Anda di halaman 1dari 19

TUGAS IKKOM TERPADU

SKENARIO 4

Disusun oleh: Kelompok E


1. Ambar Evitasari 12700176
2. Kamilatul Ulya 12700178
3. Ricky Candra Wijaya 12700180
4. M. Syaifullah Noer 12700182
5. Purna Bidari Intan P.P. 12700184
6. Siti Ucik Nur Hidayah 12700186
7. Fridolino Jimmy Desanto 12700188
8. Frida Mayasari 12700190
9. Sari Marlina Sudin 12700192
10. Anisa Ryani Mafitri 12700194
11. Hendyan Puspolukito 12700196
12. Ulinnuha Mubaroroh 12700198
13. Choirul Ummah 12700200
14. Mira Belladonna Agriyanti 12700202
15. Andronikus Wibowo Fallo 12700204
16. Yuni Insyanul Hikmah 12700206
17. Puji Astuti Wetang 12700208
18. Nugroho Setyawan Sobaa 12700210
19. Ni Wayan Eka Arimas 12700212
20. I Dewa Agung Wirama Putra 12700214

Pembimbing: Sugiharto, dr., MARS., MBA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2013-2014

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal
Penelitian IKKOM dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare di Desa Sukorame.

Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak


kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan proposal ini. Dalam penulisan proposal ini, penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan proposal ini.

Surabaya, 04 Juni 2014

Penulis

Skenario 4

i
Dokter Budi seorang dokter yang bekerja di Puskesmas Sukamaju,
Kabupaten Sukamiskin. Dalam wilayah kerja Puskesmas dokter tersebut, dalam 3
bulan terakhir terjadi peningkatan angka kejadian diare pada balita di poli umum
sebesar 15%, 18%, 25%. Beberapa desa di puskesmas tersebut kasus diare
tertinggi terjadi diDesa Sukorame. Desa Sukorame dilewati beberapa anak sungai,
karena musim hujan maka sering terjadi banjir. banyak penduduk yang melakukan
MCK disungai. Kesehatan Posyandu di Desa Sukorame kurang aktif karena
jarang yang hadir, sehingga terjadi juga kasus balita gizi kurang, tidak terdeteksi.
Dokter Budi ingin mengetahui beberapa faktor yangberhubungan dengan kejadian
diare diDesa Sukorame.

BAB I
1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan peningkatan frekuensi dan perubahan konsistensi


buang air besar menjadi lembek atau cair. Diare akut berlangsung kurang
dari 14 hari, yang bisa diikuti mual, muntah, nyeri perut, gejala sistemik,
atau malnutrisi.

Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan


dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat
dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO
memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2
juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5
tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat utama. apabila ditinjau dari angka kesakitan dan kematian
(Harianto, 2004).

Berdasarkan kajian analisis dari penelitian survey Depkes (2000),


Angka kesakitan diare masih tinggi yaitu pada semua kelompok umur
sebanyak 280 kasus per 100 penduduk. Dan menurut penelitan Diah
(2005), angka kematian bayi nasioanal diatas AKB nasional yang hanya
36 per 1000 kelahiran hidup, dimana angka absolute bayi untuk tahun
2005 hampir 2000 bayi maka sangatlah penting bagi kita menempatkan
diare pada prioitas program kesehatan (Nurhayani, 2007)

Tingginya kejadian penyakitpenyakit berbasis lingkungan di


Indonesia disebabkan oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama
air bersih dan jamban, meningkatnya pencemaran, kurang higienisnya cara
pengelolaan makanan, rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
masyarakat, serta buruknya penatalaksanaan bahan kimia dan pestisida di
rumah tangga yang kurang memperhatikan aspek kesehatan dan
keselamatan kerja (Nugraheni, 2012).
2
3

Selain sebagai penyebab kematian, diare juga menjadi penyebab


utama gizi kurang sehingga bisa menimbulkan kematian dan bisa
menimbulkan kejadian luar biasa. (Depkes,2003) Beberapa faktor yang
menjadi penyebab timbulnya penyakit diare disebabkan oleh kuman
melalui kontaminasi makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau
kontak langsung dengan penderita. (Nugrhaheni,2012)

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2006


menunjukkan bahwa berbagai intervensi perilaku melalui modifikasi
lingkungan dapat mengurangi angka kejadian diare sampai dengan 94%.
Pengolahan air yang aman dan penyimpanannya di tingkat rumah tangga
dapat mengurangi angka kejadian diare sebesar 32%. Upaya meningkatkan
penyediaan air bersih dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar
25%. Selain itu, melakukan praktek mencuci tangan yang efektif dapat
menurunkan angka kejadian diare sebesar 45%.(Nugraheni, 2012)

