Anda di halaman 1dari 51

HUBUNGAN FAKTOR PEKERJA DAN HOUSEKEEPING

DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI


BAGIAN PRODUKSI CV. GERIMIS GARMENT TAHUN 2019

SKRIPSI

BIMA RIZALDY SUMAIRAWAN


1510713068

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT
2019
HUBUNGAN FAKTOR PEKERJA DAN HOUSEKEEPING
DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI
BAGIAN PRODUKSI CV. GERIMIS GARMENT TAHUN 2019

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

HALAMAN JUDUL

BIMA RIZALDY SUMAIRAWAN


1510713068

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga proposal skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2019 ini adalah “Hubungan
Faktor Pekerja dan Housekeeping dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja di
Bagian Produksi CV. Gerimis Garment Tahun 2019”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Putri Permatasari, SKM. MKM
selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat, Ibu Azizah Muliha Fitri,
SKM. MPH selaku pembimbing 1 dan Dr. Dyah Utari, S.Kep. NS. MKKK selaku
pembimbing 2 yang telah banyak memberikan saran yang sangat bermanfaat.
Disamping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak
Deddy Irawan dan Ibu Dede sumaryani, Ka Silvy, Mas Lukman, dan dede Glyn
beserta keluarga besar yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa, dukungan
yang tiada hentinya. Abang Rizki Gusman selaku komisaris CV. Gerimis Garment
yang telah memberikan penulis izin untuk meneliti ditempatnya. Teman-teman
kesehatan masyarakat angkatan 2015, Tesya, Sekte, selaku sahabat yang
memberikan dukungan penuh dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis menerima dengan hati terbuka segala bentuk kritik dan
saran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan selanjutnya.

Jakarta, April 2019


Penulis

Bima Rizaldy Sumairawan


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
I.1 Latar Belakang..........................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
I.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
I.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................6
I.5 Ruang Lingkup..........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
II.1 Kecelakaan Kerja......................................................................................7
II.2 Faktor Karakteristik Pekerja....................................................................13
II.3 Faktor Lingkungan..................................................................................18
II.4 Faktor Manajemen...................................................................................20
II.5 Kerangka Teori........................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................24
III.1 Kerangka Konsep....................................................................................24
III.2 Definisi Operasional................................................................................25
III.3 Hipotesis..................................................................................................27
III.4 Desain Penelitian.....................................................................................27
III.5 Waktu dan Lokasi....................................................................................27
III.6 Populasi dan Sampel...............................................................................27
III.7 Pengumpulan Data..................................................................................28
III.8 Instrumen Penelitian................................................................................28
III.9 Uji Validitas dan Reliabilitas..................................................................29
III.10 Pengolahan Data..................................................................................30
III.11 Analisis Data........................................................................................31
III.12 Etika Penelitian....................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional................................................................................29


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori......................................................................................23


Gambar 2. Kerangka Konsep.................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Industrialisasi di Indonesia telah mendorong tumbuhnya industri di berbagai
sektor. Hal tersebut yang mendukung penggunaan teknologi, peralatan, mesin
serta bermacam-macam bahan untuk menghasilkan produk atau jasa yang bagus
agar dapat bersaing di pasaran. Namun, seiring dengan kemajuan dan
perkembangan tersebut memicu berbagai masalah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), seperti bertambahnya sumber bahaya, meningkatnya potensi bahaya,
risiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja (Notoatmodjo, 2011). Keselamatan
dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3 adalah kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja atau PAK (Peraturan Pemerintah
Indonesia, 2012).
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
terduga yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda maupun
korban jiwa yang tejadi di suatu proses kerja industry (Tarwaka, 2008).
Kecelakaan kerja mempunyai tingkat kategori keparahan, mulai dari “ringan”,
“sedang”, dan “parah”. Kategori apapun harus dianggap penting termasuk dalam
kategori ringan atau minor injury (Whardani, 2008). Berdasarkan penelitian di
Malaysia, terlihat rasio terjadinya kecelakaan dengan perbandingan 1:12:60,
dimana setiap 60 near miss dapat berakibat 12 kecelakaan ringan (minor injury)
atau 1 cidera serius (major injury) (Kurniawan, Setyaningsih, & Wahyuni, 2017).
Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO) tahun 2012
mencatat angka kematian yang diakibatkan karena kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Sedangkan, data International
Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15
detik karena kecelakaan kerja, pada tanggal 26 April 2013, dalam rangka hari
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sedunia, menyatakan bahwa jumlah kasus

1
2

penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan diperkirakan 160 juta setiap


tahundengan sekitar 2,02 juta kematian setiap tahunnya (ILO, 2013b).
Data dari Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Kemenkes RI
2014, jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia mengalami peningkatan dari
tahun 2011 hingga tahun 2013. Tercatat sebanyak 9.891 kasus pada tahun 2011,
kemudian tahun 2012 angka kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak 21.735 kasus,
dan pada tahun 2013 terdapat 35.917 kasus kecelakaan kerja (Pusat Data dan
Informasi Kesehatan RI, 2014). Data terakhir yang didapat pada tahun 2014
tercatat sebanyak 24.910 kasus kecelakaan kerja dan pada akhir tahun 2015 telah
terjadi kecelakaan kerja sejumlah 105.182 kasus dengan korban meninggal dunia
sebanyak 2.375 orang (Reisita, 2017).
Cooper (2009) berpendapat bahwa dari seluruh kecelakaan kerja yang
terjadi, 80-95% disebabkan oleh unsafe act. Pendapat Cooper tersebut didukung
oleh hasil riset dari National Safety Council (NSC) US (2011) menunjukkan
bahwa 88% kecelakaan kerja disebabkan adanya unsafe act, 10% karena unsafe
condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Penelitian lain yang dilakukan
oleh DuPont Company (2005) menyatakan bahwa 96% kecelakaan kerja
disebabkan oleh unsafe act dan 4% disebabkan oleh unsafe condition (Retnani &
Ardyanto, n.d.).
Setiap pekerja selalu mengandung potensi risiko bahaya dalam bentuk
kecelakaan kerja, besarnya potensi kecelakaan tersebut tergantung dari jenis
produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan, tata ruang dan
lingkungan bangunan serta kualitas manajemen tenaga-tenaga pelaksana (Pusat
Data dan Informasi Kesehatan RI, 2014). Kecelakaan kerja merupakan salah satu
permasalahan yang sering terjadi pada pekerja dan juga pada pengusaha.
Kecelakaan kerja biasanya terjadi karena faktor dari pekerja itu sendiri dan
lingkungan kerja yang dalam hal ini adalah dari pihak pengusaha. (Undang-
Undang Indonesia, 2003). Kecelakaan juga timbul sebagai hasil gabungan dari
beberapa faktor. Dalam ILO (1998), terdapat faktor-faktor penyebab terjadinya
sebuah kecelakaan kerja yang digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu faktor
pekerja, faktor lingkungan dan faktor manajemen. Faktor pekerja adalah usia,
jenis kelamin, lama kerja, pendidikan, pengetahuan, keterampilan, jam kerja, shift
3

