PENDAHULUAN
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama bagi anak dalam proses
untuk menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani dan sosial. Didalam
keluarga orang tua (ayah-ibu) mempunyai tugas, fungsi dan peran yang sangat penting
Setiap Bapak atau ibu pasti mengharapkan bahwa kelahiran anak/buah hati
cinta kasih mereka dalam keadaan normal, namun dalam kenyataan kadangkala
harapan atau impian tersebut tidak sesuai dengan kenyataan karena dalam proses
sehingga anak memiliki kebutuhan khusus seperti gangguan pada anak autis.1
gangguan autis adalah pada aspek sosial dan komunikasi yang sangat kurang atau
lambat serta perilaku yang repetitif atau pengulangan dan keadaan ini dapat kita amati
pada anak seperti kekurang mampuan anak untuk menjalin interaksi sosial yang timbal
balik secara baik dan memadai, kurang kontak mata, ekspresi wajah yang kurang ceria
atau hidup serta gerak-gerik anggota tubuh yang kurang tertuju, tidak dapat bermain
1
dengan teman sebaya sehingga terlihat sendiri saja atau cenderung menjadi penyendiri
bahkan tidak dapat berempati atau merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dalam
bidang atau aspek komunikasi anak autis juga mengalami permasalahan pada
kemampuan berbicara yang sangat lambat, bahkan wicaranya sama sekali tidak
berkembang serta tidak ada usaha dari sang anak untuk dapat mengimbangi komunikasi
dengan orang lain atau kalau anak autis bisa/dapat berbicara maka bicaranya tersebut
tidak dipakai untuk berkomunikasi dengan orang lain tetapi dengan dirinya sendiri dan
sering pula menggunakan bahasa atau kata-kata yang aneh yang tidak dimengerti serta
diulang-ulang.1
Cara bermain anak autis sangat kurang variatif, kurang imajinatif serta tidak
dapat meniru, secara tiba-tiba sering menangis tanpa sebab, menolak untuk dipeluk,
tidak menengok atau menoleh bila dipanggil namanya bahkan tidak tertarik pada
berbagai jenis atau bentuk permainan, namun seringkali bermain dengan benda- benda
yang bukan permainan misalnya bermain sepeda bukan dinaiki tapi sepeda tersebut
dibalik dan ia memutar-mutar bolanya. Anak dengan gangguan autis juga sering
menunjukkan kemampuan atau ketrampilan yang sangat baik tapi sebaliknya sangat
terlambat misalnya dapat menggambar sesuatu objek secara baik dan rinci tapi
sebaliknya tidak dapat mengancing bajunya, pintar atau trampil bongkar pasang
permainan tertentu tapi sangat sulit/sukar mematuhi dan mengikuti perintah, dapat
berjalan tepat pada usia normal tapi tidak dapat berkomunikasi, sangat lancar membeo
bicara tapi tidak dapat atau sulit berbicara dari diri sendiri,pada suatu waktu dapat
secara tepat dan cepat melakukan sesuatu tapi pada lain waktu tidak sama sekali.
2
Mendapati kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak bermasalah seperti ini maka
sangat beragam reaksi dari orang tua dan dapat diduga bahwa reaksi utama yang paling
mungkin ditampilkan oleh para orang tua atau keluarga adalah kekecewaan dan
kesedihan serta kebingungan yang mungkin seterusnya akan disusul dengan rasa malu
keadaan buah hati mereka dari lingkungan sekitarnya dengan mengurung anak di dalam
rumah bahkan kamar tertentu, serta mengucilkan anak dari lingkungan mereka
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Autisme
Autisme berasal dari bahasa Yunani yakni kata “Auto” yang berarti berdiri
sendiri. Arti kata ini ditujukan pada seseorang penyandang autism yang seakan-akan
komunikasi, dan juga perilaku. Gangguan tersebut dari taraf yang ringan sampai taraf
yang berat. Gejala autis ini pada umumnya muncul sebelum anak mencapai usia 3
kejadian yang melibatkab mereka, dan mereka menghindarai atau tidak merespon
kontak sosial misalnya pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan
anak.2,3
B. Prevalensi Autisme
10.000 anak pada tahun 1999. Pada tahun 2001 autisme meningkat menjadi 20 per
10.000 anak (autism society of America, 2007 dalam Linsey). Indonesia pada tahun
1996 menurut yayasan autism di Indonesia 4,5 per 10.000 anak usia 8-10 tahun.
