Anda di halaman 1dari 61

AUTISME, ADHD DAN CONDUCT

DISORDER
Pembimbing : dr. Susi Ruthmalem Bangun, M. Sc. SpKJ
Anggota kelompok :
• Nita Irawan Anugrah P
• Dhia Maulidya Mirwan
• Adriah Marini Saputri
• Feni Lailani
• Siti Herdianty
• Febiorah Yusup
AUTISM
Definisi
Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf yang
ditandai dengan adanya deficit dalam komunikasi social dan adanya minat yang
terbatas dan perilaku berulang.

ASD dicirikan dengan serangkaian fitur klinis yang bervariasi dari satu individu
dengan individu lain dalam tingkat keparahan dan presentasi klinis yang
bervariasi2

ASD dibagi menjadi 3 kategori dasar :


Gangguan autistic (autism)
Sindorm Asperger
Gangguan perkembangan pervasif
Epidemiologi
• WHO memperkirakan prevalensi internasional ASD sebesar 0,76%.
Ini hanya menyumbang 16% dari populasi anak di seluruh dunia.
• CDC memperkirakan sekitar 1,68% anak Amerika Serikat berusia 8
tahun (1 dari 59 anak) didiagnosis dengan ASD
• Di AS, ASD yang dilaporkan oleh orang tua pada 2016 rata-rata
sedikit lebih tinggi yaitu 2,5%
• ASD dapat terjadi pada semua ras, etnik dan kelompok
sosioekonomik, anak-anak Kaukasia lebih sering mengalami ASD
dibandingkan anak berkulit hitam atau Hispanic
• ASD lebih sering terjadi pada laki-laki
Survei epidemiologis dari seluruh dunia telah menemukan individu dengan ASD di
seluruh wilayah yang di teliti dengan tingkat prevalensi yang hampir sama. Gangguan
dengan diagnosis tersering adalah pervasive developmental disorder not otherwise
specified (PDD-NOS) atau gangguan perkembangan pervasif yang tidak ditentukan
sebanyak 3/1.000 anak, diikuti oleh gangguan autistik sebanyak 2/1000 anak,
sementara gangguan Asperger secara signifikan lebih jarang terjadi yaitu sekitar
6/10.000 anak. Gangguan Rett dan gangguan disintegratif masa kanak sangat jarang
ditemukan, yaitu sekitar 2/100.000 anak.3
Faktor Risiko
• Teori Psikososial : perilaku orang tua kepada anak
• Teori Biologis :
- faktor genetik
- faktor perinatal
- model neuroanatomi
- hipotesis neurokemistri
• Teori imunologi
• Infeksi virus
Tanda dan Gejala Klinis
Autisme

1. Gangguan 2. Gangguan 3. Gangguan


4. Gangguan
dalam dalam interaksi dalam tingkah
dalam emosi
komunikasi sosial laku

• lebih asik main sendiri

• Bila bisa bicara, • Tidak mampu • tidak mau diatur,


• Rasa takut terhadap
bicaranya tidak dipakai menjalin interaksi semaunya
objek yang sebenarnya
untuk komunikasi. sosial yang cukup • menyakiti diri tidak menakutkan.
• tidak memahami memadai
• kelekatan pada benda • Tertawa, menangis,
pembicaraan orang lain • bila diajak main tertentu marah-marah sendiri
• menarik tangan orang malah menjauh tanpa sebab.
• tingkah laku tidak
lain bila menginginkan
• tidak dapat terarah • Tidak dapat
sesuatu
merasakan empati mengendalikan emosi.

