Anda di halaman 1dari 22

KESEHATAN MATRA DAN KESEHATAN HAJI

DI SUSUN OLEH :

KEOMPOK 4

1. Adinda Dela Noprika

2. Emmy Asfara

3. Rahma Novita Sari BS

4. Rizky Amelia

5. Tira Caritas

6. Yocie Ajeng Tridithia AH

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI DIV KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat- Nya

sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga

mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih

banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 16 November 2019

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………… i

Daftar Isi………………………………………………………………………. ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang………………………………………………………… 1

B. Tujuan………………………………………………………………….. 2

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Kesehatan Matra…………………………………………... 3

2.2 Tujuan Kesehatan Matra……………………………………………….

2.3 Ruang Lingkup Kesehatan Matra………………………………………

2.4 Peran aktif masyarakat dalam kesehatan matra ……………………......

2.5 Sumber daya kesehatan matra………………………………………….

2.6 Jenis kesehatan matra ………………………………………………….

3.1 Pengertian Kesehatan Haji………………………………………………

3.2 Dasar Hukum Kesehatan Haji…………………………………………..

3.3 Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Haji ……………………………….......

3.4 Ttahap pemeriksaan kesehatan haji……………………………………...

3.5 Organisasi pusat kesehatan haji………………………………………….

3.6 Bentuk penyelenggaraan kesehatan haji…………………………………

Bab III Penutup

Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1215/ Menkes/SK/XI/2001
tentang pedoman kesehatan matra pasal 1 menyebutkan bahwa Kesehatan Matra
adalah bentuk khusus upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah
berpindahnya/perubahan dari satu tempat ke tempat lain yang tidak sama tempatnya
dan berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan manusia dalam lingkungan tersebut.
Upaya kesehatan berguna untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental
terhadap lingkungan yang berubah baik di lingkungan darat, laut dan udara. Ruang
lingkup kesehatan matra adalah kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air,
kesehatan kedirgantaraan.
Kesehatan lapangan meliputi kesehatan haji, kesehatan transmigrasi, kesehatan
dalam penanggulangan korban bencana, kesehatan di bumi perkemahan, kesehatan
dalam situasi khusus, kesehatan lintas alam, kesehatan bawah tanah, kesehatan dalam
penanggulangan keamanan dan ketertiban masyarakat, kesehatan dalam operasi dan
latihan militer di darat. Kesehatan kelautan dan bawah air meliputi kesehatan
pelayaran dan lepas pantai, kesehatan penyelaman dan hiperbarik, kesehatan dalam
operasi dan latihan militer di laut. Sedangkan kesehatan kedirgantaraan meliputi
kesehatan penerbangan dirgantara dan kesehatan dalam operasi dan latihan militer
dirgantara.
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan dilaksanakan oleh
pemerintah secara inter departemental. Departemen Kesehatan merupakan salah satu
departemen terkait dan bertanggung jawab dalam pembinaan dan pelayanan kesehatan
calon/ jemaah haji Indonesia. Tanggung jawab pelayanan ini sejak sebelum
keberangkatan ke Arab Saudi, diperjalanan pergi/ pulang, selama di Arab Saudi dan
setelah kembali ke tanah air.
Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan,
pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui sistem dan manajemen
penyelenggaraan yang terpadu agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan
aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai deng an tuntunan agama serta jemaah haji
dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur.
Tantangan pelayanan kesehatan haji setiap tahun terus berubah dan bertambah,
yaitu; meningkatnya jumlah calon jemaah haji risiko tinggi, beragamnya latar belakang
pendidikan, etnis dan sosial budaya serta kondisi fisik yang kurang baik. Kondisi
lingkungan di Arab Saudi yang berbeda secara bermakna dengan kondisi di tanah air
misalnya perbedaan musim (panas, dingin), kelembaban udara yang rendah, perbedaan
lingkungan sosial budaya, keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji dan
kepadatan populasi jemaah haji pada saat wukuf di Arafah maupun melontar jumrah di
Mina. Kesemua ini dapat berdampak kurang baik terhadap kesehatan jemaah haji
Indonesia. Oleh karena itu pelayanan kesehatan kepada calon/ jemaah haji perlu
ditingkatkan terus menerus secara berkesinambungan, sistemik, sesuai dengan tuntutan
calon/ jemaah haji Indonesia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan paripurna.
Untuk dapat melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan calon/ jemaah
haji Indonesia secara profesional, berkualitas perlu didukung sumberdaya manusia
yang berpengetahuan, terampil, berdedikasi tinggi, sarana dan prasarana serta sistem
informasi kesehatan haji terpadu (Siskohat) bidang kesehatan.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian, tujuan Kesehatan Matra dan Ruang Lingkup


