ucapan terima

15
kasih maupun selamat jalan semoga bertambah sehat serta jangan lupa sampaikan

kapanpun membutuhkan pelayanan lagi jangan ragu-ragu untuk datang lagi di

Puskesmas anda. Akan lebih terkesan lebih baik apa bila fase terminasi ini

dimanfaatkan untuk promosi pelayanan dengan memberikan cindera mata sederhana

seperti, leaflet, kalender, buku saku, CD dan lain sebagainya yang bermanfaat bagi

kesehatan.

H. Di Klinik Khusus Pada umumnya poliklinik khusus di puskesmas antara lain

klinik gizi, klinik sanitasi, klinik konsultasi remaja, klinik PHBS dan lain sebaginya.

Oleh karena itu promosi kesehatan yang paling efektif adalah berupa konseling

dengan didukung oleh semua media dan alat peraga diatas sesuai kebutuhan

masing-masing pasien/klien seperti; lembar balik, leaflet, poster, banner, buku saku,

CD, pantoom, TV dan lain sebagainya.

I. Di Halaman Puskesmas Jenis informasi yang disediakan antara lain adalah:

1. Di tempat parkir Karena tempat ini biasanya berupa lapangan parkir, sebaiknya

promosi kesehatan bersifat umum seperti himbauan ber-PHBS, larangan merokok,

larangan menyalahgunakan Narkoba, bahaya napza dan lain sebagainya dengan

menggunakan media baliho/bilboard, spanduk dan media serupa lainya.

2. Di taman puskesmas Taman puskesmas disamping diperlukan sebagai media

memperindah halaman dapat dijadikan sebagai model promosi kesehatan dengan

memberikan contoh-contoh Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan contoh tanaman

bergizi seperti sayuran dan buah-buahan (warung hidup) sekaligus diberikan

penjelasan kandungan gizi maupun manfaatnya.

3. Di dinding puskesmas Dinding puskesmas dapat dimanfaatkan untuk promosi

16
kesehatan dengan menggunakan poster dan media serupa lainnya yang ditata seindah

dan serapi mungkin (jangan terlalu banyak) yang berisi pesan-pesan umum tentang

kesehatan dan PHBS.

4. Di pagar puskesmas Pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada waktu peringatan

Hari Kesehatan Nasional (HKN), hari tembakau, hari gizi dan lain sebagainya, pagar

dapat dimanfaatkan sebagai media promosi melalui pemasangan spanduk, rontek,

umbul-umbul atau bahkan murral, semuanya harus dipertimbangkan agar tidak

merusak keindahan.

5. Di kantin/warung kawasan puskesmas Di tempat ini sebaiknya pesan yang

disampaikan berisikan tentang makanan sehat, pesan gizi seimbang, keluarga sadar

gizi dan PHBS dengan menggunakan poster, neon box, leaflet, selebaran dan lain

sebagainya.

6. Di tempat ibadah Di tempat ibadah (seperti musholla) akan lebih tepat digunakan

untuk menyampaikan informasi seputar kesehatan rokhani (jiwa) dikaitkan dengan

perintah-perintah agama dengan menggunakan poster, neon box, leaflet, selebaran

buku saku, bahan bacaan dan lain sebagainya yang bersifat gratis.

2. KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DI LUAR GEDUNG PUSKESMAS

Kegiatan ini berupa promosi kesehatan yang dilakukan dengan sasaran masyarakat

yang berada di wilayah kerja puskesmas yang bersangkutan sebagai upaya untuk

meningkatkan PHBS dengan pengorganisaian masyarakat. Pelaksanaan promkes

diluar gedung dilaksanakan puskesmas bekerjasama dengan berbagai fihak potensial

melalui metode advokasi, binasuasana, gerakan pemberdayaan yang dijiwai semangat

kemitraan dengan kegiatan sebagai berikut:

A. Promosi kesehatan melalui pendekatan individu

17
B. Promosi kesehatan melalui pendekatan kelompok (TP PKK, karang taruna,

posyandu, SBH, majlis taklim dan lain sebagainya)

C. Promosi kesehatan melalui pendekatan organisasi masyarakat (ormas) seperti

kelompok kesenian tradisional dan lain sebagainya

D. Penggerakan dan pengorganisaian masyarakat melalui:

1. Kunjungan rumah

2. Pemberdayaan berjenjang

3. Pengorganisasian masyarakat melalui Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah

Masyarakat Desa (MMD)

BAB III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk

menyelenggarakan dan/ atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang

diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat ( Azrul Azwar :

2004 ). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua pihak yang

terlibat yaitu pelaksana pelayanan kesehatan ( provider ) dan pengguna jasa pelayanan

18
kesehatan. Bagi pelaksana upaya kesehatan terkait dengan besarnya dana

penyelenggaraan upaya kesehatan, sedangkan dari sisi pengguna jasa layanan

berhubungan dengan besarnya dana yang diperlukan untuk mendapatkan manfaat

suatu pelayanan kesehatan.

Menurut Azrul Azwar ( 2004 ), biaya kesehatan digolongkan menjadi biaya

pelayanan kedokteran dan biaya pelayanan kesehatan masyarakat. Biaya pelayanan

kedokteran merupakan komponen biaya yang dikeluarkan dalam penyelenggaraan

atau pemanfaatan pelayanan kedokteran dengan tujuan utama lebih ke arah

pengobatan dan pemulihan kesehatan ( aspek kuratif dan rehabilitatif ) dengan

sumber pembiayaan dari sektor pemerintah dan swasta. Sedangkan biaya pelayanan

kesehatan masyarakat adalah biaya yang dikeluarkan dalam penyelenggaraan atau

pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat dengan tujuan utama lebih ke upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit (aspek promotiif dan rehabilitatif )

dengan sumber dana utama dari pemerintah.

1.2 SARAN

Dengan adanya makalah Analisis Pembiayaan Kesehatan ini diharapkan

mampu memberikan pemahaman kepada kita terutama sebagai mahasiswa Magister

Kesehatan Masyarakat dalam menganalisa pembiayaan kesehatan seperti apa saja

yang ada di dalam upaya promosi kesehatan masyarakt di Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

………….., 2004, Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional, Sekertaris Negara Republik Indonesia, Jakarta. Askes PT, 2009,

Journal Sistem Pembiayaan Kesehatan, Febri Endra Budi Setyawan, Universitas

Malang, 2018, Diakses tanggal 27 November 2018.

Asuransi Kesehatan Indonesia, Jakarta, Indonesia, Diakses tanggal 27 November

2018, (http:/ /Id.Wikipedia.Org/Wiki/ Asuransi_Kesehatan_Indonesia)

20
Andreas, 2009, Defisi Asuransi, Jakarta, Diakses tanggal 27 November 2018,

(http://jurnal-sdm.blogspot.com/

2009/08/asuransi-insurance-assurance-definisi.html)

AAzwar, A, 1999, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara.

Jakarta.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan,

Universitas Sumatera Utara, Diakses tanggal 10 November 2018, (www.

repository.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/3747/1/ fkm-juanita5.pdf).

University.

Juanita,2002. Kesehatan dan Pembangunan Nasional. Medan: Thesis Magister AKK

FKM USU.

Wulansari, Eka. (2007) Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan.

(Online). Tanggal Akses 27 November 2018.11.27

Tjiptoherijanto P.and Soesetyo,.B,.1994, Ekonomi Kesehatan, Rineke Cipta, Jakarta

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Azwar,Saefuddin.1999.Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha.

Depertemen Kesehatan RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit, Jakarta.

Azwar, Azrul. (2004).”Kecendrungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa

Datang”.Diakses Tanggal 25 November 2018

21
22

Anda mungkin juga menyukai