AUTISME Slide 8
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Autisme Masa Kanak
• Gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya kelainan dan/atu hendaya perkembangan yang muncul

sebelum usia 3 tahun, dan dengan ciri kelainan fungsi dalam 3 bidang; interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang

terbatas dan berulang

• Biasanya tidak jelas ada periode perkembangan yang normal sebelumnya, tetapi bila ada, kelainan perkembangan sudah

menjadi jelas sebelum usia 3 tahun, sehingga diagnosis sudah dapat ditegakkan. Tetapi gejala-gejalanya (sindrom) dapat di

diagnosis pada semua kelompok umur

• Selalu ada hendaya kualitatif dalam interaksi sosial yang timpal balik. Ini berbentuk apresiasi yang tidak adekuat terhadap

isyarat sosio-emosional yang tampak sebagai kurangnya respons terhadap emosi orang lain dan/atau kurangnya modulasi

terhadap perilaku dalam konteks sosial; buruk dalam menggunakan isyarat sosial, emosional, dan komunikatif, dan

khususnsnya kurangnya respons timbal balik sosio-emosional.


• Demikian juga terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi. Ini berbentuk kurangnya
penggunaan keterampilan bahasa yang dimiliki dalam hubungan sosial; hendaya dalam
permainan imaginatif dan imitasi sosial; keserasian yang buruk dan kurangnya interaksi
timbal balik dalam percakapan; buruknya keluwesan dalam bahasa ekspresif dan kreativitas
dan fantasi dalam proses pikir yang relatif kurang; kurangnya respons emosional terhadap
ungkapan verbal dan non verbal orang lain; hendaya dalam menggunakan variasi irama
atau penekanan sebagai modulasi komunikatif; dan kurangnya isyarat tubuh untuk
menekankan atau memberi arti tambahan dalam komunikasi lisan
• Kondisi ini ditandai oleh pola perilaku, minat dan kegiatan yang terbatas, berulang dan stereotipik. Ini
berbentuk kecenderungan untuk bersikap kaku dan rutin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari;
ini biasanya berlaku untuk kegiatan baru dan juga kebiasaan sehari-hari serta pola bermain. Terutama
sekali dalam masa kanak yang dini, dapat terjadi kelekatan yang khas terhadap benda-benda yang aneh;
khususnya benda yang tidak lunak. Anda dapat memaksakan suatu kegiatan rutin dalam ritual yang
sebetulnya tidak perlu; dapat terjadi preokupasi yang stereotipik terhadap suatu minat seperti tanggal,
rute, dan jadwal; sering terdapat stereotipik motorik; sering menunjukkan minat khusus terhadap segi-
segi non fungsional dari benda-benda (misalnya bau atau rasanya); dan terdapat penolakan terhadap
perubahan dari lingkungan hidup pribadi (seperti perpindahan mebel atau hiasan dalam rumah)
• Semua tigkatan IQ dapat ditemukan dalam hubungannya dengan
autisme, tetapi pada ¾ kasus secara signifikan terdapat retardasi
mental
Autisme Tak Khas

• Gangguan perkembangan pervasif yang berbeda dari autisme dalam hal usia
onset maupun tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Jadi kelainan dan
atau hendaya perkembangan menjadi jelas untuk pertama kalinya pada usia
seteah 3 tahun; dan/atau tidak cukup menunjukkan kelainan dalam satu atau
dua dari tiga bidang psikopatologi yang dibutuhkan untuk diagnosis autisme
(interaksi sosial timbal-balik, komunikasi, dan perilaku terbatas, stereotipik,
dan berulang) meskipun terdapat kelainan yang khas dalam bidang lain.
• Autisme tak khas sering muncul pada individu dengan RM yang berat,
yang sangat rendah kemampuannya, sehingga pasien tidak mampu
menampakkan gejala yang cukup untuk menegakkan diagnosis
autisme; Ini juga tampak pada individu dengan gangguan
perkembangan yang khas dari bahasa reseptif yang berat
Diagnosis Banding

• Retardasi Mental
• Skizofrenia
• Gangguan Perkembangan berbahasa
• Gangguan penglihatan dan pendengaran
• Gangguan kelekatan yang reaktif
• Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
Terapi Autisme