Kesehatan Matra.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesehatan haji
3. Mengetahui apa saja dasar hukum kesehatan haji
4. Mengetahui apa saja tujuan pemeriksaan kesehatan haji
5. Mengetahui bagaimana tahap pemeriksaan kesehatan haji
6. Mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi pusat kesehatan haji

7. Mengetahui bagaimana bentuk penyelenggaraan kesehatan haji


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kesehatan Matra


Matra adalah dimensi atau lingkungan atau wahana atau media tempat seseorang
atau sekelompok orang melangsungkan hidup serta melaksanakan kegiatan. Kondisi
matra adalah keadaan dari seluruh aspek pada matra yangserba berubah dan
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pelaksanaankegiatan manusia yang
hidup dalam lingkungan tersebut. Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisikdan mental guna menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna baik di lingkungan darat, laut dan
udara. Kesehatan Kedirgantaraanadalah kesehatan matra yang berhubungan dengan
penerbangan dan kesehatanruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang
bertekanan rendah (hipobarik) (NafsiahMboi, 2013). Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Pasal 1, ayat 1 dan 2, No.1215Tahun 2001 tentang Pedoman Kesehatan
Matra, jenis-jenis kesehatan matrameliputi :1. Kesehatan lapangan 2. Kesehatan
kelautan dan bawah air 3. Kesehatan kedirgantaraan.
2.2. Tujuan Kesehatan Matra
Pengaturan Kesehatan Matra dimaksudkan untuk :
a. Mewujudkan upaya kesehatan pada Kondisi Matra secara cepat, tepat,
menyeluruh dan terkoordinasi guna menurunkan potensi Risiko Kesehatan,
b. meningkatkan kemampuan adaptasi, dan mengendalikan Risiko Kesehatan.
c. Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
menurunkan risiko serta memelihara kesehatan masyarakat dalam
d. menghadapi Kondisi Matra agar tetap sehat dan mandiri.
e. Upaya untuk meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi
apapun.
2.3. Ruang Lingkup Kesehatan Matra
Upaya kesehatan berguna untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental
terhadap lingkungan yang berubah baik di lingkungan darat, laut dan udara.
Ruang lingkup kesehatan matra adalah kesehatan lapangan, kesehatan kelautan
dan bawah air, kesehatan kedirgantaraan.

2.4. Peran aktif masyarakat dalam kesehatan matra


a. Penyusunan rencana kesiapsiagaan
b. Dukungan sumber daya
c. Dukungan dalam situasi kedaruratan
d. Dukungan dalam upaya pemulihan kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No. 61 tahun 2013, pasal 31,
pendanaan penyelenggaraan Kesehatan Matra dapat bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
masyarakat, atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2.5 Sumber Daya Kesehatan Matra
Penyelenggaraan Kesehatan Matra wajib didukung oleh :
a. Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan teknis serta
manajemen yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
b. Sarana, prasarana, dan teknologi tepat guna.
c. Kemampuan dan keterampilan teknis dibuktikan dengan dibuktikan dengan
sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.6 Jenis Kesehatan Matra


1. Kesehatan Lapangan
Kesehatan lapangan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan
pekerjaan di darat yang temporer dan serba berubah. Misalnya kesehatan haji
dan kesehatan di bumi perkemahan, Adapun sasaran pokoknya adalah
melakukan dukungan kesehatan opersainal dan pembinaan terhadap para
personel yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat di dalam
kesehatan lapangan, meliputi :
a. Kesehatan di daerah pegunungan dan hutan
b. Kesehatan perpindahan penduduk (migran)
c. Kesehatan haji dan umrah
d. Kesehatan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat
e. Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat
f. Kesehatan pada arus mudik, dan sebagainyam kesehatan