Sedangkan angka autism di surabay sebanyak 115 pada tahun 1999, 167 pada tahun
4
antara anak-anak prasekolah adalah sekitar 60 per 10.000 anak. Hasil ini sesuai dengan
angka yang disebutkan oleh Centers for Disease Control and Prevention di Amerika
Meskipun demikian apabila masih menggunakan data 15 -20 per 10.000 anak,
dengan jumlah anak Indonesia kurang lebih 40 juta maka terdapat sekitar 60.000 anak
penyandang autisme. Apabila kelahiran anak setiap tahun 4,6 juta maka setiap tahun
Penyebab autis sangat kompleks, yang telah diketahui sekarang adala karena
adanya gangguan pada fungsi susuna saraf pusat. Gangguan fungsi ini diakibatkan
karena kelainan struktur otak yang mungkin terjadi pada saat janin usia dibawah 3
bulan. Ibu mungki mengidap penyakit TORCH (Tokso, Rubella, Cytomegali, Herpes),
sel otak, menghirup udara beracun, mengalami perdarahan hebat. Faktor genetic juga
terlalu banyak memakai zat kimia beracun dapt menyebabkan mutasi kelainan genetic.
Pencernaan yang buruk juga memegang peran penting, seringkali adanya jamur yang
terlalu banyak diusus sehingga menghambat sekresi enzim. Usus tidak dapat menyerap
5
sari-sari makanan tetapi berubah menjadi “morfin” yang mempengaruhi perkembangan
anak.3
Autisme juga merupakan sebuah gejala yang kompleks, karena kelainan pada
anak autisme seringkali tidak hanya terjadi pada satu bagian, namun meliputi banyak
faktor. Di bawah ini beberapa faktor penyebab kelainan yang bisa terjadi pada anak
autisme:
meliputi Cerebellum (otak kecil), lobus parietalis, dan sistem limbik ini
autis.
2. Faktor pemicu tertentu saat hamil: terjadi pada masa kehamilan 0-4 bulan, bisa
diakibatkan karena:
b. Infeksi
c. Zat adiktif
d. Hyperemesis
e. Pendarahan berat
f. Alergi berat
a. Asupan MSG
c. Zat perwarnaan
6
d. Bahan pengawet
6. Jamur yang muncul diusus anak: akibat pemakaian antibiotic yang berlebihan
daya ingat.
pendistribusiannya.2
7
1. Teori Psikososial
Menurut Kanner diantara penyebab autisme pada anak yaitu lahir dari perilaku
sosial yang tidak seimbang, seperti orang tua yang emosional, kaku dan obsessif, yang
mengasuh anak mereka dalam suatu atmosfir yang secara emosional kurang hangat
bahkan dingin. Pendapat lain mengatakan bahwa telah adanya trauma pada anak yang
disebabkan hostilitas yang tidak disadari dari ibu, yang tidak mengendaki kelahiran
anaknya.2
2. Teori Biologis
Dari hasil penelitian, secara genetik terhadap keluarga dan anak kembar
menunjukkan adanya faktor genetik yang berperan dalam autisme. Pada anak kembar
satu telur ditemukan sekitar 36-89%, sedang pada anak kembar dua telur 0%. Pada
penelitian lain, ditemukan keluarga 2,5-3% autisme pada saudara kandung, yang berarti
50-100 kali lebih tinggi dibanding pada populasi normal. Selain itu komplikasi
pranatal, perinatal, dan neo natal yang meningkat juga ditemukan pada anak dengan
autisme. Komplikasi yang paling sering dilaporkan adalah adanya pendarahan setelah
trimester pertama dan ada kotoran janin pada cairan amnion, yang merupakan tanda
3. Teori Imunologi
Dalam teori ini, telah ditemukan respons dari sistem imun pada beberapa anak
autisme. Ditemukannya antibodi beberapa ibu terhadap antigen lekosit anak mereka
yang autisme, memperkuat dugaan ini, karena ternyata anti gen lekosit juga ditemukan
8
pada sel-sel otak. Dengan demikian, antibodi ibu dapat secara langsung merusak
4. Infeksi Virus
cytomegalovirus invection, juga pada anak-anak yang lahir selama musim semi dengan
mekungkinan ibu mereka menderita influensa musim dinginsaat mereka ada di dalam
rahim, telah membuat para peneliti menduga infeksi virus ini merupakan salah satu
penyebab autisme. Para ilmuan lain, menyatakan bahwa kemungkinana besar penyebab
autisme adalah faktor kecenderungan yang dibawa oleh faktor genetik. Sekalipun
begitu sampai saat ini kromosom mana yang membawa sifat autisme belum dapat
dketahui, sebab pada anak-anak yang mempunyai kondisi kromosom yang sama bisa
Beberapa gejala yang dapat diamati dan perlu diwaspadai menurut usia adalah:
9
b. Tidak tertarik pada mainan.
