Oleh :
Dosen Pengampu:
Prof.Dr.dr. YUSRAWATI, SpOG (K)
memberikan petunjuk serta rahmat Nya kepada penulis, sehingga telah dapat
menstruation”. Dan tak lupa pula, shalawat dan salam kepada nabi besar
Makalah ini merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Obstetri Fisiologi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
kekurangan pada makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................2
A. PENGERTIAN..............................................................................................................2
B. ASPEK ENDOKRIN DALAM SIKLUS HAID.........................................................2
C. LAPISAN ENDOMETRIUM......................................................................................4
D. SIKLUS OVARIUM.....................................................................................................6
E. SIKLUS ENDOMETRIUM.........................................................................................9
F. VASKULARISASI ENDOMETRIUM DALAM SIKLUS HAID..........................14
G. DATING ENDOMETRIUM......................................................................................15
H. MEKANISME HAID..................................................................................................18
I. GANGGUAN DALAM MENSTRUASI...................................................................19
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menstruasi atau yang sering disebut dengan haid merupakan
pelepasan lapisan dalam (endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi
berulang setiap bulan secara periodik, kecuali pada saat hamil. Sedangkan
siklus haid adalah waktu sejak hari pertama haid sampai datangnya haid
periode berikutnya.
Siklus haid setiap perempuan berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya, bukan saja antara beberapa perempuan, tetapi juga pada
perempuan yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar
siklus haidnya tidak terlalu sama.
Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan
membentuk siklus menstruasi. Menstruasi pertama (menarche) pada
remaja putri sering terjadi pada usia 11 tahun. Namun tidak tertutup
kemungkinan terjadi pada rentang usia 8-16 tahun. Menstruasi merupakan
pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang perempuan, yang
dimulai dari menarce sampai terjadinya menopause.
Awal siklus menstruasi dihitung sejak terjadinya perdarahan pada
hari ke-1 dan berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya.
Umumnya, siklus menstruasi yang terjadi berkisar antara 21-40 hari.
Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari. Jarak antara siklus
yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarche dan sesaat
sebelum menopause.
Siklus menstruasi sebagian besar wanita terjadi pada pertengahan
usia reproduktif, perdarahan menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan
median panjang siklus adalah 28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik,
selang waktu antara awal menstruasi hingga ovulasi – fase folikular –
bervariasi lamanya. Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang
mengalami ovulasi. Selang waktu antara awal perdarahan menstruasi –
1
fase luteal – relatif konstan dengan rata-rata 14 ± 2 hari pada kebanyakan
wanita.
B. TUJUAN PENULISAN
Untuk menjelaskan tentang the endometrium and decidua :
menstruation
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Haid (menstruasi) ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus
haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya
haid yang baru. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama
siklus. Panjang siklus haid yang normal atau siklus dianggap sebagai
siklus yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja
antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada
kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya selalu tidak sama.
Lebih dari 90% wanita mempunyai siklus menstruasi antara 24 sampai
35 hari.
Lama haid biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari dan
diikuti darah sedikit sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7 – 8 hari.
Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap. Kurang lebih 50% darah
menstruasi dikeluarkan dalam 24 jam pertama. Cairan menstruasi terdiri
dari autolisis fungsional, exudat inflamasi, sel darah merah, dan enzym
proteolitik.
Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua
segmen : siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium lebih lanjut
dibagi menjadi phase follikular dan phase luteal, mengingat siklus uterus
juga dibagi sesuai phase proliferasi dan sekresi. Pemantauan siklus
menstruasi bermanfaat dalam menilai subfertilitas.
3
antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium (hyopothalamic-pituitary-
ovarian axis). Menurut teori neurohumoral yang dianut sekarang,
hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh
adenohipofisis melalui sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel
adenohipofisis lewat sirkulasi portal khusus.
4
progesteron dalam sel granulose. Produksi LH bertambah sehingga
menyebabkan produksi FSH dan LH yang dapat merangsang
terjadinya ovulasi.
3. Prolaktin
Dibentuk oleh sel alpha (acidophil) dari lobus anterior hypophyse,
berfungsi untuk memulai dan mempertahankan produksi progesteron
dari corpus luteum.
