Anda di halaman 1dari 34

Serviks

1. Anatomi Serviks
Serviks merupakan bagian terendah dari uterus yang menonjol ke vagina
bagian atas. Bagian atas vagina berakhir mengelilingi serviks sehingga
serviks terbagi menjadi bagian (supravaginal) dan bagian bawah (portio).
Di anterior bagian batas atas serviks yaitu ostium interna kurang lebih
tingginya sesuai dengan batas peritoneum pada kandung kemih. Kanalis
servikalis berbentuk fusiformis dengan lubang kecil pada kedua ujungnya,
yaitu orifisium interna yang bermuara ke dalam uterus dan orifisium
eksterna yang bermuara ke dalam vagina (Harahap, 1984; Moore, 2002;
Eroschenko, 2003).

Gambar 3. Anatomi sistem reproduksi wanita (Gurevich, 2009)

Gambar 4. Uterus, serviks, dan vagina (Gurevich, 2009)


Gambar 5. Arteri dan Vena pada uterus, vagina dan ovarium
(Sahaja, 2009).
Serviks diinervasi oleh saraf sensorik dan susunan saraf otonom baik
susunan saraf simpatis maupun susunan saraf parasimpatis. Susunan saraf
simpatis berasal dari daerah T5-L2 yang mengirimkan serat-serat yang
bersinaps pada satu atau banyak pleksus yang terdapat pada dinding perut
belakang atau di dalam panggul sehingga yang sampai di serviks ialah
saraf pascaganglion (Harahap, 1984).
Serat parasimpatis berasal dari daerah S2-S4 dan bersinaps dalam pleksus
dekat atau dinding rahim. Serat-serat saraf masuk ke uterus melalui serviks
dalam dan kebanyakan melaui ganglion Frankenhauser (ganglion serviks,
pleksus uterovaginal) yang merupakan pleksus utama pada panggul dan
terletak dekat pada ujung ligamen sakrouterina (Harahap, 1984).

Fisiologi Serviks
Selama fase proliferasi siklus menstruasi, sekresi kelenjar serviks uteri
adalah encer berair. Jenis sekret ini mempermudah sperma melalui kanalis
serviks masuk ke dalam uterus. Sebaliknya, selama fase luteal (sekresi),
siklus menstruasi dan kehamilan, sekret kelenjar serviks menjadi kental
dan membentuk sumbatan mukus di dalam kanalis serviks uteri. Hal ini
menghambat jalan sperma atau mikroorganisme dari vagina ke dalam
uterus (Eroschenko, 2003).
3. Histologi Serviks
Bagian vaginal dari uterus biasanya ditutupi oleh epitel gepeng berlapis
non keratin. Epitel tersebut mengalami perubahan-perubahan oleh
hormon-hormon steroid ovarium sehingga terus menerus terjadi
penambahan, pematangan, dan pelepasan sel epitel. Dengan demikian
seluruh ketebalan epitel biasanya dalam keadaan normal akan digantikan
seluruhnya dalam 4-5 hari (Harahap, 1984).
Epitel gepeng serviks yang matang terdiri dari beberapa lapisan sel dan
disatukan dengan stroma di bawahnya oleh selaput basal:
a. Lapisan basal yang berbatasan dengan stroma berfungsi sebagai
pembaharu. Lapisan ini disusun oleh satu atau dua lapis sel berbentuk
lonjong. Sel-sel tersebut mengandung sedikit sitoplasma, inti lonjong,
banyak ribosom, dan mitokondria.

b. Lapisan intermedier ditempati oleh sel-sel yang sudah matang.


Semakin ke atas, sel-sel semakin matang, sitoplasma semakin besar,
sedangkan inti tetap besarnya, dan dalam sitoplasma terlihat banyak
glikogen.
c. Lapisan superfisial merupakan sel-sel yang paling matang dengan inti
agak meninggi di tengah sel dan piknotik. Sel berbentuk pipih dengan
sitoplasma mengandung banyak glikogen. Pada lapisan ini terdapat
karatinosom yang bertanggung jawab atas terjadinya kertainisasi untuk
melindungi epitel dari trauma (Harahap, 1984).
Sedangkan kanalis servikalis dan kelenjar serviks ditutupi oleh epitel
toraks. Inti sel terletak di basal sedangkan sitoplasmanya terletak tinggi
dan berisi granula halus dan bintik-bintik. Di bawah pengaruh estrogen,
lendir endoserviks biasanya lebih banyak dan memuncak pada saat ovulasi
sedangkan di bawah progesteron berkurang dan lebih kental. Oleh karena
itu pada saat ovulasi dan fase luteal, usaha membersihkan serviks dari
lendir akan lebih sulit dan lebih lama (Harahap, 1984; Lestadi, 2009).
Gambar 6. Histologi epitel gepeng serviks (Klatt, 2009)

A. PENDAHULUAN 1,2
Ruptur serviks adalah robekan serviks yang luas yang
menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah rahim.
Robekan yang terjadi pada persalinan yang kadang-kadang sampai
ke
forniks, robekan biasanya terdapat pada pinggir samping serviks
malahan
kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka parametrium.
Pada kehamilan dan persalinan dapat terjadi perlukaan pada alat
genital. Perlukaan alat genital pada kehamilan dapat terjadi
baik pada
uterus, serviks maupun pada vagina, sedangkan pada persalinan
disamping
pada tempat diatas perlukaan dapat juga terjadi pada vulva dan
perineum.
Derajat luka dapat ringan dapat berupa luka le et saja sampai
dengan berat
berupa luka robekan yang luas disertai perdarahan yang hebat.
Pada primigravida yang melahirkan bayi ukup bulan umumnya
perlukaan pada jalan lahir bagian distal !vagina, vulva, dan
perineum"
tidak dapat dihindarkan apalagi bila anaknya besar !BB anak
#$%%% gram".
Perlukaan paling berat pada kehamilan atau persalinanialah
robekan uterus
!ruptura uteri". &mumnya robekan terjadi pada segmen pada segmen
bawah rahim yang dapat meluas ke kiri atau ke kanan sehingga
dapat
menyebabkan putusnya arteri uterina.
Robekan pada segmen atas rahim dapat terjadi pada luka parut
bekas S' klasis atau bekas miomektomi, robekan pada jenis ini
dapat
1
terjadi baik pada kehamilan maupun pada persalinan. Perlukaan
alat
genital didalam panggul pada waktu pembedahan genikoligik
merupakan
penyulit yang tidak jarang dijumpai. (al ini terjadi terutama
terjadi bila
terdapat banyak perlekatan antara organ genital yang akan
dibedah dengan
jaringan sekitar.
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan
trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulative dan
traumatik
memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin
persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan
jalan
lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum,
trauma
for eps atau vakum ekstraksi atau karena versi ekstraksi.

