KERJA DI KLINIK
Disusun Oleh :
Sariyani 111948619110018
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Penyakit Akibat Kerja dan Hubungan Kerja di Klinik. Makalah ini di
susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Program Studi Alih Jenjang S1 Kebidanan Universitas Sari Mulia
Banjarmasin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................4
C. Manfaat..................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja...........................................................................6
B. Identifikasi Penyakit Akibat Kerja...........................................................................8
C. Cara deteksi dini Penyakit akibat Kerja..................................................................9
D. Potensi Bahaya.....................................................................................................12
E. Potensi Bahaya Umum.........................................................................................12
F. Macam-macam penyakit akibat kerja di klinik.....................................................14
G. Upaya pengendalian resiko..................................................................................16
H. Penatalaksanaan peralatan..................................................................................17
BAB III PENUTUP.............................................................................................................17
A. Kesimpulan...........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
1. Penyakit Akibat Kerja (Occupational Diseases)
Adalah penyakit yg mempunyai penyebab spesifik atau asosiasi kuat dng
pekerjaan yg sebabutama terdiri dari satu agen penyebab yg sdh diakui
(evidance based ada).
2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Work Realted Disease)
Adalah penyakit yg mempunyai bbrp agen penyebab, dimana faktor
pekerjaan memegang peranan penting bersama dengan faktor risiko
lainnya dalam berkembangnya penyakit. Untuk Penyakit Akibat Kerja
ataupun Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dalam
penggolongannya dijadikan satu menjadi Penyakit akibat Kerja.
3. Penyakit diperberat oleh pekerjaan atau Penyakit yang mengenai Populasi
Pekerja (Diseaseaffecting working population)
Adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanyaagen
penyebab di tempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi lingkungan
pekerjaan yangburuk bagi kesehatan.
4. Penyakit bukan Penyakit akibat kerja
Umumnya termasuk penyakit umum (yang ada pada masyarakat umum)
dan pajanan tidakmenyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja.
Berdasarkan Keputusan Presiden RI no 22 tahun 1993 tentang Penyakit
yang timbul karenahubungan kerja dikatakan adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerjaPenyakit yang timbul karena
hubungan kerja ada 31 penyakit.Sementara berdasarkan Keputusan Menteri
Tenaga Kejra dan Transmigrasi no 333/1989 tentang Penyakit Akibat Kerja
dikatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja ditemukan/didiagnosa saat
pemeriksaan kesehatan berkala, ditetapkan oleh dokter , dengan dasar
pemeriksaan klinis danpemeriksaan kondisi lingkungan kerja.
Sumakmur dalam bukunya mengatakan, produktivitas pekerja yang
menurun disebabkan olehbanyak faktor. Salah satu faktor yang
menyebabkannya adalah adanya penyakit akibat kerja. Datadari World Health
Organization pada tahun 1999 menemukan bahwa kasus penyakit akibat kerja
yang paling banyak adalah penyakit muskuloskeletal (48%), penyakit Paru
2
Obstruksi Kronik (11%), gangguan kesehatan mental (10%), tuli akibat bising
(9%) dan keracunan pestisida (3%).
Beberapa survey yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI pada
tahun 2004 di delapan Propinsi pada pekerja di sektor informal mendapat
hasil 75,8% Perajin Batu Bata mengalami gangguan Otot Rangka, 41%
Perajin kulit & Petani Kelapa Sawit mengalami gangg Mata dan 23,2%
Perajin Batu Onix mengalami Dermatitis kontak/alergi. Selain itu dari Profil
Kesehatan Kerja Indonesia tahun 2008 yang disusun Direktorat Bina
Kesehatan Kerja, Kementerian Kesehatan RI tercatat bahwa dari 9.482
pekerja di 12 Kabupaten/Kota dari 10 Provinsi yang disurvei tercatat 40,5%
pekerja mempunyai keluhan terhadap kondisi kesehatannya dengan keluhan
utamanya adalah gangguan otot rangka sebesar 16%.
Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RImelakukan penelitian pada 33 dokter yang bekerja di Industri
pada tahun 2007-2008 tentang penyakit akibat kerja (PAK) mendapatkan
bahwa 100% mengetahui tentang PAK, 72,7% mengetahui penggolongan
PAK, 87,5% mengetahui penggolongan PAK berdasarkan Keputusan
Presiden no 22 tahun 1993, 75,75% mengatakan tidak ada mendiagnosis PAK
dalam 3 tahun terakhir. Kesulitan mendiagnosis PAK dialami oleh 66,6%
dokter dan semua dokter mengharapkan adanya penambahan pengetahuan
tentang PAK. (survey tahun 2007-2009 Pusat K3 Kemenakertrans RI).