5
Gambar 2 :
Siklus Menstruasi
C. LAPISAN ENDOMETRIUM
Lapisan endometrium terdiri dari
1. Perimetrium (Peritoneum)
Meliputi dinding uterus (rahim) sebelah luar, meliputi bagian luar
uterus, merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh
darah limfe dan urat syaraf. Meliputi tuba dan mencapai dinding
abdomen. Perimetrium berhubungan dengan perimetrium dan
ligamentum-ligamentum. Ligamentum adalah sesuatu yang
menyangga uterus dalam tulang/rongga panggul.
Ligamen – ligamen uterus adalah :
a. Ligamentum Latum
Merupakan lipatan peritoneum sebelah lateral kanan dan kiri
daripada uterus meluas sampai kedinding panggul dan dasar
panggul sehingga seolah – olah menggantung pada tuba.
6
b. Ligamentum Rotundum
Terdapat di bagian atas lateral dari uterus terdiri dari jaringan otot
polos dan jaringan ikat fungsinya menahan uterus dalam posisi
antefleksi.
c. Ligamentum Infundibulo Pelvicum
Ligamentum ini mengantungkan uterus pada dinding panggul.
d. Ligamentum Cardinale
Menghalangi pergerakan ke kiri – kanan dan merupakan tempat
masuknya pembuluh darah menuju uterus.
e. Ligamentum Sacro Uterinum
Kiri kanan dari seviks sebelah belakang ke sacrum
menggelingirectum.
f. Ligamentum Vesico Uterinum
Dari uterus ke kendung kencing
7
c. Lapisan dalam
Merupakan serabut otot yang berfungsi sebagai spingter terletak
pada ostium internum sampai ostium uteri eksternum
Lapisan endometrium
8
D. SIKLUS OVARIUM
9
sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya
follikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi
FSH.
Pada saat ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat
ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam follikel.
Perkembangan follikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma
meninggi. Pada awalnya estrogen meninggi secara berangsur angsur,
kemudian dengan cepat mencapi puncaknya.Ini memberikan umpan
balik positif terhadap pusat siklik dan dengan mendadak terjadi
puncak pelepasan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus yang
mengakibatkan terjadinya ovulasi.
LH yang meninggi itu menetap kira kira 24 jam dan menurun pada
fase luteal. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen
menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH menurun.
Menurunnya estrogen mungkin disebabkan perubahan morfologik
pada follikel atau mungkin juga akibat umpan balik negatif yang
pendek dari LH terhadap hipotalamus.
LH-surge yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi;
follikel hendaknya pada tingkat yang matang agar dapat dirangsang
untuk brovulasi.Pecahnya folikel terjadi antara 16 – 24 jam setelah
LH-surge.
2. Fase Luteal
Pada fase luteal, setelah ovulasi sel sel granulasa membesar
membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein), follikel
menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulose juga
bertambah dan mencapi puncaknya pada hari 8 – 9 setelah ovulasi .
Luteinized granulose cells dalam korpus luteum membuat
progesterone banyak, dan luteinized theca cells membuat pula
estrogen yang banyak sehingga kedua hormon itu meningkat pada
fase luteal. Mulai 10 – 12 hari setelah ovulasi korpus luteum
mengalami regresi berangsur angsur disertai dengan berkurangnya
10
kapiler kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesterone dan
estrogen.
Masa hidup korpus luteum pada manusia tidak bergantung pada
hormon gonadotropin. Pada kehamilan hidupnya korpus luteum
diperpanjang oleh adanya rangsangan dari Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) yang dibuat oleh sinsiotrofoblast. Rangsangan
ini dimulai pada puncak perkembangan korpus luteum (8 hari pasca
ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi luteal.
HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9 – 10
minggu kehamilan kemudian fungsi ini diambil alih oleh plasenta.
11
Perubahan perubahan endometrium dalam siklus menstruasi
E. SIKLUS ENDOMETRIUM
Dengan diproduksinya hormon steroid oleh ovarium secara siklik
akan menginduksi perubahan penting pada uterus, yang melibatkan
endometrium dan mukosa serviks. Siklus endometrium terdiri dari 4
fase :
1. Fase menstruasi atau deskuamasi (hari ke-28 sampai hari ke-2 atau
3)
Pada fase ini menunjukkan masa terjadinya proses peluruhan dari
lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalamnya.
Hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut dengan stratum basale,
stadium ini berlangsung 4 hari. Dengan haid itu keluar darah,
potongan potongan endometrium dan lendir dari cervik. Darah tidak
membeku karena adanya fermen yang mencegah pembekuan darah
dan mencairkan potongan potongan mukosa. Hanya kalau banyak
darah keluar maka fermen tersebut tidak mencukupi hingga timbul
bekuan bekuan darah dalam darah haid.
Terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon
FSH dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormon LH dan
12
pengaruhnya, karena produksinya telah dihentikan oleh peningkatan
kadar hormon progesteron secara maksimal. Hal ini mempengaruhi
kondisi flora normal dan dinding-dinding di daerah vagina dan
uterus yang selanjutnya dapat mengakibatkan perubahan-perubahan
higiene pada daerah tsb dan menimbulkan keputihan.
0
.
2. Fase post menstruasi atau stadium regenerasi (hari ke-1 sampai hari ke-
5)
Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali
lapisan endometrium uteri, sedangkan ovarium mulai beraktivitas
kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya
melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang
sebelumnya sudah dihasilkan kembali di dalam ovarium.
Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm, stadium sudah mulai
waktu stadium menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.
13
Endometrium pada fase postmenstruasi atau regenerasi
14
masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel
yang terus tumbuh, yang lainnya hancur.
Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai
respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling
atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya
tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk
kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan.
Pada akhir dari fase ini terjadi lonjakan penghasilan hormon LH
yang sangat meningkat yang menyebabkan terjadinya proses
ovulasi.
15
16
ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum. Sitoplasma sel sel
stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua jika terjadi
kehamilan.
17
Vaskularisasi endometrium
18
mengalami kemunduran yang menyebabkan kadar progesterone dan
estrogen menurun.
Penurunan kadar hormon ini mempengaruhi keadaan
endometrium ke arah regresi, dan pada suatu saat lapisan fungsionalis
dari endometrium terlepas dari stratum basale yang di bawahnya.
Peristiwa ini menyebabkan pembuluh pembuluh darah terputus, dan
terjadilah pengeluaran darah yang disebut haid.
Jika terjadi kehamilan, maka akan terjadi perubahan-perubahan
menetap pada pembuluh-pembuluh darah. Pada dinding uterus dekat
dengan placenta, dinding pembuluh darah menunjukkan penebalan dari
lapisan intimanya dengan pembentukkan otot-otot polos baru,
sedangkan pada lapisan tengah otot-otot polos baru, sedangkan pada
lapisan tengah otot-otot ditunjang oleh jaringan elastis yang cukup
banyak.
G. DATING ENDOMETRIUM
Biopsi endometrium adalah cara yang terbaik untuk
menentukan secara tidak langsung adanya ovulasi dan menilai efek
progesteron terhadap perkembangan endometrium. Untuk ini,
diperlukan kemahiran mengenali ciri-ciri permukaan endometrium,
stroma dan kelenjar-kelenjar endometrium. Hingga dapat ditentukan
hari yang tepat dari siklus haid tersebut; hal ini disebut dating
endometrium. Dating dap dilakukan dengan tepat pada masa sekresi,
oleh karena berbeda dari fase proliferasi, fase ini menunjukkan
perubahan perubahan yang nyata setiap harinya dengan perubahan
morfologi tertentu.
Jika siklus haid 28 hari dan perkiraan ovulasi terjadi pada hari
ke 14, maka 36 – 48 jam setelah ovulasi belum terlihat perubahan yang
menonjol pada endometrium. Karena itu dating hari ke 14 dan ke 15
tidak berguna dilakukan, dan sebaliknya baru dilakukan pada hari ke
16.
19
Hari ke 16 : Vakuola basal subnukleus terlihat pada banyak kelenjar.
Hari ini hari terahir pseudostratifikasi barisan inti.Terlihat mitosis pada
kelenjar kelenjar dan stroma.
20
Hari ke 24 : Kumpulan sel sel pradesidua tampak jelas disekeliling
arteriola. Mitosis aktif, edema berkurang. Endometrium akan mulai
berinvolusi, kecuali terjadi kehamilan.
Hari ke 25 : Sel sel pradesidua mulai terdapat di bawah sel sel epitel
permukaan. Sedikit edema sekitar arteriola.Sedikit infiltrasi limfosit
pada stroma.
21
1. Edema jelas terlihat hari ke-22 dan ke-23, mungkin sebagai usaha
endometrium mengurangi halangan untuk implantasi
2. Reaksi predesidua terlihat pada hari ke-22 dan ke-23 sekitar
arteriola, mungkin sebagai pelindung agar pembuluh darah tidak
pecah dan sebagai penunjang untuk pembentukan pembuluh darah
baru jika kehamilan terjadi
3. Mitosis dan infiltrasi leukosit polinuklear
H. MEKANISME HAID
Mekanisme haid belum diketahui seluruhnya, akan tetapi sudah
dikenal beberapa faktor , kecuali faktor hormonal, memegang peranan
ini, yang penting ialah :
1. Faktor Enzim
Dalam fase proliferasi esterogen mempengaruhi tersimpannya
enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang
pembentukkan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida.Zat-zat
terakhir ini memagang peranan dalam pembangunan endometrium,
khususnya dengan pembentukkan stroma di bagian bawahnya.