d. Selalu memandang suatu benda atau tangannya sendiri secara lama (akibat
a. Suka berteriak-teriak
aneh
tidak dituruti.
1. Gangguan Fisik
10
a. Kegagalan lateralisasi karena kegagalan atu kelainan maturasi otak
c. Insiden yang tinggi terhadap infeksi saluran nafas bagian atas, infeksi
2. Gangguan perilaku
Anak tidak mampu berhubungan secara normal baik dengan orang tua
maupun orang lain. Anak tidak bereaksi bila dipanggil, tidak suka atau
menolak bila dipeluk atau disayang. Anak lebih senang menyendiri dan
Kemampuan komunikasi dan bahsa sangat lambat dan bahkan tidak ada
11
d. Gangguan emosi, perasaan dan afek:
Seperti suka mencium atau menjilat benda, bila mendengar suara keras
Pembagian autism yang lain seperti yang dikemukakan oleh Sutadi yang
kategori tersebut tidak memiliki batasan yang jelas. Dengan kata lain seseorang yang
nonverbal jelas retardasi dan self abuse adalah low-functioning; dan seseorang yang
penyandang autisme tidak cocok pada ekstrim high atau low dari spektrum autistic.
satu sisi seorang penyandang autisme dapat dikategorikan sebagai low tetapi pada sisi
autism yaitu pada anak yang sering mengulang atau membeokan bahasa, kemampuan
12
bahasa buruk dan memiliki sejumlah gerakan motorik stereotipik (mengepak-
autism mirip dengan sindrom Asperger, individu tersebut mempunyai perilaku (agak)
ganjil, tetapi tidak begitu menarik diri walau tampaknya anti sosial atau tidak responsif.
Negativistic autism, anak yang secara aktif menolak kontak sosial, akan mendorong
atau lari dibanding berlaku pasif atau tak memperdulikan orang lain. Sedangkan ICD-
symptomatology.5
E. Diagnosa Autisme
anak kejang maka EEG atau brainmapping dilakukan untuk melihat apakah ada
ralatif lama untuk pengamatan. Selama ini belum ditemukan tes klinis yang dapat
mendiagnosa langusng autism. Diagnosis yang paling baik adalah dengan cara seksama
Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak, oleh karena itu diagnosis
13
ditegakkan dari gejala-gejala yang tampak yang menunjukkan adanya penyimpangan
dari perkembangan yang normal sesuai umurnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
telah merumuskan suatu kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat menegakkan
diagnosis autisme. Rumusan ini dipakai di seluruh dunia dan dikenal dengan sebutan
juga dipakai di seluruh dunia untuk menjadi panduan diagnosis adalah yang disebut
DSM-IV 1994, yang dibuat oleh grup psikiatri dari Amerika. Isi ICD-10 maupun DSM-
IV sebenarnya sama.3,5
Pada anak yang menunjukkan gejala-gejala yang terdapat dalam kriteria DSM
IV, harus segera dilakukan assessment pengkajian yang diikuti penegakan diagnosis.
