Anda di halaman 1dari 7

PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

Vol. 2 No. 6, Desember 2019

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI HOME


INDUSTRY PEMBUATAN TEMPE
KELURAHAN KEDUNG BADAK KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA
BOGOR TAHUN 2019

Ade Irpan1), Rubi Ginanjar2), Anissatul Fathimah3)

1)
Konsentrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Ibn Khaldun Bogor.
Email: adeirpan1129@gmail.com
2)
Konsentrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Ibn Khaldun Bogor.
Email: rubi.ginanjar@gmail.com
3)
Konsentrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Ibn Khaldun Bogor.
Email: anissatul_fathimah@yahoo.com

Abstrak
Kecelakan kerja dapat dicegah dengan melakukan tahap awal yakni identifikasi bahaya , analisis
dan pengendalian bahaya. Maka diperlukan analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada
pekerja pembuatan tempe dengan memfokuskan terhadap identifikasi risiko K3 dan analisis risiko
K3 serta pengendalian bahaya risiko K3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui untuk
mengetahui risiko K3 di home Industry pembuatan tempe Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor
2019. Objek penelitian ini adalah bahaya (hazard) dan risiko yang ada pada proses pembuatan
tempe. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus dengan pendekatan metode kualitatif.
Penelitian ini menggunakan instrumen tabel Hazard Identification Risk Assessment and
Determining Control (HIRADC).Proses pembuatan tempe dimulai dengan pengangkutan kayu bakar,
selanjutnya pengangkutan kacang ke dalam pembuatan, perebusan, pemindahan kacang ke drum,
pemindahan kacang ke mesin pemecahan, pemisahan kulit dan pencucian kacang, pengragian &
pengemasan dan yang terakhir penyimpanan. Dari hasil penelitian ini di temukan 8 sumber bahaya
risiko tinggi yaitu lantai licin, rak penyimpanan, air panas, membungkuk, drum, kebisingan,
instalasi listrik, gas bocor. Kesimpulan terdapat tigas kategori risiko yaitu lantai licin, rak
penyimpanan dan air panas Saran bagi perusahaan yaitu dengan pengendalian enginering control,
administrasi ,dan alat pelindung diri.

Kata Kunci: bahaya , risiko, keselamatan kerja

Pendahuluan
Perkembangan industrialisasi di 111,3 juta jiwa. Sektor informal menyerap
Indonesia berkembang sangat pesat baik pada tenaga kerja 76,69 juta jiwa. Keberhasilan
sektor formal maupun informal, seiring usaha di sektor informal juga didukung oleh
dengan semakin meningkatnya jumlah kesehatan kerja yang berupaya mengatasi
penduduk yang bekerja, sekarang mencapai masalah kesehatan akibat dari pekerjaan,