Ruptur serviks adalah robekan serviks yang luas yang menimbulkan

perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah rahim. Robekan yang terjadi pada

persalinan yang kadang-kadang sampai ke forniks, robekan biasanya terdapat pada

pinggir samping serviks malahan kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka

parametrium.

Pada kehamilan dan persalinan dapat terjadi perlukaan pada alat genital.

Perlukaan alat genital pada kehamilan dapat terjadi baik pada uterus, serviks maupun

pada vagina, sedangkan pada persalinan disamping pada tempat diatas perlukaan

dapat juga terjadi pada vulva dan perineum. Derajat luka dapat ringan dapat berupa

luka lecet saja sampai dengan berat berupa luka robekan yang luas disertai perdarahan

yang hebat.

Pada primigravida yang melahirkan bayi cukup bulan umumnya perlukaan

pada jalan lahir bagian distal (vagina, vulva, dan perineum) tidak dapat dihindarkan

apalagi bila anaknya besar (BB anak >4000 gram). Perlukaan paling berat pada

kehamilan atau persalinanialah robekan uterus (ruptura uteri). Umumnya robekan

terjadi pada segmen pada segmen bawah rahim yang dapat meluas ke kiri atau ke

kanan sehingga dapat menyebabkan putusnya arteri uterina.

Robekan pada segmen atas rahim dapat terjadi pada luka parut bekas SC klasis

atau bekas miomektomi, robekan pada jenis ini dapat terjadi baik pada kehamilan

maupun pada persalinan. Perlukaan alat genital didalam panggul pada waktu

pembedahan genikoligik merupakan penyulit yang tidak jarang dijumpai. Hal ini

terjadi terutama terjadi bila terdapat banyak perlekatan antara organ genital yang akan

dibedah dengan jaringan sekitar.


Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.

Pertolongan persalinan yang semakin manipulative dan traumatik memudahkan

robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat

pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi,

robekan spontan perineum, trauma forceps atau vakum ekstraksi atau karena versi

ekstraksi.

Ruptur serviks adalah robekan serviks yang luas yang menimbulkan

perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah rahim. Robekan yang terjadi pada

persalinan yang kadang-kadang sampai ke forniks, robekan biasanya terdapat pada

pinggir samping serviks malahan kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka

parametrium.1,2

Pada kehamilan dan persalinan dapat terjadi perlukaan pada alat genital.

Perlukaan alat genital pada kehamilan dapat terjadi baik pada uterus, serviks maupun

pada vagina, sedangkan pada persalinan disamping pada tempat diatas perlukaan

dapat juga terjadi pada vulva dan perineum. Derajat luka dapat ringan dapat berupa

luka lecet saja sampai dengan berat berupa luka robekan yang luas disertai perdarahan

yang hebat. 1,2

Kematian ibu bersalin dan ibu hamil sekarang sudah mencapai 25-50% hal ini

merupakan masalah besar pada negara berkembang, kematian ini terjadi pada wanita

usia subur. Kematian pada wanita bersalin merupakan penyebab kematian terbesar

kematian pada usia puncak produktifitasnya. Word Health Organization (WHO)

memperkirakan ada 500.000 kematian ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahun,

99 persen tejadi di negara berkembang, dan salah satu negara berkembang adalah

Indonesia.1,2
Perdarahan postpartum merupakan penyebab kematian ibu, kematian ibu ini

disebabkan oleh perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan

ektopik, plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri). Salah satu penyebab

perdarahan adalah robekan jalan lahir yaitu ruptur portio.1,2

Pada primigravida yang melahirkan bayi cukup bulan umumnya perlukaan

pada jalan lahir bagian distal (vagina, vulva, dan perineum) tidak dapat dihindarkan

apalagi bila anaknya besar (BB anak >4000 gram). Perlukaan paling berat pada

kehamilan atau persalinan ialah robekan uterus (ruptura uteri). Umumnya robekan

terjadi pada segmen pada segmen bawah rahim yang dapat meluas ke kiri atau ke

kanan sehingga dapat menyebabkan putusnya arteri uterina. 1,2

Robekan pada segmen atas rahim dapat terjadi pada luka parut bekas SC klasis

atau bekas miomektomi, robekan pada jenis ini dapat terjadi baik pada kehamilan

maupun pada persalinan. Perlukaan alat genital didalam panggul pada waktu

pembedahan genikoligik merupakan penyulit yang tidak jarang dijumpai. Hal ini

terjadi terutama terjadi bila terdapat banyak perlekatan antara organ genital yang akan

dibedah dengan jaringan sekitar. 1,2

Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.

Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan

robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat

pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi,

robekan spontan perineum, trauma forceps atau vakum ekstraksi, atau karena versi

ekstraksi. 1,2

B. ANATOMI
Serviks uteri bebentuk fusiformis dan membuka tiap ujungnya
melalui lubang ke il ostium uteri internum dan eksternum. Di
anterior,
batas atas serviks adalah ostium internum, yang bersesuaian
dengan level
peritoneum yang melekat dengan vesika urinaria. Segmen atas
serviks
portio supravaginalis terletak diatas perlekatan vagina ke
serviks di tutupi
oleh peritoneum dipermukaan posteriornya, ligamentum kardinale
melekat
dilateral, dan dipisahkan oleh vesika urinaria yang terdapat
diatasnya oleh
jaringan ikat jarang. Bagian vagina bawah serviks disebut portio
vaginalis. )
Sebelum melahirkan, ostium uteri eksternum memiliki orifi ium
yang ke il, regular dan oval setelah melahirkan, terutama
persalinan
pervaginam, orifi ium tersebut berubah menjadi elah melintang
yang
2
membagi sehingga menjadi bibir anterior, dan posterior serviks,
jika
terjadi robekan dalam waktu persalinan, serviks dapat sembuh
sedemikian
rupa sehingga tampak irregular, nodular, atau stelata. Perubahan
ini
merupakan iri khas yang ukup untuk membantu pemeriksa
memastikan
apakah seseorang wanita telah melahirkan anak pervaginam. *kan
tetapi
jika seseorang menjalani perlahiran aesar makan penampilan
serviks
pas a pembedahan men erminkan derajat dilatasi sebelum
pembedahan.)
Bagian serviks diluar ostium eksternum disebut ektoserviks dan
dilapisi terutama oleh epitel gepeng berlapis tidak berkeratin.
Sebaliknya,
kanalis endoservikalis dilapisi oleh selapis epitel kolumnar
penyekresi
musin, dan membentuk fissura dalam seperti pelipatan kedalam
atau
+kelenjar mukus yang dihasilkan oleh epitel endoserviks
berubah selama
kehamilan. ukus tersebut berubah menjadi tebal dan membentuk
sumbatan mukus didalam kanalis endoservikalis.)
&mumya selama kehamilan, epitel endoserviks berpindah keluar
dan masuk ke ektoserviks, selama pembesaran serviks dalam suatu
proses
yang disebut inversi, akibatnya pita epitel kolumnar ini dapat
melingkari
ostium eksternum. Seiring dengan waktu, epitel kolumnar yang
mengalami
eversi ini dibawah pengaruh keasaman vagina atau selama
penyembuhan,
dapat digantikan denga epitel gepeng dalam suatu proses yang
disebut
metaplasia skuamosa. Penggantian dengan epitel skuamosa ini
dapat
memblok fissura endoservikalis.)
Stroma serviks terutama terdiri dari kolagen elastin dan
proteoglikan dengan sedikit otot polos, perubahan dalam jumlah
komposisi dan orientasi komponen ini menyebabkan pematangan
serviks
3
sebelum persalinan dimulai. Pada kehamilan awal peningkatan
vaskularisasi dan edema didalam stroma serviks memberi warna
biru dan
pelunakan yang mepurakan iri khas tanda hadwi k dan hegar. )

