Anda di halaman 1dari 18

MODUL 1

Skenario 1 : Diare lagi...

Rere (wanita, 30 tahun), seorang mantan kader kesehatan, datang ke puskesmas


membawa anak perempuannya yang berusia 4 tahun. Ia khawatir anaknya akan dehidrasi karena
sejak kemarin diare, namun menolak untuk minum oralit. Seminggu yang lalu, anak Rere yang
berusia 6 tahun juga menderita diare, namun sudah membaik setelah mendapatkan pengobatan di
puskesmas. Setelah diperiksa oleh dokter, anak Rere yang berusia 4 tahun ini diberi resep dan
dirujuk ke klinik sanitasi sesuai protap penyakit berbasis lingkungan.

Wawancara di klinik sanitasi menunjukkan lingkungan di sekitar rumah Rere tidak sesuai
dengan konsep lingkungan sehat dan akan disurvei oleh petugas puskesmas. Rere
menginformasikan bahwa anak-anak sering bermain di tanah kosong yang juga menjadi tempat
pembuangan sampah dari masyarakat di sekitarnya. Sebagai mantan kader kesehatan, Rere
mengetahui berbagai agent penyakit akan bersarang di sana. Ia sudah menyampaikan ke Pak
Lurah agar membuat sistim pengelolaan sampah rumah tangga mulai dari rumah hingga ke TPS.
Juga melakukan 3R seperti yang sudah dituangkan dalam Undang-Undang terkait pengelolaan
sampah.

Sanitarian puskesmas mendukung apa yang disampaikan Rere ke Pak Lurah. Ia


menceritakan bahwa saat ini pimpinan puskesmas sedang melaksanakan pertemuan dengan Pak
Camat, untuk menindaklanjuti laporan puskesmas tentang peningkatan 15% kasus penyakit
infeksi berbasis lingkungan dalam 3 bulan terakhir.

Tenaga kesehatan puskesmas melakukan upaya promotif dan preventif terhadap perilaku
masyarakat dalam pengelolaan sampah, saluran air limbah, jamban, sumber air bersih, rumah
sehat, dll. Pak Camat mendukung puskesmas dalam mengupayakan pemberdayaan masyarakat di
bidang sanitasi perumahan dan lingkungan. Saat ini Pak Camat berencana untuk mendirikan
Bank sampah. Ada bantuan komposter serta mesin pembuat pelet plastik dari mitra perusahaan di
wilayah kecamatan ini. Diharapkan dengan adanya bank sampah, timbulan sampah menjadi
berkurang dan ekonomi masyarakat menjadi terbantu.
Bagaimana anda menjelaskan berbagai masalah lingkungan di atas dengan timbulnya
penyakit infeksi, serta upaya pengelolaannya?

STEP 1 – TERMINOLOGI
1. Klinik Sanitasi: Merupakan suatu upaya/kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan
kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif difokuskan pada penduduk yang
berisiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan dan masalah
kesehatan lingkungan pemukiman.
Dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat
2. Protap penyakit berbasis lingkungan: Prosedur tetap merujuk ke klinik sanitasi akibat
penyakit berbasis lingkungan
Penyakit Berbasis Lingkungan  suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau
morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala
sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit .
3. 3R: Reduce, Reuse, Recycle
Reuse  menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang
sama ataupun fungsi lainnya.
Reduce  mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
Recycle  mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru
yang bermanfaat.
4. Sanitarian: Sanitarian (juga dikenal sebagai Inspektur Kesehatan Masyarakat atau
Praktisi Kesehatan Lingkungan) bertanggung jawab untuk
 Melaksanakan tindakan untuk melindungi kesehatan masyarakat,
 Mengelola dan menegakkan undang-undang yang terkait dengan kesehatan
lingkungan
 Memberikan dukungan untuk meminimalkan bahaya kesehatan dan keselamatan
kerja.
Mereka terlibat dalam berbagai kegiatan, misalnya memeriksa fasilitas makanan,
menyelidiki gangguan kesehatan masyarakat, dan menerapkan pengendalian penyakit.
Petugas kesehatan lingkungan difokuskan pada pencegahan, konsultasi, investigasi, dan
edukasi masyarakat mengenai risiko kesehatan dan menjaga lingkungan yang aman.