kerja, sikap, perilaku, kelelahan, dan kondisi fisik pekerja. Sedangkan pada faktor
lingkungan, yaitu housekeeping, pencahayaan, ventilasi, kebisingan, dan warna
peringatan, tanda, label. Faktor manajemen antara lain kebijakan organisasi atau
manajemen, sosialisasi K3, SOP, pelatihan, dan pengawasan.
Beberapa hal yang tampak jelas berbahaya, seperti bekeerja dengan
menggunakan tangga yang stabil atau penanganan bahan kimia bersifat asam.
Namun, banyak kecelakaan terjadi akibat situasi kecil yang ada di sekitar tempat
kerja sehari-hati seperti tersandung tikar di lantai kotor. Ini tidak berarti bahwa
tikar pada umumnya berbahaya. Namun demikian, hal ini bisa terjadi , tikar
tersebut dalam posisi terlipat atau tidak seharusnya dapt menjadi potensi bahaya
dalam kasus ini. Seperti diketahui , potensi bahaya keselamatan dan kesehatan
kerja dapat terjadi karena berbagai macam bentuk. Masing-masing resiko bisa
menjadi tinggi atau rendah, tergantung pada tingkat peluang bahaya yang ada di
sekitar tempat bekerja (ILO, 2013a).
Saat ini, peningkatan produktivitas sudah menjadi perhatian utama dalam
berbagai perusahaan, dimana sumber daya manusia atau SDM adalah komponen
utama dalam menjalankan kegiatan produksi dalam perusahaan. Sumber daya
manusia atau SDM sebagai tenaga kerja tidak telepas dari masalah-masalah yang
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan disaat bekerja, tetapi aspek K3 pada
perusahaan di Indonesia belum menjadi prioritas, khususnya perusahaan swasta.
Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan mengenai aspek K3 yang ada atau dapat
juga karena perusahaan tersebut meminimalkan tenaga kerja dan pengeluaran
dengan meraih keuntungan yang sebesar-besarnya serta kurang pedulinya pihak
perusahaan akan pentingnya aspek K3, sehingga masih banyak peristiwa
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terjadi (Rinanti, 2013). Banyak
perusahaan yang menganggap masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah
masalah ringan yang tidak perlu fokus untuk menerapkan manajemen K3 secara
khusus. Padahal, dengan menerapkan K3 perusahaan telah memberikan jaminan
keselamatan, memberikan rasa aman dari kecelakaan kerja, serta menjamin
kesehatan para pekerja atau karyawan (Nuswantoro, Sugiono, & Efranto, 2011).
Dampak dari adanya peristiwa kecelakaan kerja di suatu perusahaan akan
mengurangi profit perusahaan itu sendiri karena harus membayar biaya
4

pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu, membayar kerugian


bahkan mengganti alat atau mesin yang rusak akibat kecelakaan tersebut (Rinanti,
2013). Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja, pemerintah menghimbau pada setiap perusahaan harus menerapkan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) maupun OHSAS:
18001 (Occupational Health and Safety Series).
Kerugian akibat kecelakaan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu secara
langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung yaitu, dapat
menimbulkan cidera atau bahkan kematian pada tenaga kerja dan dapat
menimbulkan kerusakan pada sarana dan prasarana produksi. Sedangkan kerugian
tidak langsung atau disebut juga kerugian tersembunyi, yang dapat menimbulkan
kerugian terhentinya proses produksi, penurunan produksi, klaim atau ganti rugi,
dampak sosial, citra dan kepercayaan konsumen (Lundberg & Cooper, 2011).
CV. Gerimis Garment merupakan salah satu perusahan swasta yang
bergerak di bidang garmen (pembuatan pakaian jadi). Di industri ini terdapat
beberapa unit bagian, antara lain bagian cutting, loading, accesories, sewing,
quality control dan packing. Masing-masing bagian dan seluruh kegiatan
operasional yang dilakukan di industri garmen tersebut memiliki berbagai macam
potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja karena melibatkan berbagai
macam bahan, peralatan, alat-alat listrik, mesin dan banyaknya interaksi antara
pekerja dengan peralatan.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di CV. Gerimis Garment
diketahui jumlah seluruh pekerja sebanyak 75 orang. Pekerjaan dimulai pada
pukul 08.00-17.00 WIB dengan istirahat selama 1 jam yaitu pada pukul 12.00-
13.00 WIB (dikondisikan). Berdasarkan dari wawancara dengan beberapa
pekerjaa sering terjadi beberapa kecelakaan kerja dan masih kurang baiknya
penerapan housekeeping di CV. tersebut karena masih belum menerapkan Sitem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Sampai saat ini, belum ada data yang tercatat dengan lengkap mengenai
kecelakaan kerja dan belum pernah ada penelitian yang dilakukan mengenai
faktor-faktor terkait dengan kecelakaan kerja di CV. Gerimis Garment. Oleh
karena itu, peneliti tertarik dan merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan
5

judul “Hubungan Faktor Pekerja dan Housekeeping dengan Kecelakaan Kerja


pada Pekerja di Bagian Produksi CV. Gerimis Garment Tahun 2019”.

I.2 Rumusan Masalah


Kasus kecelakaan di CV.Gerimis Garment masih belum tercatat dengan
jelas karena masih belum menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3). Namun dari data primer, menurut 4 dari 10 orang
menyatakan pernah mengalami kecelakaan kerja kurang lebih 6 bulan terakhir.
Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Faktor
Pekerja dan Housekeeping dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja di Bagian
Produksi CV. Gerimis Garment Tahun 2019”.

I.3 Tujuan Penelitian


I.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan faktor pekerja dan housekeeping dengan
kecelakaan kerja pada pekerja di bagian produksi CV. Gerimis Garment tahun
2019.
I.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan umur dengan kecelakaan kerja di CV.
Gerimis Garment.
b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kecelakaan kerja di
CV. Gerimis Garment.
c. Untuk mengetahui hubungan kepatuhan terhadap prosedur dengan
kecelakaan kerja di CV. Gerimis Garment.
d. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan kecelakaan kerja di CV.
Gerimis Garment.
e. Untuk mengetahui hubungan housekeeping dengan kecelakaan kerja di
CV. Gerimis Garment.
6

I.4 Manfaat Penelitian


I.4.1 Bagi Responden
Untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang pentingnya faktor
pekerja dan housekeeping agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
I.4.2 Bagi Perusahaan
Membantu mengenalkan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja
khususnya di CV. Gerimis Garment dan dapat digunakan sebagai masukan bagi
perusahaan lain untuk meningkatkan pelaksanaan K3.
I.4.3 Bagi Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian dapat dijadikan sumber refrensi untuk pembangunan
Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat, khususnya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.
I.4.4 Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan melatih peneliti dalam msalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

I.5 Ruang Lingkup


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor pekerja dan
housekeeping dengan kecelakaan kerja pada pekerja di bagian produksi CV.
Gerimis Garment.tahun 2019. Sasaran penelitian ini adalah pekerja di bagian
produksi CV. Gerimis Garment. Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei
tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik dengan desain
studi cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total
sampling dengan responden sebanyak 75 orang. Variabel yang akan diteliti adalah
umur, pengetahuan, kepatuhan terhadap prosedur, masa kerja, housekeeping dan
kecelakaan kerja. Menggunakan data primer yaitu dengan menyebarkan kuesioner
dan observasi dengan pengamatan langsung. Analisis data menggunakan uji Chi-
Square.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kecelakaan Kerja


II.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja terjadi bukan karena sebuah kebetulan, tapi karena ada
penyebabnya. Oleh karena itu kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar
selanjutnya dengan tindakan korektif yang diajukan kepada penyebab itu serta
dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan tidak teerjadi
kecelakaan yang serupa (Suma’mur, 2009).
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki oleh
siapapun dan tidak diduga sebelumnya yang dapat menimbulkan korban jiwa dan
harta benda (Kemenaker RI, 1998). Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, dapat mengacaukan proses yang telah diatur dari sebuah
aktivitas yang dapat menimbulkan kerugian korban jiwa dan harta benda.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
didiuga sebelumnya, tetapi kecelakaan bukan terjadi karena sebuah kebetulan,
melainkan karena ada penyebabnya. Oleh karena itu kecelakaan harus diteliti dan
ditemukan penyebabnya, agar dapat diatasi dengan upaya preventif dan tidak
tejadi kembali kecelakaan yang serupa, karna kecelakaan kerja dapat
menimbulkan kerugian korban jiwa dan juga harta benda.

