Oleh:
Preseptor:
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Clinical Science Session
(CSS) yang berjudul “Perdarahan Uterus Abnormal”. Makalah ini disusun untuk
menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca, serta menjadi salah
satu ilmiah dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Terima kasih penulis
ucapkan dr. Dedy Hendry, SpOG(K)-FER selaku preseptor yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pengaturan sistem ini kompleks dan saling umpan balik. Stimulus awal
berasal dari hipotalamus dengan pelepasan gonadotrophic-releasing hormone
(GnRH) ke dalam pembuluh darah portal hipofisis. GnRH merangasang
pertumbuhan dan maturasi gonadotropin yang mensekresi FSH dan LH. FSH
bekerja pada 10-20 folikel primer terpilih, dengan berikatan dengan sel granulose
teka yang mengelilinginya. Efek meningginya jumlah FSH adalah sekresi cairan
ke dalam rongga folikel, salah satu di antaranya tumbuh lebih cepat daripada yang
lain.
3
Pada saat yang sama sel granulose teka yang mengelilingi folikel terpilih
mensekresi lebih banyak estradiol, yang memasuki siklus darah. Efek
endokrinologik peningkatan kadar estradiol ini adalah menimbulkan umpan balik
negatif pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Akibatnya sekresi FSH menurun
sedangkan sekresi estradiol meningkat mencapai puncak. Sekitar 24 jam kemudian
terjadi lonjakan besar sekresi dari LH (LH surge) dan lonjakan sekresi FSH yang
lebih kecil. Umpan balik positif ini menyebabkan pelepasan satu ovum dari folikel
yang paling besar, sehingga terjadi ovulasi.4,5
Folikel yang kolaps akibat pelepasan ovum berubah sifatnya. Sel granulose
teka berproliferasi dan warnanya menjadi kuning disebut sel luteinteka. Folikel
yang kolaps menjadi korpus luteum. Sel-sel lutein korpus luteum menghasilkan
progesterone dan estrogen. Sekresi progesterone mencapai puncak datar (plateau)
sekitar empat hari setelah ovulasi, kemudian meningkat secara progresif apabila
ovum yang dibuahi mengadakan implantasi ke dalam endometrium. Sel-sel
trofoblastik embrio yang telah tertanam segera menghasilkan human chorionic
gonadotropin (HCG) yang memelihara korpus luteum sehingga sekresi estradiol
dan progesterone terus berlanjut. Sebaliknya, jika tidak terjadi kehamilan, sel
lutein teka berdegenerasi sehingga menghasilkan estradiol dan progesterone yang
lebih sedikit, sehingga mengurangi umpan balik negatif pada gonadotrof yang
disertai dengan meningkatnya sekresi FSH. Penurunan kadar estradiol dan
progesteron dalam sirkulasi darah menyebabkan perubahan di dalam endometrium
yang menyebabkan terjadinya menstruasi.4,5
1. Fase Proliferatif
2. Fase Luteal
Pada fase luteal, jika terjadi ovulasi maka endometrium akan mengalami
perubahan yang nyata, kecuali pada awal dan akhir masa reproduksi. Perubahan
ini mulai pada 2 hari terakhir fase proliferatif, tetapi meningkat secara
signifikan
4
setelah ovulasi. Vakuol-vakuol sekretorik yang kaya glikogen tampak di dalam
sel- sel yang melapisi kelenjar endometrium. Pada mulanya vakuol-vakuol
tersebut terdapat di bagian basal dan menggeser inti sel ke arah superfisial.
Jumlahnya cepat meningkat dan kelenjar menjadi berkelok-kelok. Pada hari ke
enam setelah ovulasi, fase sekresi mencapai puncak. Vakuol-vakuol telah
melewati nukleus. Beberapa di antaranya telah mengeluarkan mukus ke dalam
rongga kelenjar. Arteri spiral bertambah panjang dengan meluruskan gulungan.