Faktor sosiodemografi yang memengaruhi kejadian diare pada


balita yaitu pendidikan orang tua, pekerjaan ibu dan umur anak balita
merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi kejadian diare pada
balita, sedangkan umur ibu tidak berhubungan dengan kejadian diare pada
balita. Berdasarkan data di Puskesmas Sukamaju, kab. Sukamiskin dalam
3 bulan terakhir terjadi diare pada balita di poli umum sebesar 15%,18%,
25%.darai data tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian (Wulandari,2001).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana pengaruh faktor MCK disungai terhadap kejadian diare pada
balita di Desa Sukorame Kabupaten Sukamiskin tahun 2014?.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
a. Mengetahui hubungan beberapa faktor terkait kejadian diare.
b. Mengetahui penatalaksanaan kejadian diare.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui faktor dominan terkait kejadian diare di desa
Sukorame.
b. Mengetahui langkah apa saja yang dapat di tempuh guna
meminimalisir faktor pendorong kejadian diare di desa Sukorame.
c. Mampu merencanakan dan merealisasikan upaya penanggulangan
kejadian diare di desa Sukorame.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai perilaku
hidup sehat di Desa Sukorame Kabupaten Sukamiskin
2. Bagi Institusi lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan evaluasi bagi petugas puskesmas untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat di Desa Sukorame
Kabupaten Sukamiskin.
3. Manfaat bagi peneliti
Diharapkan dapat menjadi masukan untuk memberikan konseling
mengenai perilaku hidup sehat di Desa Sukorame Kabupaten
Sukamiskin.
4. Bagi pengembangan ilmu
Memberikan informasi untuk menambah wawasan keilmuan di
bidang kedokteran sehingga dapat dijadikan bahan penelitian
mendatang

BAB II

ANALISIS KASUS

A. Analisis Epidemiologi
Diare masih menyumbang lebih dari 2 juta kematian setiap
tahunnya dan berhubungan dengan gangguan perkembangan fisik dan
kognitif terbatas sumber daya negara. Sebagian besar kematian karena
diare terjadi di daerah miskin, hampir 90 persen dari mereka di Afrika sub-
Sahara dan Asia Selatan.
Menurut prevalensi yang didapat dari berbagai sumber, salah
satunya dari hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional ( RISKESDAS ) pada
Tahun 2007, penderita diare di Indonesia berasal dari semua umur, tetapi
prevalensi tertinggi penyakit diare diderita oleh balita dan disusul oleh
lansia yang berusia lebih dari 75 tahun. Berdasarkan jenis kelamin,
prevalensi antara penderita dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan
hampir sama. Masyarakat yang menderita diare dapat berasal dari berbagai
jenis status sosial ekonomi dan berbagai pekerjaan, namun, prevalensi
tertinggi penyakit ini diderita oleh masyarakat yang tidak bekerja dan
masyarakat yang bekerja sebagai petani, nelayan, atau buruh.
Hasil Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) tahun 2007
menunjukkan prevalensi nasional diare ( berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan dankeluhan responden ) adalah 9%. Ada 14 provinsiyang
prevalensinya di atas prevalens nasional, tertinggi adalah Provinsi
Nanggroe AcehDarussalam (18,9%) dan terendah adalah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (4,2%). Distribusi berdasarkan kelompok umur,
prevalens diare tertinggi terdapat pada Balita sebesar 16,7%.
Prevalensi diare 13% lebih banyak terdapat didaerah perdesaan
dibandingkan dengan daerah perkotaan. Dalam hal mortalitas, penyebab
kematian karena diare dengan proporsi kematian untuk seluruh kelompok
umur sebesar 3,5%,berada dalam urutan 13 dari 22 penyebab kematian
baik penyakit menular atau pun penyakit tidak menular. Jika
dikelompokkan berdasarkan kelompok penyakit menular maka proporsi
kematian karena diare adalah sebesar 13,2% yang berada pada urutan ke 4
5
dari 10 penyebab kematian. Penyebab kematian karena diareter tinggi pada
kelompok usia 29 hari - 11 bulan (31,4%) dan usia 1-4 tahun (25,2%).
Selama tahun 2008 dilaporkan telah terjadi KLB diarepada 15
provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang, meninggal 209
orang(Case Fatality Rate/CFR = 2,48%). Dari data-data tersebut di atas,
tampak bahwa diare, baik yang disebabkan oleh virus, bakteri dan
protozoa masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama yang
perlu penanganan dan kajian dariberbagai aspek. Penyebab kesakitan dan
6