Anatomi Serviks
Serviks atau leher rahim adalah bagian dari organ reproduksi wanita yang terletak sepertiga lebih
rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang ke bawah hingga bagian atas vagina.
Serviks mengelilingi pembukaan yang disebut lubang serviks sebagai pembatas antara rahim
dengan vagina. Serviks berbentuk silinder, terbuat dari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan
halus, lembab dan tebalnya sekitar 1 inchi. Terdapat dua bagian utama dari serviks, yaitu
ektoserviks dan endoserviks (Langhorne, et al., 2007).
Pada serviks terdapat zona transformasi (transformation zone), yaitu: area terjadinya perubahan
fisiologis sel-sel skuamos dan kolumnar epitel serviks. Terdapat 2 ligamen yang menyokong
serviks, yaitu ligamen kardinal dan uterosakral. Ligamen kardinal adalah jaringan fibromuskular
yang keluar dari segmen bawah uterus dan serviks ke dinding pelvis lateral dan menyokong
serviks. Ligamen uterosakral adalah jaringan ikat yang mengelilingi serviks dan vagina dan
memanjang hingga vertebra. Serviks memiliki sistem limfatik melalui rute parametrial, kardinal,
dan uterosakral (Tortora & Derrickson, 2009). 10

Pertemuan epitel silindris endoserviks dengan epitel skuamos eksoserviks disebut taut
skuamokolumnar (squamocolumnar junction, SCJ). Epitel serviks mengalami beberapa
perubahan selama perkembangannya sejak lahir hingga usia lanjut. Sehingga, letak taut
skuamokolumnar ini juga berbeda pada perkembangannya (Junqueira, et al., 2007).

Anatomi Serviks Uteri


Serviks adalah bagian khusus dari uterus yang terletak di bawah isthmus. Pada sisi anterior, batas
atas serviks, ostium interna letaknya kurang lebih setinggi lipatan refleksi peritoneum antar uterus
dan kandung kemih (Cunningham, 1989).

Serviks adalah bagian dari rahim yang paling sempit, terhubung ke fundus uteri oleh uterine
isthmus. Serviks berasal dari bahasa latin yang berarti leher. Bentuknya silinder atau lebih
tepatnya kerucut. Batas atas serviks adalah ostium interna. Serviks letaknya menonjol melalui
dinding vagina anterior atas. Bagian yang memproyeksikan ke dalam vagina disebut sebagai
portio vaginalis. Rata-rata ukurannya adalah 3 cm panjang dan 2,5 cm lebar portio vaginalis.
Ukuran dan bentuk serviks bervariasi sesuai usia, hormon, dan paritas. Sebelum melahirkan,
ostium eksternal masih sempit, hanya berbentuk lingkaran kecil di tengah serviks. Bagian luar
dari serviks menuju ostium eksternal disebut ektoserviks. Lorong antara ostium eksterna ke
rongga endometrium disebut sebagai kanalis endoservikalis (Julian, 1997).

Pasokan darah dari sekviks berasal dari arteri iliaka internal, yang membentuk uterine arteri.
Serviks dan cabang arteri vagina dari uterus mensuplai bagian vagina bagian atas. (Julian, 1997).

Drainase sistem limfatik dari serviks sangat kompleks, yang meliputi nodus iliaka internal dan
eksternal, nodus obturatorius dan parametrial, dan banyak lagi. Rute utama penyebaran sistem
limfatik dari kanker serviks adalah melalui limfatik pelvis. Maka radikal histrektomi yang
dilakukan secara invasif untuk mengobati kanker serviks meliputi penghapusan sebagian besar
sistem limfatik di daerah pelvis (Anderson, 1991).

Serviks uteri bebentuk fusiformis dan membuka tiap ujungnya melalui lubang

kecil ostium uteri internum dan eksternum. Di anterior, batas atas serviks adalah

ostium internum, yang bersesuaian dengan level peritoneum yang melekat dengan

vesika urinaria. Segmen atas serviks portio supravaginalis terletak diatas perlekatan

vagina ke serviks di tutupi oleh peritoneum dipermukaan posteriornya, ligamentum

kardinale melekat dilateral, dan dipisahkan oleh vesika urinaria yang terdapat
diatasnya oleh jaringan ikat jarang. Bagian vagina bawah serviks disebut portio

vaginalis. 2

Sebelum melahirkan, ostium uteri eksternum memiliki orificium yang kecil,

regular dan oval setelah melahirkan, terutama persalinan pervaginam, orificium

tersebut berubah menjadi celah melintang yang membagi sehingga menjadi bibir

anterior, dan posterior serviks, jika terjadi robekan dalam waktu persalinan, serviks

dapat sembuh sedemikian rupa sehingga tampak irregular, nodular, atau stelata.