426
http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR
sehingga meningkat kesejahteraan dan kota Bogor sampai dengan januari 2016.
produktifitasnya Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan
Menurut International Labour melindungi pekerja atas keselamatannya agar
Organization (ILO), setiap tahun ada lebih dapat meningkatkan produktifitas nasional.
dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan Menjamin semua pekerja yang berada di
lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit tempat kerja menggunakan serta merawat
keran bahaya di tempat kerja. Serta 1,2 juta \sumber produksi secara aman dan efisien
pekerja meninggal akibat kecelakaan dan (MENKES, 2009, Putri dkk 2017).
sakit di tempat kerja. Biaya manusia dan Upaya pencegahan kecelakaan akibat
sosial dari produksi terlalu tianggi kerja dapat dilakukan dengan menggunakan
(Internasional Labour Organization, 2013). standar AS/NZS:4360:2004 mengenai
Indonesia jumlah kasus kecelakaan manajemen risiko. Standar ini bersifat
akibat kerja tahun 2011- 2014 yang paling generik, sehingga dapat digunakan dan
tinggi tahun pada tahun 2013 yaitu kasus diaplikasikan untuk berbagai jenis risiko atau
kecelakaan kerja tahun 2011 berjumlah 9.891; bidang bisnis lainnya atau bidang bisnis
tahun 2012 berjumlah 24.910. provinsi seperti keuangan, operasional dan
dengan jumlah kasus kecelakaan akibat kerja Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3).
tertinggi pada tahun 2011 adalah provinsi Menurut Standar AS/NZS 4360 tentang
Banten, Kalimantan Tengah dan Jawa Timur. standar manajemen risiko, proses risiko
Tahun 2012 adalah Jambi ; Maluku dan mencakup; penentuan korteks, identifiksi
Sulawasi Tengah. Tahun 2013 adalah bahaya, penilaian risiko (analisis dan
Provinsi Aceh, Sulawesi Utara dan jumlah evaluasi), pengendalian risiko, komunikasi
tahun 2014 Provinsi Sulawesi Selatan, Riau dan konsultasi, pemantauan dan tinjauan
dan Bali. Untuk jumlah kasus penyakit akibat ulangan. ( Soehatman Ramli, 2010; 33)
kerja tahun 2011- 2014 terjadi penurunan Cara untuk mengimplementasikan
(tahun 2011 berjumlah 57.929; tahun 2012 Keselamatan dan kesehatan kerja dimulai
berjumlah 60.322; tahun 2013 berjumlah dengan perencanaan yang baik yang meliputi,
40.694). provinsi dengan jumlah kasus identifikasi bahaya, penaialan dan
penyakit akibat kerja tertinggi pada tahun pengendalian risiko (Hazard Identifikasi, Risk
2011 adalah provinsi Jawa Tengah, Sulewesi Assesment And Deterinan Control). yang
Utara dan Jawa mur. Tahun 2012 adalah merupakan bagian dari menejemen risiko.
provinsi Sumatera Utara, Sumatera Seatan HIRADC inilah yang menentukan arah
dan Jawa Barat. Tahun 2013 adalah Provinsi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
Banten, Gorontalo dan Jambi. Tahun 2014 dalam perusahaan ( Ramli, 2010: 46). Metode
adalah Provinsi Bali, Jawa Timur dan HIRADC (Hazard Identifikasi, Risk
Sulawesi Selatan ( Pusat Data dan informasi Assesment And Determaining Control) ini
kementerian Kesehatan RI, 2015 ) merupakan suatu rangkaian proses identifikasi
Menurut data badan penyelenggara bahaya yang terjadi dalam aktivitas rutin
jaminan sosial (BPJS) ketenaga kerjaan tahun maupun non rutin di perusahaan yang
kecelakaan kerja kerja sebanyak 105.182 diharapkan dapat dilakukan usaha untuk
kasus. Sementara itu untuk kasus kecelakaan mencegah dan pengurangan terjadi
berat yang mengakibatkan kematian tercatat kecelakaan kerja di temapat kerja, dan
2.375 kasus dari total kecelakan kerja. menghindari serta memimalisir risiko dengan
Sedangkan untuk di kota Bogor sendiri cara yang tepat dengan mengurangi risiko
sebagai mana di kemukakan oleh walikota terjadinya kecelakaan kerja. Serta
Bogor yaitu terdapat 200 kecelakaan kerja di pengendalian malakukan proses kegiatan

427
perbaikan dan perawatan sehingga prosesnya
aman (supriyadi, 2017).

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode menggunakan metode Hazzard Idennfication,
kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus Risk Assesment And Determaining Control
(Case Sluabz) yang disebutkan craswell (HIRADC), kemudian untuk penilaian risiko
(Raco,2010) menyatakan bahwa penelitian menggunakan penilaian kualitatif yang
studi kasus adalah mendalami suatu kasus menentukan nilai consequensi dan
tertentu secara lebih mendalam dengan kemungkinan dari setiap risiko, nilai tersebut
melibatkan pengumpulan beraneka sumber lalu dihitung dan dibandingkan dengan
informasi. Penilitian ini bersifat deskriptif standar level risiko untuk mendapatkan
yang bertujuan menggambarkan suatu gejala, tingkatan risiko yang ada pada setiap langkah
fakta atau realita. Analisis risiko yang kerja dalam proses kegiatan yang ada
dilakuakn berdasarkan standar AS/NZS 4360 pembuatan tempe dan selanjutnya
yang terdiri dan identifikasi risiko dengan menentukan pengendalian bahaya.