7
8

II.1.2 Penyebab Kecelakaan Kerja


International Loss Control Institute (ILCI) mengemukakan dari
penelitiannya, bahwa factor manusia adalah salah satu dari penebab utama
terjadinya kecelakaan kerja setelah manajeman yang terdiri dari, motivasi, dan
keterampilan yang kurang, stres fisik atau mental dan kemampuan yang tidak
cukup secara fisik dan mental (Bird, 1990). Sedangkan pernyataan Suma’mur
(2009), penyebab kecelakaan digolongkan menjadi dua, yaitu (1) tindakan
manusia yang belum memenuhi keselamatan (unsafe human act) dan (2) keadaan
lingkungan yang tidak aman (unsafe condition), berikut ini adalah beberapa
penyebab kecelakaan kerja, yaitu:
A. Faktor manusia, yaitu tindakan tidak aman atau unsafe act dan
karakteristik pekerja seperti jenis kelamin, umur, pengalaman kerja,
kelelahan, antoergonomi, kondisi tubuh, tingkat Pendidikan.
B. Factor mekanis dan lingkungan kerja antara lain kesalahan letak
mesin dan alat kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja,
todak adanya machine safeguard, alat kerja rusak. Untuk konsisi
lingkungan kerja yang berperan dalam kecelakaan yaitu terdiri dari
kerapihan (house keeping), cara penyimpanan bahan dan alat kerja
yang tidak pada tempatnya, lantai kotor dan licin, pencahayaan dan
ventilasi yang buruk.

II.1.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Berdasarkan OSHA dalam Yulianti (2017), dampak kerugian yang
ditimbulkan dari kecelakaan kerja dapat ditentukan besar kecilnya berdasarkan
tingkat keparahannya. Kecelakaan kerja digolongkan berdasarkan kategori akibat
kecelakaan, antara lain:
A. Firsta Aid Case (Perawatan Ringan)
Kecelakaan ini termasuk golongan kecelakaan ringan, karena
korban hanya memerlukan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
seperti membersihkan luka, diberi band aid dan tidak memerlukan
perawatan dari dokter.
9

B. Medical Treatment Case (Perawatan Medis)


Kecelakaan dapat mengaakibatkan korban harus mendapatkan
perawatan dari dokter dan mendapat perawatan jalan tetapi dapat
langsung kembali bekerja lagi.
C. Restrical Work Case (Jumlah Hari Kerja dengan Aktivitas
Terbatas)
Kecelakaan dapat mengakibatkan korba tidak dapat meneruskan
pekerjaannya seperti biasa dan dilarang melakukan tugas-tugas tertentu
yang berhubungan dengan cideranya, tapi dapat melakukan tugas lainnya
untuk sementara waktu.
D. Days Away from Work (Jumlah Hari Tidak Bekerja)
Dalam kategori ini, setiap pekerja yang mendapatkan kecelakaan
yang mengakibatkan tidak dapat melakukan pekerjaannya dalam waktu
tertentu, dapat digolongkan sebagai kecelakaan yang mengakibatkan
hilangnya hari kerja.
E. Fatality (Kematian)
Kecelakaan yang dapat menghilangkan nyawa atau meninggalnya
pekerja pada saat kecelakaan ataupun setelah mendapatkan perawatan
medis dari dokter.

Menurut Internasional Labour Organization dalam Suma’mur, (1987),


terdapat klasifikasi kecelakaan kerja, yaitu:
A. Kecelakaan kerja berdasarkan jenis pekerjaan:
1. Terjatuh
2. Tertimpa benda jatuh
3. Tertumbuk atau terkena benda-benda
4. Terjapit oleh benda
5. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
6. Pengaruh suhu tinggi
7. Terkena arus listrik
8. Kontak bahan berbahaya atau radiasi
10

B. Kecelakaan berdasarkan Penyebab:


1. Mesin, misalnya mesin penggergajian, mesin pembangkit
tenaga listrik, dan sebagainya.
2. Alat angkut dan angkat, misalnya alat angkut darat, udara,
air, dan mesin angkat dan peralatannya.
3. Peralatan lain, misalnya instalasi pendingin, bejana tekanan,
scaffolding, pemanas, alat-alat listrik, dan sebagainya.
4. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,
gas, debu, zat-zatkimia, dan sebagainya.
5. Lingkungan kerja (di dalam bangunan, diluar bangunan, da di
bawah tanah)
C. Kecelakaan kerja berdasarkan sifat luka atau kelainan:
1. Patah tulang
2. Dislokasi (keseleo)
3. Regang otot atau urat
4. Luka permukaann
5. Amputasi
6. Luka bakar
7. Gegar dan remuk
8. Keracunan mendadak
9. Mati lemas
10. Pengaruh radiasi
11. Pengaruh arus listrik
12. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifat
D. Kecelakaan kerja berdasarkan kelainan atau luka di tubuh:
1. Kepala
2. Leher
3. Badan
4. Anggota atas
5. Anggota bawah
6. Banyak tempat
7. Letak lain yang tidak dimasukan klasifikasi tersebut
11

II.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja


Henrich (1980) dalam Suma’mur (2006) menyatakan suatu hal yang
dapat menyebabkan kecelakaan ringan suatu saat dapat menyebabkan cedera
serius. Beberapa teori yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja sebagai berikut:
A. Teori Loss Counstain Models
Teori ini berisi petunjuk yang bertujuan untuk memudahkan
dan memahami bagaiman faktor penting dalam rangka
mengendalikan meluasnya kecelakaan dan kerugian. Bird dan
Germain (1996) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss)
disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan yang
terdiri dari:
1. Lock of Control (kurang kendali)
Penyebab lock of control, yaitu:
a) Inadequate programme, yaitu program yang tidak
bervariasi yang berhubungan dengan ruang lingkup.
b) Inadequate programme standards, yaitu standar tidak
spesifik, standar tidak jelas atau tidak baik.
c) Inadequate compliance-with standards, yaitu
kurangnya pemenuhan standar.
2. Basic Causes, yaitu penyebab dasar terjadinya kecelakaan
disebabkan oleh personal factor seperti kondisi pekerja, dan
job factor seperti unit kerja.
3. Immediate Causes, yaitu penyebab langsung terjadinya
kecelakaan, meliputi faktor sub-standard dan faktor kondisi.
Faktor sub-standard diantaranya tindakan tidak aman seperti
tidak mematuhi standar operasional prosedur, dan faktor
kondisi seperti kebisingan, ventilasi dan pencahayaan.
4. Accident, yaitu kecelakaan yang ditimbulkan.
5. Loss, yaitu kerugian yang ditimbulkan dari terjadinya
kecelakaan.
12

B. International Labour Organization (ILO)


Dalam ILO (1998) faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja,
yaitu:
1. Faktor pekerja yaitu usia, jenis kelamin, lama kerja,
pendidikan, pengetahuan, keterampilan, jam kerja, shift kerja,
sikap, perilaku, kelelahan, dan kondisi fisik pekerja.
2. Faktor manajemen yaitu kebijakan organisasi atau
manajemen, sosialisasi K3, SOP, pelatihan, dan pengawasan.
3. Faktor lingkungan kerja yaitu housekeeping, pencahayaan,
ventilasi, kebisingan, dan warna peringatan, tanda, label.