• Tujuan terapi :
1. Mengurangi masalah perilaku.
2. Meningkatkan kemampuan belajar dan
perkembangannya, terutama dalam penguasaan bahasa.
3. Mampu bersosialisasi dan beradaptasi di lingkungan
sosialnya.
Terapi Edukasi
• Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan sehari-hari
agar anak menjadi mandiri.
• Metode TEACHC (Treatment and Education of Autistic and related Communication
Handicapped Children) metode ini merupakan suatu program yang sangat terstruktur yang
mengintegrasikan metode klasikal yang individual, metode pengajaran yang sistematik
terjadwal dan dalam ruang kelas yang ditata khusus.
Terapi Perilaku
Dengan modifikasi spesifik diharapkan dapat membantu anak dalam mempelajari
perilaku yang diharapkan dan membuang perilaku yang bermasalah.

- Metode ABA ( Applied Behavioral Analysis)

- Metode option

- Metode floor time


Terapi Khusus
• Terapi wicara
• Terapi okupasi
• Sensori integrasi
Psikofarmaka

Dengan pemberian terapi secara komprehensif, pada kelompok anak dengan gejala
seperti temper tantrum, agresivitas, melukai diri sendiri, dan hiperaktivitas serta
kondisi yang terakit dengan depresi, cemas, perilaku obsesif kompulsif dapat
mencegah perilaku yang menimbulkan masalah dan self injury pada anak.
Antipsikotik

Untuk mengurangi agresi atau perilaku mencederai diri


• Risperidone
• Olanzapine
• Aripiprazole
SSRI

Sangat efektif untuk depresi, cemas dan obsesif


• Fluoxetine
• Sertraline
• Fluvoxamine
Methylphenidate

Menurunkan hiperaktivitas dan inatensi


• Ritalin
• Concerta
PROGNOSIS
Karakteristik yang dianggap menentukan prognosis jangka panjang individu dengan autism spectrum
disorder antara lain kemandirian hidup, status pekerjaan, hubungan pertemanan, dan kemampuan untuk
menikah.

• Merupakan gangguan seumur hidup

• Bila IQ rendah sulit untuk hidup mandiri.

• Prognosis membaik bila orang tua dan lingkungan bersifat suportif

dan memenuhi kebutuhan anak.

.
PROGNOSIS
Dampak Autism Spectrum Disorder terhadap Kemandirian

Sekitar 60% individu dengan ASD tidak mampu menyelesaikan pendidikan formal. Dari 40% pasien ASD yang
menyelesaikan pendidikan hingga pendidikan tinggi, tingkat pengangguran masih cukup tinggi dan mencapai 76% yang
juga ditandai dengan tingkat perpindahan pekerjaan yang cukup tinggi pada populasi ini.
Aktivitas pada anak-anak ASD bertujuan meningkatkan integrasi sosial individu, biasanya diinisiasi oleh keluarga atau
pekerja sosial.
Sekitar 5-10% individu dengan ASD mampu mencari pasangan dan menikah serta memiliki hubungan yang baik dengan
pasangan dalam jangka waktu yang lama.
Di masa lampau, hampir 50% anak-anak yang terdiagnosis ASD  prognosis yang buruk.
ADHD
Definisi
ADHD adalah salah satu gangguan neurobehavioral yang ditandai dengan perilaku
impulsive, hiperaktif dan kurangnya perhatian.
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik
anakanak sehingga menyebabkan aktivitas anakanak yang tidak lazim dan
cenderung berlebihan
Lebih dari 5% anak usia sekolah menderita ADHD. Gangguan ini dapat dipengaruhi
oleh factor genetik dan lingkungan
EPIDEMIOLOGI

ADHD adalah salah satu gangguan neurobehavioral paling umum yang muncul pada anak-anak
dan remaja6

ADHD mempengaruhi sekitar 4% hingga 12% anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan pada
hasil survey dan data epidemiologis menunjukkan 4-5% anak usia perguruan tinggi dan orang
dewasa menderita ADHD6