Hasil Penelitian
1) Pengangkutan Kayu Bakar 2) Pengangkutan kacang kedelai ke dalam
Kegiatan pengangkutan kayu bakar gudang
mempunyai risiko tinggi terjatuh karena lantai Kegiatan pengangkutan kacang kedelai
licin yang disebabkan pada area tempat ke dalam gudang mempunyai risiko tinggi
produksi terdapat genangan air dari sisa air terjatuh karena lantai licin yang disebabkan
pembuatan tempe, proses ini belum ada pada area tempat produksi terdapat genangan
pengendalian, Pengendalian yang di sarankan air dari sisa air pembuatan tempe, proses ini
adalah secara enginering control yaitu dengan belum ada pengendalian, Pengendalian yang
membuat saluran pembuangan air agar air di sarankan adalah secara enginering control
proses pembuatan tempe tidak lagi yaitu dengan membuat saluran pembuangan
membahasi lantai pembuatan tempe, air agar air proses pembuatan tempe tidak lagi
Pengendalian secara Administrasi yaitu membahasi lantai pembuatan tempe,
pemilik usaha harus membuat aturan tentang Pengendalian secara Administrasi yaitu
standar operasional prosedur dimana para pemilik usaha harus membuat aturan tentang
pekerja harus membuang air sisa proses standar operasional prosedur dimana para
pembauatan tempe ke dalam saluaran pekerja harus membuang air sisa proses
pembauangan. Pengendalian sacara alat pembauatan tempe ke dalam saluaran
pelindunng diri (APD) para informen wajib pembauangan. Pengendalian sacara alat
menggunakan sepatu anti slip agar jika ada pelindunng diri (APD) para informen wajib
lantai yang basah akibat air dari proses menggunakan sepatu anti slip agar jika ada
pembuatan tempe tidak membahayakan bagi lantai yang basah akibat air dari proses
informan. Setelah dilakukan pengendalian pembuatan tempe tidak membahayakan bagi
maka kemungkinan terjadinya akan turun informan. Setelah dilakukan pengendalian
yang awalanya likelihood 5 menjadi 3 maka maka kemungkinan terjadinya akan turun
kategori risikonya mejadi sedang. yang awalanya likelihood 5 menjadi 3 maka
kategori risikonya mejadi sedang.

428
3) Perebusan kacang kedelai terjatuh karena lantai licin yang disebabkan
Kegiatan perebusan kacang kedelai pada area tempat produksi terdapat genangan
mempunyai risiko tinggi kulit melepuh yang air dari sisa air pembuatan tempe, proses ini
disebabkan oleh Air panas yang berasal dari belum ada pengendalian, Pengendalian yang
pengambilan kacang yang di rebus dengan di sarankan adalah secara enginering control
menggunakan ember, proses ini dilakukan yaitu dengan membuat saluran pembuangan
selama 2,5 jam sehingga kemungkinan air agar air proses pembuatan tempe tidak lagi
terjadinya kejadian melepuh pada kulit cukup membahasi lantai pembuatan tempe,
tinggi. Pada proses ini belum ada Pengendalian secara Administrasi yaitu
pengendalianya maka di sarankan untuk pemilik usaha harus membuat aturan tentang
melakukan Pengendalian secara engineering standar operasional prosedur dimana para
control dengan cara menganti ember pakai pekerja harus membuang air sisa proses
gayung yang panjang, Pengendalian secara pembauatan tempe ke dalam saluaran
administrasi yaitu dengan membuat rambu pembauangan. Pengendalian sacara alat
K3, dan Pengendalian secara Penggunaan pelindunng diri (APD) para informen wajib
APD (sarung tangan). Setelah ada saran menggunakan sepatu anti slip agar jika ada
pengendalian maka kategori risiko akan turun lantai yang basah akibat air dari proses
yang awalnya tinggi menjadi sedang. pembuatan tempe tidak membahayakan bagi
Kegiatan perebusan kacang kedelai informan. Setelah dilakukan pengendalian
mempunyai risiko tinggi terjatuh karena lantai maka kemungkinan terjadinya akan turun
licin yang disebabkan pada area tempat yang awalanya likelihood 5 menjadi 3 maka
produksi terdapat genangan air dari sisa air kategori risikonya mejadi sedang.
pembuatan tempe, proses ini belum ada Kegiatan perebusan kacang kedelai
pengendalian, Pengendalian yang di sarankan mempunyai risiko tinggi kulit melepuh yang
adalah secara enginering control yaitu dengan disebabkan oleh Air panas yang berasal dari
membuat saluran pembuangan air agar air pengambilan kacang yang di rebus dengan
proses pembuatan tempe tidak lagi menggunakan ember, proses ini dilakukan
membahasi lantai pembuatan tempe, selama 2,5 jam sehingga kemungkinan
Pengendalian secara Administrasi yaitu terjadinya kejadian melepuh pada kulit cukup
pemilik usaha harus membuat aturan tentang tinggi. Pada proses ini belum ada
standar operasional prosedur dimana para pengendalianya maka di sarankan untuk
pekerja harus membuang air sisa proses melakukan Pengendalian secara engineering
pembauatan tempe ke dalam saluaran control dengan cara menganti ember pakai
pembauangan. Pengendalian sacara alat gayung yang panjang, Pengendalian secara
pelindunng diri (APD) para informen wajib administrasi yaitu dengan membuat rambu
menggunakan sepatu anti slip agar jika ada K3, dan Pengendalian secara Penggunaan
lantai yang basah akibat air dari proses APD (sarung tangan). Setelah ada saran
pembuatan tempe tidak membahayakan bagi pengendalian maka kategori risiko akan turun
informan. Setelah dilakukan pengendalian yang awalnya tinggi menjadi sedang.
maka kemungkinan terjadinya akan turun 5) Pemindahan Kacang ke Mesin
yang awalanya likelihood 5 menjadi 3 maka Pemecahan
kategori risikonya mejadi sedang. Kegiatan pemindahan kacang ke mesin
4) Pemindahan Kacang kedelai ke Drum pemecah memiliki risiko tinggi tersetrum yang
penyimpanan di sebabkan oleh Instalasi Listrik karena
Kegiatan pemindahan kacang kedelai ke pekerja mencabut stop kontak listrik mesin
drum penyimpanan mempunyai risiko tinggi pengupas kacang dengan kondisi tangan basah