II.1.5 Pencegahan Kecelakaan Kerja


Menurut Ridley (2008), untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
perlu adanya upaya menghilangkan bahaya yang terdapat di tempat kerja, apabila
tidak dapat dihilangkan, harus mengimplementasikan tidakan pengendalian untuk
meminimalisir risiko dari bahan-bahan dihadapi pekerja. Tujuannya pencegahan
untuk melindungi seluruh pekerja perusahaan. Prisip -prisnsip pencegahan
kecelakaan meurut Ridley (2008), yaitu:
A. Mengidentifikasi bahaya
Dalam mengidentifikasi bahaya, meliputi teknik-teknik yang
harus dilakukan, yaitu:
1. Melakukan inspeksi
2. Melalui patrol dan inspeksi keselamatan kerja
3. Laporan dari operator
4. Laporan dalam jurnal-jurnal teknis
B. Menghilangkan bahaya.
1. Dengan sarana-sarana teknis
2. Mengubah material
13

C. Mengurangi bahaya hingga seminim mungkin jika penghilangan


bahaya tidak dapat dilakukan.
1. Dengan saran teknis dan memodifikasi perlengkapan
2. Pemberian pelindung/kumbung
3. Pemberian alat pelindung diri (personal protective
equipment)
D. Melakukan resiko redisual
E. Mengendalikan resiko redisual

II.2 Faktor Karakteristik Pekerja


Berdasarkan UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2, berbunyi bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.

II.2.1 Usia
Dalam Suma’mur (2006) pengalaman dan kewaspadaan mengenai
kecelakaan kerja akan bertambah baik sesuai dengan usia, masa kerja
diperusahaan dan lamanya bekerja di tempat kerja tersebut. Seiring bertambahnya
usia seseorang maka bertambah juga kewaspadaan untuk menghindari kecelakaan
kerja. Pekerja yang masih muda pada umumnya memiliki fisik yang kuat,
dinamis, dan kreatif, tapi cepat merasa bosan, kurang bertanggung jawab,
cenderung absensi, dan turnover-nya rendah (Hasibuan, 2014).

II.2.2 Jenis Kelamin


Jenis kelamin adalah karakteristik biologis dan fisiologis yang
membedakan seorang laki-laki dan perempuan (WHO, 2016). Dalam penelitian
Riyadina (2007), pekerja laki-laki tiga kali lebih beresiko dibandingkan
perempuan untuk mengalami kecelakaan kerja.
14

II.2.3 Pendidikan
Pendidikan adalah faktor yang mempengaruhi pola berpikir seseorang tentang
keselamatan kerja. Salah satu permsalaahan dalam faktor tersebut adalah tingkat
pendidikan rendah yang memperngaruhi rendahnya kesadaran seseorang dalam
berperilaku selamat (Riyadina, 2007). Pendidikan adalah proses seseorang
mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di
dalam masyarakat tempat ia hidup, proses social yakni orang yang dihadapkan
pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang
dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan
kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal (Munib, 2004).

II.2.4 Pengetahuan
Menurut ILO (1998) pengetahuan yaitu pemahaman pekerja mengenal
tipe-tipe risiko yang terdapat di tempat kerja, sumber pajanan dan faktor-faktor
berbahaya yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan atau cedera, sesuai
dengan tugasnya. Berdasarkan hasil penelitian Rudyarti (2017), menyatakan
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan K3 dengan kecelakaan
kerja di tempat kerja. Apabila tingkat pengetahuannya tinggi kemungkinan akan
memperkecil tingkat terjadainya kecelakaan di tempat kerja.

II.2.5 Sikap
Menurut Azwar (2007) sikap adalah kecenderungan individu untuk
memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek yang
merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif. Pengukuran sikap dapat
dilakukan dengan metode Skala Likert. Metode ini yaitu dengan menempatkan
pilihan terhadap objek sikap dengan rentang satu sampai empat yaitu “sangat
setuju”, “setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”. Dalam penelitian
Rudyarti (2017), terdapat hubungan antara sikap dengan kecelakaan kerja, karena
jika semakin baik sikap sorang pekerja dapat menurunkan tingkat kecelakaan
kerja pada pekerja itu sendiri.
15

II.2.6 Kelelahan
Salah satu permasalah K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang
dapat menjadi pemicu terjadinya kecelakaan kerja adalah kelelahan. Kelelahan
kerja merupakan suatu keadaan menurunnya efisiensi dan ketahanan seseorang
dalam bekerja (Suma’mur, 2014). Istilah kelelahan mengarah pada kondisi
melemahnya tenaga kerja untuk melakukan suatu kegiatan, sehingga
mengakibatkan terjadinya pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh
(Nurmianto, 2003).

II.2.7 Kepatuhan Terhadap Prosedur


Kepatuhan berasal dari kata patuh yang artinya taat, suka menurut,
berdisiplin, sehingga dapat diartikan bahwa kepatuhan adalah ketaatan melakukan
sesuatu yang dianjurkan atau ditetapkan. Kepatuhan adalah seberapa besar pekerja
untuk mematuhi/menjalani peraturan yang berlaku dan berkaitan dengan
keselamatan kerja. Semakin banyak peraturan perusahaan yang diterapkan oleh
pekerja maka pekerja tersebut dikatakan baik, dan jika sebaliknya maka pekerja
tersebut dianggap tidak mematuhi peraturan keselamataan kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan (Halimah, 2010).
Kepatuhan adalah sebuah perilaku yang dapat dipengaruhi faktir internal
maupun eksternal. Kepatuhan terhadap alat pelindung diri adalah perilku spesifik
terhadap objeek di lingkungan kerja. Kepatuahan pekerja terhadap prosedur
memiliki peran yang cukup penting dalam menciptakan keselamatan di
lingkungan kerja (Mufarokhah, 2008). Dalam Notoatmojo (2007), mengatakan
ada berbagai macam contoh perilaku atau tindakan tidak aman (unsafeact) yang
dapat ditemui di tempat kerja pada dasarnya merupakan perilaku yang tidak patuh
terhadap prosedur kerja atau standar oprasional pekerja (SOP), seperti menjlankan
mesin atau alat tanpa danya wewenang, mengabaikan alat pelindung diri dan
memperbaiki perltan yang sedang bergerak atau tidak mengikuti prosedur kerja
yang sudah ditentukan.
Geller (2001) dalam Halimah (2010), secara sederhana dapat dibedakan160
bahwa perilaku ditempat kerja meliputi perilaku berisiko (at-risk behavior) dan
perilaku aman (safe behavior). Dalam upaya untuk meningkatkan keselamatan
16

kerja, maka perilaku berisiko dapat dicegah. Tahap kepatuhan dimulai dari patuh
terhadap anjuran/instruksi. Seringkali kepatuhan dilakukan untuk menghindari
bberikutnya adalah karena tertarik dengan melihat tokoh idola yang dikenal
dengan tahap identifikasi. Perubahan perilaku tingkat kepatuhan yang baik adalah
internalisasi, dimana individu melakukan sesuatu karena memahami makna,
mengetahui pentingnya tindakan dan keadaaan ini. Hal ini cenderung akan
berlangsung lama dan menetap dalam diri individu. Perubahan perilaku tingkat
kepatuhan yang baik adalah internalisasi, dimana individu melakukan sesuatu
karena memahami makna, mengetahui pentingnya tindakan dan keadaaan ini. Hal
ini cenderung akan berlangsung lama dan menetap dalam diri individu.
A. Dimensi Kepatuhan
Seseorang dapat disebut patuh terhadap perintah orang lain atau
aturanjikameimiliki tiga dimensi dibawah ini:
1. Mempercayai (belief)
Seseorang akan lebih patuh apabila mereka percaya bahwa
kekuasaan mempunyai hak untuk meminta atau memerintah. Dan
jika mereka percaya percaya bahwa diri mereka diperlakukan
secara adil oleh seorang pemimpin atau seseorang yang memberi
perintah, percaya pada pemimpin dan menganggap bahwa
seseorang tersebut adalah bagian dari organisasi atau kelompok
yang memiliki sebuah peraturan yang harus diikuti.
2. Menerima (accep6t)
Yaitu seseorang yang patuh dan mau menerima apa yang
telah iya percaya. Seseorang cenderung dapat lebih patuh terhadap
sebuah perintah apabila orang tersebut mendapatkan manfaat dan
keuntungan.
3. Melakukan (act)
Suatu bentuk tingkah laku atau tindakan dari sebuah
kepatuhan. Jika seseorang melaksanakan dengan baik sebuah
peraturan atau perintah, maka orang tersebut dapat dikatakan telah
memenuhi salah satu dimensi dari kepatuhan.
17