Apabila tidak ada kehamilan, sekresi estrogen dan progesteron menurun karena
korpus luteum menjadi tua. Penuaan ini menyebabkan peningkatan asam
arakidonat dan endoperoksidase bebas di dalam endometrium. Enzim-enzim ini
menginduksi lisosom sel stroma untuk mensintesis dan mensekresi prostaglandin
(PGF2α dan PGE2) dan prostasiklin. PGF2α merupakan suatu vasokonstriktor
yang kuat dan menyebabkan kontraksi uterus, PGE2 menyebabkan kontraksi
uterus dan vasodilatasi, sedangkan prostasiklin adalah suatu vasodilator, yang
menyebabkan relaksasi otot dan menghambat agregasi trombosit. Perbandingan
PGF2α dengan kedua prostaglandin meningkat selama menstruasi. Perubahan ini
mengurangi aliran darah melalui kapiler endometrium dan menyebabkan
pergeseran cairan dari jaringan endometrium ke kapiler, sehingga mengurangi
ketebalan endometrium. Hal ini menyebabkan bertambahnya kelokan arteri spiral
bersamaan dengan terus berkurangnya aliran darah. Daerah endometrium yang
disuplai oleh arteri spiral menjadi hipoksik, sehingga terjadi nekrosis iskemik.
Daerah nikrotik dari endometrium mengelupas ke dalam rongga uterus disertai
dengan darah dan cairan jaringan, sehingga menstruasi terjadi.4,5,6
3. Fase Menstruasi
5
Gambar 2.1 Siklus Menstruasi7
2.3 Jenis-jenis Gangguan Haid
Terdapat 2 gangguan durasi dan jumlah darah haid, yaitu menoragia dan
hipomenorea. Menoragia didefinisikan sebagai perdarahan haid dengan jumlah
darah lebih banyak dan/atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang
normal teratur. Secara klinis menoragia didefinisikan dengan total jumlah darah
haid lebih dari 80 ml per siklus dan durasi haid lebih dari 7 hari. Sulit menentukan
jumlah darah haid secara tepat. Oleh karena itu, dapat disebutkan bila ganti
pembalut 2-5 kali per hari menunjukkan jumlah darah haid normal. Menoragia
adalah bila ganti pembalut lebih
dari 6 kali per hari.8
6
2.3.2 Gangguan Siklus Haid
2.4 Epidemiologi
7
Data di beberapa negara industri menyebutkan bahwa seperempat penduduk
perempuan dilaporkan pernah mengalami menoragia, 21% mengeluh siklus haid
memendek, 17% mengalami perdarahan antar haid dan 6% mengeluh perdarahan
pascasanggama. Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan haid
ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-hari yaitu 28% dilaporkan merasa
terganggu saat bekerja sehingga berdampak pada bidang ekonomi.8
2.5 Etiologi
1. Polip (PUA-P)
Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid
teraturakibat gangguan hemostasis lokal endometrium.
8. Iatrogenik (PUA-I)
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit dimasukkan
dalam klasifikasi (misalnya endometritis kronik atau malformasi arteri-vena).
2.6 Klasifikasi
10
sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk menggantikan terminologi
metroragia.
2.7 Patogenesis
Pada anamnesis perlu diketahui usia menarche, frekuensi, durasi, dan sifat
perdarahan. Sebaiknya ditanyakan berapa jumlah produk tampon maupun
pembalut yang digunakan. Pada remaja yang mengeluhkan haid yang banyak
perlu ditanyakan riwayat mudah memar, perdarahan yang sulit berhenti pada luka
minor, epistaksis yang sering atau sulit dikontrol, atau perdarahan hebat setelah
operasi.9,10 Riwayat perdarahan pada keluarga termasuk riwayat perdarahan
postpartum penting diketahui untuk mencari kelainan perdarahan pada keturunan.
Anamnesis mengenai riwayat penggunaan obat-obat dan kontrasepsi hormonal
juga perlu ditanyakan.