kematian akibat diare di lndonesia tidak dapat diketahui secara spesifik


apakah disebabkan oleh virus, bakteri atau protozoa. Hal ini dikarenakan,
sebagian besar diagnosis yang dilakukan oleh tenaga medis tidak
berbasiskan hasil pemeriksaan laboratorium tetapi hanya berdasarkan
diagnosis klinis. Diketahuinya dengan pasti prevalensi penyebab diare
oleh protozoa adalah dari hasil penelitian atau hasil pemeriksaan
laboratorium para penderita rawat inap di rumah sakit.

B. Kausa dan Alternatif Kausa

Perilaku MCK (Mandi, Diare


Masyarakat Cuci, Kakus)
yang Kurang di sungai
Posyandu yang
Baik
Kurang Aktif

Gizi Kurang
keterangan bagan : Posyandu yang kurang aktif dapat menyebabkan dua
faktor yaitu dapat mengakibatkan perilaku masyarakat yang kurang baik
diantaranya adalah MCK (Mandi, Cuci, Kakus) disungai sehingga
7
menyebabkan diare. Selain itu posyandu yang kurang aktif dapat
mengakibatkan gizi kurang.

1. Perilaku masyarakat yang kurang baik.


Adanya perilaku masyarakat dimana sumber air yang dipakai untuk
kehidupan sehari-hari berasal dari sungai yang ada didaerah
tersebut.
Konsumsi air sungai jika tidak diolah dengan baik dapat
menimbulkan berbagai gangguan pencernaan, seperti muntah dan
diare. Ini akan mudah menyebabkan daya tahan tubuh akan
menurun sehingga absorbsi terhadap zat gizi akan menurun.

2. Kegiatan posyandu diwilayah Puskesmas Sukamaju tidak berjalan


dengan baik
C. Alternatif Penyelesaian Masalah dan Prioritas Pemecahan Masalah
yang Dipilih

1. Meningkatkan penyuluhan dan promosi kesehatan


Salah satu komponen didalam pelayanan kesehatan dasar
yaitu dengan penyuluhan kesehatan untuk mewujudkan perilaku
upaya perubahan lingkungan yang lebih baik. (Depkes RI, 2005).
Melakukan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam menggunakan jamban juga memberikan
kontribusi dalam perubahan perilaku BAB sembarangan di
masyarakat serta memberikan informasi tentang bahaya hidup
tidak bersih.

2. Membuat jamban sehat


Jamban adalah fasilitas buang air besar yang dapat
mencegah pencemaran badan air, mencegah kontak antara manusia
dan tinja, mencegah hinggapnya lalat atau serangga lain di
8 tinja,
mencegah bau tidak sedap, serta konstruksi dudukan (slab) yang
baik, aman dan mudah dibersihkan. Pentingnya buang air besar di
jamban yang bersih adalah untuk menghindari dari berbagai jenis
penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk. Oleh karena itu
jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat
dimana harus terletak minimal 10 meter dari sumber air dan
mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari
lingkungan sekitar (Jawapos, 2010).

3. Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi
bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
melalui pendekatanpimpinan (advocacy), bina suasana (social
support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment).
Masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,
dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. (Notoatmodjo,
2007).
Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat
termasuk dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal.
PHBS diarahkan kepada tercapainya indikator sebagai berikut :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga medis
2. Memberi bayi ASI Eksklusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih 9
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Mengggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik dirumah seminggu sekalI
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok didalam rumah
BAB III

RENCANA PROGRAM

A. Pendekatan Melalui Konsep Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), Kesehatan


Masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui Usaha-usaha
Pengorganisasian Masyarakat untuk:
Perbaikan sanitasi lingkungan
Pemberantasan penyakit-penyakit menular
Pendidikan untuk kebersihan perorangan
Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan.
Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Perilaku
2. Lingkungan
3. Keturunan
4. Pelayanan Kesehatan.
Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar
diikuti oleh pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan
keturunan. Ke empat faktor di atas sangat berkaitan dan saling
mempengaruhi.

Perilaku sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan.


Kebiasaan hidup bersih dan sehat dapat menghindarkan balita dari diare.
Kebiasaan penduduk melakukan MCK di sungai harus segera diatasi,
misalnya dengan membuatkan jamban, agar dapat mengurangi prilaku
MCK di sungai. Selain dari penduduk, sebagai orang tua juga harus
11
memperhatikan kebersihannya sendiri, karena jika orang tuanya tidak
menjaga kebersihan, maka balitanya
10pun bisa ikut terkena dampak seperti
diare.