429
pada pekerja bagian pengupasan kacang yang contorl dengan meredam suara mesin dan
berisiko terjadinya tersetrum. Proses ini Penggunaan APD (ear plug). Setelah adanya
belum ada pengendalian, adapun sarang pengendalain maka kategori risiko akan turun
pengendalain dengan cara Pengendalian menjadi sedang.
secara substitusi dengan mengganti colokan 6) Pemisahan Kulit dan Pencucian kacang
menjadi stop kontak, Adminitrasi kontrol Kegiatan pemisahan kulit dan
(mengeringkan tangan), Pengendalian pencucian kacang memiliki risiko tinggi
menggunakan APD (sarung tangan). Setelah cedera punggung yang disebabkan oleh
adanya usulan pengendalainnya maka tingkat proses pemisahan kulit dan pencucian kacang
risikonya likelihood akan menurun awalnya 2 pekerja melakukan dengan cara membungkuk
menjadi 1 dengan kategori risiko sedang. dengan durasi 1 jam hal ini berisko pada
Kegiatan pemindahan kacang kedelai ke kesehatan pekerja. Proses ini belum ada
mesin pemecah mempunyai risiko tinggi pengendalian yang dilakukan, pengendalian
terjatuh karena lantai licin yang disebabkan yang harus dilakukan dengan cara
pada area tempat produksi terdapat genangan pengendalian secara engineering control
air dari sisa air pembuatan tempe, proses ini dengan drumnya lebih tinggi, adminitrasi
belum ada pengendalian, Pengendalian yang kontrol dengan membuat SOP. Setelah
di sarankan adalah secara enginering control adanya pengendalian maka kategori risiko
yaitu dengan membuat saluran pembuangan akan menjadi sedang
air agar air proses pembuatan tempe tidak lagi Kegiatan pemisahan kulit dan
membahasi lantai pembuatan tempe, pencucian kacang memiliki risiko tinggi
Pengendalian secara Administrasi yaitu terjepit yang sebabkan oleh drum Pada proses
pemilik usaha harus membuat aturan tentang ini drum yang berisi air dan kacang kemudian
standar operasional prosedur dimana para air yang berada di dalam drum di tumpahkan
pekerja harus membuang air sisa proses yang potensi kaki pekerja bagian pencucian
pembauatan tempe ke dalam saluaran akan terjepit karena gerakan ini berulang-
pembauangan. Pengendalian sacara alat ulang sampai kacang benar-benar bersih.
pelindunng diri (APD) para informen wajib Proses ini belum ada pengendalian yang
menggunakan sepatu anti slip agar jika ada dilakukan maka Pengendalian secara
lantai yang basah akibat air dari proses substitusi dengan mengganti drum yang lebih
pembuatan tempe tidak membahayakan bagi kecil, Pengendalian secara adminitrasi
informan. Setelah dilakukan pengendalian membuat SOP Penggunaan APD (sepatu). .
maka kemungkinan terjadinya akan turun Setelah adanya pengendalian maka kategori
yang awalanya likelihood 5 menjadi 3 maka risiko akan menjadi sedang.
kategori risikonya mejadi sedang 7) Penyimpanan prodak tempe
Kegiatan pemindahan kacang kedelai ke Kegiatan penyimpanan prodak tempe
mesin pemecah memiliki risiko tinggi tuli memiliki risiko tinggi tertimpa yang di
yang sebabkan oleh kebisingan, Sumber sebabkan oleh kondisi rak yang ada di
kebisingan bersumber dari putaran mesin pada lapangan kemiringannya ke depan hal ini
saat pengupasan kulit kacang kedelai, dapat berisko peda pekerja bagian
kebisingan ini menggangu pada pekerja yang penyimpanan tempe yang sudah untuk proses
bagian pengupasan kulit. Pengendalian pada permentasi. Proses ini belum ada
proses ini belum ada, maka memberikan pengendaliannya maka Pengendalian pada rak
pengendalian secara substitusi dengan penyimpanan dengan cara Pengendalian
mengganti mesin yang kebisingannya lebih substitusi dengan membuat rak yang kokoh.
rendah, Pengendalian secara engineering Penengendalian secara engineering control