Pengkajian yang diikuti penegakan diagnosis. Pengkajian harus dibuat lengkap untuk
memberikan gambaran yang jelas mengenai tingkat kelainan anak. Hasil pengkajian
menjadi dasar penegakan diagnosis dan perencanaan penanganan anak autis. Hasil
diagnosis juga dijadikan pedoman untuk memberikan layanan terapi, model layanan
pendidikan dan juga strategi pembelajaran. Pelaksanaan diagnosis harus dilakukan oleh
orang yang tepat yaitu oleh ahli yang terdiri dari psikolog klinis, dokter spesialis anak,
a) Minimal ada enam dari gejala (1), (2), dan (3), dengan sedikitnya dua gejala
dari (1) dan masing-masing satu gejala dari (2) dan (3).
14
1. Gangguan kualitatif Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal
a. Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata
tertuju.
a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak berkembang (tidak ada
3. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan
a. Mempertahankan satu minta atau lebih dengan cara yang sangat khas dan
berlebih-lebihan.
b. Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistic atau rutinitas yang tidak ada
gunanya.
15
d. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.
b) Sebelum umur tiga tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam
bidang (1) interaksi sosial, (2) bicara dan berbahasa, dan (3) cara bermain
Anak-Anak.5
usia tiga tahun. Pada sebagian besar anak sebenarnya gejala ini sudah mulai ada sejak
lahir. Seorang ibu yang berpengalaman dan cermat akan bisa melihat betapa bayinya
yang berumur beberapa bulan sudah menolak menatap mata, lebih senang main sendiri
serta tidak responsif terhadap suara ibunya. Hal ini semakin lama semakin jelas bila
anak kemudian bicaranya tidak berkembang secara normal. Sebagian anak kecil sudah
sempat berkembang secara normal, namun sebelum berumur tiga tahun terjadi
dengan autisme infantil menderita retardasi mental sedang, berat dan sangat berat,
sedangkan 30% dengan retardasi mental ringan; sisanya memiliki fungsi intelek yang
normal. Pada jurnal Sicillya menyebutkan 75-80% anak autis menderita retardasi
mental. Dikatakan bahwa sebagian anak autis menunjukkan fungsi intelektual yang
dibawah rata-rata. 40% IQ di bawah 50, 30% IQ antara 50-70 dan 30% skor di atas 70.
16
Terdapat gangguan kemampuan kognitif dan visuomotor dengan daya ingat yang luar
biasa.5
Deteksi autis dengan skrening; alat deteksi anak autisme juga dapat
bersama timnyatengah menyusun alat untuk mendeteksi dini berbagai gejala utisme
dalamsebuah proyek yang bernama SOSO. Alat deteksi dini autisme yang baru ini
ESAT (Early Screnning Autism Traits) merupakan suatau model untuk memberikan
intervensi dini sesuai dengan keunikan yang disandang oleh setiap anak autisme.2
Deteksi autis dengan CHAT digunakan pada penderita autisme di atas 18 bulan.