2. Kesehatan Kelautan dan Bawah Air


Kesehatan kelautan dan bawah air adalah kesehatan matra yang berhubungan
dengan pekerjaan atau kegiatan di laut dan berhubungan dengan keadaan
lingkungan yang bertekanan tinggi (hiperbarik). Kesehatan Kelautan dan bawah
air meliputi :
a. Kesehatan penyelaman
b. Kesehatan pelayaran dan lepas pantai
c. Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut.
Dalam kesehatan kelautan dan bawah laut ini, kami menggunakan contoh
kesehatan penyelam. Menyelam merupakan kegiatan yang dilakukan di bawah
permukaan air, dengan atau tanpa meenggunakan peralatan,untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Tentunya lingkungan penyelaman memiliki berbagai
potensial bahaya baik fisik maupun biologi. (Ricard larn dan Whisler Rex,1993).
Kondisi di lingkungan penyelaman akan mempengaruhi perubahan fisiologi
pada tubuh manusia sesuai dengan hukum fisika yang berlaku, yang berisiko
menimbulkan penyakit yang berakhir pada kecacatan hingga kematian apabila
penyelaman dilakukan tidak sesuai dengan prosedur yang benar. Untuk
ketepatan dalam mendiagnosis penyakit akibat penyelaman, perawat perlu
mengetahui prosedur penyelaman yang benar disamping pengetahuan tentang
riwayat penyelaman, bahaya dalam penyelaman dan gejala atau tanda
klinisnya, karena cepat dan tepatnya diagnosis menentukan nasib dari
penderita tersebut.
Peran Perawat dalam Kesehatan Penyelaman
a. Penyuluhan kesehatan penyelam
b. Pengawasan dan atau pemeriksaan kesehatan penyelam sebelum yang
bersangkutan menyelam
c. Pelayanan gawat darurat penyelam beserta rujukan medic
d. Pengawasan atau pemeriksaan berkala terhadap instruktur (dive master).

3. Kesehatan Kedirgantaraan
Kesehatan Kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan
penerbangan dan kesehatan ruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang
bertekanan rendah (hipobarik).
Kesehatan kedirgantaraan meliputi :
a. Kesehatan penerbangan dirgantara
b. Kesehatan dalam operasi dan lathan militer dirgantara
c. Pengawasan dan atau pemeriksaan kesehatan berkala awak atau crew
d. Pilot pesawat yang sakit -Penyuluhan kesehatan penerbangan
e. Evakuasi medis
3.1 Pengertian Kesehatan Haji
Jemaah haji adalah Warga Negara Indonesia, beragama Islam dan telah
mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan yang di
tetapkan. Istithaah adalah kemampuan Jemaah Haji secara jasmaniah, ruhaniah,
pembekalan dan keamanan untuk menunaikan ibadah haji tanpa menelantarkan
kewajiban terhadap keluarga.
Istithaah Kesehatan Jemaah Haji adalah kemampuan Jemaah Haji dari aspek
kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan yang
dapat dipertanggungjawabkan sehingga Jemaah Haji dapat menjalankan ibadahnya
sesuai tuntunan Agama Islam.
Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji adalah rangkaian kegiatan penilaian status
kesehatan Jemaah Haji yang diselenggarakan secara komprehensif. Pengaturan
Istithaah Kesehatan Haji bertujuan untuk terselenggaranya Pemeriksaan Kesehatan
dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji agar dapat menunaikan ibadahnya sesuai
dengan ketentuan ajaran agama Islam.
Embarkasi adalah tempat pemberangkatan dan keberangkatan Jemaah Haji
yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama. Debarkasi adalah tempat kedatangan Jemaah Haji dari Arab Saudi yang
ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama.

3. 2 Dasar Hukum Kesehatan Haji


1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Ibadah Haji
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-Undang nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 442 Tahun 2009 Tentang
PedomanPenyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia;
7. Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji Reguler
8. Peraturan Menteri Agama Nomor 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji Khusus
3.3 Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Haji
1. Mencapai kondisi Istithaah Kesehatan Jemaah Haji
2. Mengendalikan faktor risiko kesehatan haji
3. Menjaga agar Jemaah Haji dalam kondisi sehat selama di Indonesia, selama
perjalanan, dan Arab Saudi
4. Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa
keluar dan/atau masuk oleh Jemaah Haji
5. Memaksimalkan peran serta masyarakat dalam Penyelenggaraan
Kesehatan Haji
3.4 Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan dilakukan sebagai dasar pelaksanaan Pembinaan
Kesehatan Jemaah Haji dalam rangka Istithaah Kesehatan Jemaah Haji. Pemeriksaan
Kesehatan sebagimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:

