PENDAHULUAN
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama bagi anak dalam proses
untuk menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani dan sosial. Didalam
keluarga orang tua (ayah-ibu) mempunyai tugas, fungsi dan peran yang sangat
Setiap Bapak atau ibu pasti mengharapkan bahwa kelahiran anak/buah hati
cinta kasih mereka dalam keadaan normal, namun dalam kenyataan kadangkala
harapan atau impian tersebut tidak sesuai dengan kenyataan karena dalam proses
sehingga anak memiliki kebutuhan khusus seperti gangguan pada anak autis.1
gangguan autis adalah pada aspek sosial dan komunikasi yang sangat kurang atau
lambat serta perilaku yang repetitif atau pengulangan dan keadaan ini dapat kita amati
pada anak seperti kekurang mampuan anak untuk menjalin interaksi sosial yang
timbal balik secara baik dan memadai, kurang kontak mata, ekspresi wajah yang
kurang ceria atau hidup serta gerak-gerik anggota tubuh yang kurang tertuju, tidak
dapat bermain dengan teman sebaya sehingga terlihat sendiri saja atau cenderung
menjadi penyendiri bahkan tidak dapat berempati atau merasakan apa yang dirasakan
orang lain. Dalam bidang atau aspek komunikasi anak autis juga mengalami
sama sekali tidak berkembang serta tidak ada usaha dari sang anak untuk dapat
mengimbangi komunikasi dengan orang lain atau kalau anak autis bisa/dapat
berbicara maka bicaranya tersebut tidak dipakai untuk berkomunikasi dengan orang
lain tetapi dengan dirinya sendiri dan sering pula menggunakan bahasa atau kata-kata
Cara bermain anak autis sangat kurang variatif, kurang imajinatif serta tidak
dapat meniru, secara tiba-tiba sering menangis tanpa sebab, menolak untuk dipeluk,
tidak menengok atau menoleh bila dipanggil namanya bahkan tidak tertarik pada
berbagai jenis atau bentuk permainan, namun seringkali bermain dengan benda-
benda yang bukan permainan misalnya bermain sepeda bukan dinaiki tapi sepeda
tersebut dibalik dan ia memutar-mutar bolanya. Anak dengan gangguan autis juga
sering menunjukkan kemampuan atau ketrampilan yang sangat baik tapi sebaliknya
sangat terlambat misalnya dapat menggambar sesuatu objek secara baik dan rinci tapi
sebaliknya tidak dapat mengancing bajunya, pintar atau trampil bongkar pasang
permainan tertentu tapi sangat sulit/sukar mematuhi dan mengikuti perintah, dapat
berjalan tepat pada usia normal tapi tidak dapat berkomunikasi, sangat lancar
membeo bicara tapi tidak dapat atau sulit berbicara dari diri sendiri,pada suatu waktu
dapat secara tepat dan cepat melakukan sesuatu tapi pada lain waktu tidak sama
sekali. Mendapati kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak bermasalah seperti
ini maka sangat beragam reaksi dari orang tua dan dapat diduga bahwa reaksi utama
yang paling mungkin ditampilkan oleh para orang tua atau keluarga adalah
kekecewaan dan kesedihan serta kebingungan yang mungkin seterusnya akan disusul
dengan rasa malu sehingga membuat orang tua memilih untuk bersembunyi bahkan
mengurung anak di dalam rumah bahkan kamar tertentu, serta mengucilkan anak dari
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Autisme
Autisme berasal dari bahasa Yunani yakni kata “Auto” yang berarti berdiri
sendiri. Arti kata ini ditujukan pada seseorang penyandang autism yang seakan-akan
komunikasi, dan juga perilaku. Gangguan tersebut dari taraf yang ringan sampai taraf
yang berat. Gejala autis ini pada umumnya muncul sebelum anak mencapai usia 3
kejadian yang melibatkab mereka, dan mereka menghindarai atau tidak merespon
kontak sosial misalnya pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan
anak.2,3
B. Prevalensi Autisme
10.000 anak pada tahun 1999. Pada tahun 2001 autisme meningkat menjadi 20 per
10.000 anak (autism society of America, 2007 dalam Linsey). Indonesia pada tahun
1996 menurut yayasan autism di Indonesia 4,5 per 10.000 anak usia 8-10 tahun.