Dimensi-dimensi tersebut, kemudain digolongkan manjadi dua


kategori yaitu belive dan accept adalah dimensi kepatuhan yang terkait
dengan sikap, dan act adalah dimensi kepatuhan yang terkait dengan
tingkah laku patuh seseorang (Fitriani, 2018).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Kepatuhan seseorang terhadap peraturan dapat timbul disebabkan
adanya faktor-faktor yang dapat menimbulkan sikap kepatuhan terhadap
tersebut. Hal-hal yang daapat menimbulkan kepatuham (obedience)
yaitu:
1. Indoctrination
Manusia diberi pendidikan sejak kecil untuk mematuhi
kaedah-kaedah atau aturan yang berlaku di masyarakat.denagn
sosialisasi manusia diberi Pendidikan untuk mengenl, mengetahui,
serta mematuhi kaidah-kaidah tersebut.
2. Habituation
Sebuah proses sosialisasi telah dialami sejak kecil, lama
kelamaan menjadi sebuah kebiasaan untuk mematuhi kaidah-
kaidah atau peraturan yang berlaku.
3. Utility
Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk hidup
dengan teratur. Akan tetapi suatu yang teratur untuk seseoraang
belum tentu pantas untuk orang lain. Oleh sebab itu diperlukan
sebuah patokan tentang keteraturan tersebut yang dinamakan
kaidah, maka salah satu faktor yang menyebabkan orang taat pada
kaidah karena kegunaan kaidah tersebut.
4. Group identification
Salah satu sebab seseorang patuh pada peraturan atau kaidah
yang berlaku merupakan salah satu sarana untuk mengadakan
identifikasi dengan kelompok (Fitriani, 2018).
18

II.2.8 Masa Kerja


Dalam Suma’mur (2006), mengatakan dalam sebuah perusahaan
diperlukan sebuah pelatiahn khusus untuk pekerja-pekerja baru yng masih belum
memiliki pengalaman, karena sering mendapatkan kecelakaan kerja. Hal ini
memungkinkan bahwa pekerja yang masa kerjanya sudah lebih lama
kemungkinannya lebih kecil mendapatkan kecelakaan dibandingkan dengan
pekerja baru yang masih belum memiliki pengalaman. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), masa masa kerja adalah jangka waktu orang sudah
bekerja pada suatu kantor, badan atau sebagainya. Kewaspadaan terhadap
kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan
lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan (Suma’mur, 1987).

II.2.9 Shift Kerja


Shift kerja adalah pola pengaturan jam kerja pengganti atau tambahan
kerja sebagai mana yang biasa dilakukan, shift kerja pada umumnya dibagi
menjadi tiga, yaitu pagi, sore, dan malam. Shift kerja adalah tuntutan tugas yang
berpotensi timbulnya kecelakaan kerja.(Strank, 2005)

II.3 Faktor Lingkungan


II.3.1 Definisi
Housekeeping adalah sebuah aktivitas di tempat bekerja yang berupa
pembersihan, pemeliharaan, penataan, pemilihan, dan pembiasaan yang
diperlukan untuk menjalankan pekerjaan dengan baik.(NSW, 2007). Menurut
Suma’mur (2009), housekeeping atau ketatarumahtanggaan merupakan upaya
perusahaan dalam menciptakan suatu lingkungan kerja yang aman dan nyaman,
meliputi penyimpanan peralatan kerja, pembuangan sampah industri, dan ruangan
kerja yang kering dan bersih. Housekeeping dianggap sebagai kegiatan
pencegahan sekaligus sebagai upaya pengendalian. Prinsip umum housekeeping
bukan sekedar kebersihan tempat kerja melainkan juga mengupayakan
penempatan peralatan yang tepat,sesuai dan benar, mengutamakan proses kerja
berlangsung aman dan agar kegiatan dapat berlangsung optimal, efisien dan
efektif serta pencegahan kecelakaan kerja
19

II.3.2 Unit Kerja


Menurut Azwar (2007)unit kerja merupakan bagian kecil dalam sebuah
institusi barang atau jasa yang menjadi lokasi seseorang pekerja melakukan
pekerjaan. Riyadina (2007) mengungkapkan bahwa pekerja di bagian unit
produksi mempunyai risiko yang tertinggi mengalami kecelakaan. Mayoritas
cedera akibat kerja pada pekerja industri adalah luka terbuka (37,2%), lecet atau
superfisial (29,6%) dan cedera mata (14,8). Bagian tubuh yang mengalami cedera
didominasi oleh cedera sendi-pinggul-tungkai atas (40,2%), kepala (24,8%) dan
pergelangan tangan (14,3%). Penyebab cedera terbanyak adalah tertusuk (43,1%)
pada industri garmen dan mata kemasukan serpihan logam/gram (10%) pada
industri baja.

II.3.3 Ventilasi, Kebisingan, Iklim Kerja, dan Pencahayaan


A. Kebisingan
Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan (Budiono,
2003). Kebisingan pada tenaga kerja dapat mengurangi
kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi/percakapan
antar pekerja, mengurangi konsentrasi, menurunkan daya dengar
dan tuli akibat kebisingan. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor: KEP.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, Intensitas kebisingan yang
dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja.
B. Iklim Kerja
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas
kerja manusiaakan mencapai tingkat yang paling tinggi pada
temperatur sekitar 24°C- 27°C. Suhu dingin mengurangi efisiensi
dengan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi otot. Suhu panas
terutama berakibat menurunkan prestasi kerja pekerja, mengurangi
kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan
keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu
koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk
dirangsang (Suma’mur, 2014).
20

C. Pencahayaan
Penerangan ditempat kerja adalah salah satu sumber
cahaya yang menerangibenda-benda di tempat kerja. Banyak obyek
kerja beserta benda atau alat dan kondisidi sekitar yang perlu dilihat
oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari kecelakaan
yang mungkin terjadi (Budiono, 2003).Penerangan yang baik
memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan secara
jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya tidak perlu (Suma’mur, 2014).

II.4 Faktor Manajemen


II.4.1 Kebijakan
Pasal 86 ayat (1) UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
menyatakan setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas: keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama; untuk melindungi keselamatan pekerja/buruhguna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Selainitu dinyatakan juga dalam pasal 87 ayat (1) setiap
perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

II.4.2 Sosialisasi K3
Dalam UU No. 1 Tahun 1970 pasal 14 ayat b disebutkan bahwa salah
satu kewajiban pengurus adalah memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
Menurut ILO (1998) sosialisasi K3 sebagai salah satu bagian dari
propaganda atau kampanye K3 yang merupakan salah satu jenis kependidikan
selain pendidikan dan pelatihan. Meski cara ini terbatas nilainya dalam
merangsang dan menggairahkan orang untuk bekerja dengan aman tetapi cara ini
masih dipakai secara luas di berbagai negara. Menurut penelitian
21

II.4.3 SOP
SOP (Standar operasional Prosedur) adalah suatu standar dan prosedur
yang digunakan sebagai acuan dalam bekerja dan digunakan pula untuk mengukur
kinerja atau sebagai tolok ukur dalam menilai kinerja pegawai di suatu perusahaan
swasta maupun di suatu instansi pemerintahan, agar pekerjaan dapat berjalan
sesuai dengan standar dan prosedur yang ada dan yang digunakan oleh suatu
perusahaan swasta maupun suatu instansi pemerintahan, maka kinerja maupun
pekerjaan harus sesuai dengan SOP yang ada dan yang digunakan tersebut.
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang diterapkan dengan baik oleh suatu
perusahaan maupun instansi pemerintahan, untuk dapat mencapai tujuannya dan
bisa berhasil dan sukses (Junita, 2017).