a. Tahap pertama
Pemeriksaan Kesehatan tahap pertama dilaksanakan oleh Tim
Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di puskesmas dan/atau
rumah sakit pada saat jemaah Haji melakukan pendaftaran untuk
mendapatkan nomor porsi.
b. Tahap kedua
Pemeriksaan Kesehatan tahap kedua dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara
Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di puskesmas dan/atau rumah sakit pada
saat pemerintah telah menentukan kepastian keberangkatan Jemaah Haji
pada tahun berjalan.
c. Tahap ketiga
Pemeriksaan Kesehatan tahap ketiga dilaksanakan oleh PPIH Embarkasi
Bidang Kesehatan di embarkasi pada saat Jemaah Haji menjelang
pemberangkatan.

3.5 Organisasi Pusat Kesehatan Haji


Berdasarkan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Kesehatan Haji adalah unsur pendukung
pelaksanaan tugas Kementerian Kesehatan di bidang kesehatan haji yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris
Jenderal.atas :
Susunan organisasi pusat kesehatan haji terdiri atas :
1. Bagian Tata Usaha
a) Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi Pusat
dan menyelenggarakan fungsi:

b) Penyusunan rencana, program, dan anggaran;

c) Pengelolaan informasi kesehatan haji;

d) Pengelolaan urusan keuangan dan barang milik negara;

e) Penataan organisasi dan tata laksana;

f) Pengelolaan urusan

g) kepegawaian, kearsipan, tata persuratan, rumah tangga, dan


perlengkapan; dan
h) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Bagian Tata Usaha terdiri atas


a) Sub bagian Program dan Informasi Kesehatan Haji; mempunyai
tugas melakukan penyusunan rencana, program, dan anggaran dan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta pengelolaan informasi
kesehatan haji.
b) Sub bagian Keuangan dan Barang Milik Negara; mempunyai tugas
melakukan pengelolaan urusan keuangan dan barang milik negara.
Dan
c) Sub bagian Kepegawaian dan Umum; mempunyai tugas melakukan
urusan kepegawaian, kearsipan, tata persuratan, rumah tangga, dan
perlengkapan.
2. Bidang Pembimbingan dan Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji
Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis
dan pelaksanaan di bidang pembimbingan dan pengendalian faktor risiko
kesehatan haji. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pembimbingan dan
Pengendalaian Faktor Risiko Kesehatan Haji menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang penyuluhan dan
pembimbingan, dan pengendalian faktor risiko kesehatan haji; dan
b. Penyiapan pelaksanaan di bidang penyuluhan dan pembimbingan, dan
pengendalian faktor risiko kesehatan haji.
Bidang Pembimbingan dan Pengendalaian Faktor Risiko
Kesehatan Haji terdiri atas:
a) Sub bidang Penyuluhan dan Pembimbingan Kesehatan; mempunyai
tugas melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan
pelaksanaan di bidang Penyuluhan dan Pembimbingan Kesehatan
Haji.
b) Sub bidang Pengendalian Faktor Risiko; mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan
di bidang pengendalian faktor risiko kesehatan haji dan pemantauan
faktor risiko kesehatan umrah.

3. Bidang Pendayagunaan Sumber daya dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan


Haji
Bidang Pendayagunaan Sumber daya dan Fasilitasi Pelayanan
Kesehatan Haji mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan
teknis dan pelaksanaan di bidang pendayagunaan sumber daya dan
fasilitasi pelayanan kesehatan haji.
Bidang Pendayagunaan Sumber daya dan Fasilitasi Pelayanan
Kesehatan Haji menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang pendayagunaan
sumber daya dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji; dan
b. Penyiapan pelaksanaan di bidang pendayagunaan sumber daya dan
fasilitasi pelayanan kesehatan haji.
Bidang Pendayagunaan Sumber daya dan Fasilitasi Pelayanan
Kesehatan Haji terdiri atas :
a) Subbidang Pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan Haji;
mempunyai tugas melakukan penyiapan penyusunan kebijakan
teknis dan pelaksanaan di bidang pendayagunaan sumber daya
kesehatan haji. Dan
b) Subbidang Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Haji. mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan
di bidang fasilitasi pelayanan kesehatan haji.
3.6 Bentuk Penyelenggaraan Kesehatan Haji
Penyelenggaraan Kesehatan Haji dilaksanakan dalam bentuk:
1). Pembinaan Kesehatan haji