Sedangkan angka autism di surabay sebanyak 115 pada tahun 1999, 167 pada tahun
antara anak-anak prasekolah adalah sekitar 60 per 10.000 anak. Hasil ini sesuai
dengan angka yang disebutkan oleh Centers for Disease Control and Prevention di
Amerika Serikat. Demikian juga Autism Research Centre dari Cambridge University
Meskipun demikian apabila masih menggunakan data 15 -20 per 10.000 anak,
dengan jumlah anak Indonesia kurang lebih 40 juta maka terdapat sekitar 60.000 anak
penyandang autisme. Apabila kelahiran anak setiap tahun 4,6 juta maka setiap tahun
Penyebab autis sangat kompleks, yang telah diketahui sekarang adala karena
adanya gangguan pada fungsi susuna saraf pusat. Gangguan fungsi ini diakibatkan
karena kelainan struktur otak yang mungkin terjadi pada saat janin usia dibawah 3
kehidupan manusia yenga terlalu banyak memakai zat kimia beracun dapt
menyebabkan mutasi kelainan genetic. Pencernaan yang buruk juga memegang peran
penting, seringkali adanya jamur yang terlalu banyak diusus sehingga menghambat
sekresi enzim. Usus tidak dapat menyerap sari-sari makanan tetapi berubah menjadi
Autisme juga merupakan sebuah gejala yang kompleks, karena kelainan pada
anak autisme seringkali tidak hanya terjadi pada satu bagian, namun meliputi banyak
faktor. Di bawah ini beberapa faktor penyebab kelainan yang bisa terjadi pada anak
autisme:
meliputi Cerebellum (otak kecil), lobus parietalis, dan sistem limbik ini
autis.
2. Faktor pemicu tertentu saat hamil: terjadi pada masa kehamilan 0-4 bulan,
b. Infeksi
c. Zat adiktif
d. Hyperemesis
e. Pendarahan berat
f. Alergi berat
a. Asupan MSG
b. Protein tepung terigu, protein susu sapi
c. Zat perwarnaan
d. Bahan pengawet
6. Jamur yang muncul diusus anak: akibat pemakaian antibiotic yang berlebihan
daya ingat.
pendistribusiannya.2
Menurut Kanner diantara penyebab autisme pada anak yaitu lahir dari
perilaku sosial yang tidak seimbang, seperti orang tua yang emosional, kaku dan
obsessif, yang mengasuh anak mereka dalam suatu atmosfir yang secara emosional
kurang hangat bahkan dingin. Pendapat lain mengatakan bahwa telah adanya trauma
pada anak yang disebabkan hostilitas yang tidak disadari dari ibu, yang tidak
2. Teori Biologis
Dari hasil penelitian, secara genetik terhadap keluarga dan anak kembar
menunjukkan adanya faktor genetik yang berperan dalam autisme. Pada anak kembar
satu telur ditemukan sekitar 36-89%, sedang pada anak kembar dua telur 0%. Pada
penelitian lain, ditemukan keluarga 2,5-3% autisme pada saudara kandung, yang
berarti 50-100 kali lebih tinggi dibanding pada populasi normal. Selain itu komplikasi
pranatal, perinatal, dan neo natal yang meningkat juga ditemukan pada anak dengan
autisme. Komplikasi yang paling sering dilaporkan adalah adanya pendarahan setelah
trimester pertama dan ada kotoran janin pada cairan amnion, yang merupakan tanda
3. Teori Imunologi
Dalam teori ini, telah ditemukan respons dari sistem imun pada beberapa anak
autisme. Ditemukannya antibodi beberapa ibu terhadap antigen lekosit anak mereka
yang autisme, memperkuat dugaan ini, karena ternyata anti gen lekosit juga
ditemukan pada sel-sel otak. Dengan demikian, antibodi ibu dapat secara langsung
merusak jaringan saraf otak janin yang menjadi penyebab timbulnya autisme.2
4. Infeksi Virus
cytomegalovirus invection, juga pada anak-anak yang lahir selama musim semi
dengan mekungkinan ibu mereka menderita influensa musim dinginsaat mereka ada
di dalam rahim, telah membuat para peneliti menduga infeksi virus ini merupakan
salah satu penyebab autisme. Para ilmuan lain, menyatakan bahwa kemungkinana
besar penyebab autisme adalah faktor kecenderungan yang dibawa oleh faktor
genetik. Sekalipun begitu sampai saat ini kromosom mana yang membawa sifat
autisme belum dapat dketahui, sebab pada anak-anak yang mempunyai kondisi
kromosom yang sama bisa juga memberi gambaran gangguan yang berbeda.2
Beberapa gejala yang dapat diamati dan perlu diwaspadai menurut usia adalah:
berlebihan.