22
Pada fase pertengahan luteul sintetis mukopolisakarida terhenti,
dengan akibat akan mempertinggi permeabilitas pembulu-
pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase
proliferasi. Dengan demikian lebih banyak makanan mengalir ke
stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi, apabila
terjadi kehamilan.
Jika kehamilan tidak terjadi maka kadar progesteron menurun,
enzim-enzim hidrolitik dilepaskan dan merusak sel-sel yang
berperan dalam sintesa protein. Karena itu timbul gangguan dalam
metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi
endometrium dan perdarahan.
2. Faktor Vaskular
Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri,
vena-vena dan hubungan antaranya.Dengan regresi endometrium
timbul statis vena-vena saluran –saluran yang menghubungkannya
dengan arteri.Dan kemudian terjadi nekrosis dan haematoma dari
vena dan arteri.
3. Faktor Postaglandin
Endometrium banyak mengandung prostaglandin E2 dan F2.Dengan
desitegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan
berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi
perdarahan.
23
Ketegangan pra haid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai
satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan
menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang
berlangsung terus sampai haid berhenti.
Penyebabnya :
Salah satu penyebab utama premenstrual tension adalah faktor
kejiwaan, masalah dalam keluarga dan masalah sosial. Jika
ditinjau dari aspek anatomi penyebab esensial dari gangguan
tersebut adalah adanya defesiensi luteal dan pengurangan produksi
progesterone serta ketidakseimbangan estrogen dan progesteron
dengan akibat retensi cairan dan natrium.
Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron
di dalam darah, yang akan menyebabkan gejala depresi dan
khususnya gangguan mental. Kadar esterogen akan mengganggu
proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal
sebagai vitaminanti depresi karena berfungsi mengontrol produksi
serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan
kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat
mengakibatkan depresi. Hormon lain yang dikatakan sebagai
penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin, yang dihasilkan
oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen
dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah
prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan
mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon
tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut
kadar prolaktin dapat tinggi atau normal. Gangguan metabolisme
prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA).
Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi,
sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.
2. Disminorhea
24
Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai
membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri
sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau
pingsan, lekas marah.
Penyebabnya :
Jika ditinjau dari aspek anatomi,yang menjadi salah satu penyebab
gangguan disminorea adanya sekresi hormon secara berlebihan
atau sekresi sejenis zat yang disebut prostaglandin. Zat inilah yang
menyebabkan peningkatan frekuensi kontraksi otot rahim sehingga
menimbulkan nyeri haid.Dikenal adanya disminore primer dan
sekunder.
Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :
a. Nyeri haid primer
Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan
berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh
atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan.
Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika
dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres,
shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun,
kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala
tersebut tidak membahayakan kesehatan.
b. Nyeri haid sekunder
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau
kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip,
tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang
mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.
25
hari, ganti pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki siklus-
siklus yang teratur. Pada hipermenore perdarahan menstruasi
berat berlangsung sekitar 8-10 hari dengan kehilangan darah
lebih dari 80ml.
b. Amenorhea
Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala.
Amenore adalah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih.
Penyebabnya
Jika ditinjau dari aspek anatomi, penyebab utama terjadinya
hipermenore adalah terhambatnya fase proliferasi pada dinding
endometrium, dikarenakan produksi hormone estrogen kurang
optimal. Selain itu, gangguan amenore disebabkan tidak
normalnya produksi FSH serta LH, dalam hal inimasing-
masing bertujuan untuk merangsang pertumbuhan folikel yang
terdapat pada ovarium hingga folikel matang dan mempercepat
terjadinya ovulasi.
26
BAB III
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, C Arthur & Hall, E John. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
11. Jakarta: EGC
Ganong, F William. (2005). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta:
EGC.
Greenstein, Ben & Wood,Diana, 2010. At a Glance system Endokrin edisi Kedua.
AlihBahasa: Elizabet yasmin dan Asri Dwi Rachmawati. Jakarta:Erlangga
Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohadjo.
28