II.4.4 Pelatihan Kerja


Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan
yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek daripada teori, dalam hal ini yang dimaksud adalah
pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja. Timbulnya kecelakaan bekerja
biasanya sebagai akibat atas kelalaian tenaga kerja atau perusahaan. Adapun
kerusakan-kerusakan yang timbul, misalnya kerusakan mesin atau kerusakan
produk, sering tidak diharapkan perusahaan maupun tenaga kerja. Namun tidak
mudah menghindari kemungkinan timbulnya risiko kecelakaan dan kerusakan.
Apabila sering timbul hal tersebut, tindakan yang paling tepat dan harus
dilakukakan manajemen tenaga kerja adalah melakukan pelatihan.
Penyelenggaraan pelatihan dimaksudkan agar pemeliharaan terhadap alat-alat
kerja dapat ditingkatkan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah mengurangi
timbulnya kecelakaan kerja, kerusakan, dan peningkatan pemeliharaan terhadap
alat-alat kerja (Sastrohadiwiryo, 2003).
22

II.4.5 Pengawasan
Bird, E & Germain, G, (1996) menyebutkan bahwa supervisor (pengawas)
memiliki posisi kunci dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap keterampilan, dan
kebiasaan, akan keselamatan setiap karyawan dalam suatu area tanggung
jawabnya. Para pengawas mengetahui lebih baik daripada pihak lain mengenai
diperhatikannya individu-individu, catatan cuti, kebiasaan bekerja, perbuatan,
keterampilan dalam bekerja.
23

II.5 Kerangka Teori


Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan sebelumnya, kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada ILO
(1998), Teori Loss Causation Models Bird dah Germain(1996), dan teori tiga faktor utama yang digambarkan sebagai berikut:

Faktor Lingkungan:
1. Housekeeping
Faktor Pekerja: 2. Unit kerja
1. Usia 3. Kebisingan, iklim kerja, dan
2. Jenis Kelamin pencahayaan
3. Pendidikan
4. Pengetahuan Kecelakaan kerja
5. Keterampilan
6. Sikap
7. Kelelahan
8. Kepatuhan terhadap prosedur Faktor Manajemen:
9. Masa kerja 1. Kebijakan manajemen
10. Sift kerja 2. Sosialisasi K3
3. SOP
4. Pelatihan kerja
5. Pengawasan

Sumber: ILO (1998), Teori Loss Causation Models Bird dah Germain(1996), dan teori tiga faktor utama

Gambar 1 Kerangka Teori


BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep ini terdiri dari variabel dependen dan variabel
independen yang mengacu pada kerangka teori yang telah disebutkan
sebelumnya. Variabel independent kepatuhan terhadap prosedur dan
hosekeeping, serta variabel dependent dari penelitian ini adalah keluhan
kecelakaan kerja.

Umur
Pengetahuan
Kepatuhan Terhadap Prosedur
Masa Kerja

Kecelakaan kerja

Housekeeping

Gambar 2. Kerangka Konsep

24
III.2 Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala


1 Kecelakaan Kejadian yang dialami responden Kuesioner 1 Pernah Ordinal
kerja seperti kesetrum, terjatuh, terpeleset, 2 Tidak peernah
dan kejadian lainnya yang
menimbulkan luka/cedera yang
terjadi selama 6 bulan terakhir
penelitian.
2 Usia Lamanya waktu hidup pekerja Kuesioner 1. Muda, jika ≤ 30 tahun Ordinal
yang dihitung dari lahir sampai 2. Tua, jika ≥ 30 tahun
dilakukannya penelitian. (Halimah, 2010)
3 Pengetahuan Pemahamana responden terhadap Kuesioner 1. Baik jika nilainya ≥ 76- Ordinal
penyebab kecelakaan kerja, 100%
kebijakan perusahaan, dan SOP. 2. Cukup jika nilainya 60-
75%
3. Buruk jika nilainya ≤ 60
(Arikunto, 2010)
No. Variabel Definisi Alat Ukur 4. Hasil Skala
4 Kepatuhan Tindakan pekerja untuk Kuesioner 1 Tidak patuh, jika Ordinal

25
terhadap melaksanakan atau tidak responden menjawab tidak
prosedur melaksanakan peraturan dan pada salah satu pertanyaan
prosedur kerja yang ditetapkan. 2 Patuh, jika responden
menjawab iya pada semua
pertanyaan
Masa Kerja Lama bekerja responden Kuesioner 1. Pekerja baru apabila > 5 Ordinal
5 terhitung mulai pertama kerja tahun
sampai dengan waktu 2. Bukan pekerja baru
dilakukannya penelitian.: apabila ≤ 5 tahun
(Handayani & dkk,
2010)
6 Housekeepin Kondisi ketatarumahtanggan Pedoman Observasi 1 Baik jika skor untuk lembar Ordinal
g lingkungan kerja yang dapat observasi >50%
menimbulkan kecelakaan kerja di 2 Kurang jika skor lembar
sekitar tempat kerja. observasi ≤ 50%

26
27

III.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja pada pekerja di
bagian produksi CV. Gerimis Garment tahun 2019.
2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja pada
pekerja di bagian produksi CV. Gerimis Garment tahun 2019.
3. Ada hubungan antara kepatuhan dengan prosedur trerhadap
kecelakaan kerja pada pekerja di bagian produksi CV. Gerimis
Garment tahun 2019.
4. Ada hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja pada
pekerja di bagian produksi CV. Gerimis Jakarta tahun 2019.
5. Ada hubungan antara housekeeping dengan kecelakaan kerja pada
pekerja di bagian produksi CV. Gerimis Garment tahun 2019.

III.4 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
studi cross sectional. Karena pada penelitian ini, variabel independen
dan variabel dependen diukur pada waktu yang sama (point time
approach) (Soekidjo Notoatmojo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara faktor pekerja dan hosekeeping dengan
terjadinya kecelakaan kerja pada penjahit CV. Gerimis Garment Jakarta
tahun 2019.

III.5 Waktu dan Lokasi


Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2019 pada penjahit
CV. Gerimis Garment yang bertempat di Jalan Pahlawan No. 15A
RT.07/08, Kel. Sukabumi Selatan, Kec. Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

III.6 Populasi dan Sampel


III.6.1 Populasi
Populasi adalah bagian populasi yang dapat di jangkau oleh
peneliti (Sastroasmoro & Ismael, 2014). Populasi pada penelitian ini
28

adalah seluruh penjahit yang bekerja di CV. Gerimis Garment Jakarta pada
tahun 2019 dengan jumlah 75 orang.
III.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro &
Ismael, 2014). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
total sampling. Total Sampling adalah teknik pengambilan, dimana jumlah
sampel sama dengan populasi. Menurut (Sugiyono, 2007) alasan
mengambil total samping karena jumlah populasi yang kurang dari 100.
Untuk itu, sampel yang diambil untuk penelitian di CV. Gerimis Garment
berjumlah 75 orang.

III.7 Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder, yaitu profil perusahaan. Adapun data primer yang
dikumpulkan berupa faktor pekerja dan housekeeping dengan
menggunakan alat ukur berupa kuesioner dan lembar ceklis. Jenis
wawancara yang digunakan adalah semistruktur dimana jenis ini
menggunakan kombinasi pertanyaan yang ditentukan jawabannya dan
menggunakan pertanyaan yang dapat dijawab secara bebas. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada responden dan
melakukan observasi.