d. Selalu memandang suatu benda atau tangannya sendiri secara lama (akibat
a. Suka berteriak-teriak
aneh
1. Gangguan Fisik
a. Kegagalan lateralisasi karena kegagalan atu kelainan maturasi otak
c. Insiden yang tinggi terhadap infeksi saluran nafas bagian atas, infeksi
2. Gangguan perilaku
Anak tidak mampu berhubungan secara normal baik dengan orang tua
maupun orang lain. Anak tidak bereaksi bila dipanggil, tidak suka atau
menolak bila dipeluk atau disayang. Anak lebih senang menyendiri dan
Kemampuan komunikasi dan bahsa sangat lambat dan bahkan tidak ada
Seperti suka mencium atau menjilat benda, bila mendengar suara keras
Pembagian autism yang lain seperti yang dikemukakan oleh Sutadi yang
kategori tersebut tidak memiliki batasan yang jelas. Dengan kata lain seseorang yang
nonverbal jelas retardasi dan self abuse adalah low-functioning; dan seseorang yang
penyandang autisme tidak cocok pada ekstrim high atau low dari spektrum autistic.
satu sisi seorang penyandang autisme dapat dikategorikan sebagai low tetapi pada sisi
Echolalic autism yaitu pada anak yang sering mengulang atau membeokan bahasa,
kemampuan bahasa buruk dan memiliki sejumlah gerakan motorik stereotipik
Residual state autism mirip dengan sindrom Asperger, individu tersebut mempunyai
perilaku (agak) ganjil, tetapi tidak begitu menarik diri walau tampaknya anti sosial
atau tidak responsif. Negativistic autism, anak yang secara aktif menolak kontak
sosial, akan mendorong atau lari dibanding berlaku pasif atau tak memperdulikan
E. Diagnosa Autisme
anak kejang maka EEG atau brainmapping dilakukan untuk melihat apakah ada
ralatif lama untuk pengamatan. Selama ini belum ditemukan tes klinis yang dapat
mendiagnosa langusng autism. Diagnosis yang paling baik adalah dengan cara
seksama mengamati peilaku anak dalam komunikasi, bertingkah laku dan tingkat
Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak, oleh karena itu diagnosis
ditegakkan dari gejala-gejala yang tampak yang menunjukkan adanya penyimpangan
(WHO) telah merumuskan suatu kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat
menegakkan diagnosis autisme. Rumusan ini dipakai di seluruh dunia dan dikenal
diagnostik lain yang juga dipakai di seluruh dunia untuk menjadi panduan diagnosis
adalah yang disebut DSM-IV 1994, yang dibuat oleh grup psikiatri dari Amerika. Isi
DSM IV, harus segera dilakukan assessment pengkajian yang diikuti penegakan
lengkap untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai tingkat kelainan anak.
anak autis. Hasil diagnosis juga dijadikan pedoman untuk memberikan layanan terapi,
harus dilakukan oleh orang yang tepat yaitu oleh ahli yang terdiri dari psikolog klinis,
dokter spesialis anak, psikiter anak. Pelaksanaan diagnosis autis dapat dilakukan
a) Minimal ada enam dari gejala (1), (2), dan (3), dengan sedikitnya dua gejala
dari (1) dan masing-masing satu gejala dari (2) dan (3).