11
kasus normal. Takikardi dan hipotensi dapat memberikan petunjuk ketidakstabilan
hemodinamik akut yang memerlukan intervensi cepat. Adanya takikardia,
penampilan pucat, atau bunyi bising pada auskultasi jantung mengarah pada
anemia. Petekia atau memar yang berlebihan dapat mengarah pada defek platelet
atau kelainan perdarahan lainnya. Pemeriksaan inspeksi pada genitalia cukup
untuk menegakkan diagnosis pada kebanyakan pasien. Pemeriksaan bimanual dan
speculum disarankan pada pasien yang aktif secara seksual atau pada pasien yang
tidak mengalami respon terhadap terapi.
Evaluasi laboratorium direkomendasikan pada pasien dengan PUA.
Seluruh pasien dengan kelainan pada pemeriksaan darah awal atau hasil positif
pada kelainan pembekuan darah sebaiknya dilakukan pemeriksaan penyakit von
Willebrand dan kelainan koagulopati lainnya termasuk faktor VIII, antigen faktor
von Willebrand dan aktivitas kofaktor ristocetin von Willebrand. Pemeriksaan
kelainan tiroid, kelainan hati, sepsis atau leukemia diindikasikan bila ditemukan
gejala klinis. Pada pasien dengan keluhan perdarahan yang dinilai dalam batas
normal, pemeriksaan hemoglobin telah cukup untuk mendeteksi anemia.
Pemeriksaan darah lengkap dengan hitung diferensiasi sel darah putih dan hitung
platelet sebaiknya dilakukan pada pasien yang anamnesis dan pemeriksaan
fisiknya mengarah pada HMB dan anemia. Jika kelainan perdarahan dicurigai
sebaiknya dilakukan pemeriksaan waktu protrombin dan waktu tromboplastin
parsial teraktivasi (PT dan APTT). 9,10
12
Gambar 2.3 Pemeriksaan Penunjang Perdarahan Uterus Abnormal11
13
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan
pap smear. Harus disingkirkan pula kemungkinan adanya mioma uteri, polip,
hiperplasia endometrium atau keganasan.12
1) Penilaian Ovulasi
Siklus haid yang berovulasi berkisar 22-35 hari. Jenis perdarahan PUA-O
bersifat ireguler dan sering diselingi amenorea. Konfirmasi ovulasi dapat
dilakukan dengan pemeriksaan progesterone serum fase luteal atau USG
transvaginal bila diperlukan.12
2) Penilaian Endometrium
Pemilihan terapi pada PUA akut tergantung pada kondisi umum, etiologi
14
yang diduga, pertimbangan fertilitas pada masa mendatang, dan riwayat medis
pasien. Dua tujuan utama dalam penanganan AUB akut ialah mengontrol episode
15
perdarahan berat dan mengurangi kehilangan darah haid pada siklus berikutnya.
Terapi medis dipertimbangkan pada terapi awal tetapi beberapa situasi dapat
memerlukan penanganan operatif.
Penanganan hormonal dipertimbangkan sebagai lini pertama terapi medis
pada pasien dengan PUA akut tanpa kelainan perdarahan yang sudah diketahui
atau dicurigai. Pilihan penanganan termasuk EEK intravena, pil kontrasepsi
kombinasi (PKK), dan progestin oral. Kombinasi PKK dan progestin oral dalam
regimen dosis multipel sering digunakan pada PUA akut. Obat antifibrinolitik
seperti asam traneksamat merupakan terapi efektif pada pasien dengan PUA
kronis. Direkomendasikan untuk menggunakan asam traneksamat oral maupun
intravena pada terapi PUA akut. Ketika episode akut perdarahan sudah terkontrol,
pilihan terapi jangka panjang dapat dipertimbangkan untuk mencegah PUA
kronis.