STEP II – IDENTIFIKASI MASALAH


1. Mengapa anak perempuan Rere yang berusia 4 tahun mengalami diare?
2. Apa yang akan terjadi apabila anak perempuan Rere tidak minum oralit?
3. Apa hubungan anak Rere yang berusia 6 tahun terkena diare lebih dulu dengan anaknya
yang berusia 4 tahun terkena diare saat ini?
4. Mengapa anak Rere dirujuk ke klinik sanitasi?
5. Apa saja agent penyakit yang bersarang di tempat tersebut?
6. Bagaimana system pengelolaan sampah yang benar?
7. Bagaimana kegiatan pengelolaan sampah yang sesuai dengan undang-undang tentang
pengelolaan sampah?
8. Mengapa bisa terjadi peningkatan kasus penyakit infeksi berbasis lingkungan dalam 3
bulan terakhir?
9. Apa saja upaya promotive dan preventive yang dilakukan terhadap perilaku masyarakat
dalam pengelolaan sampah, saluran air limbah, jamban, sumber air bersih, rumah sehat,
dll?
10. Apa saja manfaat dari komposter dan mesin pembuatan pelet plastik?
11. Apa saja manfaat didirikannya bank sampah?

STEP III – BRAINSTORMING


1. Mengapa anak perempuan Rere yang berusia 4 tahun mengalami diare?
 Diare  perubahan frekuensi dan konsistensi tinja; WHO  berak cair tiga kali
atau lebih dalam sehari semalam (24 jam)
 Penyebab diare  75% oleh virus (rotavirus, adenovirus) dan bakteri (E.coli,
shigella, vibrio cholerae,dll); bisa juga oleh parasit, keracunan makanan,
malabsorbsi, alergi makanan atau susu, imunodefisiensi
 Cara penularan  melalui makanan/minuman yang tercemar
(foodborne)/fekal-oral
 Faktor:
 Makanan/minuman yang tercemar
o Air minum yang sudah tercemar  air merupakan media
penularan utama
o Tinja terinfeksi  mengandung kuman dalam jumlah besar  bila
dihinggapi oleh binatang (misal: lalat)  kemudian hinggap di
makanan  makanan terkontaminasi
 Sumber air tidak memenuhi syarat
 Jamban tidak saniter
 Perilaku tidak higienis
 Ibu tidak memberi ASI eksklusif pada bayi  ASI banyak mengandung
antibodi
 Syarat air bersih:
 Syarat kuantitatif: 100-150 liter perorang per hari
 Syarat kualitatif:
o Syarat fisik  tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih,
pH &, suhu = suhu sekitar
o Syarat kimia  zat kimia tidak melebihi Nilai Ambang Batas
(NAB)
o Syarat biologis  tidak mengandung ganggang, jamur, protozoa,
telur cacing, dll
o Syarat bakteriologis  tidak mengandung kuman patogen;
indikator  kuman E. Coli
 Ketentuan jamban yang memenuhi syarat kesehatan (menurut Depkes RI, 2004):
 Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah, dan air permukaan
 Jarak jamban dengan sumber air bersih tidak kurang dari 10 meter
 Konstruksi kuat
 Pencahayaan harus cukup
 Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, kecoa)
 Dibersihkan
 Ventilasi 20% dari luas lantai
 Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang
 Memiliki saluran pembuangan akhir yang baik yaitu lubang selain
tertutup juga harus disemen agar tidak mencemari lingkungannya
 Patogenesis:
2. Apa yang akan terjadi apabila anak perempuan Rere tidak minum oralit?
 Diare  muntah & tinja berkali-kali  kehilangan cairan & elektrolit 
dehidrasi
 Kehilangan / defisit elektrolit  defisit karbohidrat, dengan gejalanya adalah :
muntah, pernafasan cepat dan dalam
 Defisiensi kalium  lemah otot, aritmia jantung, distensi abdomen
 Defisit karbohidrat  hipoglikemia (lebih umum pada anak yang
malnutrisi)  kejang / koma
 Kehilangan banyak cairan dan elektrolit  dehidrasi
 Gejala dehidrasi  berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
(Hasan dan Alatas, 1985).
 Derajat dehidrasi pada diare dibagi dalam 3 klasifikasi :
 Diare tanpa dehidrasi
 Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau
lebih :
o Keadaan Umum : baik
o Mata : Normal
o Rasa haus : Normal, minum biasa
o Turgor kulit : kembali cepat
 Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi :
o Umur < 1 tahun : 1⁄4 - 1⁄2 gelas setiap kali anak mencret
o Umur 1 – 4 tahun : 1⁄2 - 1 gelas setiap kali anak mencret
o Umur diatas 5 Tahun : 1 – 11⁄2 gelas setiap kali anak
mencret
 Diare dehidrasi ringan/sedang
 Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di
bawah ini atau lebih:
o Keadaan Umum : Gelisah, rewel
o Mata : Cekung
o Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
o Turgor kulit : Kembali lambat
 Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
 Diare dehidrasi berat
 Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
o Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar
o Mata : Cekung
o Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
o Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
 Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas untuk di infus.