1. Gangguan kualitatif Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal
tertuju.
b. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
c. Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
d. Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti ditujukan oleh minimal
berlebih-lebihan.
b. Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistic atau rutinitas yang tidak ada
gunanya.
c. Ada gerakan-gerakan yang aneh yang khas dan diulang-ulang.
d. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.
b) Sebelum umur tiga tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam
bidang (1) interaksi sosial, (2) bicara dan berbahasa, dan (3) cara bermain
Anak-Anak.5
Gejala-gejala tersebut seharusnya sudah tampak jelas sebelum anak mencapai
usia tiga tahun. Pada sebagian besar anak sebenarnya gejala ini sudah mulai ada sejak
lahir. Seorang ibu yang berpengalaman dan cermat akan bisa melihat betapa bayinya
yang berumur beberapa bulan sudah menolak menatap mata, lebih senang main
sendiri serta tidak responsif terhadap suara ibunya. Hal ini semakin lama semakin
jelas bila anak kemudian bicaranya tidak berkembang secara normal. Sebagian anak
kecil sudah sempat berkembang secara normal, namun sebelum berumur tiga tahun
dengan autisme infantil menderita retardasi mental sedang, berat dan sangat berat,
sedangkan 30% dengan retardasi mental ringan; sisanya memiliki fungsi intelek yang
normal. Pada jurnal Sicillya menyebutkan 75-80% anak autis menderita retardasi
mental. Dikatakan bahwa sebagian anak autis menunjukkan fungsi intelektual yang
dibawah rata-rata. 40% IQ di bawah 50, 30% IQ antara 50-70 dan 30% skor di atas
70. Terdapat gangguan kemampuan kognitif dan visuomotor dengan daya ingat yang
luar biasa.5
Deteksi autis dengan skrening; alat deteksi anak autisme juga dapat
bersama timnyatengah menyusun alat untuk mendeteksi dini berbagai gejala utisme
dalamsebuah proyek yang bernama SOSO. Alat deteksi dini autisme yang baru ini
ESAT (Early Screnning Autism Traits) merupakan suatau model untuk memberikan
intervensi dini sesuai dengan keunikan yang disandang oleh setiap anak autisme.2
bulan. CHAT dikembangkan di inggris dengan metode yang berisi beberapa daftar
pertanyaan yang meliputi aspek ; imition, perend play, dan joint attention.2
Menjelaskan bahwa Autisme dapat diklasifikasikan kedalam tipe yaitu: Sindrom Rett,
Gangguan disintegrasi masa kanak-kanak dan Sindrom Asperger dan ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Andri Priyatna dalam Amazing Autism dan dapat
keadaan abnormal pada fisik, perilaku, kemampuan kognitif, dan motorik, yang
normal. Gangguan ini hanya dialami oleh anak perempuan. Anak- anak yang
mengalami gangguan ini biasanya kehilangan kemampuan pada gerakan tangan yang
telah terlatih. Selain itu, terjadi hambatan pada seluruh ataupun sebagian
anak setelah satu periode perkembangan normal pada tahun pertama. Gangguan ini
biasa muncul pada anak laki-laki. Perkembangan normal anak hanya terjadi pada
tahun pertama, setelah itu secara signifikan keterampilan yang telah dimiiki seperti
pemahaman, penggunaan bahasa, dan yang lainnya menghilang. Selain itu juga
terjadi keabnormalan fungsi yang tampak pada gangguan komunikasi, serta minat
Sindrom Asperger (Asperger’s Syndrome) adalah bentuk yang lebih ringan dari
sosial serta perilaku stereotip, namun tanpa disertai keterlambatan yang signifikan
pada aspek bahasa dan kognitif. Asparger mirip dengan autisme infantil dalam hal
interaksi sosial yang kurang. Dari ketiga klasifikasi autis tersebut dapat digolongkan
a. Aloof
Anak dengan autism dari tipe ini senantiasa berusaha menarik diri dari kontak
sangat diperlukan karena cukup banyak kelainan lain yang memiliki tanda atau gejala
mirip dengan autism infantil. Beberapa diagnose banding yang penting antara lain:
1. Skizofrenia pada anak; kebanyakan anak dengan skizofrenia secara umum
tampak normal pada saat bayi sampai sekitar usia 2-3 tahun. Gangguan baru
muncul berupa halusinasi dan waham, gejala ini tidak terdapat pada autisme.