III.8 Instrumen Penelitian


Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini dari hasil
modifikasi Siregar 2014, yaitu:
1. Kuesioner atau Daftar Pertanyaan
Kuesioner atau daftar pertanyaan mengenai kepatuhan terhadap
prosedur.
2. Lembar Ceklis
Lembar ceklis digunakan untuk menilai housekeeping melalui
observasi.
29

III.9 Uji Validitas dan Reliabilitas


III.9.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menunjukan tingkat ketepatan atau
keandalan suatu alat ukur. Validitas menunjukan derajat ketepatan antara data
yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Untuk
mencari validitas, harus mengkorelasikan skor dari setiap pertanyaan dengan skor
total seluruh pertanyaan. Dalam mencari nilai korelasi, maka penulis
menggunakan rumus Pearson Product Moment, dengan rumus sebagai berikut:

n ( ∑ XY ) −(∑ X)(∑Y )
r=
√ ¿¿ ¿

Keterangan:
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden 2
∑X = Jumlah skor item instrumen
∑Y = Jumlah total skor jawaban
∑X2 = Jumlah kuadrat skor item
∑Y2 = Jumlah kuadrat total skor jawaban
∑XY = Jumlah perkalian skor jawaban suatu item dengan total skor

Angka yang diperoleh harus dibandingkan dengan standar nilai korelasi


validitas, menurut Sugiyono (2010) 0nilai standar dari validitas adalah sebesar
0,3. Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar daripada nilai standar maka
pertanyaan tersebut valid (signifikan).
III.9.2 Uji Reliabilitas
30

Uji reliabilitas menurut Sugiyono (2010) dilakukan untuk mengetahui


seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur
sama.
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
dirancang dalam bentuk kuesioner dapat diandalkan, suatu alat ukur dapat
diandalkan jika alat ukur tersebut digunakan berulangkali akan memberikan hasil
yang relatif sama (tidak berbeda jauh). Untuk melihat andal atau tidaknya suatu
alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui koefisien
reliabilitas dan apabila koefisien reliabilitasnya lebih besar dari 0.60 maka secara
keseluruhan pernyataan tersebut dinyatakan andal (reliabel). Uji reliabilitas dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode Alpha Cronbach (α) dengan rumus
sebagai berikut:

N
R=α =R= ¿
N−1

Keterangan:
α = Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
S2= Varians skor keseluruhan
S2i = Varians masing-masing item

III.10 Pengolahan Data


Pengolahan data adalah salah satu langkah penting di dalam suatu
penelitian. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian
masih belum diolah dan belum dapat memberikan informasi apapun dan belum
siap untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti
dan kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data.
Teknik dalam pengolahan data meliputi:
1. Editing (pemeriksaan data)
Hasil wawancara atau observasi dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum, editing
31

merupakan kegiatan untuk pengecekkan dan perbaikan isian formulir


atau kuesioner.
2. Coding (pengkodean)
Setelah semua kuesioner diedit dan disunting, selanjutnya
dilakukan pemberian kode atau “coding”, yakni mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Entry (pemasukan data)
Data, yakni jawaban dari masing-masing responden dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau
“software” komputer.
4. Cleaning (pembersihan data)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dilakukan pembersihan atau pemeriksaan
data kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidaklengkapan data dan sebagainya.

III.11 Analisis Data


1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran
distribusi frekuensi, persentase, dan statistik deskriptif dari setiap
variabel yang diteliti. Analisis ini akan disajikan dalam bentuk tulisan,
tabel maupun grafik. Variabel yang dianalisis ialah variabel dependen
dan independen. Variabel tersebut ialah keluhan kecelakaan kerja,
usia, pengetahuan, kepatuhan terhadap prosedur, masa kerja, dan
housekeeping.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis
penelitian. Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen. Uji analisa
menggunakan uji Chi-Square dengan batas kemaknaan α 0,05 estimasi
Confidential Interval (CI) 95% untuk melihat hubungan antara
32

variabel dependen dengan variabel independen. Persamaan Chi-


Square:

(O−E)
X2=
E
Keterangan:
X2 = Chi-Square
O = Efek yang diamati
E = Efek yang diharapkan

Metode (analisis) ini untuk mendapatkan probabilitas


kejadiannya. Jika Pvalue > 0,05 maka tidak ada hubungan yang
bermakna secara statistik antara variabel kepatuahn terhadap prosedur
dan housekeeping dengan kecelakaan kerja. Sebaliknya jika Pvalue ≤
0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuahn
terhadap prosedur dan housekeeping dengan kecelakaan kerja.

III.12 Etika Penelitian


1. Informed Consent
Sebelum responden menyetujui berpartisipasi dalam penelitian
ini, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang tujuan dan manfaat
penelitian. Peneliti menjelaskan hak-hak responden untuk berhenti
menjadi responden bila mendapatkan ketidaknyamanan selama
penelitian.
2. Anonymity (tanpa nama)
Selama kegiatan penelitian semua informasi seperti nama
responden akan dirahasiakan, sebagai ganti digunakan nomor
responden pada lembar alat ukut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah terkumpul dijamin kerahasiaannya.
Peneliti menjadi kerahasiaan identitas responden dan informasi yang
33

diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai


dokumentasi penelitian.
4. Ethical Approval (persetujuan etik)
Penelitian ini akan diajukan kepada komisi etik UPN “Veteran”
Jakarta.
34

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Azwar, S. (2007). Sikap Manusia “Teori dan Pengukurannya.” Pustaka Pelajar.

Bird, E, F., & Germain, G, L. (1996). Practical Loss Control Leadership. USA:
Division Of International Loss Control Institute.

Budiono, A. M. S. (2003). Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: BP


UNDIP.

Fitriani, N. D. (2018). Hubungan Kepatuhan Terhadap Prosedur dan Sosialisasi


K3 dengan Kecelakaan Ringan Pekerja di Bagian Produksi PT. Pritho
Tahun 2018. Universitas Pembangunan “Veteran” Jakarta.

Halimah, S. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Aman


Karyawan di Pt. Sim Plant Tambun II Tahun 2010. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Handayani, E. E., & dkk. (2010). Hubungan Antara Penggunaan Alat Pelindung
Diri, Umur dan Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja bagian
Rustic di PT Borneo Melintang Benua Eksport Yogyakarta. Universitas
Ahmad Dahlan, 144–239.

Hasibuan, M. S. P. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi).


Jakarta: Bumi Aksara.

ILO. (1998). Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Volume 1 – 4 . 4th


edition. Retrieved April 7, 2019, from
http://www.ilo.org/safework_bookshelf

ILO. (2013a). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan


Sarana untuk Produktivitas. Jakarta.
35

ILO. (2013b). The Prevention Of Occuputional Diseases.


Junita, T. D. (2017). Peranan Sop Pada Organisasi Pemerintahan Kota Surabaya
Dalam Peningkatan Kepuasan Pelayanan Kepada Masyarakat. 858–863.

Kemenaker RI. (1998). Permenaker RI No. 03 Tahun 1998 tentang Tata Cara
Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

KEP.51/MEN/1999. (1999). Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik


Indonesia Nomor : Kep.51/Men/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika Di Tempat Kerja. 1–9.

Kurniawan, W., Setyaningsih, Y., & Wahyuni, I. (2017). Hubungan Faktor


Karakteristik Pekerja, Safety Morning Talk (SMT) Dan Housekeeping
Dengan Kejadian Minor Injury Pada Pekerja Di Proyek Pembangunan
Gedung Kantor PT. X Jakarta. Kesehatan Masyarakat, 5.