Perubahan ini merupakan ciri khas yang cukup untuk membantu pemeriksa

memastikan apakah seseorang wanita telah melahirkan anak pervaginam. Akan tetapi

jika seseorang menjalani perlahiran caesar makan penampilan serviks pasca

pembedahan mencerminkan derajat dilatasi sebelum pembedahan.2

Bagian serviks diluar ostium eksternum disebut ektoserviks dan dilapisi

terutama oleh epitel gepeng berlapis tidak berkeratin. Sebaliknya, kanalis

endoservikalis dilapisi oleh selapis epitel kolumnar penyekresi musin, dan

membentuk fissura dalam seperti pelipatan kedalam atau “kelenjar” mukus yang

dihasilkan oleh epitel endoserviks berubah selama kehamilan. Mukus tersebut

berubah menjadi tebal dan membentuk sumbatan mukus didalam kanalis

endoservikalis.2

Umumya selama kehamilan, epitel endoserviks berpindah keluar dan masuk

ke ektoserviks, selama pembesaran serviks dalam suatu proses yang disebut inversi,

akibatnya pita epitel kolumnar ini dapat melingkari ostium eksternum. Seiring dengan

waktu, epitel kolumnar yang mengalami eversi ini dibawah pengaruh keasaman

vagina atau selama penyembuhan, dapat digantikan denga epitel gepeng dalam suatu

proses yang disebut metaplasia skuamosa. Penggantian dengan epitel skuamosa ini

dapat memblok fissura endoservikalis.2


Stroma serviks terutama terdiri dari kolagen elastin dan proteoglikan dengan

sedikit otot polos, perubahan dalam jumlah komposisi dan orientasi komponen ini

menyebabkan pematangan serviks sebelum persalinan dimulai. Pada kehamilan awal

peningkatan vaskularisasi dan edema didalam stroma serviks memberi warna biru dan

pelunakan yang mepurakan ciri khas tanda chadwick dan hegar. 2

Gambar 1: anatomi serviks 3

Gambar 2: Uterus, serviks, dan vagina 3


Gambar 3: Anatomi sistem reproduksi wanita 3

A. ANATOMI

Gambar 1. Anatomi sistem reproduksi wanita

Genitalia interna wanita merupakan organ atau alat kelamin yang tidak tampak

dari luar, terletak di bagian dalam dan dapat dilihat dengan alat khusus. Genetalia

interna terdiri dari atas yaitu vagina, uterus, tuba fallopi, dan ovarium.2

a. Vagina
Adalah saluran yang berbentuk tabung yang menghubungkan vulva dan Rahim.

Ukuran vagina sekitar 6-7,5 cm meliputi dinding snterior dan 9-11 cm meliputi

dinding posterior. PH vagina normal berkisar 4-5, sehingga menyebabkan cairan

menjadi sedikit asam. Hal ini, memberikan proteksi terhadap penyebaran kuman.

Dinding vagina yang terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa yang

merupakan kulit, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat. Bagian dari leher Rahim

yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Sedangkan daerah di sekitar

serviks disebut forniks. Forniks dibagi menjadi 4 kuadran, yaitu forniks anterior,

forniks posterior, forniks lateral kanan dan kiri.2

Gambar 2. Genitalia eksterna (vulva)

b. Uterus

Uterus merupakan suatu organ muscular berbentuk seperti pir yang

terletak di antara kandung kencing dan rectum. Ukuran uterus berbeda-beda

tergantung pada usia, pernah melahirkan atau belum. Ukuran uterus pada anak-

anak 2-3 cm, nulipara 6-8cm, dan multipara 8-9cm. Uterus terdiri dari dua bagian

utama yaitu serviks dan korpus uteri.2


Gambar 3. Genitalia interna (Uterus, ovarium, dan serviks )

c. Serviks uteri

Serviks uteri merupakan bagian terbawah uterus, yang terdiri dari pas

vaginalis dan pars supravaginalis. Komponen utama dalam serviks uteri adalah

otot polos, jaringan ikat kolagen dan glikosamin dan elastin. Bagian luar di dalam

rongga vagina yaitu portio cervicis uteri dengan lubang ostium uteri externum

yang dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks dan ostium uteri internum.2

d. Korpus Uteri

Korpus uteri terdiri dari ; paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada

ligamnetum latum uteri di intra abdomen, tengah lapisan muscular / myometrium

berupa otot polos tiga lapis (dari luar kedalam arah serabut otot longitudinal,

anyaman dan sirkular, serta lapisan dalam lapisan endometrium yang melapisi

dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh

hormone-hormon ovarium. Posisi corpus intra abdomen mendatar dengan fleksi

ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Hubungan antara kavum

uteri dengan kanalis servicalis ke dalam vagina disebut ostium uteri eksternum.
Isthmus adalah bagian uterus antara korpus dan serviks uteri yang diliputi oleh

peritoneum visceral. Isthmus akan melebar selama kehamilan dan disebut segmen

bawah rahim.

Dinding rahim terdiri atas 3 lapisan, yaitu :

1). Lapisan serosa (perimetrium) terletak paling luar

2). Lapisan otot (myometrium) terletak ditengah

3). Lapisan mukosa (endometrium) terletak paling dalam.2

Sikap dan letak uterus dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik karena

disokong dan dipertahankan oleh :

1). Tonus Rahim

2). Tekanan intra abdominal

3). Otot-otot dasar panggul

4).Ligamentum-ligamentum (ligamentum latum, ligamentum rotundum,

ligamentum infundibulo pelvikum, ligamentum kardinale, ligamnetum sakro

uterinum, ligamnetum vesiko uterinum).2

Letak uterus adalah sebagai berikut :

1). Antefleksi (menekan ke depan), merupakan letak fisiologi

2). Retrofleksi (menghadap ke belakang)

3). Anteversio (uterus terdorong kedepan)

4). Retroversion (uterus terdorong kebelakang)

5). Torsio (uterus yang berputar).2

e. Tuba Fallopi

Tuba fallopi terdapat pada tepi ligamentum latum, berjalan kearah lateral, kornu

uteri kanan dan kiri. Panjang tuba fallopi adalah 12cm, dengan diameter 3-8mm.

Tuba fallopi terdiri dari 4 bagian, yaitu :


1). Pars interstisialis ; merupakan bagian tuba yang berjalan dari dinding uterus

mulai dari ortium tuba

2). Pars ismika ; pars ismika merupakan bagian tuba setelah keluar dinding uterus.

Pars ismika merupakan bagian yang lurus dan sempit.

3). Pars ampularis ; merupakan bagian tuba antara pars ismika dengan

infundibulum. Pars ampularis merupakan bagian tuba yang paling lebar dan

berbentuk S. Pars Ampularis merupakan tempat konsepsi.