non verbal pada anak retardasi mental sesuai dengan usia mental mereka. Tes
berbagai tes, berbeda dengan autisme hasil tesnya beraneka ragam. Walaupun
demikian anak dengan taraf retardasi mental yang berat dapat juga mengalami
dengan memakai gerakan tubuh dan ekspresi wajah. Juga tidak ditemukan
adanya stereotipik dan gangguan yang berat dalam interaksi sosial. Pada
pada bayi dan anak kecil yang muncul karena pengasuhan yang buruk,
sehingga dengan terapi dan pengasuhan yang baik dan sesuai, maka kondisi
H. Terapi Autisme
Penanganan anak autis bertujuan agar perkembangan yang terlambat pada
mengetahui anak mengalami autis, maka akan semakin cepat pula usaha
penanganannya lebih cepat dilakuka dan idak membutuhkan waktu yang relative
lama. Intervensi dini secara intensif dan optimal dapat bermanfaat untuk penanganan
anak autis yang biasa disebut terapi. Saat yang paling tepat untuk memberikan
penanganan pada kasus autis adalah masa balita adalah masa awal mempelajari
sesuatu. Anak dibawah usia 3 tahun memiliki otak yang masih bersifat plastis. Pada
masa ini sel-sel otak mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga ada
gangguan pada salah satu bagian otak diharapkan dapat tergantikan dengan sel-sel
baru. Terapi yang dilakukan berperan sebagai stimulasi bagi perkembagan fungsi sel-
sel otak. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki struktur otak atau
jaringan saraf yang keliatannya mendasari autis. Gejala yang timbul pada anak autis
sangat bervariasi, oleh karena itu terapisnya sangat indivisual dan tergantung keadaan
dan gejala yng timbul dan harus ditangani secara holistik oleh tim ahli.3
1. Terapi peilaku
Terapi perilaku digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak lazim.
Terapi perilaku ini dapat dilakukan dengan cara terapi okuvasi, dan terapi
sehingga membantu anak berbicara lebih baik. bantuan yang dapat diberikan
3. Terapi Biomedik
berat, allergen dan lain-lain. Terapi biomedik ini mencari semua gangguan
bahwa fungsi susunan saraf pusat bisa bekerja lebih baik sehingga gejala-
urin, rambut dan feses. Terapi yang telah ada dengan memperbaiki dari dalam
dengan harapan perbaikan akan lebih cepat terjadi. Namun menurut Dr.