3. Apa hubungan anak Rere yang berusia 6 tahun terkena diare lebih dulu dengan
anaknya yang berusia 4 tahun terkena diare saat ini?
 Diare  penyakit infeksi berbasis lingkungan pada suatu wilayah
 Penyakit berbasis lingkungan  suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi
atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan
segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit
 Dalam satu keluarga  satu rumah  lingkungan sama, sumber air sama;
makanan mungkin juga sama  terkontaminasi kuman penyebab diare
 Anaknya yang 6 tahun sudah sembuh lalu kemudian kini anaknya yang usia 4
tahun terkena diare  sanitasi lingkungan masih buruk dan belum diperbaiki
 Sanitasi  status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dsb; meliputi:
 Penyediaan air bersih
 Pembuangan kotoran manusia  jamban
 Pengelolaan sampah
 Pengelolaan air limbah
 Perumahan sehat
 Masalah penyakit berbasis lingkungan:
4. Mengapa anak Rere dirujuk ke klinik sanitasi?
 Diare  penyakit infeksi berbasis lingkungan pada suatu wilayah
 Klinik sanitasi  suatu upaya/kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan
kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada
penduduk yang beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis
lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang
dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilakukan
secara pasif dan aktif di dalam dan di luar puskesmas

5. Apa saja agent penyakit yang bersarang di tempat tersebut?


 Macam-macam agen penyakit secara umum:
 Kimia: pestisida, logam berat, dll
 Fisik: suhu, kebisingan, radiasi, dll
 Biologi: virus, bakteri, jamur, parasit, dll
 Anak-anak di lingkungan tempat tinggal Rere sering main di tanah kosong yang
juga tempat pembuangan sampah  banyak agen penyakit  khususnya agen
biologi  virus, bakteri, jamur, parasit, dll  menyebabkan berbagai penyakit
infeksi berbasis lingkungan
 Penyakit infeksi berbasis lingkungan:
 Diare
 Infeksi saluran pernapasan
 TB paru
 Malaria
 DBD  gigitan nyamuk aedes aegypti  vektor virus dengue
 Keracunan makanan
 Kecacingan
 Filariasis
 Penyakit kulit
 HIV/AIDS
 Faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit berbasis lingkungan pada suatu
wilayah:
 Berbagai faktor dapat berperan seperti water borne diseases, air borne
diseases, vector borne diseases, food borne diseases
 Dukungan ekosistem sebagai habitat dari berbagai vektor
 Peningkatan iklim global (global warming)  meningkatkan akselerasi
perkembangbiakan nyamuk
 Peningkatan kepadatan populasi penduduk yang dijadikan hamparan
kultur biakan bagi berbagai macam penyakit serta sarana eksperimen
rekayasa genetika
 Mobilisasi penduduk  memungkinkan ’ekspor-import’ penyakit yang
tidak lagi mengenal batas wilayah
 Kemampuan mikroba pathogen untuk mengubah sifat dirinya dari waktu
ke waktu  misalnya mutasi yang menimbulkan perubahan sifat,
resistensi terhadap obat obatan
 Pengendalian penyakit berbasis lingkungan:
 Mengendalikan berbagai faktor risiko penyakit yang dilaksanakan secara
simultan, paripurna, terencana, dan terintegrasi dengan tatalaksana kasus
penyakit dilaksanakan pada satu wilayah tertentu