Berbagai penyakit akibat kerja tersebut tentunya akan berakibat pada
penurunan produktivitas serta menambah pengeluaran. Hasil kajian yang
dilakukan oleh Pusat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI tahun 2006 menyatakan bahwa rata-rata pekerja indonesia bila
sakit akan absen selama 3 hari dan mengeluarkan uang sebanyak Rp.
182.000/pekerja.
Untuk kecelakaan kerja, PT. Jamsostek pada tahun 2008 melaporkan
bahwa telah terjadikecelakaan kerja sebanyak 93.823 kasus dengan jumlah
kematian akibat kerja mencapai 14.451 kasus, sedangkan jumlah klaim
asuransi yang dibayarkan oleh PT Jamsostek untuk tahun 2008 sebesar Rp.
3
292 milyar. Jika dilihat dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
jumlah kecelakaan dan kematian akibat kerja di Indonesia, jumlahnya jauh
diatas angka yang dilaporkan oleh PT Jamsostek. Hal ini disebabkan karena
PT Jamsostek hanya mencatat angka kecelakaan dan kematian kerja dari
anggotanya saja yang jumlahnya diperkirakan hanya 15 % dari seluruh
pekerja formal di Indonesia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyakit akibat kerja dan hubungan kerja di klinik
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis teori tentang penyakit akibat kerja dan
hubungan kerja di klinik
b. Menganalisis macam-macam jenis penyakit akibat kerja
dan hubungan kerja di klinik
c. Menganalisis penatalaksanaan yang harus di lakukan dalam
penyakit akibat kerja dan hubungan kerja di klinik
C. Manfaat
1. Manfaat akademik
Sebagai bahan masukan institusi pendidikan dalam penerapan proses
managemen yang komprehensif
2. Bagi mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan serta keterampilan
untuk melakukan pelayanan kebidanan
3. Bagi petugas kesehatan
Meningkatkan ilmu pengetahuan keterampilan dan mutu pelayanan
profesional oleh tenaga kesehatan agar berhati-hati dalam
4
melakukan pelayanan kesehatan dan meningkatkan kewaspadaan
dalam kesehatan dan keselamatan kerja
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2) Golongan Kimiawi:ada kurang lebih 100.000 bahan kimia yang
sudah digunakan dalam proses industri, namun dalam daftar penyakit
ILO, baru dapat diidentifikasi 31 bahan kimia sebagai
penyebab,sehingga dalam daftar ditambah 1 penyakit, untuk bahan
kimia lainnya.
3) Golongan Biologik:bakteri, virus, jamur, parasit dan lain-lain.
4) Golongan Fisiologik (Ergonomik):desain tempat kerja yang kurang
ergonomis, tidak sesuai dengan fisiologi dan anatomi manusia, alat
kerja yang tidak sesuai dan cara kerja yang banyak menggunakan
posisi janggal dalam waktu lama dan atau gerakan-gerakan berulang.
5) Golongan Psikososial:beban kerja terlalu berat, monotoni pekerjaan
dan lain sebagainya.
1) Dasar terapi
2) Membatasi kecacatan dan mencegah kematian
7
3) Melindungi pekerja lain
4) Memenuhi hak pekerja
8
D. Identifikasi Penyakit Akibat Kerja
9
E. Cara deteksi dini Penyakit akibat Kerja
1. Pengobatan
10
Setalah diagnosis okupasi ditegakkan, maka dilakukan pengobatan
yang sesuai dengan berdasarkankaidah kedokteran okupasi. Setelah itu
perlu dipikirkan tentang apa yang dapat dilakukan selamapekerja
melakukan pekerjanaannya. Kondisi kesehatan pekerja harus disesuaikan
dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Penentuan hal tersebut dilakukan
oleh dokter yang kompeten berdasarkanproses Return to work dalam
Konsensus Laik Kerja dan Laik kerja kembali- PERDOKI 2010.Bila
dokter ragu-ragu, maka konsul ke Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk).
a) Pencegahan Primer
Prinsip dari pencegahan ini adalah mencoba meningkatkan daya tubuh
pekerja, dengan HealthPromotion. Kegiatan yang dilakukan antara lain
penyuluhan tentang perilaku kesehatan, faktorbahaya ditempat kerja
dan perilaku kerja yang baik. Kegiatan yang lain adalah olahraga dan
makandengan gizi yang seimbang.