Lundberg, U., & Cooper, C. L. (2011). The Science of Occupational Health


Stress, Psychobiology and The New World of Work. United Kingdom: Wiley-
Blackwell.

Mufarokhah, L. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pekerja


terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Departemen
Engineering PT IKPP Tangerang. Universitas Indonesia.

Munib, A. (2004). Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT UNNES PRESS.

Notoatmodjo. (2011). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni (Cetakan ke).


Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2007). Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rhineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

NSW, W. (2007). Preventing, Slips,Trips, And Fall.

Nurmianto, E. (2003). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna


Widya.

Nuswantoro, B. K., Sugiono, & Efranto, R. Y. (2011). (Studi Kasus Pada


Perusahaan Pt . Petrokimia Gresik) The Influence Of Occupational Health
And Safety Against (Case Study Perusahaan Pt . Petrokimia Gresik).

36
Rekayasa Dan Manajemen Sistem Indutri, 2(5), 1100–1111.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Indonesia. Peraturan Menteri Tenaga Kerja


Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. , (1996).

Peraturan Pemerintah Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Keria. , (2012).

Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI. (2014). Situasi Kesehatan Kerja.

Reisita, Y. I. (2017). Analisis Faktor dan Potensi Bahaya yang Dapat


Menyebabkan Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja di Bagian
Produksi Industri Garmen CV. Akurat Mojolaban Sukoharjo. Universitas
Muhammadiah Surakarta.

Retnani, N. D., & Ardyanto, D. (n.d.). Analisis Pengaruh Activator dan


Consequence terhadap Safe Behavior pada Tenaga Kerja di PT. Pupuk
Kalimantan Timur Tahun 2013. The Indonesian Journal of Occupational
Safety and Health, 2, 119–129.

Ridley, J. (2008). Ikhtisar Kesehatan & Keselamatan Kerja (3rd ed.). Jakarta:
Erlangga.

Rinanti, E. (2013). Penerapan Hazard Identification and Risk Asessment (HIRA)


Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Bagian Industri PT. Hanil
Indonesia Boyolali. UMS.

Riyadina, W. (2007). Kecelakaan Kerja dan Cedera yang Dialami Oleh Pekerja
Industri Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Makara, Kesehatan, Vol.
11, No. 1, 11(1), 25–31.

Rudyarti, E. (2017). Hubungan Pengetahuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Dan Sikap Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Kecelakaan
Kerja Pada Pengrajin Pisau Batik Di Pt. X. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Vol. 2, No(1), 13. https://doi.org/No.ISSN online : 2541-5727

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2014). Dasar – dasar Metodologi Penelitian

37
Klinis (5th ed.). Jakarta: Sagung Seto.

Sastrohadiwiryo, B. S. (2003). Manajemen Tenaga Kerja Indonesi (2nd ed.). Jak:


PT. Bumi Aksara.

Siregar, D. I. S. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kecelakaan


Ringan di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Strank, J. (2005). Stress At Work: Management And Prevention. Oxford: Elsevier.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


PT Alfabet.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suma’mur. (1987). Keselamatan Perudhaan dan Pencegahan Kecelakaan.


Jakarta: CV. Haji Mas Agung.

Suma’mur. (2006). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.


Toko Gunung Agung.

Suma’mur. (2009). Hygine Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung.

Suma’mur, P. K. (2014). Higine Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).


Jakarta: Sagung Seto.

Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Manajemen dan


implementasi K3 di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.

Undang-Undang Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun


1970 Tentang Keselamatan Kerja. , (1970).

Undang-Undang Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. (1).

Whardani, A. (2008). Studi Tentang Kesadaran Pelaporan Near Miss di PT Astra


Nissan Diesel Indonesia Tahun 2008. Universitas Indonesia.

38
WHO. (2016). Women and Health. Retrieved April 1, 2019, from
https://www.who.int/topics/womens_health/en/

Yulianti, N. (2017). Gambaran Kecelakaan Di Lokasi Kerja Berdasarkan


Sudinakertrans Jakarta Timur Tahun 2014-2016. Retrieved from
http://www.albayan.ae

39
LEMBAR PERSETUJUAN
(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
No. Telp/HP :
Menyatakan bersedia untuk mengikuti pelatihan ini sebagai responden
yang dilakukan oleh:
Nama :Bima Rizaldy Sumairawan
Judul :Hubungan Faktor Pekerja dan Housekeeping
dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja di Bagian
Produksi CV. Gerimis Garment Tahun 2019
Prosedur penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan
risiko apapun terhadap saya. Identitas saya sebagai responden di
rahasiakan hanya diketahui oleh peneliti.
Dengan ini saya menyatakan bahwa data yang diberikan adalah
benar dan secara sukarela tanpa tekanan untuk membantu dalam
penelitian ini.

Jakarta, 2019

( )
KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Faktor Pekerja dan Housekeeping dengan Kecelakaan


Kerja pada Pekerja di Bagian Produksi CV. Gerimis Garment Tahun
2019

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Usia?TTL :
3. Jenis Kelamin :
a. Laki-laik
b. Perempuan
4. Lama Bekerja :

Petunjuk pengisian:
Lingkari sesuai dengan jawaban pada soal di bawah ini

B. Pengalaman Kecelakaan Kerja


5. Dalam 6 bulan terakhir pada saat bekerja apakah anda pernah
mengalami kejadian yang menggangu proses kerja?
a. Iya
b. Tidak
(Jika tidak pernah lanjut ke pertanyaan C)
6. Apabila pernah, jenis kejadian apa yang anda alami?
a. Terpeleset
b. Terjatuh
c. Terbentur
d. Kesetrum
e. Lain-lain, sebutkan
Petunjuk pengisian:
Beri tanda (X) sesuai dengan jawaban pada soal di bawah ini

C. Pengetahuan
Keterangan:
 B = Benar
 S = Salah
No Pernyataan B S
7 Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja hanya berasal dari

lingkungan yang tidak aman


8 Perilaku tidak aman tidak dapat menyebabkan kecelakaan kerja
9 Mesin dan peralatan dapat menimbulkan kecelakaan kerja
10 Kebijakan K3 merupakan pernyataan tertulis yang
ditandatangani oleh kepala perusahaan yang memuat visi, misi,
komitmen dan tekat melaksanakan K3, program kerja yang
mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh
11 Dengan mengikuti standar operasi pelaksanaan kerja maka

dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja


12 Dalam kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja terdapat
komitmen untuk mengurangi angka kejadian kecelakaan dan
penyakit akibat kerja
13 Standar operasional pelaksanaan kerja adalah metode yang
telah terstandar yang bertujuan hanya untuk mencapai produk
dengan jumlah besar

D. Kepatuhan Terhadap Prosedur


No Pertanyaan Iya Tidak
14 Apakah anda selalu mengikuti instruksi kerja pada saat

bekerja?
15 Apakah anda pernah terburu-buru saat bekerja?
16 Apakah anda pernah bekerja tidak focus dan mengantuk?
17 Apakah anda pernah bekerja sambil bercanda dengan
teman kerja?
18 Apakah anda pernah mengerjakan pekerjaan yang bukan
keahlian anda?
PEDOMAN OBSERVASI HOUSEKEEPING

NO Yang di Observasi IYA TIDAK


1 Jalan akses tidak terhalang oleh material yang mengganggu.
2 Jalan bersih dan bebas licin serta genangan air.
3 Terdapat tempat sampah di setiap area kerja.
4 Tempat sampah untuk material cair dan padat dibedakan.
5 Tempat sampah bersih dan tidak melebihi kapasitas.
6 Material yang tidak digunakan dipindahkan dan disimpan

pada tempat khusus.


7 Penempatan barang dan material rapih dan tidak melebihi

kapasitas.

Anda mungkin juga menyukai