6. Bagaimana system pengelolaan sampah yang benar?


 Jenis-jenis sampah:
 Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya:
 Sampah an-organik
 Sampah organik
 Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar:
 Mudah dibakar
 Tidak dapat dibakar
 Berdasarkan karakteristiknya:
 Garbage  jenis sampah hasil pengolahan/pembuatan makanan
yang umumnya mudah membusuk
 Rabish  sampah yang berasal dari perkantoran
 Ashes (abu)  sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar,
termasuk abu rokok
 Sampah jalanan (street sweeping)  sampah dari pembersihan
jalan
 Sampah industri
 Bangkai binatang (dead animal)
 Bangkai kendaraan (abandoned vehicle)
 Pengelolaan sampah:
 Pengumpulan dan pengangkutan sampah
 Pembuangan akhir, dengan syarat:
 Tidak dekat dengan sumber air
 Tidak di daerah banjir
 Jauh dari tempat tinggal penduduk
 Pengolahan sampah:
 Dibakar
 Sanitary landfill: pemusnahan sampah dengan membuat lubang di
tanah  kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan
tanah
 Pembakaran dengan inceneration: memusnahkan sampah dengan
membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator)
 Dijadikan pupuk (composting)
 3R (reduce, reuse, recycle)
7. Bagaimana kegiatan pengelolaan sampah yang sesuai dengan undang-undang
tentang pengelolaan sampah?
 Undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan sampah adalah UU No. 18
tahun 2008
 UU No. 18 tahun 2008 terdiri atas 18 bab yang membahas mengenai pengelolaan
sampah dalam hal
 Definisi sampah & ruang lingkup pengelolaan sampah,
 Tugas & wewenang pemerintah, hak & kewajiban pemerintah dan
masyarakat mengenai sampah
 Penanganan, pembiayaan & kompensasi terhadap sampah
 Kerjasama & kemitraan dalam pengelolaan sampah
 Pengawasan, sanksi & sengketa dalam pengelolaan sampah
 Kegiatan penanganan sampah menurut UU No.18 tahun 2008 pasal 22



 Istilah-istilah dalam UU No. 18 tahun 2008 pasal 1
 Pengelolaan sampah  kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
 Tempat penampungan sementara  tempat sebelum sampah diangkut
ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan
sampah terpadu.
 Tempat pengolahan sampah terpadu  tempat dilaksanakannya
kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
 Tempat pemrosesan akhir  tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia
dan lingkungan.

8. Mengapa bisa terjadi peningkatan kasus penyakit infeksi berbasis lingkungan


dalam 3 bulan terakhir?
 Menurut H.L Blum - kualitas kesehatan lingkungan merupakan faktor yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian derajat kesehatan.
 Faktor yang menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain:
 Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman
 Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya air
dimana ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita
per tahun, jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang
hanya 8.000 meter kubik per tahun. Namun demikian, Indonesia
masih saja mengalami persoalan air bersih.
 Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap
air bersih, sebagian besar yang memiliki akses mendapatkan air
bersih dari penyalur air, usaha air secara komunitas serta sumur air
dalam. Dari data Bappenas disebutkan bahwa pada tahun 2009
proporsi penduduk dengan akses air minum yang aman adalah
47,63%.
 Sumber air minum yang disebut layak meliputi air ledeng, kran
umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung , mata air
terlindung dan air hujan.
 Dampak kesehatan dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya tampak pada anak-anak
sebagai kelompok usia rentan. WHO memperkirakan pada tahun
2005, sebanyak 1,6 juta balita (rata- rata 4500 setiap tahun)
meninggal akibat air yang tidak aman dan kurangnya higienitas.
 Akses sanitasi dasar yang layak
 Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar
merupakan salah satu isu penting dalam menentukan kualitas
sanitasi. Namun pada kenyataannya dari data Susenas 2009,
menunjukkan hampir 49% rakyat Indonesia belum memiliki akses
jamban.
 Hal ini berarti ada lebih dari 100 juta rakyat Indonesia yang BAB
sembarangan dan menggunakan jamban yang tak berkualitas.
Angka ini jelas menjadi faktor besar yang mengakibatkan masih
tingginya kejadian diare utamanya pada bayi dan balita di
Indonesia.
 Penanganan sampah dan limbah
 Tahun 2010 diperkirakan sampah di Indonesia mencapai 200.000
ton per hari yang berarti 73 juta ton per tahun.
 Pengelolaan sampah yang belum tertata akan menimbulkan banyak
gangguan baik dari segi estetika berupa onggokan dan serakan
sampah, pencemaran lingkungan udara, tanah dan air, potensi
pelepasan gas metana (CH4) yang memberikan kontribusi terhadap
pemanasan global, pendangkalan sungai yang berujung pada
terjadinya banjir serta gangguan kesehatan seperti diare, kolera,
tifus penyakit kulit, kecacingan, atau keracunan akibat
mengkonsumsi makanan (daging/ikan/tumbuhan) yang tercemar
zat beracun dari sampah.
 Vektor penyakit
 Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini dikarenakan
vektor penyakit telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi
lingkungan, sehingga kemampuan bertahan hidup mereka pun
semakin tinggi.
 Hal ini didukung faktor lain yang membuat perkembangbiakan
vektor semakin pesat antara lain:
o Perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan, industri
dan pembangunan perumahan.
o Sistem penyediaan air bersih dengan perpipaan yang belum
menjangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan
container untuk penyediaan air.
o Sistem drainase permukiman dan perkotaan yang tidak
memenuhi syarat.
o Sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat,
penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam
pengendalian vektor.
o Pemanasan global yang meningkatkan kelembaban udara
lebih dari 60% dan merupakan keadaan dan tempat hidup
yang ideal untuk perkembang-biakan vektor penyakit.
 Perilaku masyarakat
 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat belum banyak diterapkan
masyarakat, menurut studi Basic Human Services (BHS) di
Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan
adalah (1) setelah buang air besar 12%, (2) setelah membersihkan
tinja bayi dan balita 9%, (3) sebelum makan 14%, (4) sebelum
memberi makan bayi 7%, dan (5) sebelum menyiapkan makanan 6
%.
 Studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum
rumah tangga menunjukan 99,20 % merebus air untuk
mendapatkan air minum, namun 47,50 % dari air tersebut masih
mengandung Eschericia coli.
 Menurut studi Indonesia Sanitation Sector Development
Program (ISSDP) tahun 2006 terdapat 47% masyarakat masih
berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan
tempat terbuka.

