PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Journal of Public Health, Vol. 3, No. 1, Juli 2006: 19-23, anak usia di
bawah lima tahun (Balita) adalah golongan anak yang rentan terhadap
dan protein yang kurang dalam waktu yang cukup lama. Bila kekurangan
Anemia gizi besi ini terjadi karena kandungan zat besi makanan yang
gizi besi di Indonesia untuk anak usia 6 bulan-5 tahun sekitar 24% (dari
(ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. (7) Survei Kesehatan
bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar
61,3%, 64,8% dan 48,1%.(8) Penelitian kohort terhadap 211 bayi berusia 0
1
40,8% dan 47,4%.(9) Pada usia balita, prevalens tertinggi DB umumnya
terjadi pada tahun kedua kehidupan akibat rendahnya asupan besi melalui
faktor yang saling terkait antara lain adalah jumlah zat besi dalam
dan infeksi. Keadaan anemia gizi besi pada balita diketahui melalui
Balita Balita kelompok umur 13–24 bulan sebagian besar tidak mengalami
anemia (Hb > 11 gr/dl). Namun proporsi balita yang menderita anemia
sebagian besar berada pada kelompok umur 13–24 bulan karena pada
status gizi baik. Pada balita anemia maupun tidak anemia sebagian besar
sama-sama mengalami sakit dalam satu bulan terakhir dan sakit yang
paling sering diderita adalah batuk dan demam. Batuk dan demam adalah
salah satu dari penyakit infeksi yang dapat menyebabkan gangguan gizi.
pada sasaran ibu hamil, sedangkan kelompok lainnya seperti anak balita
2
belum ditangani. Kelompok usia yang paling tinggi mengalami Defisiensi
Besi (DB) adalah usia balita (0-5 tahun) sehingga kelompok usia ini
anemia, terutama yang berlangsung lama dan terjadi pada usia 0-2 tahun
kelangsungan pembangunan.
B. RUMUSAN MASALAH
pada Balita?
C. TUJUAN
3
D. MANFAAT
Makalah ini ditujukan agar para pembaca dapat lebih memahami Anemia
pada Balita. Sehingga para pembaca dapat mengerti dengan jelas bahwa
anemia merupakan kadar hemoglobin(Hb) dalam sel darah merah kurang dari
4
BAB II
PEMBAHASAN
MENURUT REFERENSI
mereka mendapat terapi zat besi. Lebih lanjut di Alaska, penyakit diare
dan saluran pernafasan lebih umum ditemui pada orang-orang eskimo dan
berakibat fatal pada anak-anak dengan kadar hemoglobin di atas 10,1 g/dl,
5
imunitas humoral. Peranan sirkulasi antibodi sampai sekarang dianggap
pada tikus-tikus dengan menurunkan setiap 10% jumlah zat besi dalam
sesuai dengan penurunan jumlah, zat besi dalam diit. Penurunan fifer
Invitro responsif dari limfosit dalam darah tepi dari pasien defisiensi
besi terhadap berbagai mitogen dan antigen merupakan topik hangat yang
reduksi yang nyata jumlah sel T pada 9 anak yang menderita defisiensi
besi. Sesudah pemberian Suplemen besi selama empat minggu, jumlah sel
menurut kadar hemoglobin yaitu defisiensi besi berat (Hb<8,0 g/dl). Pada
anak yang defisiensi besi sedang (Hb antara 8,0 - 10,0 g/dl), defisiensi
ringaan (Hb antara 10,1 - 12,0 g/dl), dan normal (Hb > 12 g/dl). Pada anak
yang defisiensi berat dan sedang terjadi depresi respons terhadap PHA
6
oleh limfosit, sedangkan pada kelompok defisiensi ringan dan normal tidak
fungsional sel fagositosis. Dalam hal ini, defisiensi besi dapat mengganggu
yang mengandung Fe. sel-sel sumsum tulang dari penderita kurang besi
mengandung asam nukleat yang sedikit dan laju inkorporasi (3H) thymidin
Secara umum sel T, dimana limfosit berasal, berkurang pada hewan dan
mengenai hubungan antara keadaan kurang besi dan dengan uji kognitif.
7
banyak penelitian membuktikan bahwa defisiensi besi mempengaruhi
perbedaan skor mental (p<0,05) dan skor motorik (p<0, 05) antara
yang menderita defisiensi besi dan 15 orang anak yang normal, status
defisiensi besi menunjukkan skor yang lebih rendah daripada anak yang
besi dengan skor rendah pada awal penelitian, menjadi normal status
menyamai skor kognitif anak yang normal yang dalam hal ini sebagai
kelompok kontrol.
dan sakit kepala atau pening adalah gejala awal anemia. Pada kasus yang
lebih parah, sesak nafas disertai gejala lemah jantung dapat terjadi. Untuk
darah.