Fasilitas pelayanan kesehatan di desa Sukorame yang kurang aktif


karena petugas yang jarang hadir harus segera ditangani, misalnya dengan
mengganti sistem management-nya, sehingga dapat memberi pelayanan
yang lebih efektif bagi masyarakat.

Ke 4 faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat di atas


tidak berdiri sendiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu
upaya pembangunan harus dilaksanakan secara simultan dan saling
mendukung. Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat
komprehensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup
upaya preventif / promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Dengan berbagai upaya di atas, diharapkan peran pemerintah


sebagai pembuat regulasi dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan
untuk meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat khususnya dalam
mengatasi masalah diare pada balita.
B. Pendekatan Melalui Pengembangan Organisasi

Untuk mengatasi masalah diare tersebut, dapat dilakukan dengan


bekerjasama dengan organisasi yang telah ada dalam masyarakat seperti:

1. Perangkat desa seperti lurah, Badan Permusyawaratan Desa (BPD),


Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), dan lainnya untuk
membantu dalam pembuatan kebijakan seperti aturan ketat dalam
melarang masyarakat melakukan MCK di sungai, mengupayakan
penyediaan fasilitas agar masyarakat tidak melakukan MCK di sungai,
memperbaiki keadaan sungai agar tidak mudah terjadi banjir dan
pengawasan setelah pemberlakuan kebijakan.
2. Bekerja sama dengan lembaga pendidikan setempat, serta organisasi
lainnya seperti
organisasi keagamaan dan LSM untuk membantu
12
mempromosikan program perilaku hidup bersih dan sehat sehingga
diharapkan akan menurunkan prevalensi kejadian diare di desa
tersebut.

C. Pendekatan Melalui Penyuluhan Kesehatan Masyarakat


Dilakukan dengan meningkatkan sosialisasi guna bertujuan
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara mengatasi terjadinya
diare dan kekurangan gizi. Selain itu juga penyuluhan dapat meningkatkan
ataupun menambah pengetahuan masyarakat tentang cara hidup bersih dan
sehat.

D. Pendekatan Melalui Konsep Pencegahan


1. Promosi kesehatan
Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam
peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan
seperti penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara
pembuangan sampah, kotoran, air limbah, hygiene perorangan.
Menurut Leavel and Clark usaha ini merupakan pelayanan terhadap
pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Beberapa usaha di antaranya :
Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air
rumah tangga yang baik,perbaikan cara pembuangan sampah,
kotoran dan air limbah dan sebagainya.
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian
yang baik.

2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku masyarakat yang melakukan MCK di sungai
sangat penting. Terutama penanganan perilaku BABS, pembangunan
13
jamban yang ternyata tidak sepenuhnya dapat merubah perilaku masyarakat
bahkan hanya menambah jumlah monumen jamban/toilet yang ada.
Oleh karena itu Pendekatan Community-Led Total Sanitation(CLTS), sangat baik
karena lebih di fokuskan pada pendidikan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat).
Fokus perubahan perilaku dikedepankan sehingga pemberian subsidi
untuk mendorong pembangunan jamban tidak lagi menjadi pilihan.
( WSP-EAP dan WASPOLA, 2004).
Dengan terjadinya perubahan perilau masyarakat, diharapkan
penggunaan jamban meningkat. Penularan penyakit diare bersifat
fecal-oral, maka pembuangan kotoran melalui jamban menjadi
penting. Penggunaan jamban keluarga dengan baik dan bersih, dapat
mengurangi resiko diare. Dari hasil penelitian dampak proyek air
bersih dan penggunaan jamban keluarga dari 28 negara menunjukkan
penurunan angka kesakitan diare sekitar 22-27% dan angka kematian
diare sekitar 21-30%. (Depkes, 2003).
Dengan adanya jamban dalam sutau rumah mempengaruhi
kesehatan lingkungan sekitar. Jamban yang sehat untuk daerah
pedesaan harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengotori
permukaan tanah disekeliling jamban, tidak mengotori permukaan air
disekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau,
mudah digunakan dapat dipelihara, sederhana desainnya, murah, dapat
diterima oleh pemakainya. Notoadmodjo,(2000).
3. Meningkatkan Kualitas Sumber Air
Bagi manusia air minum merupakan salah satu kebutuhan utama
bagi manusia yang menggunaka air untuk berbagai keperluan seperti
mandi, mancuci, kakus, produksi pangan, papan dan sandang.
Mengingat berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia
pada saat memanfaatkannya, maka tujuan penyediaan air bersih atau
air minum bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air.
Dengan demikian diharapkan semakin banyak pengetahuan
masyarakat yang menggunakan air bersih, maka akan semakin turun
14
mordibitas penyakit akibat bawaan air. Sumber air minum merupakan
salah satu sarana sanitasi yang paling penting yang berkaitan dengan
kejadian diare. Pada prinsipnya semua air dapat diperoses menjadi air
minum.
Sumber-sumber air ini dapat digambarkan sebagai berikut: air
hujan, dimana air hujan dapat ditampung kemudian dapat dijadikan air
minum. Air sungai dan danau, kedua sumber air ini sering juga disebut
air permukaan. Mata air yaitu air yang keluar dan berasal dari air tanah
yang muncul secara ilmiah. Air sumur dangkal yaitu air yang berasal
dari lapisan air didalam tanah yang dangkal biasanya berkisar antara 5-
15 meter. Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua
didalam tanah, dalamnya dari permukaan tanah biasanya diatas 15
meter. Sebuah keluarga yang dapat mengambil air dari sumber air
bersih yang baik, menunjukkan angka penurunan terjadinya diare yang
lebih baik daripada keluarga yang tidak menggunakan air bersih
(Depkes,2003).
BAB IV