430
dengan rak yang miring ke tembok. Dengan
adanya pengendalian maka tingkat risiko akan
menurun menjadi sedang.

Kesimpulan
1. Pengangkutan kayu bakar memiliki risiko pelindung diri.
lantai licin, selain itu ada pula bahaya- 5. Pemisahan kulit dan pencucian kacang
bahaya yakni bahaya gerakan berulang pada proses ini memiliki risiko tinggi
ketika pengangkutan. Sedangkan untuk cedera punggung dan terjepit,
pengendalian yang disarankan pengendaliannnya menggunakan
penggunaan alat pelindung diri seperti administrasi kontrol dan penggunaan alat
safety shose dan adminitrasi kontrol pelindung diri.
2. Pengangkutan kacang kedelai ke dalam 6. Proses pengragian dan pengemasan
gudang memiliki risiko tertinggi lantai dalam proses ini memiliko risiko sedang
licin, selain itu juga ada bahaya tertusuk dan jari terbentur,
tumpukan kacang kedelai. sedangkan pengendaliannya secara penggunaan alat
untuk saran pengendaliannya penggunaan pelindung diri.
sepatu safety shose dan adminitrasi 7. Penyimpanan produk tempe dalam proses
kontrol ini memiliki risiko tinggi tertimpa,
3. Proses perebusan kacang kedelai pengendaliannya secara Engineering
memiliki risiko tinggi kulit kulit melepuh control dengan membuat rak yang kokoh
dan terjatuh yang sebabkan oleh lantai 8. Identifikasi bahaya yang dilakukan pada
licin. Sedangkan untuk pengendaliannya aktivitas pembuatan tempe menghasilkan
4. Pemindahan kacang ke mesin pemecah 30 bahaya yang teridentifikasi. Dengan
memiliki risiko tinggi tersetrum dan kategori risiko 4 risiko rendah, 13 risiko
kebisingan, sedangkan pengendaliannya sedang dan 13 risiko tinggi
adminitrasi kontrol dan penggunaan alat