Prevalensi ADHD di Indonesia belum diketahui secara pasti. Penelitian yang secara terbatas
dilakukan di Jakarta dilaporkan prevalensi ADHD sebesar 4,2%, paling banyak ditemukan pada
anak usia sekolah dan pada anak laki-laki5
Etiologi
• Faktor genetik  orang tua serta saudara kandung yang menderita
ADHD meningkatkan risiko mengalami ADHD
• Struktur anatomi  pengecilan pada lobus prefrontal kanan, nucleus
kaudatus kanan, globus palidus kanan, seta vermis.
• Neurokimiawi  gangguan dalam fungsi neurotransmitter dopamine
Manifestasi Klinis

Gejala inti dari ADHD yaitu:


• Inatensi (gangguan
pemusatan perhatian)
• Hiperaktif (gangguan dengan
aktivitas yang berlebihan)
• Impulsivitas (gangguan
pengendalian diri)
Manifestasi klinik
Menurut Townsend ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan pada anak dengan
ADHD antara lain :

1. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau 7. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum
duduknya mengeliat-geliat. selesai ke kegiatan lainnya
2. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing 8. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
3. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam
9. Sering berbicara secara berlebihan.
suatu permainan atau keadaan di dalam suatu 10. Sering menyela atau mengganggu orang lain
kelompok 11. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang
sedang dikatakan kepadanya
4. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak
dipikirkan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang 12. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk
belum selesai disampaikan tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara
fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinan-
5. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-
instruksi dari orang lain kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya
tanpa melihat-lihat).
6. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan
memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas-aktivitas
bermain
PENEGAKAN DIAGNOSIS

• Berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan

• Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini diberhentikannya tugas dan
ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tugas selesai. Seringkali beralih dari satu
kegiatan ke kegiatan lain

• Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan, khususnya dalam


situasi yang menuntut keadaan relatif tenang
• Kecerobohan dalam hubungan-hubungan sosial, kesembronoan dalam situasi yang
berbahaya dan sikap yang secara impulsif melanggar tata tertib sosial (dengan
mencampuri urusan atau mengganggu kegiatan orang lain, cepat menjawab
pertanyaan yang belum lengkap diucapkan, atau tidak sabar menunggu
gilirannya).
Gangguan Pemusatan Perhatian
Terdapat ≥ 6 gejala inatensi untuk anak-anak sampai usia 16 tahun, ≥ 5 gejala
untuk remaja usia 17 tahun atau lebih dan orang dewasa, gejala sekurang-
kurangnya 6 bulan dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
• Gagal untuk memberikan perhatian
• Kesulitan untuk mempertahankan perhatian pada tugas atau kegiatan
• Tidak mendengarkan ketika diajak berbicara
• Tidak mengikuti instruksi dan tidak menyelesaikan tugas
• Kesulitan mengatur tugas dan kegiatan
• Menghindari atau tidak mau melakukan tugas yang memerlukan waktu yang lama
• Kehilangan benda-benda penting
• Sering kali mudah teralih perhatiannya
• Sering lupa dalam kegiatan sehri-hari
Gangguan Hiperaktif-Impulsif

• Terdapat ≥ 6 gejala hiperaktif-impulsif untuk anak-anak sampai usia

16 tahun, ≥ 5 gejala untuk remaja usia 17 tahun atau lebih tua dan

orang dewasa, gejala sekurang-kurangnya 6 bulan sampai batas yang

mengganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan


• Hiperaktivitas
• Tidak bisa duduk diam, tangan/kaki digerak-gerakan dengan gelisah

• Tidak mampu duduk diam di kursi pada situasi dimana diharapkan untuk duduk diam

• Berlari atau memanjat pada situasi yang tidak tepat

• Tidak dapat bermain atau dalam kegiatan menyenangkan yang memerlukan ketenangan

• Seringkali bergerak atau seperti digerakan oleh mesin

• Berbicara berlebihan
• Impulsivitas
• Seringkali memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai
diajukan
• Sering mengalami kesulitan dalam menunggu giliran
• Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain
Diagnosis Banding