4). Infundibulum ; merupakan bagian ujung dari tuba dengan umbai-umbai yang

disebut fimbriae untuk menangkap ovum yang matang. Lubang pada fimbriae

disebut ostium abdominale tuba.2

e. Ovarium

Homolog dengan testis pada pria. Ovarium berbentuk oval dan terletak pada

dinding panggul bagian lateral yang disebut fossa ovarium. Ovarium ada dua yaitu

terletak kiri dan kanan uterus. Ovarium dihubungkan oleh ligamentum ovarii

proprium dan dihubungkan dengan panggul dengan perantaranya ligamentum

infundibulo pelvicum.2
Gambar 4. Ovarium

C. FISIOLOGI DAN FUNGSI SERVIKS


Serviks mengeluarkan lendir rahim yang berbeda kadarnya pada
masa-masa tertentu. 2ungsi dari lendir ini yaitu sebagai
perlindungan
alami tubuh dari bakteri dari luar tubuh. Selain itu lendir
rahim juga
berperan dalam membantu sperma menuju ke ovum, lendir dimasa
subur
lebih banyak dibandingkan saat masa tidak subur begitu juga pada
saat
hamil, serviks akan tertutup rapat dan lendir yang ada akan
semakin
banyak karna berfungsi untuk menjaga bayi dari bakteri dari
luar. Pada
saat proses persalinan serviks yang berbentuk seperti donat
dengan lubang
yang sangat ke il ini dapat membuka se ara elsatis, serviks
akan berubah
bentuk setelah melahirkan dan normal kembali setelah masa
nifas.$
Serviks mengeluarkan lendir rahim yang berbeda kadarnya pada masa-masa

tertentu. Fungsi dari lendir ini yaitu sebagai perlindungan alami tubuh dari bakteri dari

luar tubuh. Selain itu lendir rahim juga berperan dalam membantu sperma menuju ke

ovum, lendir dimasa subur lebih banyak dibandingkan saat masa tidak subur begitu

juga pada saat hamil, serviks akan tertutup rapat dan lendir yang ada akan semakin

banyak karna berfungsi untuk menjaga bayi dari bakteri dari luar. Pada saat proses

persalinan serviks yang berbentuk seperti donat dengan lubang yang sangat kecil ini

dapat membuka secara elsatis, serviks akan berubah bentuk setelah melahirkan dan

normal kembali setelah masa nifas.4

D. DEFINISI
Ruptur serviks adalah robekan serviks yang luas yang
menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah rahim.
Robekan yang terjadi pada persalinan yang kadang-kadang sampai
ke forniks,
5
robekan biasanya terdapat pada pinggir samping serviks bahkan
kadangkadang
sampai ke SBR dan membuka parametrium./,3
Robekan yang terjadi pada persalinan yang kadang-kadang sampai ke forniks; robekan
biasanya terdapat pada pinggir samping serviks malahan kadang-kadang sampai ke SBR dan
membuka parametrium. (UNPAD, 1984:219)

Ruptur serviks adalah robekan serviks yang luas yang menimbulkan

perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah rahim. Robekan yang terjadi pada

persalinan yang kadang-kadang sampai ke forniks, robekan biasanya terdapat pada

pinggir samping serviks bahkan kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka

parametrium.1,5
E. KLASIFIKASI
/. enurut waktu terjadinya, ruptur uteri dapat dibedakan0 3,4
a" Ruptur &teri ravidarum0
5erjadi waktu sedang hamil, s ering berlokasi pada korpus.
b" Ruptur &teri Durante Partum0
5erjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR. 6enis
inilah
yang terbanyak.
). enurut lokasinya, ruptur uteri dapat dibedakan0 3,4
a" 7orpus &teri
Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi,
seperti seksio sesarea klasik !korporal" atau miomektomi.
b" Segmen Bawah Rahim
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama !tidak maju".
SBR
tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah
ruptur
uteri.
" Serviks &teri
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau
versi dan
ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.
d" 7olpoporeksis-7olporeksis
7eadaan dimana terjadi robekan memanjang8melintang
diatas8didalam
vagina !regio forni s" sehingga sebagian serviks 8 uterus
terlepas dari
vagina

1. Menurut waktu terjadinya, ruptur uteri dapat dibedakan: 5,6

a) Ruptur Uteri Gravidarum:

Terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi pada korpus.

b) Ruptur Uteri Durante Partum:


Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR. Jenis inilah

yang terbanyak.

2. Menurut lokasinya, ruptur uteri dapat dibedakan: 5,6

a) Korpus Uteri

Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi, seperti

seksio sesarea klasik (korporal) atau miomektomi.

b) Segmen Bawah Rahim

Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR tambah

lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri.

c) Serviks Uteri

Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versi dan

ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.

d) Kolpoporeksis-Kolporeksis

Keadaan dimana terjadi robekan memanjang/melintang diatas/didalam

vagina (regio fornics) sehingga sebagian serviks / uterus terlepas dari vagina

F. ETIOLOGI
Bibir leher rahim !serviks uteri" merupakan jaringan yang mudah
mengalami perlukaan pada saat persalinan. *kibat perlukaan
tersebut pada
seseorang dengan multipara pars vaginalis ervi is uteri
!portio uteri" sudah
terbagi menjadi bibir depan dan bibir belakang seriks. Robekan
serviks bisa
menimbulkan banyak perdarahan, khususnya bila robekan meluas
kearah
kranial sebab ditempat itu terdapat ramus des endens dari arteri
uterina.
6
Robekan servisk yang meluas ke arah kranial dan men apai dinding
vagina
kearah forniks lateralis perlu diwaspadai sebagai ruptur uteri
karena robekan
dapat terus meluas keatas dan menyebabkan putusnya arteri
uterina.
Perlukaan ini dapat terjadi pada persalinan normal, tetapi yang
paling sering
adalah akibat upaya untuk melahirkan anak maupun persalinan
buatan
pervaginam pada pembukaan yang belum lengkap. /,4
Dapat pula terjadi robekan pada persalinan buatan dengan vakum
ekstraktor akibat terjeptnya serviks antara mangkok vakum dengan
kepala
anak yang tidak terdeteksi sehingga serviks robek pada saat
dilakukan tarikan
pada mangkok vakum ekstraktor. Penyebab lain robekan serviks
adalah partus
presipitatus dimana pada partus ini kuat dan sering, sehingga
janin didorong
keluar dengan kuat dan epat sebelum pembukaan lengkap. Diagnosa
pembukaan serviks dapat diketahui dengan pemeriksaan
inspekulo./.4
Robekan pada serviks karena:

1. Persalinan lama: apabila serviks terjepit diantara kepala bayi dan Sympisis pubis, sisi
anterior dapat membengkak, tidak teregang dengan baik dan kemungkinan akan
ruptur.
2. Kelahiran dengan bantuan misalnya:forsep, ekstraksi vakum, atau ekstraksi pada
bokong sebelum serviks berdilatasi penih.
3. Persalinan Pretiposisi (secara spontan atau distimulasi dengan oksitosik)
4. Kegagalan serviks atau berdilatasi karena kelainan kongenital atau jaringan parut
akibat luka terdahulu. (dikutip dari: Modul Hemoragi Post Partum. 2001. Jakarta.
EGC)

Apabila serviks kaku dan his huat, serviks uteri mengalami tekanan kuat oleh kepala janin,
sedangkan pembukaan tidak maju. Akibat tekanan kuat dan lam ialah pelepasan sebagian
serviks atau pelepasan serviks secara sirkuler. (Sarwono, 2005:668)
Bibir leher rahim (serviks uteri) merupakan jaringan yang mudah mengalami

perlukaan pada saat persalinan. Akibat perlukaan tersebut pada seseorang dengan

multipara pars vaginalis cervicis uteri (portio uteri) sudah terbagi menjadi bibir depan

dan bibir belakang seriks. Robekan serviks bisa menimbulkan banyak perdarahan,

khususnya bila robekan meluas kearah kranial sebab ditempat itu terdapat ramus

descendens dari arteri uterina. Robekan servisk yang meluas ke arah kranial dan

mencapai dinding vagina kearah forniks lateralis perlu diwaspadai sebagai ruptur uteri

karena robekan dapat terus meluas keatas dan menyebabkan putusnya arteri uterina.