Pembinaan Kesehatan Haji diselenggarakan secara terpadu, terencana,


terstruktur, dan terukur melalui serangkaian kegiatan promotif dan preventif yang
dimulai pada saat Jemaah Haji mendaftar sampai kembali ke Indonesia. Pembinaan
Kesehatan haji dilakukan secara terintegrasi dengan program promosi kesehatan,
pengendalian penyakit tidak menular, pengendalian penyakit menular, kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, gizi masyarakat, kesehatan jiwa, kesehatan
tradisional, dan kesehatan olahraga. Pembinaan Kesehatan Haji dilaksanakan di
kabupaten/kota, dalam perjalanan, dan di Embarkasi/Debarkasi, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembinaan Kesehatan Haji di kabupaten/kota dan dalam perjalanan
dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab Tim Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/Kota dan masyarakat.Pembinaan Kesehatan Haji di
Embarkasi/Debarkasi dilaksanakan oleh PPIH Embarkasi/Debarkasi Bidang
Kesehatan. Pembinaan Kesehatan Haji selama di Arab Saudi diselenggarakan di
KKHI, Sektor, Kloter, fasilitas lain yang memungkinkan perluasan jangkauan
layanan, dan di perjalanan.
Pembinaan Kesehatan Haji di Arab Saudi dilaksanakan oleh TKHI, PPIH
Arab Saudi Bidang Kesehatan, dan Tenaga Pendukung Kesehatan. Pembinaan
kesehatan haji diselenggarakan dalam bentuk deteksi dini, pembimbingan
kesehatan, penyuluhan, konseling, pemberian brosur dan poster kepada Jemaah
Haji, serta upaya lainnya yang bersifat promotif dan preventif.

2). Pelayanan Kesehatan haji

Pelayanan Kesehatan Haji di Indonesia diselenggarakan di :


a. Puskesmas/klinik
b. Rumah sakit di kabupaten/kota
c. Perjalanan
d. Embarkasi/Debarkasi
e. Rumah sakit rujukan.