REKOMENDASI / SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat


bermanfaat dalam memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat
dan balita di lingkungan sekitarnya dengan konsep yang
diperoleh, maka saran yang dapat diberikan yaitu :

1. Untuk memperbaiki kualitas/mutu air sungai, selain dengan


pengolahan air juga dengan mengurangi tingkat
pencemaran. Kesadaran masyarakat untuk tidak
membuang sampah serta MCK di sungai akan mengurangi
pencemaran. Untuk itu perlu adanya sistem pengangkutan
dan pengolahan sampah.
2. Budaya masyarakat di desa sukorame yang suka
berkumpul dan bergotong royong akan mempermudah
pembangunan prasarana air bersih dan sanitasi.
Pembangunan MCK komunal secara gotong royong oleh
masyarakat akan membuat masyarakat merasa memiliki
dan akan memelihara dengan baik fasilitas yang dibangun.
3. Pemanfaatan sistem kelembagaan/organisasi dalam
masyarakat akan mempermudah pelaksanaan perbaikan
kualitas permukiman dan lingkungan setempat yaitu
perangkat adat yang dihormati dan disegani oleh
masyarakat setempat.
4. Selain itu untuk pembinaan pada tingkat masyarakat
dengan cara :
a) Melalui pembentukan kelompok penataan yang dipilih
dan terseleksi sendiri oleh masyarakat dan Membentuk
kader-kader pemuda/masyarakat yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan.
b) Memberikan transfer ilmu pengetahuan kepada
masyarakat mengenai perencanaan sistem penataan
fasilitas air bersih dan sanitasi (syarat lokasi dan tata
letak yang baik serta aman terhadap rumah dan
lingkungan sekitarnya) secara sederhana dan mudah
dimengerti serta dipahami untuk dilaksanakan oleh
masyarakat. 16
c) Melakukan dan melaksanakan sosialisasi berupa
penyuluhan dan pelatihan
15 pada masyarakat tentang
kesehatan lingkungan permukiman dan pengendalian
pencemaran yang disebabkan oleh air limbah domestik
maupun sampah.
d)
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2005. Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas. (Online),


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapte
r%20II.pdf). Diakses 02 Juni 2014

Depkes. 2003. Perubahan Perilaku Masyarakat. (Online).


(http://indonesiachildhealthnow.org/assets/media/212-424-1-SM.pdf).
Diakses Tanggal 31 Mei 2014

Jawa Pos. 2010. Pemilihan Jamban Bersih. (Online)


http://eprints.undip.ac.id/42524/1/Bab_I-IV.pdf. Diakses Tanggal 02 Juni 2014

Notoatmodjo, 2007. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). (Online)


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-enggarriap-5773-2-
bab2.pdf. Diakses Tanggal 2 April 2014

Nurhayani. 2007. Prevalensi Diare. (Online).


(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007
nurharyani-146-2-bab1.pdf). Diakses Tanggal 1 Juni 2014

Wulandari. 2001. Faktor Sosiodemografi yang Memengaruhi Kejadian Diare.


(Online).(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23245/5/Chapter
%20I.pdf). Diakses Tanggal 31 Mei 2014
17

Anda mungkin juga menyukai