Perlukaan ini dapat terjadi pada persalinan normal, tetapi yang paling sering adalah

akibat upaya untuk melahirkan anak maupun persalinan buatan pervaginam pada

pembukaan yang belum lengkap. 1,6

Dapat pula terjadi robekan pada persalinan buatan dengan vakum ekstraktor

akibat terjeptnya serviks antara mangkok vakum dengan kepala anak yang tidak

terdeteksi sehingga serviks robek pada saat dilakukan tarikan pada mangkok vakum

ekstraktor. Penyebab lain robekan serviks adalah partus presipitatus dimana pada partus

ini kuat dan sering, sehingga janin didorong keluar dengan kuat dan cepat sebelum

pembukaan lengkap. Diagnosa pembukaan serviks dapat diketahui dengan pemeriksaan

inspekulo.1.6

A. Patofisiologi
Serviks kaku dan his kuat

Serviks uteri ditekan oleh kepala


Pelepasan sebagian serviks

Robekan serviks
G. DIAGNOSIS
Diagnosa perlukaan serviks dilakukan dengan spe ulum bibir
serviks dapat di jepit dengan unam atromatik kemudian diperiksa
se ara
ermat sifat-sifat dari robekan tersebut. Bila ditemukan robekan
serviks yang
memanjang, maka luka dijahit dari ujung yang paling atas, terus
ke bawah.
Pada perlukaan serviks yang berbentuk melingkar, diperiksa
dahulu apakah
sebagian besar dari serviks sudah lepas atau tidak. 6ika belum
lepas, bagian
yang belum lepas itu dipotong dari serviks, jika yang lepas
hanya sebagian
ke il saja itu dijahit lagi pada serviks. Perlukaan dirawat
untuk menghentikan
perdarahan.4
7
Perdarahan pas a persalinan pada uterus yang berkontraksi baik,
maka lakukan pemeriksaan spe ulum untuk memeriksa serviks uteri,
kemudian dilakukan pengamatan untuk men ari sumber perdarahan
pada
serviks.4
Biasanya pada robekan serviks ditandai dengan perdarahan. Jika robekan besar dan dalam
biasanya keadaan umum ini buruk dan apabila dengan rehidrasi intravena keadaan ibu tidak
membaik, segera pasang tampon kasa dan segera rujuk ibu dengan Baksokuda.

Diagnosa perlukaan serviks dilakukan dengan speculum bibir serviks dapat di

jepit dengan cunam atromatik kemudian diperiksa secara cermat sifat-sifat dari robekan

tersebut. Bila ditemukan robekan serviks yang memanjang, maka luka dijahit dari ujung

yang paling atas, terus ke bawah. Pada perlukaan serviks yang berbentuk melingkar,

diperiksa dahulu apakah sebagian besar dari serviks sudah lepas atau tidak. Jika belum

lepas, bagian yang belum lepas itu dipotong dari serviks, jika yang lepas hanya sebagian

kecil saja itu dijahit lagi pada serviks. Perlukaan dirawat untuk menghentikan

perdarahan.6
Perdarahan pasca persalinan pada uterus yang berkontraksi baik, maka

lakukan pemeriksaan speculum untuk memeriksa serviks uteri, kemudian dilakukan

pengamatan untuk mencari sumber perdarahan pada serviks.6

H. PENATALAKSANAAN
/. Penanganan
*pabila ada robekan memanjang, serviks perlu ditarik
keluar dengan beberapa unamovum, supaya batas antara robekan
dapat dilihat dengan baik. 6ahitan pertama dilakukan padaujung
atas
luka, baru kemudian diadakan jahitan terus ke bawah. Robekan
serviks harus dijahit kalau
berdarah atau lebih besar dari / m. Pada robekan serviks yang
berbentuk
melingkar, diperiksa dahulu apakah sebagian besar dari serviks
sudah lepas
atau tidak. 6ika belum lepas, bagian yang belum lepas itu,
dipotong
dariserviks9 jika yang lepas hanya sebagian ke il saja itu
dijahit lagi pada
serviks. Perlukaan dirawat untuk menghentikan perdarahan.. /,4
Robekan serviks harus dilakukan penjahitan jika perdarahan
atau luka lebih dari / m. 7adang bibir rahim depan serviks
tertekan antara
kepala anak dan simfisis, terjadi nekrosis dan terlepas.
Biasanya pada
robekan serviks terjadi pada bagian kiri tengah atau kanan
tengah !posisi
jam 1 atau :", dan akan ter lihat saat dilakukan inspeksi vagina
dan s erviks,
robekan serviks juga dapat terjadi pada persalinan spontan,
itulah sebabnya
pemeriksaan serviks dan vagina harus dilakukan se ara teliti.
Pada robekan
ringan akan epat sembuh,jika robekan meluas harus dijahit.4
). Penjahitan robekan serviks.
8
5injau kembali prinsip perawatan umum dan oleskan larutan anti
septik ke vagina dan serviks. Berikan dukungan dan penguatan
emosional.
*nastesi tidak dibutuhkan pada sebagian besar robekan serviks.
Berikan
petidin dan dia;epam melalui <= se ara perlahan !jangan
men ampur obat
tersebut dalam spuit yang sama" atau gunakan ketamin untuk
robekan
serviks yang tinggi dan lebar. inta asisten memberikan tekanan
pada
fundus dengan lembut untuk membantu mendorong serviks jadi
terlihat./,4
unakan retraktor vagina untuk membuka serviks, jika perlu
pegang serviks dengan for ep in in atau for ep spons dengan
hati>hati.
?etakkan for ep pada kedua sisi robekan dan tarik dalam berbagai
arah
se ara perlahan untuk melihat seluruh serviks. ungkin
terdapat beberapa
robekan. 5utup robekan serviks dengan jahitan jelujur
menggunakan
benang atgut kromik atau poliglokolik % yang dimulai pada apeks
!tepi
atas robekan" yang seringkali menjadi sumber pendarahan./,4
1. 5ehnik Penjahitan Pada Ruptur Serviks.
5erlebih dahulu dilakukan pemasangan sims spekulum, porsio
dilihat se ara avue. Selanjutnya bibir serviks yang utuh !bila
mungkin
sebaiknya pada arah jam 4 dan jam /)" dijepit dengan uman
atraumatik
atau fenster klem, portio ditarik dengan hati-hati keluar,
kemudian
diperiksa se ara ermat, tempat dan sifat robekan yang terjadi.
Bila
diperlukan penjahitan pada serviks, maka luka dijahit mulai / m
proksimal dari ujung robekan yang paling atas, dibuat simpul
mati, kemudian jahitan dibuat se ara jelujur interlocking kebawah
sampai
pinggir serviks dan dibuat simpul mati pada ujung jahitan./,4
$. Perawatan lanjutan.4
a" Periksa tanda vital )-$ jam
b" Perhatikan jika ada robekan atau terjadinya hematoma
" Beri airan <= dan atau donor sesuai keadaan pasien
d" Beri antibioti profilaksis selama 3 hari
e" 5indak lanjuti selama /% hari, dan dalam 4 minggu untuk
memastikan
bahwa luka benar-benar sembuh.
ambar $ 0 5ehnik penjahitan pada ruptur serviks.4
B. Penanganan