CHAT dikembangkan di inggris dengan metode yang berisi beberapa daftar pertanyaan
bahwa Autisme dapat diklasifikasikan kedalam tipe yaitu: Sindrom Rett, Gangguan
disintegrasi masa kanak-kanak dan Sindrom Asperger dan ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Andri Priyatna dalam Amazing Autism dan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
keadaan abnormal pada fisik, perilaku, kemampuan kognitif, dan motorik, yang
17
normal. Gangguan ini hanya dialami oleh anak perempuan. Anak- anak yang
mengalami gangguan ini biasanya kehilangan kemampuan pada gerakan tangan yang
memounyai tujuan keterampilan manipulatif dari kemampuan motoric halus yang telah
terlatih. Selain itu, terjadi hambatan pada seluruh ataupun sebagian perkembangan
berbahasa anak.1
anak setelah satu periode perkembangan normal pada tahun pertama. Gangguan ini
biasa muncul pada anak laki-laki. Perkembangan normal anak hanya terjadi pada tahun
pertama, setelah itu secara signifikan keterampilan yang telah dimiiki seperti
pemahaman, penggunaan bahasa, dan yang lainnya menghilang. Selain itu juga terjadi
keabnormalan fungsi yang tampak pada gangguan komunikasi, serta minat dan
Sindrom Asperger (Asperger’s Syndrome) adalah bentuk yang lebih ringan dari
sosial serta perilaku stereotip, namun tanpa disertai keterlambatan yang signifikan
pada aspek bahasa dan kognitif. Asparger mirip dengan autisme infantil dalam hal
18
interaksi sosial yang kurang. Dari ketiga klasifikasi autis tersebut dapat digolongkan
a. Aloof
Anak dengan autism dari tipe ini senantiasa berusaha menarik diri dari kontak
b. Passive
Anaka dngan autism tipe ini tidak berusaha mengadakan kontak sosial
Sedangkan tipe ini, anak melakukan pendekatan namun hanya bersifat stu sisi
G. Diagnosis Banding
sangat diperlukan karena cukup banyak kelainan lain yang memiliki tanda atau gejala
mirip dengan autism infantil. Beberapa diagnose banding yang penting antara lain:
tampak normal pada saat bayi sampai sekitar usia 2-3 tahun. Gangguan baru
muncul berupa halusinasi dan waham, gejala ini tidak terdapat pada autisme.
19
2. Retardasi mental; keterampilan sosial dan komunikasi baik verbal maupun non
verbal pada anak retardasi mental sesuai dengan usia mental mereka. Tes
berbagai tes, berbeda dengan autisme hasil tesnya beraneka ragam. Walaupun
demikian anak dengan taraf retardasi mental yang berat dapat juga mengalami
dengan memakai gerakan tubuh dan ekspresi wajah. Juga tidak ditemukan
adanya stereotipik dan gangguan yang berat dalam interaksi sosial. Pada
4. Gangguan kelekatan yang reaktif; suatu gangguan dalam hubungan sosial pada
bayi dan anak kecil yang muncul karena pengasuhan yang buruk, sehingga
dengan terapi dan pengasuhan yang baik dan sesuai, maka kondisi ini dapat
kembali normal.5
H. Terapi Autisme
dirinya dapat diatasi sesuai dengan perkembangan usianya. Semakin cepat mengetahui
anak mengalami autis, maka akan semakin cepat pula usaha penanganannya lebih cepat
dilakuka dan idak membutuhkan waktu yang relative lama. Intervensi dini secara
intensif dan optimal dapat bermanfaat untuk penanganan anak autis yang biasa disebut
20
terapi. Saat yang paling tepat untuk memberikan penanganan pada kasus autis adalah
masa balita adalah masa awal mempelajari sesuatu. Anak dibawah usia 3 tahun
memiliki otak yang masih bersifat plastis. Pada masa ini sel-sel otak mengalami
perkembangan yang sangat pesat, sehingga ada gangguan pada salah satu bagian otak
diharapkan dapat tergantikan dengan sel-sel baru. Terapi yang dilakukan berperan
sebagai stimulasi bagi perkembagan fungsi sel-sel otak. Sampai saat ini belum ada obat
yang dapat memperbaiki struktur otak atau jaringan saraf yang keliatannya mendasari
autis. Gejala yang timbul pada anak autis sangat bervariasi, oleh karena itu terapisnya
sangat indivisual dan tergantung keadaan dan gejala yng timbul dan harus ditangani
1. Terapi peilaku
Terapi perilaku digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak lazim. Terapi
perilaku ini dapat dilakukan dengan cara terapi okuvasi, dan terapi wicara.