b) Pencegahan Sekunder
Prinsip dari pencegahan ini adalah mencoba mengurangi kontak
pajanan dengan tubuh ataumengurangi masuknya pajanan ke dalam
tubuh, dengan Specific Protection. Kegiatan yangdilakukan adalah
Pengendalian teknik seperti melakukan substiusi pajanan, isolasi
pajanan,membuat ventilasi ruang kerja yang sesuai. Setelah itu ada
11
Pengendalian administrasi yangkegiatannya dengan melakukan aplikasi
perundang-undangan dan peraturan yang terkait dengankesehatan dan
keselamatan kerja serta ketenaga kerjaan. Pengendalian administrasi
juga dapatdilakukan dengan membuat aturan interal di tempat kerja
seperti dengan membuat aturan rotasi danpembatasan jam kerja.
Khusus untuk pelayanan kesehatan, pengendaliannya antara lain
denganmelakukan kegiatan imunisasi.Penggunaan alat pelindung diri
merupakan salah satu cara untuk mengurangi jumlah pajanan
yangmasuk ke dalam tubuh pekerja. Alat pelindung diri yang dipilih
harus sesuai dengan cara masukpajanan ke dalam tubuh, dan alat
pelindung diri harus nyaman dipakai. Ingat, alat pelindung diriharus
digunakan oleh diri sendiri, bukan untuk bersama-sama.
c) Pencegahan tersier
Prinsip dari pencegahan ini adalah melakukan deteksi dini tentang adanya
pajanan yang sudahmasuk ke dalam tubuh pekerja dan memberikan
efek dalam tubuh. Selain itu mencoba mengurangiefek dari gangguan
kesehatan yang ditimbulkan dan bila sudah ada efeknya dicoba
untukmengembalikan fungsi tubuh secara optimal agar pekerja tetap
dapat melakukan pekerjaannya.
Prinsip untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan kesehatan
dan melakukan tindakan yangmemadai disebut dengan Early Diagnosis
& Prompt treatment. Kegiatan yang dilakukan antara lainPemeriksaan
pra-kerja sesuai pajanan, Pemeriksaan berkala sesuai pajanan,
Surveilans,Pemeriksaan lingkungan secara berkala, Pengobatan segera
bila ditemukan adanya gangguankesehatan pada pekerja, Pengendalian
segera ditempat kerja.
Prinsip untuk mengurangi efek dari gangguan kesehatan pekerja
disebut dengan Disability limitation.Kegiatan yang dilakukan antara
lain melakukan Evaluasi kembali bekerja (Return to work).
Prinsip untuk melakukan pengembalian fungsi akibat adanya efek
gangguan kesehatan disebutdengan Rehabilitation. Kegiatan yang
12
dilakukan antara lain evaluasi kecacatan, menyesuaikanpekerjaan
dengan kondisi pekerja, dan mengganti pekerjaan sesuai dengan
kemampuan pekerja.
F. Potensi Bahaya
Klinik sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya terhadap
kesehatan yang terdapat disemua tempat, baik di dalam maupun di luar
gedung yang dapat timbul dari lingkungan tempat kerja, cara kerja dan
bahan kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
13
penyakit infeksi
6 Gaya hidup Pola makan Gangguan gizi
Olah raga PTM
Merokok Gangguan paru
Perilaku kerja PAK / KAK
7 Konstrusi bangunan Bangunan Kecelakaan
Pintu akibat tertimpa,
Tata letak ruangan tersandung,
terkelupas Kenyamanan
sadar Kebakaran
Hubungan arus
pendek
Beban listrik
berlebihan
14
H. Macam-macam penyakit akibat kerja di klinik
1. Bahaya Fisik
a. Pencahayaan yang kurang dalam di dalam ruangan atau pada
saan melakukan tindakan akan menyebabkan ketidaknyamanan
pada mata dan gangguan pada mata jika dilakukan secara
terus-menerus.
b. Suhu atau kelembaban ruangan yang penuh juga
mempengaruhi kualita dalam bekerja. Apabila ruangan terlalu
penuh, maka ruangan akan menjadi panas, tidak nyaman dan
saling berebut oksigen antara pasien dan petugas sehingga
menyebabkan sesak pada dada,
c. Kebisingan yang terjadi akibat pasien yang terlalu ramai akan
menyebabkan pusing, stress dan petugas merasa tidak nyaman
2. Bahaya Biologi
a. Kebersihan ruangan kerja juga mempengaruhi penyebaran
vektor sumber penyakit seperti lalat, kecoa, tikus dan nyamuk.
