SKENARIO 4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2013-2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal
Penelitian IKKOM dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare di Desa Sukorame.
Penulis
Skenario 4
i
Dokter Budi seorang dokter yang bekerja di Puskesmas Sukamaju,
Kabupaten Sukamiskin. Dalam wilayah kerja Puskesmas dokter tersebut, dalam 3
bulan terakhir terjadi peningkatan angka kejadian diare pada balita di poli umum
sebesar 15%, 18%, 25%. Beberapa desa di puskesmas tersebut kasus diare
tertinggi terjadi diDesa Sukorame. Desa Sukorame dilewati beberapa anak sungai,
karena musim hujan maka sering terjadi banjir. banyak penduduk yang melakukan
MCK disungai. Kesehatan Posyandu di Desa Sukorame kurang aktif karena
jarang yang hadir, sehingga terjadi juga kasus balita gizi kurang, tidak terdeteksi.
Dokter Budi ingin mengetahui beberapa faktor yangberhubungan dengan kejadian
diare diDesa Sukorame.
BAB I
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana pengaruh faktor MCK disungai terhadap kejadian diare pada
balita di Desa Sukorame Kabupaten Sukamiskin tahun 2014?.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
a. Mengetahui hubungan beberapa faktor terkait kejadian diare.
b. Mengetahui penatalaksanaan kejadian diare.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui faktor dominan terkait kejadian diare di desa
Sukorame.
b. Mengetahui langkah apa saja yang dapat di tempuh guna
meminimalisir faktor pendorong kejadian diare di desa Sukorame.
c. Mampu merencanakan dan merealisasikan upaya penanggulangan
kejadian diare di desa Sukorame.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai perilaku
hidup sehat di Desa Sukorame Kabupaten Sukamiskin
2. Bagi Institusi lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan evaluasi bagi petugas puskesmas untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat di Desa Sukorame
Kabupaten Sukamiskin.
3. Manfaat bagi peneliti
Diharapkan dapat menjadi masukan untuk memberikan konseling
mengenai perilaku hidup sehat di Desa Sukorame Kabupaten
Sukamiskin.
4. Bagi pengembangan ilmu
Memberikan informasi untuk menambah wawasan keilmuan di
bidang kedokteran sehingga dapat dijadikan bahan penelitian
mendatang
BAB II
ANALISIS KASUS
A. Analisis Epidemiologi
Diare masih menyumbang lebih dari 2 juta kematian setiap
tahunnya dan berhubungan dengan gangguan perkembangan fisik dan
kognitif terbatas sumber daya negara. Sebagian besar kematian karena
diare terjadi di daerah miskin, hampir 90 persen dari mereka di Afrika sub-
Sahara dan Asia Selatan.
Menurut prevalensi yang didapat dari berbagai sumber, salah
satunya dari hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional ( RISKESDAS ) pada
Tahun 2007, penderita diare di Indonesia berasal dari semua umur, tetapi
prevalensi tertinggi penyakit diare diderita oleh balita dan disusul oleh
lansia yang berusia lebih dari 75 tahun. Berdasarkan jenis kelamin,
prevalensi antara penderita dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan
hampir sama. Masyarakat yang menderita diare dapat berasal dari berbagai
jenis status sosial ekonomi dan berbagai pekerjaan, namun, prevalensi
tertinggi penyakit ini diderita oleh masyarakat yang tidak bekerja dan
masyarakat yang bekerja sebagai petani, nelayan, atau buruh.
Hasil Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) tahun 2007
menunjukkan prevalensi nasional diare ( berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan dankeluhan responden ) adalah 9%. Ada 14 provinsiyang
prevalensinya di atas prevalens nasional, tertinggi adalah Provinsi
Nanggroe AcehDarussalam (18,9%) dan terendah adalah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (4,2%). Distribusi berdasarkan kelompok umur,
prevalens diare tertinggi terdapat pada Balita sebesar 16,7%.
Prevalensi diare 13% lebih banyak terdapat didaerah perdesaan
dibandingkan dengan daerah perkotaan. Dalam hal mortalitas, penyebab
kematian karena diare dengan proporsi kematian untuk seluruh kelompok
umur sebesar 3,5%,berada dalam urutan 13 dari 22 penyebab kematian
baik penyakit menular atau pun penyakit tidak menular. Jika
dikelompokkan berdasarkan kelompok penyakit menular maka proporsi
kematian karena diare adalah sebesar 13,2% yang berada pada urutan ke 4
5
dari 10 penyebab kematian. Penyebab kematian karena diareter tinggi pada
kelompok usia 29 hari - 11 bulan (31,4%) dan usia 1-4 tahun (25,2%).