Handojo yang dikutip oleh Jaja Suteja teori biomedik yaitu dengan cara
spesialis jiwa anak. Jenis obat, food suplement dan vitamin yang sering
dipakai saat in adalah risperidone, ritalin, haloperidol, pyrodoksin, DMG,
4. Terapi makanan
Beberapa anak dengan gangguan autism pada umunya alergi terhadap bebrapa
mengatur menu makanan serta mengamati gejala yang timbul akibat makanan
disesuaikan dengan gejala utama yang timbul pada anak. Berikut ini beberapa
Diet tanpa gluten dan kasein sering direkomendasikan untuk anak dengan
gangguan autism. Orang tua pada umumnya memulai dengan diet tanpa
gluten dan kasein, yang berarti menghindari makanan dan minuman yang
5. Terapi Fisik
6. Terapi perilaku
Terapi perilaku yaitu terapi yang bertujuan agar perilaku anak menjadi
terkendali dan mengerti norma sosial yang berlaku. Focus penanganan dalam
merepon dengan benar sesuai dengan instruksi yang diberikan. Dalam terapi
perilaku imi tidak menerapkan hukuman bila anak merespon negative atau
salah atau tidak tepat atas instruksi yang diberikan. Perlakuan ini diharapkan
Prinsip dasar terapi ini adalah atencendent yang diikuti Behavior, dan diikuti
instruksi yang diberikan oelh seseorang kepada anak autis. Melalui metode
pada umumnya mendapat hasil yang signifikan bila dilakukan secara intensif,
Terapi untuk anak autis harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada
hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh seriap anak
gangguan serta hambatan autism. Tidak ada satu jenis terapi yang berhasil
anak sendiri. Terapi harus dilakukan secara multidisplin ilmu, misalnya terapi
wicara dan terapi okupasi. Tenaga ahliyang menangani anak harus mampu
mengarahkan pilihan-pilihan terhadap jenis-jenis terapi yang ada pada saat ini.
tidak ada jaminan terapi yang ada saat ini. tidak ada jaminan terapi yang telah
dipilih oleh orang tua penyandang anak autid dan keluarga dapat berjalan
secara efektif. Tentukan salah satu jenis terapi dan laksanakan secara
konsisten selama 3 bulan. Amati selama 3 bulan tersebut, apabila tidak ada
Orang tua penyandang autis harus melaksanakan bimbingan dan arahan yang
diberikan oleh ahlinya secara konsisten. Bila terlihat kemajuan yan signifikan
penyandang autis harus tetap bersikap obyektif dan tanyakan pada ahli apabila
7. Terapi Sosial
8. Terapi Bermain
Terapi betrmain bertujuan agar anak-anak autis selalu memiliki sikap yang
sebayanya. Hal ini sangat berguna untuk membantu anak autism dapat
9. Terapi Perkembangan
Terapi visual, bertujuan agar anak-anak autis dapat belajar dan berkomunikasi
dengan cara melihat (visual learner) gambar-gambar yang unik dan disenangi.
Musik yang dipakai adalah musik yang lembut, dan dapat dengan mudah
dipahami anak. Tujuan dari terapi musik ini adalah agar anak dapat
Dalam terapi obat, penderita autis dapat diberikan obat-obatan hanya pada
Anak autis yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik
dapat dicoba untuk memasuki sekolah normal sesuai dengan umurnya, tetapi
khusus biasanya telah mencakup terapi perilaku, terapi wicara, dan terapi
KESIMPULAN
penanganan anak autis. Pengkajian yang dilakukan pada anak autis sangat penting
dalam menegakkan diagnosis serta rencana terapi. Banyak cara dalam program terapi
untuk anak autis, tetapi keterlibatan orang tua. Dalam memahami metode terapi akan
meningkatkan hasil yang dicapai. Memahami konsep dasar dari berbagai program
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki struktur otak atau
jarinan saraf yang kelihatannya mendasari autis. Terapi yang dapat dilakukan untuk
menangani anak autis diantaranya adalah terapi perilaku, terapi wicara, terapi
biomedik, terapi makanan, terapi fisik, terapi sosial, terapi bermain, terapi
perkembangan, terapi visual, terapi music, terapi obat, terapi lumba-lumba, sosialisasi
kesekolah regular, sekolah pendidikan khusus. Gejala yang timbul pada anak autis
sangat bervariasi, oleh karena itu terapinya sangat individual dan tergantung keadaan
dan gejala yang timbul dan harus ditangani secara holistic oleh tim ahli.