• Gangguan neurologis  Epilepsi, Sindroma Torutte, Gangguan


pergerakkan (movement disorders)

• Gangguan psikiatri  gangguan penyesuaian, gangguan cemas,


gangguan depresi/distmik, gangguan mood bipolar, retardasi mental.
Psikofarmaka

• Tatalaksana utama pengobatan ADHD


• Obat golongan stimulan
• Golongan Methylphenidate (Ritalin) sediaan tablet 10 dan 20 mg, dosis 0,3-0,7
mg/kgbb/hari (biasanya dimulai dengan dosis 5 mg/hari pada pagi hari dengan
dosis maksimal 60 mg/hari)
• Golongan deksamfetamin
Psikofarmaka

• Obat non-stimulant
• Norepinephrine uptake inhibitor : atomoxetine (dosis awal 0,5
mg/kgbb/hari)
• Alfa-adrenergic agonist : clonidine (Catapres),
• Antidepresan : Imipramin, flouxetine
Psikososial

• Pelatihan orang tua


• Modifikasi perilaku di kelas dan di rumah
• Remediasi keterampilan organisasi akademik
• Terapi perilaku kognitif (CBT)
• Pelatihan keterampilan social
PROGNOSIS

• Prognosis dari ADHD ini umumnya baik, terutama bila pasien cepat didiagnosis sehingga segera

mendapatkan terapi. 

• Sedikitnya 80% dari anak-anak yang menderita ADHD, gejalanya menetap sampai remaja bahkan

dewasa.
Conduct disorder
Definisi
Conduct disorder (gangguan perilaku)  pola perilaku berulang dan persisten yang melanggar hak
orang lain atau melanggar norma atau aturan social yang sesuai dengan usia (menurut American
Psychiatric Association).

Conduct disorder dan perilaku antisosial adalah salah satu masalah mental dan perilaku yang paling
umum dijumpai pada anak-anak dan remaja

Gejala CD dibagi menjadi 4 kategori :

1. Agresi pada manusia dan hewan


2. Perusakan property
3. Penipuan, pencurian
4. Pelanggaran aturan berat (misalnya membolos, kabur dari rumah
Epidemiologi
Gejala dari gangguan perilaku (conduct disorder) adalah gejala primer yang paling umum untuk
perujukan psikiatri di kalangan anak-anak dan remaja di Amerika Serikat.

Perkiraan prevalensi seumur hidup gangguan perilaku di AS adalah 9,5% (12% pada laki-laki dan 7,1%
pada perempuan) dengan usia rata-rata awal 11,6 tahun.

Diperkirakan prevalensi gangguan perilaku pada anak dan remaja usia 6-18 tahun adalah 3,2% di
seluruh dunia dan prevalensinya tidak berbeda secara signifikan di berbagai Negara lain.

Data kini menunjukkan bahwa prevalensi gangguan perilaku adalah 2-5% pada anak usia 5-12 tahun
dan 5-9% pada remaja antara 13-18 tahun.

Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih cenderung mengalami gangguan
perilaku dibandingkan anak perempuan.
Etiologi
• Faktor sosiokultural  status ekonomi rendah, keadaan rumah yang
kacau, kurangnya partisipasi dalam kehidupan bersosial
• Faktor psikologis  pengaturan emosional yang buruk
• Faktor biologis
Manifestasi klinis Conduct Disorder
1. Melakukan kekerasan fisik pada orang lain atau hewan.
(a) suka melakukan intimidasi pada orang lain, (b) suka berkelahi, (c)
suka mencuri saat melakukan kejahatan, (d) melakukan kekerasan seksual,
(e) suka menggunakan senjata untuk melukai seseorang, (f) melakukan
kejahatan terhadap orang, (g) melakukan kejahatan terhadap hewan.