2. Terapi wicara yaitu terapi yang membantu anak melancarkan otot-otot mulut
sehingga membantu anak berbicara lebih baik. bantuan yang dapat diberikan
21
3. Terapi Biomedik
agar terkepas dari factor-faktor yang merusak misalnya keracunan logam berat,
allergen dan lain-lain. Terapi biomedik ini mencari semua gangguan tersebut,
susunan saraf pusat bisa bekerja lebih baik sehingga gejala-gejala autism
feses. Terapi yang telah ada dengan memperbaiki dari dalam dengan harapan
perbaikan akan lebih cepat terjadi. Namun menurut Dr. Handojo yang dikutip
oleh Jaja Suteja teori biomedik yaitu dengan cara mensuplai terhadap anak-
anak autis dengan pemberian obat dari dokter spesialis jiwa anak. Jenis obat,
food suplement dan vitamin yang sering dipakai saat in adalah risperidone,
4. Terapi makanan
Beberapa anak dengan gangguan autism pada umunya alergi terhadap bebrapa
mengatur menu makanan serta mengamati gejala yang timbul akibat makanan
22
disesuaikan dengan gejala utama yang timbul pada anak. Berikut ini beberapa
Diet tanpa gluten dan kasein sering direkomendasikan untuk anak dengan
gangguan autism. Orang tua pada umumnya memulai dengan diet tanpa gluten
mengandung gluten dan kasein. Gluten adalah protein yang terdapat dalam
memberi kekuatan dan kekenyalan pada tepung terigu. Kasein adalah protein
susu. Gluten dan kasein tidak menimbulkan efek samping apabila dikonsumsi
oleh orang sehat. Penurunan gejala autism dengan diet khusus biasanya dapat
dilihat dalam waktu antara 1-3 minggu. Apabila diet yang telah dijalankan tidak
menunjukkan perubahan atau kemajuan yang berarti, maka diet tersebut dapat
Makanan yang dihindari adalah makanan yang mengandung gluten yaitu semua
makanan yang dibuat dari terigu, havermuth misalnya : roti, mie, kue, cake,
biscuit, kue kering, pizza, macaroni, spaghetti, tepung bumbu dan lain-lain.
Produk-produk lain yang perlu diwaspadai untuk dihindari adalah soda kue,
baking soda, kaldu instant, saus tomat, dan saus lainnya, serta lada bubuk yang
adalah susu dan hasil olahannya misalnya es krim, keju, mentega, yogurt, dan
23
Ada juuga makanan yang tidak dianjurkan untuk anak autis yaitu : hasil olahan
Makanan sumber karbohidrat yang dianjurkan untuk anak autis adalah beras,
singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca, garut dan umbi-umbian.
Makanan sumber protein yang dianjurkan adalah susu kedelai, daging segar,
ikan segar, ungags, telur, udang, kerang, cumi, tahu, kacang hijau, kacang
merah, kacang tolo, kacang mede, kacang kapri. Sayuran segar seperti bayam,
brokoli, labu siam, labu kuning, kangkung, tomat, wortel, timun. Buah-buahan
segar seperti anggur, apel, papaya, manga, pisang, jambu, jeruk, dan semangka.
Diet makanan ini diberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast
biscuit, kue
d) Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur kuping, jamur
merang
24
f) Sari buah yang diawetkan, minuman beralkohol dan semua jenis
minuman manis.
b) Makanan sumber protein yaitu daging, ikan, udang, dan hasil laut lain
yang segar
kol, kembang kol, bit, wortel, timun, labu siam, bayam, terong, sawi,
Pada umumnya anak autis menderita alergi berat. Makanan yang sering menim
ulkan alergi adalah ikan, udang, telur, susu, coklat, gandum. Untuk mengatur
makanan terhadap anak yang alergi dan intoleransi maknan pertama-tama harus
alergi atau intoleransi harus dihindakan. Jika anak alergi denga undang maka
25
1) Berikan makanan yang seibang untuk menjamin agar tubuh memperoleh
jagung, minyak biji Bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak kedelai
4) Cukup mengkonsumsi serat, khusunya serat yang berasal dari sayuran dan
5) Pilih makanan yang tidak menggunakan zat penambah rasa, zat pewarna,
9) Hindari makanan siap saji, ganti dengan buah dan sayuran segar
5. Terapi Fisik
26
sepoanjang kehidupannya. Dalam terapi ini, terapis harus mampu
6. Terapi perilaku
Terapi perilaku yaitu terapi yang bertujuan agar perilaku anak menjadi
terkendali dan mengerti norma sosial yang berlaku. Focus penanganan dalam
terapi perilaku adalah pemberian reinforcement positif setiap kali anak merepon
dengan benar sesuai dengan instruksi yang diberikan. Dalam terapi perilaku imi
tidak menerapkan hukuman bila anak merespon negative atau salah atau tidak
Prinsip dasar terapi ini adalah atencendent yang diikuti Behavior, dan diikuti
instruksi yang diberikan oelh seseorang kepada anak autis. Melalui metode
Behavior (perilaku) apa yang diharapkan dilakukan oleh anak setelah mendapat
instruksi, dan perilaku tersebut diharapkan cenderung terjadi lagi bila anak autis
pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan. Terapi ini pada umumnya
27
mendapat hasil yang signifikan bila dilakukan secara intensif, teratur dan
Terapi untuk anak autis harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada
hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh seriap anak
terapi ini dapat dipilih orangtua penyandang autis untuk memilih salah satu
gangguan serta hambatan autism. Tidak ada satu jenis terapi yang berhasil bagi
potensinya, kekurangannya dan tentu saja sesuai dengan minat anak sendiri.