8
4. Strategi Penanggulangan Anemia Gizi pada Balita
diarahkan agar :
mendapat
sesuai.
hamil.
hamil
9
3. Terhadap penyebab mendasar :
wanita.
10
(RSUD Bantul melakukan analisis kadar Hb menggunakan metode
orang.
Asupan kalori dan zat gizi ibu jika dibandingkan dengan angka
kecukupan gizi untuk ibu menyusui 6 bulan pertama berada di atas 80%
(Tabel 3), artinya konsumsi ibu sudah dapat memenuhi kebutuhan minimal
ibu menyusui.
diteliti oleh Susilo pada tahun 20019 yaitu dari 10.52 ± 4.61 menjadi 11.29 ±
2.07, demikian pula asupan fitat terjadi peningkatan dari 0.33 ± 0.13 menjadi
0.35 ± 0.17. Berbeda dengan tanin dan fitat, asupan oksalat mengalami
penurunan dari 6.01 ± 7.15 menjadi 5.79 ± 2.07. Ketiga zat tersebut bersama
11
karena jika bersenyawa dengan zat besi akan membentuk senyawa tidak larut
manusia. besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah,
menjadi energi (ATP). Besi juga merupakan bagian dari sistem enzim
Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagin, yaitu yang fungsional
dan yang reserve (simpanan). Zat besi yang fungsional sebagian besar
dan jumlah yang sangat kecil tetapi vitl adalah hem enzim dan non hem
12
enzim. Zat besi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi
fisiologi selain daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau
keadaan normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve ini adalah kurang
lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat besi yang
dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh memerlukan
zat besi dalam jumlah banyak,misalnya pada anak yang sedang tumbuh
rendah.
kebutuhan akan zat gizi, dikenal dua istilah kecukupan (allowance) dan
rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencapai derajat
13
dengan kebutuhan ditambah dua kali simpangan baku. Dengan demikian
1993). Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan
perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal.
Kebutuhan zat besi relatif lebih tinggi pada bayi dan anak daripada orang
jumlah zat besi sama banyaknya dengan laki – laki dewasa. Tetapi berat
badannya dan kebutuhan energi lebih rendah daripada laki – laki dewasa.
Untuk dapat memenuhi jumlah zat besi yang dibutuhkan ini, maka bayi
dan remaja harus dapat mengabsorbsi zat besi yang lebih banyak per
2. Batasan Anemia
(Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nili normal untuk kelompok
14
3. Patofisiologi Anemia
juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi
simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang
menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunya kadar feritin serum.
Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar
15
a) Berat lahir rendah, lahir kurang bulan, lahir kembar
yang berat
retroplasesta
b. Absorbsi kurang
1) Diare menahun
2) Sindrom malabsorbsi
d. Kehilangan darah
16
yang berusia 5 – 11 tahun sebanyak 36,7%. Rerata usia anak adalah 57,23
anak balita, dimana anak balita merupakan usia paling rentan terinfeksi
balita dengan kondisi seperti gizi buruk, terinfeksi HIV, atau Kontak
terinfeksi tuberkulosis.
Paru Anak
17
dengan infeksi lain.23 Diperkirakan prevalensi anemia pada anak usia
faktor gizi (defisiensi vitamin dan mineral) dan faktor non-gizi seperti
anak), dimana 84,6% (11 anak) di antaranya terjadi pada anak usia balita.
Jika ditelaah lebih jauh, 8 anak dari 11 anak tersebut berusia ≤ 2 tahun.
Hal ini didukung dengan data hasil penyelidikan terhadap 11negara yang
bahwa setiap bulannya sekitar 50% dari anak pada rentang usia ini
adalah anemia penyakit kronis sebanyak 61,5% (8 anak) dan diikuti oleh
18
pada penderita tuberkulosis dibanding dengan anemia defisiensi besi.