2. Melakukan perusakan terhadap barang


(a) merusak barang milik diri sendiri dan orang lain, (b) melakukan
perusakan barang-barang dengan mengunakan penyulutan api.

3. Melakukan pencurian atau penipuan


(a) selalu mengelak atau berbohong, (b) melakukan pencurian terhadap
rumah, toko, mobil dll, (c) melakukan pencurian barang terhadap
seseorang dengan tidak pepemperdulikan korban tersebut.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Conduct Disorder
 Gangguan tingkah laku berciri khas dengan adanya sesuatu pola tingkah laku
disosial, agresif atau menentang, yang berulang dan menetap.
 Penilaian tentang adanya gangguan tingkah laku perlu memperhitungkan tingkat
perkembangan anak. Temper tantrums, merupakan gejala normal pada
perkembangan anak berusia 3 tahun, dan adanya gejala ini bukan merupakan
dasar bagi diagnosis ini. Begitu pula, pelanggaran terhadap hak orang lain (seperti
pada tindak pidana dengan kekerasan) tidak termasuk kemampuan anak berusia 7
tahun dan dengan demikian bukan merupakan kriteria diagnostik bagi anak
kelompok usia tersebut.
 Contoh-contoh perilaku yang dapat menjadi dasar diagnosis mencakup hal-hal
berikut : perkelahian atau menggertak pada tingkat berlebihan; kejam terhadap
hewan atau sesama manusia; perusakan yang hebat atas barang milik orang;
membakar; pencurian; pendustaan berulang-ulang; membolos dari sekolah dan
lari dari rumah; sangat sering melupakan temper tantrum yang hebat dan tidak
biasa; perilaku provokatif yang menyimpang; dan sikap menentang yang berat
serta menetap. Masing-masing dari kategori ini, apabila ditemukan, adalah cukup
unutk menjadi alasan bagi diagnosis ini, namun demikian pembuatan dissosial
yang terisolasi bukan merupakan alasan yang kuat.
 Diagnosis ini tidak dianjurkan kecuali bila tingkah laku seperti yang diuraikan di
atas berlanjut selama 6 bulan atau lebih.
A. Pola perilaku yang berulang dan persisten, ditandai dengan pelanggaran
hak-hak dasar, tedapat minimal 3 dari 15 kriteria muncul dalam 12 bulan
terakhir, dengan setidaknya terdapat 1 kriteria dalam 6 bulan terakhir

Agresi terhadap orang dan hewan


1. Sering melakukan tindakan mengintimidasi atau mengancam orang lain
2. Sering memulai perkelahian fisik
3. Menggunakan senjata yang dapat menyebabkan bahaya fisik yang serius
terhadap orang lain (misalnya tongkat, botol pecah, pisau, pistol).
4.Melakukan tindakan kekejaman secara fisik kepada orang lain
5. Melakukan tindakan kekejaman secara fisik terhadap hewan
6.Mencuri sambil mengonfrontasi korban (misalnya pencopetan, pemerasan,
perampokan bersenjata)
7. Memaksa seseorang untuk melakukan aktivitas seksual

Melakukan Perusakan Properti


8. Melakukan pembakaran secara sengaja yang menyebabkan kerusakan yang serius
9. Menghancurkan properti orang lain secara sengaja

Melakukan Tindakan Penipuan atau Pencurian


10.Masuk secara paksa (membobol) rumah, bangunan, atau mobil
11. Sering berbohong untuk mendapatkan barang atau jasa atau untuk menghindari
kewajiban
12.Mencuri barang-barang tanpa berkonfrontasi dengan korban
Melakukan Pelanggaran Aturan yang Serius
13. Sering keluar rumah pada malam hari meskipun dilarang oleh orang tua,
yang dimulai pada usia sebelum 13 tahun
14. Melarikan diri dari rumah pada malam hari setidaknya 2 kali selama tinggal
di rumah orang tua atau orang tua pengganti, atau satu kali tanpa kembali ke
rumah untuk jangka waktu lama
15. Sering bolos dari sekolah yang dimulai sebelum usia 13 tahun