Selama tahun 2008 dilaporkan telah terjadi KLB diarepada 15
provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang, meninggal 209
orang(Case Fatality Rate/CFR = 2,48%). Dari data-data tersebut di atas,
tampak bahwa diare, baik yang disebabkan oleh virus, bakteri dan
protozoa masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama yang
perlu penanganan dan kajian dariberbagai aspek. Penyebab kesakitan dan
6
Gizi Kurang
keterangan bagan : Posyandu yang kurang aktif dapat menyebabkan dua
faktor yaitu dapat mengakibatkan perilaku masyarakat yang kurang baik
diantaranya adalah MCK (Mandi, Cuci, Kakus) disungai sehingga
7
menyebabkan diare. Selain itu posyandu yang kurang aktif dapat
mengakibatkan gizi kurang.
RENCANA PROGRAM
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku masyarakat yang melakukan MCK di sungai
sangat penting. Terutama penanganan perilaku BABS, pembangunan
13
jamban yang ternyata tidak sepenuhnya dapat merubah perilaku masyarakat
bahkan hanya menambah jumlah monumen jamban/toilet yang ada.
Oleh karena itu Pendekatan Community-Led Total Sanitation(CLTS), sangat baik
karena lebih di fokuskan pada pendidikan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat).
Fokus perubahan perilaku dikedepankan sehingga pemberian subsidi
untuk mendorong pembangunan jamban tidak lagi menjadi pilihan.
( WSP-EAP dan WASPOLA, 2004).
Dengan terjadinya perubahan perilau masyarakat, diharapkan
penggunaan jamban meningkat. Penularan penyakit diare bersifat
fecal-oral, maka pembuangan kotoran melalui jamban menjadi
penting. Penggunaan jamban keluarga dengan baik dan bersih, dapat
mengurangi resiko diare. Dari hasil penelitian dampak proyek air
bersih dan penggunaan jamban keluarga dari 28 negara menunjukkan
penurunan angka kesakitan diare sekitar 22-27% dan angka kematian
diare sekitar 21-30%. (Depkes, 2003).
Dengan adanya jamban dalam sutau rumah mempengaruhi
kesehatan lingkungan sekitar. Jamban yang sehat untuk daerah
pedesaan harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengotori
permukaan tanah disekeliling jamban, tidak mengotori permukaan air
disekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau,
mudah digunakan dapat dipelihara, sederhana desainnya, murah, dapat
diterima oleh pemakainya. Notoadmodjo,(2000).
3. Meningkatkan Kualitas Sumber Air
Bagi manusia air minum merupakan salah satu kebutuhan utama
bagi manusia yang menggunaka air untuk berbagai keperluan seperti
mandi, mancuci, kakus, produksi pangan, papan dan sandang.
Mengingat berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia
pada saat memanfaatkannya, maka tujuan penyediaan air bersih atau
air minum bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air.
Dengan demikian diharapkan semakin banyak pengetahuan
masyarakat yang menggunakan air bersih, maka akan semakin turun
14
mordibitas penyakit akibat bawaan air. Sumber air minum merupakan
salah satu sarana sanitasi yang paling penting yang berkaitan dengan
kejadian diare. Pada prinsipnya semua air dapat diperoses menjadi air
minum.
Sumber-sumber air ini dapat digambarkan sebagai berikut: air
hujan, dimana air hujan dapat ditampung kemudian dapat dijadikan air
minum. Air sungai dan danau, kedua sumber air ini sering juga disebut
air permukaan. Mata air yaitu air yang keluar dan berasal dari air tanah
yang muncul secara ilmiah. Air sumur dangkal yaitu air yang berasal
dari lapisan air didalam tanah yang dangkal biasanya berkisar antara 5-
15 meter. Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua
didalam tanah, dalamnya dari permukaan tanah biasanya diatas 15
meter. Sebuah keluarga yang dapat mengambil air dari sumber air
bersih yang baik, menunjukkan angka penurunan terjadinya diare yang
lebih baik daripada keluarga yang tidak menggunakan air bersih
(Depkes,2003).
BAB IV
REKOMENDASI / SARAN