Ruangan kerja yang kotor akan menjadi sarang vektor. Vektor
mudah berkembang biak di tempat yang kotor, lalu kemudian
vektor tersebut hinggap di makanan petugas lalu petugas
tersebut sakit karena memakan makanan yang tidak streril
(terjangkit vektor). Jenis penyakit yang bisa di tularkan leat
vektor adalah diare, malaria, DBD dan torch
b. Petugas kebersihan yang tidak membersihkan ruangan atau bed
bekas pasien juga memudahkan penularan penyakit antara
pasien dan petugas. Misalnya ada pasien hepatitis yang di
rawat diruangan tersebut, kemudian setelah pasien keluar,
ruangan tersebut tidak di sterilisasi. Maka virus atau bakteri
tersebut masih tertinggal di ruangan tersebut. Lalu apabila
petugas tidak menggunakan APD dan mneyentuh bed tersebut,
maka petugas itu tertular virus hepatitis.
15
c. Saat petugas kesehatan merasakan kelelahan, dan sistem imun
melemah, hal ini memudahkan petugas untuk terserah virus flu
dan batuk. Pada saat menjumpai pasien yang flu dan batuk,
hendaknya petugas selalu memakai masker agar terhindar dari
tertularnya flu dan batuk.
3. Bahaya Ergonomi
a. Posisi petugas yang selalu duduk bahkan lebih dari 6 jam dan
berdiri lebih dari 4 jam juga menyebabkan nyeri punggung dan
nyeri kaki. Posisi duduk yang tidak ergonomis ini lah yang
memicu nyeri pada pungggung. Pada saat duduk, hendakya
selalu bersandar dan posisikan tubuh senyaman mungkin. Pada
saat berdiri, usahakan jangan terlalu lama, segera cari tempat
duduk di saat pasien sepi
b. Pada saat bidan melakukan pertolongan persalinan distosia
bahu, sungsang dan hecting, bidan harus memposisikan diri
senyaman mungkin, seperti duduk di kursi agar mengurangi
nyeri pada punggung dan kaki
4. Bahaya Psikososial
a. Sikap petugas terhadap petugas lainnya yang kurang baik, akan
mengakibatkan stress dan penurunan profesional dalam bekerja
b. Beban kerja yang berlebihan dan tidak adanya cuty
menyebabkan petugas menjadi strees dan kelelahan
c. Perilaku petugas yang suka marah-marah juga mempengaruhi
lingkungan sekitar seperti pasien merasa takut bila berperiksa
dengan petugas itu lagi dan menyebabkan trauma bagi petugas
yang baru masuk menjadi pegawai.
5. Bahaya Sanitasi
a. Lingkungan kerja yang kotor dan adanya genangan air di
sekitar klinik bisa menjadi tempat berkembang
b. Tidak menggunakan air bersih dalam kegiatan sehari-hari
seperti mencuci tangan akan menyebabkan diare karena
16
tercemar bakteri E-Coli yang bisa menyerang siapa saja, baik
petugas ataupun pasien
6. Bahaya Gaya Hidup
a. Pada saat istirahat makan siang, petugas biasanya makan-
makanan diluar di tambah lagi kebiasaan merokok sesudah
makan sangat tidak baik bagi kesehatan dan ketidaknyamanan
bagi orang yang berada disekitarnya seperti sesak nafas,
gangguan paru-paru, dan kanker paru
7. Bahaya Kontruksi Bangunan
a. Penempatan alat-alat yang tidak sesuai tempatnya, kabel listrik
yang tidak tertata rapi bisa menyebabkan kecelakaan akibat
terpleset dan kejatuhan barang-barang karna salah posisi
peletakan
17
Ditujukan untuk mencegah kecacatan dan kematian dan
rekomendasi penempatan petugas pasca kecelakaan kerja.
J. Penatalaksanaan peralatan
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
K. Saran
Setelah mengetahui beberapa pengertian penyakit akibat kerja dan
hubungan kerja diklinik, kami sebagai penulis mengharapkan agar para
pembaca lebih berhati-hati terhadap penyakit akibat kerja, dan dapat
mengetahui dengan jelas beberapa jenis penyakit akibat kerja, penyebab
penyakitakibat kerja, dan pencegahan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu,
kami sebagai penulis meminta kritik dan sarannya untuk menyempurnakan
makalah yang kami buat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Dep. IKK FKUI & Kolegium Kedokteran Okupasi Indonesia. Kurikulum PPDS
Kedokteran Okupasi Indonesia. Jakarta. 1998ILO . Occupational Health
Services in ILO Encyclopaedia, 2000 : 16.1-62.
20
La Dou, Current Occupational and Environmental Medicine, Lange Medical
Books/ Mc Graw Hill, , 2004.
21