(kekurangan zat besi dalam darah) yang dipicu oleh perubahan besi dari
kronik. Upaya penahanan besi dari kuman ini juga akan melenyapkan
suplai prekursor besi untuk eritropoesis. Maka dari itu, keadaan defisiensi
Ditambah dengan usia anak yang rawan defisiensi asupan zat besi,
Pada penelitian ini dari 8 anak yang mengalami anemia penyakit kronis,
19
3. Frekuensi Status dan Jenis Anemia Berdasarkan Status Gizi
besar anak yang ikut dalam penelitian ini berusia balita. Sebanyak 7 dari 8
anak yang anemia tersebut termasuk usia balita, dan dari 7 anak tersebut 4
terjadi pada lebih dari 40% anak usia balita.11 Sedangkan penderita yang
tergolong dalam status gizi kurang sebanyak 30% (9 anak) dan 16,7% (5
diakibatkan oleh defisiensi besi dan zat gizi lain serta berhubungan
20
infeksi,7 dan seiring dengan parahnya penyakit infeksi maka anemia yang
terjadi juga akan semakin berat karena berat ringannya anemia berbanding
dan penyakit infeksi, serta defisiensi zat gizi seperti zat besi, asam folat,
pemenuhannya tergolong baik (80 – 100%) dan lebih ( > 100%) pada
sebagian besar anak yang anemia tersebut: protein pada 36,7% anak;
vitamin A pada 43,3% anak; dan vitamin C pada 26,7% anak. Namun,
pada anak yang anemia 26,7% memiliki asupan besi yang kurang dan
43,3% memiliki asupan seng < 100%. Selain karena adanya infeksi
defisiensi besi dan seng dapat menimbulkan anemia karena 2 zat gizi
21
Sebagian besar tidak anemia (53,3%) memiliki asupan send
<100%. Anak tidak anemia dengan asupan besi kurang jumlahnya lebih
kurang (26,7%). Meskipun asupan seng dan besi tergolong kurang, anak-
anak tersebut tidak mengalami anemia. Hal ini bisa disebabkan oleh
simpanan besi tubuh yang cukup baik. Namun, keadaan defisiensi asupan
antara anak tuberkulosis paru yang anemia dan tidak anemia. Rerata
asupan protein anak anemia (30,67 g) lebih kecil dibanding anak yang
tidak anemia (39,4 g). Rerata asupan seng anak anemia (3,66 mg) lebih
kecil dibanding anak yang tidak anemia (4,86 mg). Namun, rerata asupan
serat anak tidak anemia (12,28 mg) lebih besar dibanding anak yang
penyerapan besi dan seng karena komponen fitat dan oksalat dalam serat
yang anemia merupakan tipe pemilih dalam hal makanan dan memiliki
22
nafsu makan yang rendah dibandingkan dengan anak yang tidak anemia.
Hal ini mengakibatkan asupan zat-zat gizi anak yang anemia lebih sedikit
sumber serat adalah sayur dan buah. Anak-anak dengan anemia yang ikut
dalam penelitian umunya hanya menyukai jajanan yang miskin zat gizi
Meskipun asupan serat tergolong kurang, asupan zat gizi yang dapat
bawah batas bawah normal dengan mengacu pada usia dan jenis kelamin.
lebih lanjut. Ini memiliki hubungan langsung atau tidak langsung dengan
perlu dipertimbangkan. Indeks sel darah merah, jumlah sel darah merah, dan
pemeriksaan morfologi film darah perifer adalah tes dasar memberikan garis
23
penyelidikan untuk pasien. Retikulosit jumlah dan tingkat LDH adalah tes
anemia hemolitik.
hemolisis) jika pasien pendarahan atau pada hematinik. Rinci dan teliti
distribusi sel darah merah (RDW) adalah parameter lain yang membantu
dalam menyelidiki pasien ini. Rendah RDW adalah sel darah merah
dari sel darah merah berukuran variabel (seperti yang terlihat dengan
bilirubin serum juga membedakan apakah anemia karena cacat produksi atau
Klinis adanya penyakit kuning bersama dengan pucat, usia penampilan pucat,
24
aplasia sel darah merah, anemia sideroblastic, bawaan dyserythropoietic
anemia dll) atau bisa disebabkan oleh penghancuran meningkat (seperti yang
1. Penurunan Produksi
a) Kekurangan Nutrisi
utama setelah kekurangan zat besi. Kekurangan gizi adalah jauh lebih
vegetarian. B12 terlihat pada bayi dan anak-anak telah sangat terkait
dengan defisiensi ibu yang menghasilkan toko tubuh yang buruk pada
saat kelahiran. Infeksi Giardia bertahan untuk waktu yang lama juga
a. Aplastic Anemia
minimal 1/4th anak dengan anemia aplastik dan paling umum ini
25
tahun dan sangat sedikit kasus yang diidentifikasi dalam infancy.