Terapi harus dilakukan secara multidisplin ilmu, misalnya terapi wicara dan
pilihan-pilihan terhadap jenis-jenis terapi yang ada pada saat ini. tidak ada
jaminan terapi yang ada saat ini. tidak ada jaminan terapi yang telah dipilih oleh
orang tua penyandang anak autid dan keluarga dapat berjalan secara efektif.
Tentukan salah satu jenis terapi dan laksanakan secara konsisten selama 3
bulan. Amati selama 3 bulan tersebut, apabila tidak ada perubahan atau
oleh ahlinya secara konsisten. Bila terlihat kemajuan yan signifikan selama 3
28
penyandang autis harus tetap bersikap obyektif dan tanyakan pada ahli apabila
7. Terapi Sosial
Dalam terapi sosial, seorang terapis harus membantu memberikan fasilitas pada
8. Terapi Bermain
Terapi betrmain bertujuan agar anak-anak autis selalu memiliki sikap yang
sebayanya. Hal ini sangat berguna untuk membantu anak autism dapat
9. Terapi Perkembangan
Terapi visual, bertujuan agar anak-anak autis dapat belajar dan berkomunikasi
dengan cara melihat (visual learner) gambar-gambar yang unik dan disenangi.
29
11. Terapi Musik
Musik yang dipakai adalah musik yang lembut, dan dapat dengan mudah
dipahami anak. Tujuan dari terapi musik ini adalah agar anak dapat menanggap
ketenangan.2
Dalam terapi obat, penderita autis dapat diberikan obat-obatan hanya pada
Anak autis yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik
dapat dicoba untuk memasuki sekolah normal sesuai dengan umurnya, tetapi
30
15. Sekolah pendidikan khusus
khusus biasanya telah mencakup terapi perilaku, terapi wicara, dan terapi
31
BAB III
KESIMPULAN
Intervensi dini secara intensif dan optimal dapat bermanfaat untuk penanganan
anak autis. Pengkajian yang dilakukan pada anak autis sangat penting dalam
menegakkan diagnosis serta rencana terapi. Banyak cara dalam program terapi untuk
anak autis, tetapi keterlibatan orang tua. Dalam memahami metode terapi akan
meningkatkan hasil yang dicapai. Memahami konsep dasar dari berbagai program
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki struktur otak atau
jarinan saraf yang kelihatannya mendasari autis. Terapi yang dapat dilakukan untuk
menangani anak autis diantaranya adalah terapi perilaku, terapi wicara, terapi
biomedik, terapi makanan, terapi fisik, terapi sosial, terapi bermain, terapi
perkembangan, terapi visual, terapi music, terapi obat, terapi lumba-lumba, sosialisasi
kesekolah regular, sekolah pendidikan khusus. Gejala yang timbul pada anak autis
sangat bervariasi, oleh karena itu terapinya sangat individual dan tergantung keadaan
dan gejala yang timbul dan harus ditangani secara holistic oleh tim ahli.
32
33