1. Pelayanan Kesehatan Haji di Perjalanan


Pelayanan Kesehatan Haji di perjalanan meliputi perjalanan dari
daerah asal ke asrama haji dan sebaliknya, dari asrama haji menuju ke
bandara keberangkatan dan sebaliknya. sebagaimana dimaksud
dilaksanakan dalam bentuk:
a. Pertolongan pertama
Pertolongan pertama dilaksanakan oleh pemerintah daerah asal
jemaah haji
b. Rujukan.
Adalah jemaah haji yang sakit dan memerluka tindakan medis
lanjutandan dilakasanakan oleh pihak PPIH embarkasi dan debarkasi
bidang kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan Haji di Embarkasi/Debarkasi
Pelayanan Kesehatan Haji di Embarkasi/Debarkasi, meliputi:
a. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan dalam rangka menetapkan
status kesehatan Jemaah Haji layak terbang atau tidak layak terbang
dan penilaian kembali Istithaah Kesehatan Jemaah Haji. Penilaian
kembali Istithaah Kesehatan Jemaah Haji dilakukan terhadap
Jemaah Haji tertentu yang pada saat di embarkasi secara medis
memiliki potensi tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan.
b. Pelayanan rawat jalan
c. Pelayanan rawat darurat
Pelayanan rawat darurat diberikan di lapangan maupun pada fasilitas
pelayanan kesehatan dalam lingkup wilayah kewenangan PPIH
Embarkasi/Debarkasi Bidang Kesehatan.
d. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang dilaksanakan untuk
penegakan diagnostik berdasarkan indikasi medis.
e. Pelayanan rujukan
Pelayanan rujukan dilaksanakan dalam hal Jemaah Haji di
Embarkasi/Debarkasi perlu dirujuk karena sakit atau untuk
penegakan diagnostik, dilakukan oleh Panitia PPIH
Embarkasi/Debarkasi Bidang Kesehatan ke rumah sakit rujukan
yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Dalam rangka
memfasilitasi pelayanan rujukan bagi peserta Jaminan Kesehatan
Nasional, Klinik Embarkasi/Debarkasi dapat membentuk Klinik
yang berafiliasi dengan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
f. pelaksanaan kekarantinaan kesehatan
g. Penanganan jemaah haji wafat di pesawat.
Penanganan Jemaah Haji Wafat meliputi penetapan penyebab wafat
dan identifikasi potensi penyebab wafat. Potensi penyebab wafat
dapat disebabkan oleh penyakit menular dan/atau wabah serta
keracunan makanan dan substansi toksis lainnya. Data yang
diperoleh dari penanganan Jemaah Haji wafat digunakan sebagai
pelengkap data dokumen pengiriman Jemaah Haji wafat ke rumah
sakit dan/atau lembaga terkait lainnya.
3. Pelayanan Kesehatan Haji di Rumah Sakit Rujukan
Rumah Sakit Rujukan merupakan rumah sakit pemerintah maupun
rumah sakit swasta yang ditetapkan oleh Menteri, rumah sakit rujukan
juga harus menyampaikan kondisi perkembangan pasien kepada Ketua
PPIH Embarkasi /Debarkasi Bidang Kesehatan. Pelayanan Kesehatan
Haji di Rumah Sakit Rujukan meliputi:
a. pelayanan rawat darurat
b. pelayanan rawat jalan
c. pelayanan rawat inap
d. pelayanan tindakan medik operatif dan non operatif
e. pelayanan darah
f. pelayanan mobil jenazah
g. pelayanan penunjang medik
h. pelayanan intensif
i. pelayanan rujukan atau evakuasi.

4. Pelayanan Kesehatan Haji di Arab Saudi


Pelayanan Kesehatan Haji di Arab Saudi diselenggarakan di perjalanan,
Pos Kesehatan di kloter dan/atau Sektor, Pos Kesehatan Satelit, KKHI,
Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Pelayanan Kesehatan Haji di Arab
Saudi dilakukan oleh TKHI, PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan,
tenaga pendukung kesehatan, serta tenaga lainnya. Pelayanan rujukan
Jemaah Haji selama berada di Arab Saudi dapat dilakukan di rumah
sakit Arab Saudi.
Pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi meliputi:
a. penanganan kegawatdaruratan/life saving
b. rawat jalan
c. rawat inap
d. rujukan;
e. evakuasi;
f. safari wukuf jemaah haji sakit; dan
g. pemulangan Jemaah Haji sakit.

5. Pelayanan Kesehatan Haji Pasca Operasional


Jemaah Haji pasca rawat dari rumah sakit di Arab Saudi yang di
pulangkan ke Indonesia pasca operasional haji dan memerlukan
perawatan di rumah sakit, dapat dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan.
Kantor Kesehatan Pelabuhan berwenang dalam pengurusan rujukan
Jemaah Haji yang sakit. Dokter Kantor Kesehatan Pelabuhan
bertanggung jawab atas penilaian kondisi kesehatan Jemaah Haji setiba
di bandara internasional setempat. Rujukan Jemaah Haji ditentukan oleh
dokter pemeriksa pada Kantor Kesehatan Pelabuhan dengan
mempertimbangkan surat keterangan rumah sakit di Arab Saudi dan
kondisi kesehatan terkini.
Dokter pada Kantor Kesehatan Pelabuhan berwenang menilai
transportabilitas Jemaah Haji yang sakit untuk penerbangan ke daerah
asal dan merekomendasikan penanganan tertentu selama penerbangan
dan/atau perawatan lanjutan.
Dalam rangka memfasilitasi dukungan kesehatan bagi Jemaah Haji
yang sakit selama perjalanan kepulangan, Kantor Kesehatan Pelabuhan
yang memiliki wilayah kerja tempat Jemaah Haji mendarat, melakukan
koordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan asal Jemaah Haji.
(1) Pemerintah bertanggungjawab terhadap Pelayanan Kesehatan bagi
Jemaah Haji yang hingga berakhirnya masa penyelenggaraan
ibadah haji masih dirawat di Arab Saudi.