dapat akut dan membatasi diri atau kronis dengan remisi spontan
26
kromosom. Pada sekitar 30% pasien, anemia dikaitkan dengan
muncul pada masa bayi atau anak usia dini, sumsum tulang
2. Peningkatan Destruction
satu kelainan genetik yang paling umum di seluruh dunia. 4.83% dari
populasi dunia membawa varian gen globin yang meliputi 1,67% dari
27
Asia termasuk Pakistan yang terdiri dari sembilan juta operator
atau orthochromatic.
bulan pertama. Anemia biasanya sedang sampai parah dan gejala yang
organ dan sepsis. Diagnosa dibuat dengan identifikasi sel sabit pada
diminta oleh PCR. Kasus HBc, D dan E biasanya jinak bahkan dalam
terlihat pada titik yang sama seperti yang dari HbA. Kehadiran banyak
28
mengkonfirmasi diagnosis. Demikian pula band penyakit HBD terlihat
pada titik yang sama seperti yang HbS. Tidak adanya sel sabit pada
darah perifer, tes sickling negatif, studi orangtua dan PCR akan
mengkonfirmasi diagnosis.
2. Enzymopathies
29
fase akut telah mereda) atau PCR. Uji reduksi Dye atau tes Monospot
keluarga dan tes DNA membentuk cara yang paling efektif untuk
mendiagnosa heterozigot.
tulang. Ada tiga jenis utama (I, II dan III), namun beberapa subtipe
minor telah identified.56 Para pasien CDA dapat hadir setiap saat dari
sel darah merah sering diperlukan untuk bayi yang baru lahir dan bayi
menjadi hangat, dingin atau jenis biphasic. Jenis hangat (di mana
30
antibodi mengikat pada 370C adalah yang paling umum pada anak-
antibodi biphasic yang mengikat dengan sel darah merah pada suhu di
pula infeksi diakuisisi (bakteri atau virus) pada setiap tahap dapat
kasus dengan anemia dengan demam atau infeksi berikut dengan bukti
31
F. BUKU: TROPICAL ANEMIA
Anemia in Children
Gangguan ini biasanya parah dan anak-anak yang terkena biasanya mati
muda. The kelebihan zat besi adalah yang paling commoncause kematian di
talasemia mayor dan lainnya. Energi, protein, vitamin A, zat besi dan seng
yang diperlukan untuk eritropoiesis. Tarini et al. Disarankan bahwa skor diet
menjadi penentu baik status pertumbuhan jika asupan energi dekat untuk
32
makanan secara keseluruhan mungkin akan lebih indikator yang tepat dari
terutama vaksin DPT telah disebutkan untuk efek samping mereka sebgai
induksi anemia.
anemia pada kelompok usia lainnya. Obat baru, baru-baru ini tersedia untuk
hematokrit, atau jumlah sel darah merah per milimeter kubik. Batas bawah
kisaran normal ditetapkan pada dua standar deviasi di bawah rata-rata untuk
usia dan jenis kelamin untuk populasi normal. Ketika seorang pasien
isolatedto garis sel tunggal (sel darah merah saja) atau apakah itu adalah
bagian dari beberapa sel baris kelainan (sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit). Kelainan dua atau tiga sel lineusually menunjukkan salah satu dari
33
berikut;
gangguan membran sel darah merah (misalnya, penyakit sel sabit, talasemia).
dengan mengacu pada ukuran sel darah merah, misalnya, mikrositik (<70 fL),
hidrasi seluler. Nilai yang tinggi (> 35g/dL) adalah karakteristik dari
spherocytosis dan nilai yang rendah umumnya terkait dengan kekurangan zat
34
H. BUKU : ILMU PENYAKIT DALAM EDISI V JILID II
a. Etiologi
menahun.
di bawah 7-8 gr/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu,cepat lelah,
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpa
keputihan.