B. Gangguan perilaku tersebut menyebabkan kerusakan yang signifikan


terhadap aspek fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan

C. Apabila individu berusia 18 tahun atau lebih maka bukan Conduct Disorder
tetapi Antisocial Personality Disorder
Diagnosis Banding
• Gangguan mood
• Gangguan psikotik
• ADHD
Psikososial
1. Farmakoterapi :
• Antipsikotik (risperidone & olanzapine) : mengendalikan perilaku agresif dan
menyerang
• Antidepressan SSRI (fluoxetine) : mengurangi impulsivitas, iritabilitas, dan labilitas
mood.

2. Psikoterapi :
• Terapi untuk mengurangi gejala gangguan tingkah laku yang nyata, dibandingkan pada
gejala yang tidak terlihat
• Terapi multimodalitas menggunakan semua sumber daya keluarga dan komunitas
• Struktur lingkungan dengan peraturan yang konsisten dan dampak yang diperkirakan
• Edukasi keluarga bisa juga menerapkan perturan dirumah
• Begitu juga dengan lingkungan sekolah
PROGNOSIS
• Prognosis bervariasi dan tergantung pada adanya komorbiditas psikiatrik dan intervensi
awal. Pada umumnya, prognosis untuk anak dengan dengan gangguan tingkah laku paling
terbatas pada mereka yang memiliki gejala pada usia muda, menunjukkan gejala paling
banyak, dan paling sering menunjukkannya.
• Semakin banyak gangguan jiwa lain yang dimiliki seseorang, semakin sulit penanganannya.
Prognosis yang baik diperkirakan untuk gangguan tingkah laku ringan tanpa adanya
psikopatologi lain, dan fungsi intelektual yang normal.
Referensi
• Hodges H, Fealko C, Soares N. Autism Spectrum Disorder: Definition, Epidemiology,
Causes, and Clinical Evaluatiom. Transl Pediatr.2020;9(1):55-65.
• Pendergrass S, Girirajan S, Selleck S. Uncovering the Etiology of Autism Spectrum
Disorders: Genomics, Bioinformatics, Environment, Data Collection and Exploration,
and Future Possibilities. Pac Symp Biocomput.2014:422-6.
• Fambonne E. A Wrinkle in Time: From Early Signs to A Diagnosis of Autism. J Am Acad
Child Adolesc Psychiatry.2009;48:463-4
• Muslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5 Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma jaya. Jakarta. 2014 h:130
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kenali dan Deteksi Dini individu dengan
Spektrum Autisme Melalui Pendekatan Keluarga untuk Tingkatkan Kualitas
Hidupnya. Jakarta: Kemenkes RI. 2016
• Ougrin D, Chatterton S, Banarsee R. Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD): Review for Primary Care Clinicians. London J Prim Care
(Abingdon):2010;3(1):45-51.
• Adiputra IMS, Sutarga IM, Pinatih GNI. Faktor Risiko Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) pada Anak di Denpasar. Public Health and
Preventive Medicine Archive.2015;3(1):43-8
• Nurdin OFT. Komorbiditas Gangguan Pemusatan Perhatian Danhiperaktivitas
Pada Anak. Jakarta: Medical And Health Science Journal. 2019;3(2).
• Frick PJ. Current Research on Conduct Disorder in Children and
Adolescents. South African Journal of Psychology.2016;46(2):160-74.
• Sagar R, Patra BN. Patil V. Clinical Practice Guidelines fot the
Management of Conduct Disorder. Indian J Psychiatry.2019;61(2):270-
6.
• Patel RS, Amaravadi N, Bhullar H, Lekireddy J, Win H. Understanding
the Demographic Predictors and Associated Comorbidities in Children
Hospitalized with Conduct Disorder. Behav. Sci.2018;8(80):1-8.
Terimakasi 

Anda mungkin juga menyukai