Apabila ada robekan memanjang, serviks perlu ditarik keluar dengan beberapa cunam ovum,
supaya batas antara robekan dapat dilihat dengan baik. Jahitan pertama dilakukan pada ujung
atas luka, baru kemudian diadakan jahitan terus ke bawah. (Sarwono, 2005:668)

Robekan serviks harus dijahit kalau berdarah atau lebih besar dari 1 cm. (UNPAD, 1984:220)

Pada robekan serviks yang berbentuk melingkar, diperiksa dahulu apakah sebagian besar dari
serviks sudah lepas atau tidak. Jika belum lepas, bagian yang belum lepas itu, dipotong dari
serviks; jika yang lepas hanya sebagian kecil saja itu dijahit lagi pada serviks. Perlukaan
dirawat untuk menghentikan perdarahan. (Sarwono, 2005:412)

C. Penatalaksanaan

Biasanya pada robekan serviks terjadi pada bagian kiri tengah atau kanan tengah (posisi
jam 3/9), dan akan terlihat pada saat inspeksi vagina dan serviks, robekan serviks juga dapat
terjadi pada persalinan spontan, itulah sebabnya pemeriksaan serviks dan vagina harus
dilakukan secara teliti. Pada robekan ringan akan cepat sembuh, tapi tampilannya akan
berubah dari bukaan sirkuler yang halus menjadi irisan transversal. jika robekan serviks
meluas harus dijahit.
Perbaikan Robekan Serviks:

1. Beritahu ibu tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan dan beri dukungan.
2. Jika robekan luas beri diazepam dan petidin IV, perlahan.
3. Tahan fundus.
4. Jepit bibir serviks dengan klem ovum, kemudian pindahkan klem bergantian searah
jarum jam sehingga semua bagian serviks dapat diperiksa.
5. Jika ditemukan robekan tinggalkan 2 klem diantara robekan.
6. Tempatkan klem dalam satu tangan.
7. Tarik kearah kita.
8. Mulailah menjahit bagian apeks (atas) serviks.
9. Lakukan penjahitan terputus disepanjang luka berjarak 1 cm, dengan mengambil
seluruh ketebalan pada setiap bibir serviks.
10. Gunakan pembalut steril pada perineum.

Perawatan lanjutan.
1. Periksa tanda vital tiap 2-4 jam
2. Perhatikan jika ada robekan atau terjadinya hematoma.
3. Beri cairan IV dan atau donor sesuai keadaan pasien.
4. Beri antibiotic profilaktik, misal amoksilin 500 mg oral tiap 8 jam selama 5 hari.
5. Tindak lanjuti selama 10 hari, dan dalam 6 minggu untuk memastikan bahwa luka benar-
benar sembuh.
(DIkutip dari: Modul Unpad Episiotomi dan Penjahitan Robekan Jalan Lahir. DepKes)

1. Penanganan

Apabila ada robekan memanjang, serviks perlu ditarik keluar

dengan beberapa cunamovum, supaya batas antara robekan dapat dilihat

dengan baik. Jahitan pertama dilakukan pada ujung atas luka, baru kemudian diadakan

jahitan terus ke bawah. Robekan serviks harus dijahit kalau berdarah atau lebih besar dari 1 cm. Pada

robekan serviks yang berbentuk melingkar, diperiksa dahulu apakah sebagian besar dari

serviks sudah lepas atau tidak. Jika belum lepas, bagian yang belum lepas itu, dipotong

dariserviks; jika yang lepas hanya sebagian kecil saja itu dijahit lagi pada serviks.

Perlukaan dirawat untuk menghentikan perdarahan.. 1,6

Robekan serviks harus dilakukan penjahitan jika perdarahan atau luka

lebih dari 1cm. Kadang bibir rahim depan serviks tertekan antara kepala anak dan

simfisis, terjadi nekrosis dan terlepas. Biasanya pada robekan serviks terjadi pada

bagian kiri tengah atau kanan tengah (posisi jam 3 atau 9), dan akan terlihat saat

dilakukan inspeksi vagina dan serviks, robekan serviks juga dapat terjadi pada

persalinan spontan, itulah sebabnya pemeriksaan serviks dan vagina harus dilakukan
secara teliti. Pada robekan ringan akan cepat sembuh,jika robekan meluas harus

dijahit.6

2. Penjahitan robekan serviks.

Tinjau kembali prinsip perawatan umum dan oleskan larutan anti septik ke

vagina dan serviks. Berikan dukungan dan penguatan emosional. Anastesi tidak

dibutuhkan pada sebagian besar robekan serviks. Berikan petidin dan diazepam

melalui IV secara perlahan (jangan mencampur obat tersebut dalam spuit yang sama)

atau gunakan ketamin untuk robekan serviks yang tinggi dan lebar. Minta asisten

memberikan tekanan pada fundus dengan lembut untuk membantu mendorong

serviks jadi terlihat.1,6

Gunakan retraktor vagina untuk membuka serviks, jika perlu pegang serviks

dengan forcep cincin atau forcep spons dengan hati–hati. Letakkan forcep pada kedua

sisi robekan dan tarik dalam berbagai arah secara perlahan untuk melihat seluruh

serviks. Mungkin terdapat beberapa robekan. Tutup robekan serviks dengan jahitan

jelujur menggunakan benang catgut kromik atau poliglokolik 0 yang dimulai pada

apeks (tepi atas robekan) yang seringkali menjadi sumber pendarahan.1,6

3. Tehnik Penjahitan Pada Ruptur Serviks.

Terlebih dahulu dilakukan pemasangan sims spekulum, porsio dilihat secara

avue. Selanjutnya bibir serviks yang utuh (bila mungkin sebaiknya pada arah jam 6

dan jam 12) dijepit dengan cuman atraumatik atau fenster klem, portio ditarik dengan

hati-hati keluar, kemudian diperiksa secara cermat, tempat dan sifat robekan yang

terjadi. Bila diperlukan penjahitan pada serviks, maka luka dijahit mulai 1 cm

proksimal dari ujung robekan yang paling atas, dibuat simpul mati, kemudian jahitan

dibuat secara jelujur interlocking kebawah sampai pinggir serviks dan dibuat simpul

mati pada ujung jahitan.1,6


4. Perawatan lanjutan.6

a) Periksa tanda vital 2-4 jam

b) Perhatikan jika ada robekan atau terjadinya hematoma

c) Beri cairan IV dan atau donor sesuai keadaan pasien

d) Beri antibiotic profilaksis selama 5 hari

e) Tindak lanjuti selama 10 hari, dan dalam 6 minggu untuk memastikan bahwa luka

benar-benar sembuh.