9. Apa saja upaya promotive dan preventive yang dilakukan terhadap perilaku
masyarakat dalam pengelolaan sampah, saluran air limbah, jamban, sumber air
bersih, rumah sehat, dll?
 Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
penyakit berbasis lingkungan, diantaranya :
 Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)
 Surveilans kualitas air
 Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih
 Pemeriksaan kualitas air
 Pembinaan kelompok pemakai air
 Penyehatan Lingkungan Pemukiman
 Pemantauan jamban keluarga (Jaga),
 Pemantauan saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan
 Pemantauan tempat pengelolaan sampah (TPS),
 Penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU) meliputi hotel dan
tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian
umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon
kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.
 Pembinaan institusi  Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana
pendidikan, dan perkantoran.
 Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)  bertujuan untuk
 Melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat
penyehatan makanan dan minuman,
 Kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan,
 Kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.
 Pemantauan Jentik Nyamuk  dapat dilakukan oleh
 Seluruh pemilik rumah bersama kader juru pengamatan jentik
(jumantik),
 Petugas sanitasi puskesmas,
 Melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin
menjadi perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik.

10. Apa saja manfaat dari komposter dan mesin pembuatan pelet plastik?
 Sampah dapat diklasifikasi menjadi sampah organik dan anorganik
 Sampah organik dapat dibuat menjadi pupuk kompos menggunakan komposter,
manfaatnya antara lain
 Mengurangi sampah organik
 Penurunan biaya dalam pembelian pupuk
 Penunjang perekonomian
 Sampah anorganik seperti plastik dapat didaur ulang menjadi pelet plastik
sebagai bahan baku untuk pembuatan produk plastik  Recycle /daur ulang

11. Apa saja manfaat didirikannya bank sampah?


 Mekanisme bank sampah:
 Masyarakat mengumpulkan sampah untuk disetorkan ke bank sampah 
jumlah sampah yang telah dikumpulkan akan ditimbang oleh petugas bank
sampah  ditukarkan dalam bentuk uang atau kebutuhan pokok
(sembako)
 Sampah kering yang bisa disetorkan ke bank sampah:
 Sampah berbahan plastik
 Sampah berbahan kertas
 Sampah besi dan logam
 Sampah elektronik
 Sampah botol kaca
 Sampah alumunium dan kaleng
 Manfaat bank sampah:
 Membantu pengolahan sampah menjadi lebih baik, walau perlu dilakukan
secara konsisten
 Ikut berpartisipasi untuk melestarikan lingkungan karena membantu dalam
memecahkan masalah sampah
 Membangun kesadaran masyarakat secara lebih luas terkait sampah dan
permasalahan lingkungan
 Terbiasa memanfaatkan sampah yang sudah dikumpulkan agar bisa
melakukan daur ulang
 Belajar memanfaatkan barang-barang bekas menjadi sesuatu yang
memiliki nilai ekonomis

Anda mungkin juga menyukai