Terapi jangka panjang efektif termasuk pemakaian alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) dengan levonogestrel, asam traneksamat, dan obat NSAID. Pasien
dengan kelainan perdarahan umumnya memberikan respon terhadap terapi
hormonal maupun non-hormonal. Konsultasi dengan seorang hematologis
direkomendasikan pada pasien-pasien tersebut terutama bila perdarahan sulit
dikontrol atau ginekologis tidak memahami pilihan terapi pada pasien dengan
kelainan perdarahan. Penanganan operatif didasarkan pada stabilitas pasien,
tingkat perdarahan, kontraindikasi penanganan medis, dan kondisi medis yang
ada. Penanganan operatif termasuk dilatasi dan kuretase, ablasi endometrial,
embolisasi arteri uterina, dan histerektomi.
16
Gambar 2.4 Tatalaksana PUA Akut
17
2.9 Komplikasi
2.10 Prognosis
efektif pada 4 bulan pasca operasi, tetapi pada 5 tahun, tidak ada perbedaan jika
dibandingkan dengan manajemen medis. Tatalaksana dengan histerektomi
ibandingkan dengan IUD levonorgestrel menunjukkan bahwa histerektomi
memiliki hasil yang lebih baik pada 1 tahun. Tidak ada perbedaan dalam kualitas
18
hidup yang terlihat pada 5 hingga 10 tahun, tetapi banyak kelompok wanita
dengan IUD yang melepaskan levonorgestrel telah menjalani histerektomi hingga
10 tahun.14
19
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan : S-1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Padang Pariaman
MRS : 04 November 2022
Keluhan Utama:
Seorang Wanita 35 tahun datang ke Pasien datang ke IGD RSUP DR. M.Djamil
Padang pada 6 desember 2022 dengan eluhan keluar darah yang banyak dari
kemaluan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit
20
dan hepar.
Riwayat menstruasi
Menarche usia 13 tahun
Siklus haid 28 hari, teratur
Lama haid 6-7 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut
Riwayat perkawinan
Perkawinan pertama, sudah menikah sejak tahun 2005
Riwayat obstetrik
1. Perempuan/2005/spontan/bidan/hidup
2. Perempuan/2010/spontan/bidan/hidup
3. Laki-laki/2012/spontan/bidan/hidup
4. Perempuan/2017/spontan/bidan/hidup
Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan metode kontrasepsi apapun.
Riwayat Kebiasaan
Tidak ada riwayat merokok, minum alkohol, narkoba.
21
Tanda Vital
Tekanan Darah : 124/81 mmHg
Frekuensi Nadi : 81x/menit, kuat angkat
Frekuensi Nafas : 18x /menit, regular
Suhu : 36,5oC, aksila
Status Generalis
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : gangguan pendengaran (-)
Mulut : bibir sianosis (-)
Leher : JVP 5-2 cm H2O, pembesaran KGB (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-)
Palpasi : Gerakan dada simetris.
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung kanan : linea sternalis dekstra, batas jantung
kiri : linea midclavicula ICS V sinistra
Auskultasi : S1 S2 normal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium
(-), nyeri tekan perut kanan bawah (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
22
Superior : Hangat (+), edema (-)
Inferior : Hangat (+), edema (-)
Status Ginekologi
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), sikatrik (-), massa (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muscular (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU(+) Normal
Genitalisa
Inspeksi : Vulva dan uterta tidak tampak ada kelainan
PPV (+)
Inspekulo :
Vagina : Tumor (-) laserasi (-) fluksus (+) menggenang di forniks
…………….. posterior
Portio : Tampak portio tidak rata, bernodul, fluksus (+) darah mengalir
………………..dari oue
3.3 Diagnosis kerja
PUS ec Ca Cervix
Rencana
Pemeriksaan Labor
Pemeriksaan Laboratorium