Gambar 4 : Tehnik penjahitan pada ruptur serviks.6

I. KOMPLIKASI
a. 7omplikasi awal
/" Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi jika pembuluh darah tidak diikat dengan
baik. Pen egahannya adalah dengan mengikat titik perdarahan
ketika
sedang menjahit, pastikan bahwa perdarahan tidak berasal dari
uterus
yang atonik.4
)" (ematoma
(ematoma adalah mengumpulnya darah pada dinding vagina yang
biasanya terjadi akibat komplikasi luka pada vagina. (ematoma
10
terlihat adanya pembengkakan vagina atau nyeri hebat dan retensi
urine.4
1" Retensi urine
aternal harus sering dianjurkan untuk sering berkemih. 6ika
ibu
tidak mampu maka pasang kateter untuk menghindari ketegangan
kandung kemih.4
$" <nfeksi
7omplikasi paling umum dan dapat dihindari dengan memberikan
antibioti profilaktik pada maternal dan gunakan teknik aspetik
saat
menjahit robekan. 6ika terjadi infeksi, jahitan harus segera
dilepas
dan diganti dengan jahitan kedua kali, jika diperlukan hanya
setelah
infeksi teratasi.4
b. 7omplikasi ?anjut
6aringan parut dan stenosis !penyempitan" vagina dapat
menyebabkan nyeri selama bersenggama dan persalinan lama pada
kelahirn berikutnya, jika robekan yang terjadi tidak diperbaiki
vesiko
vagina, vesiko serviks atau fistula dapat terjadi apabila
robekan vagina
atau serviks meluas terkandung kemih atau re tum.4
D. Komplikasi dari Robekan Serviks
a. Komplikasi awal
1. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi jika pembuluh darah tidak diikat dengan baik. Pencegahannya
adalah dengan mengikat titik perdarahan ketika sedang menjahit, pastikan bahwa perdarahan
tidak berasal dari uterus yang atonik.
2. Hematoma
Hematoma adalah mengumpulnya darah pada dinding vagina yang biasanya terjadi akibat
komplikasi luka pada vagina. Hematoma terlihat adanya pembengkakan vagina atau nyeri
hebat dan retensi urine.
3. Retensi Urine
Maternal harus sering dianjurkan untuk sering berkemih. Jika ibu tidak mampu maka pasang
kateter untuk menghindari ketegangan kandung kemih.
4. Infeksi
Komplikasi paling umum dan dapat dihindari dengan memberikan anti biotik profilatik pada
maternal dan gunakan teknik aseptik saat menjahit robekan. Jika terjadi infeksi, jahitan harus
segera dilepas dan diganti dengan jahitan kedua kali, jika diperlukan hanya setelah infeksi
teratasi.

b. Komplikasi lanjut.
1. Jaringan parut dan stenosis (penyempitan) vagina, dapat menyebabkan nyeri selama
bersenggama dan persalinan lama pada kelahiran berikutnya, jika robekan yang
terjadi tidak diperbaiki.
2. Vesiko Vagina, vesiko serviks atau fistula dapat terjadi apabila robekan vagina atau
serviks meluas kekandung kemih atau rectum.
(Dikutip dari: Modul Hemoragi Post Partum.. 2001. Jakarta: EGC)

a. Komplikasi awal

1) Perdarahan

Perdarahan dapat terjadi jika pembuluh darah tidak diikat dengan baik.

Pencegahannya adalah dengan mengikat titik perdarahan ketika sedang

menjahit, pastikan bahwa perdarahan tidak berasal dari uterus yang atonik.6

2) Hematoma

Hematoma adalah mengumpulnya darah pada dinding vagina yang

biasanya terjadi akibat komplikasi luka pada vagina. Hematoma terlihat adanya

pembengkakan vagina atau nyeri hebat dan retensi urine.6

3) Retensi urine

Maternal harus sering dianjurkan untuk sering berkemih. Jika ibu tidak

mampu maka pasang kateter untuk menghindari ketegangan kandung kemih.6

4) Infeksi

Komplikasi paling umum dan dapat dihindari dengan memberikan

antibiotic profilaktik pada maternal dan gunakan teknik aspetik saat menjahit
robekan. Jika terjadi infeksi, jahitan harus segera dilepas dan diganti dengan

jahitan kedua kali, jika diperlukan hanya setelah infeksi teratasi.6

b. Komplikasi Lanjut

Jaringan parut dan stenosis (penyempitan) vagina dapat menyebabkan nyeri

selama bersenggama dan persalinan lama pada kelahirn berikutnya, jika robekan

yang terjadi tidak diperbaiki vesiko vagina, vesiko serviks atau fistula dapat terjadi

apabila robekan vagina atau serviks meluas terkandung kemih atau rectum.6

J. KESIMPULAN
Robekan serviks dapat menimbulkan perdarahan banyak khususnya
bila jauh ke lateral sebab di tempat terdapat ramus desenden
dari arateria
uterina. Perlukaan ini dapat terjadi pada persalinan normal tapi
lebih sering
terjadi pada persalinan dengan tindakan>tindakan pada pembukaan
persalinan belum lengkap. Selain itu penyebab lain robekan
serviks adalah
11
persalinan presipitatus. Pada partus ini kontraksi rahim kuat
dan sering
didorong keluar dan pembukaan belum lengkap.
Robekan serviks dapat menimbulkan perdarahan banyak khususnya bila jauh

ke lateral sebab di tempat terdapat ramus desenden dari arateria uterina. Perlukaan ini

dapat terjadi pada persalinan normal tapi lebih sering terjadi pada persalinan dengan

tindakan–tindakan pada pembukaan persalinan belum lengkap. Selain itu penyebab

lain robekan serviks adalah persalinan presipitatus. Pada partus ini kontraksi rahim

kuat dan sering didorong keluar dan pembukaan belum lengkap.

Anda mungkin juga menyukai