(2) Pelayanan Kesehatan bagi Jemaah Haji diberikan dalam bentuk


monitoring kemajuan, konsultasi medis, pelaporan, dan evakuasi
medik.
(3) Evakuasi medik dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3) Perlindungan Kesehatan haji

Perlindungan Kesehatan Haji diselenggarakan selama di Indonesia dan Arab


Saudi.
Perlindungan Kesehatan Haji dilaksanakan dalam bentuk:

a) Perlindungan spesifik, merupakan upaya untuk mencegah terjadinya


atau memberatnya keadaan pada penyakit atau gangguan tertentu
kepada jemaah haji. Perlindungan spesifik meliputi vaksinasi dan
penyediaan alat pelindung diri.

b) Penyelenggaraan kesehatan lingkungan, dilakukan dengan cara


Inspeksi Kesehatan Lingkungan dan Intervensi Kesehatan
Lingkungan. Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara
pemeriksaan dan pengamatan secara langsung terhadap media
lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar, norma,
dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas
lingkungan.

c) Intervensi Kesehatan Lingkungan dapat berupa:

a. komunikasi, informasi, dan edukasi

b.perbaikan dan pembangunan sarana

c. Pengembangan teknologi tepat guna

d.rekayasa lingkungan.
d) penyelenggaraan gizi
Penyelenggaraan gizi dilakukan melalui:

a) pemberian rekomendasi kepada Kementerian Agama tentang


standar menu dan gizi makanan bagi Jemaah Haji dan petugas
selama di Embarkasi

b) Pengawasan mutu makanan katering Jemaah Haji di Embarkasi dan


di Arab Saudi

c) Pemberian makanan pada jemaah haji sakit.

e) Visitasi Jemaah Haji sakit, diselenggarakan di rumah sakit Arab Saudi.


Visitasi dilaksanakan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH),
Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), dan/atau Tenaga Pendukung
Kesehatan (TPK).

f) Penyelenggaraan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan


Kejadian Luar Biasa (KLB)/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam setiap kegiatan yang kita lakukan di luar maupun di dalam ruangan

yang tentunya dengan situasi dan kondisi yang serba berubah, tidak dapat diprediksi

yang dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pelaksanaan kegiatan

manusia yang hidup dalam lingkungan tersebut. Sehingga diperlukan suatu upaya

kesehatan dalam bentuk khusus yang diselenggarakan yang dapat meningkatkan

kemampuan adaptasi, dan mengendalikan risiko kesehatan, meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam menurunkan risiko serta

memelihara kesehatan masyarakat dan mandiri.

Selain itu, upaya dalam meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna

menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubah secara bermakna, baik di

lingkungan darat, laut, maupun udara. Agar mampu meminimalkan risiko gangguan

kesehatan yang mungkin ditimbulkan ketika melakukan suatu kegiatan.

Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan dilaksanakan oleh

pemerintah secara inter departemental. Departemen Kesehatan merupakan salah satu

departemen terkait dan bertanggung jawab dalam pembinaan dan pelayanan

kesehatan calon/ jemaah haji Indonesia.

Pengaturan Istithaah Kesehatan Haji bertujuan untuk terselenggaranya

Pemeriksaan Kesehatan dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji agar dapat

menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.


Bentuk penyelenggaraan kesehatan haji meliputi pembinaan kesehatan haji,

pelayanan kesehatan haji, dan perlindungan kesehatan haji. Peraturan tentang

kesehatan haji diatur dalam dasar hukum kesehatan haji.


DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Angkatan Laut. 2000 . Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Jakarta :
Erlangga
Kementerian kesehatan. 2013. Kesehatan Matra Direktorat Jenderal Peraturan Perundang.
(Online) .http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/inc/buka.php?
czozMjoiZD1ibisyMDEzJmY9Ym4xMjAzLTIwMTMucGRmJmpzPTEiOw. Diakses
pada sabtu, 16 November 2019

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2016 tentang Istithaah
Kesehatan Jemaah Haji
http://puskeshaji.kemkes.go.id/assets/doc_img/46c8efbbd8a4d545d8d7a7930d0a0
f15.pdf

Susan dan Supondha Erick .2012. Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan
Hiperbarik dan Penyakit Lain Akibat Penyelaman. (Online).

Anda mungkin juga menyukai