1. Hemoglobin : 4.3 gr/dl 6. HbsAg : non reaktif
2. Leukosit : 14.020 7. Anti HIV: non reaktif
3. Thrombosit : 260.000 8. Total Protein : 4.8 g/dL
4. Hematokrit : 13% 9. Albumin : 2.2 g/dL
5. PT/APTT :11,5/ 27,8 10. Globulin : 2.6 g/dL
Kesan : Anemia Berat, Hipoalbuminemia
Diagnosis :
23
PUS ec Ca Cervix + Anemia Berat + Hipoalbuminemia
Terapi :
Awasi keadaan umum, vital sign, ppv
24
BAB 4
DISKUSI
Seorang pasien wanita umur 35 tahun datang ke RSUP DR M
Djamil Padang dengan keluhan perdarahan pada vagina yang banyak
dengan darah berwarna merah kehitaman bergumpal seperti agar-agar. Dari
anamnesis siklus menstruasi tidak teratur. Riwayat menstruasi tidak teratur,
frekuensi mengganti duk 5-6 kali per hari, dengan durasi haid sampai 13
hari, terkadang haid terjadi 2 kali dalam sebulan atau tidak sama sekali
dalam 1 bulan dan disertai nyeri haid. Pasien juga mengeluhkan perut
semakin membesar ketika tidak terjadi perdarahan, namun kembali
mengecil ketika perdarahan pervagina aktif. Penurunan berat badan pada
pasien disangkal dengan berat badan 35 kg sejak 10 tahun lalu hingga
sekarang. Pasien belum pernah menikah. Kondisi dimana tidak teraturnya
interval siklus haid dengan jumlah darah dan durasi yang lebih dari normal
disebur dengan metroragia. Siklus haid dengan interval 2 kali dalam sebulan
(< 24 hari) disebut polimenorea dan siklus haid dengan interval lebih dari 1
bulan disebut oligomenorea.1
Dari pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas normal,
konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan abdomen, abdomen distensi,
terdapat nyeri tekan, dan pada kuadran kiri atas dan bawah saat diperkusi
terdengar pekak. Pada pemeriksaan genitalia, pada vulva uretra tidak
tampak kelainan, ppv (+) tidak aktif. Pada pasien ini direncanakan
pemeriksaan laboratorium, Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
diagnosis kerja untuk pasien ini adalah PUA ec suspek ca cervix dengan
anemia. PUA dapat disebabkan oleh kelainan pada struktural dan kelainan
pada non-struktural.2 Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada
pasien ini PUA yang diakibatkan oleh penyebab nonsturktural (kehamilan,
iatrogenic, kelianan sitemik) dapat disingkirkan. Oleh karena itu, pasien ini
PUA diduga diakibatkan oleh kelanan struktural, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan USG untuk menentukan diagnosis pada pasien ini.
Pada pasien ini diagnosis adalah PUA ec suspek ca cervix dengan
anemia bertat dikarenakan pada ca cervix ditemukan metroragia, serta
gambaran massa hiperechoic dari usg. anemia ditegakkan dari hasil
laboratorium yang menunjukkan hasil anemia (4,3) IVFD Nacl 0.9% 20
25
tpm, injeksi asam traneksamat 3x500 mg, untuk menghentikan perdarahan.
Pasien ini direncanakan transfusi PRC. PUA merupakan pendarahan yang
berasal dari uterus dengan durasi, volume, frekuensi atau jadwal yang
abnormal diluar masa kehamilan. PUA disebabkan oleh berbagai faktor,
baik kelainan anatomis maupun fisiologis. PUA dapat mempengaruhi aspek
fisik dan emosional pada kehidupan wanita dan mengganggu kualitas hidup.
Pemilihan terapi pada PUA tergantung pada kondisi umum, etiologi yang
diduga, pertimbangan fertilitas pada masa mendatang, dan riwayat medis
pasien. Terapi medis dipertimbangkan pada terapi awal tetapi beberapa
situasi dapat memerlukan penanganan operatif. Penanganan operatif
didasarkan pada stabilitas pasien, tingkat perdarahan, kontraindikasi
penanganan medis, dan kondisi medis yang ada. Penanganan operatif
termasuk dilatasi dan kuretase, ablasi endometrial, embolisasi arteri uterina,
dan histerektomi.
26
27