Daftar Pustaka
[1] Amelia, L. 2005. Analisis risiko 2019 pukul 12 : 00
keselamatan dan kesehatan kerja pada http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/b
pekerja di departemen weaving PT. erita/5769/jumlah-kecelakaan-kerja-di-
Istem tanggerang tahun 2005. Depok : indonesiamasih-tinggi.html
Universitas Indonesia [5] Colling, David A. !990. Indutrial Safety
[2] Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Management and Technology. United
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. States: Preintice-Hall, Inc.
Jakarta: Rineka Cipta [6] Fathoni, A. 2006, Manajemen Sumber
[3] BPJS Ketenagakerjaan. 2016. Daya Manusia, Bandung : Rineka Cipta
200Kecelakan Kerja di Bogor [7] Hidayat A.A., 2013. Metode Penelitian
Sepanjang 2015. Di Akses pada tanggal Kesehatan Paradigma Kuantitatif,
30 januari 2019 pukul 09 : 13 Jakarta: Heath Books
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id [8] Intenational Labour Organization.
[4] BPJS Ketenagakerjaan. 2016. jumlah 2013.. Keselamatan dan Kesehatan
kecelakaan kerja di Indonesia masih Kerja sarana Untuk produktivitas .
tinggi.Di akses pada tanggal 30 januari Jakarta; ILO.

431
[9] Kementerian kesehatan. (2015). Pusat Jakarta : Dian Rakyat.
data dan informasi situasi kesehatan [17] Ramli, Soehatman. 2010. Sistem
kerja. Jakarta : kemenkes RI. Manajemen kesematan dan Kesehatan
[10] Kurniawidjaja, L Meily. 2010. Teori kerja . Jakarta; Dian Rakyat
dan Aplikasi Kesehatan Kerja . UI Pres: [18] Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Jakarta Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
[11] Oktaviana Zahratul Putri dkk. 2017 Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Analisis Risiko Keselamatan Dan Alfabeta.
Kesehatan Kerja Pada Petugas [19] Supriyadi & Fauzan Ramdan. (2017).
Kesehatan Instalasi Gawat Darurat Identifikasi Bahaya dan Penilaian
Rumah Sakit Akademik Ugm JURNAL Risiko pada divisi Boiler menggunakan
KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. metode Hazard idenification Risk
10, No. 1. Juni 2017 Assesment and Risk Control
[12] Pemerintah Indonesia 2012. Peraturan (HIRARC). Juornal Hygiene and
Pemerintah Republik Indonesia Nomor Occupational Health. Volume 1 Nomor
50 Tahun 2012 Tentang Penerapan 2. 162 – 163.
Sistem Manajemen Keselamatan dan [20] Safe work South Australia (2007).
Kesehatan kerja. Hierarchy of Control Measures.
[13] Pramita, Noviandi Rindi. 2013. http://www.safework.sa.gov.au/contenP
Manajemen Risiko Keselamatan dan age/EducationAndTraining/Hazardman
Kesehatan kerja pada Aktivitas agement/Noise/theAnswer/noisAnswer
Pekerjaan di Laut Tawar Catering Hierachy.htm.
Jakarta Selatan Tahun 2013. Skripsi [21] Pemerintah Indonesia 2009. Undang -
Fakultas Kesehatan Masyarakat Undang Republik Indonesia Nomor 36
Universitas Indonesia. Jakarta: Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Universitas Indonesia. [22] Pemerintah Indonesia 2003. Undang
[14] Prayoga, R. 2017. Risk Assesment pada Undang Republik Indonesia Nomor
aktivitasdistribusi air mineral galon di 2003 Tahun 2003 Tentang
cv. Aceros sindang barang kabupaten Ketenagakerjaan
bogor tahun 2017. Skripsi program [23] Putri, intan deslinatika. 2018. Pengaruh
studi kesehatan masyarakat fakultas Pelaksanaan keselamatan dan
ilmu kesehatan universitas ibn khaldun Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja
bogor. Univesitas ibn khaldun bogor Karyawan PT. Bukit Asam (Pesrsero)
[15] Raco. 2010, Metode Penelitian Tbk. Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Bisnis Universitas Lampung: Bantar
Keunggulannya, Gramedia Lampung.
Widiasarana Indonesia, Jakarta [24] Yusuf, Ah. 2014. Kepedulian Aktif K3
[16] Ramli, soehatman. 2010. Pedoman DiSektor Informal. Airlangga Unversity
praktis manajemen risiko dalam [25] Wibowo. 2014. Manajemen Kinerja.
perspektif K3 OHS risk management. Edisi Keempat . Jakarta : Rajawali Pers

432

Anda mungkin juga menyukai