35
Pica : keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim,seperti
dijumpai gejala gangguan kebiasaan buang air besar atau gejala lain
c. Pencegahan
Dapat berupa :
Pendidikan kesehatan :
lingkungan kerja,dll
penduduk yang rentan, seperti ibu hamil dan anak balita, dengan
36
I. JURNAL : SARI PEDIATRI, VOL. 11, NO. 3,
Diagnosis
sehubungan dengan gejala klinis yang sering tidak khas.2 Pada pemeriksaan
ditegakkan melalui pemeriksaan kadar besi atau feritin serum yang rendah
defisiensi besi menurut WHO adalah (1) Kadar hemoglobin kurang dari
normal sesuai usia, (2) Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata <31% (nilai
lain untuk menentukan anemia defisiensi besi dapat juga dilakukan uji
37
Terapi
preparat besi.
per oral lebih aman, murah, dan sama khasiatnya dengan pemberian secara
parenteral.2 Garam ferro di dalam tubuh diabsorbsi oleh usus sekitar tiga kali
lebih baik dibandingkan garam ferri, maka preparat yang tersedia berupa ferro
2-3 dosis sehari. Dosis obat dihitung berdasarkan kandungan besi elemental
yang ada dalam garam ferro. Garam ferro sulfat mengandung besi elemental
20%, sementara ferro fumarat mengandung 33%, dan ferro glukonat 12% besi
elemental.
suplemen besi 12 mg besi per hari selama enam bulan pada bayi umur 12
bulan yang menderita anemia dibandingkan dengan bayi tidak anemia yang
diberi susu skim. Enam bulan setelah intervensi semua indikator besi pada
mental serta aktivitas motorik juga meningkat secara bermakna, namun tidak
38
J. BUKU: HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI ANAK
1. Etiologi
Pertumbuhan
Menstruasi
Malabsorpsi besi
Keadaan ini sering dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa
c. Pendarahan
d. Transfusi feto-maternal
menyebabkan ADB pada akhir masa fetus dan pada awal masa
neonates.
39
e. Hemoglobinuria
7,8 mg/hari.
2. Patofisiologi
menurun
40
3. Diagnosis Banding
4. Pencegahan
beberapa bayi.
41
c. Memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan
5. Prognosis
Penatalaksanaan
2. Vitamin B12
Vitamin B12 tersedia dalam bentuk tablet untuk pemberian oral dan
larutan untuk suntikan. Dikenal tiga jenis suntikan vitamin B12: (1)
42
larutan sianokobalamin yang berkekuatan 10-1000 µg/ml; (2) larutan
ekstrak hati dalam air dan (3) suntikan depot vitamin B12.
3. Asam Folat
Asam folat tersedia dalam bentuk tablet yang mengandung 0,4; 0,8; 1
4. Obat Lainnya
a. Riboflavin
b. Piridoksin
c. Kobal
d. Tembaga
dan Fe.
43
L. WEBSITE : IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
tahun.
3. Saat ini belum perlu dilakukan uji tapis (skrining) defisiensi besi secara
massal.
selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja. Bila pada hasil pemeriksaan
44
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
balita kadar Hb Normal adalah 12 g/dl. Adapun kebutuhan zat besi pada
Anemia Gizi pada Balita yaitu 40,1% hal ini tergolong tingkat yang perlu
zat besi yang tidak cukup seperti cadangan besi yang tidak cukup. Selain
itu absorbsi yang kurang karena diare ataupun infestasi cacing yang
tahun dan selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja. Bila pada hasil
45
dirujuk.. Pemerintah harus membuat kebijakan mengenai penyediaan
vitamin B12 dan obat lainnya seperti Riboflavin, Piridoksin, Kobal, dan
Tembaga.
B. SARAN
tentang anak.
untuk balita.
4. Jangan lupa pemberian makanan yang sehat serta suplemen yang teratur
46
DAFTAR PUSTAKA
Andarina , Dewi , dan Sri Sumarmi. 2006. “Hubungan Konsumsi Protein Hewani
dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia 13–36 Bulan.”
The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 3, No. 1,Hal: 19-23
Gunawan, Sulistia Gan, dkk. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta :
Badan Penerbit FKUI
Helmyati, Siti dkk. 2007. Kejadian Anemia pada Bayi Usia 6 Bulan yang
Berhubungan dengan Sosial Ekonomi Keluarga dan Usia Pemberian
Makanan Pendamping ASI. Jurnal Kesehatan: Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta
Purnasari, Galih. 2011. Anemia pada Penderita Tuberkulosis Paru Anak dengan
berbagai Status Gizi dan Asupan Zat Gizi. Artikel Penelitian: Universitas
Diponegoro
47
Sudoyo, Aru W.,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid II.
Jakarta : Interna Publishing
Wahyuni, Arlinda Sari. 2004. Anemia Defisiensi Zat Besi pada Balita. Jurnal
Kesehatan: Fakultas Kedokteran USU
Wiwanitkit, Vijoc. 2006. Tropical Anemia. New York: Nova Science Publishers.
48