Disusun oleh:
Intan Novia Sari
Pembimbing:
dr. Linda Kartikasari Sp.KJ
• Selain fitur – fitur diagnostik spesifik ini, sejumlah masalah nonspesifik lainnya sering
terjadi, seperti fobia, gangguan tidur dan makan, amarah, dan agresi.
• Menurut ICD – 11:
• ASD adalah gangguan yang ditandai oleh defisit persisten dalam kemampuan untuk
memulai dan mempertahankan interaksi sosial timbal balik dan komunikasi sosial,
dan serangkaian pola perilaku dan minat yang terbatas, berulang, dan tidak fleksibel.
• Timbulnya gangguan terjadi selama periode perkembangan, biasanya pada anak usia
dini, tetapi gejala mungkin tidak menjadi nyata sampai nanti, ketika tuntutan sosial
melebihi kapasitas terbatas.
• Defisit cukup parah untuk menyebabkan penurunan fungsi pribadi, keluarga, sosial,
pendidikan, pekerjaan atau bidang penting lainnya dan biasanya merupakan fitur
meresap dari fungsi individu yang dapat diamati di semua pengaturan, meskipun
mereka dapat bervariasi sesuai dengan sosial, pendidikan, atau konteks lainnya
Epidemiologi ASD
• Menurut WHO:
• 1 dari 160 anak di seluruh dunia memiliki ASD.
• Studi epidemiologis yang dilakukan selama 50 tahun terakhir, prevalensi ASD tampaknya
meningkat secara global.
• Laporan daripada CDC:
• ASD dilaporkan terjadi pada semua kelompok ras, etnis dan sosial ekonomi.
• Lebih banyak pada laki – laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 4 : 1.
• Data epidemiologis menyatakan bahwa tidak ada bukti hubungan sebab antara vaksin campak,
gondong dan rubella (MMR) dengan ASD.
• Studi sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara vaksin MMR dan ASD telah
ditarik setelah ditemukan adanya kecurangan dalam melakukan penelitian.
Etiologi ASD
• Faktor Genetik:
• “Concordance rate” pada kembar monozigot (∼60-90%) kira – kira 10 kali lipat lebih tinggi
daripada pada kembar diozgotik dan saudara kandung.
• First degree relative menunjukkan peningkatan risiko ASD sebesar 5 kali lipat
dibandingkan dengan prevalensi pada populasi umum.
• Mutasi Gen:
• Terdapat lebih 20 mutasi gen yang diketahui yang telah menyumbang sekitar 10 – 20%
dari semua kasus (meskipun tiap satu gen ini tidak menyumbang lebih dari 1 - 2%).
• Namun, gen yang terkait dengan ASD ini juga dapat menyebabkan penyakit lain tanpa ASD
seperti keterbelakangan mental dan skizofrenia.
• Antenatal
virus rubella, virus citomegalo, anemia berat, obat-obat yang dikonsumsi seperti
antihistamin, obat migraine, penenang, antiemetic, antibiotik
• Gangguan metabolisme
Asam amino phenolic yang berfungsi dalam pembentukan neurotransmitter seringkali
menyebabkan terjadinya gangguan tingkah laku pada pasien autis karena metabolisme
buruk. Kurangnya metabolisme asam amino phenolic menyebabkan terakumulasinya
katekolamin yang bersifat toksik bagi saraf. Asam amino phenolic ditemukan dalam gandum,
jagung, gula, coklat, pisang, dan apel.
Kriteria Diagnostik ASD berdasarkan DSM - V
A.Defisit yang menetap dalam komunikasi sosial dan interaksi sosial di beberapa konteks, yang
terlihat saat ini atau terlihat dari riwayat:
1. Defisit dalam interaksi sosial, emosional, memulai interaksi;
• Contoh: pendekatan sosial yang aneh (abnormal) dan tidak mampu untuk memulai dan mengakhiri percakapan,
berkurangnya minat untuk berbagi kesenangan, emosi atau tidak mampu untuk memulai dan mengakhiri interaksi
sosial.
2. Defisit dalam komunikasi nonverbal yang digunakan untuk interaksi sosial, memulai interaksi
nonverbal,
• Contohnya: komunikasi verbal dan nonverbal yang tidak terintergrasi, adanya keanehan dalam kontak mata dan
bahasa tubuh, atau sulit dalam memahami dan menggunakan bahasa tubuh, tidak mampu menunjukkan ekspresi
wajah dan komunikasi nonverbal.
3. Defisit dalam membangun, mempertahankan dan memahami relasi, tidak mampu memulai
hubungan,
• Contohnya: sulit menyesuaikan perilaku sesuai dengan berbagai konteks sosial, sulit berbagi dalam bermain
imaginatif, tidak adanya minat untuk bermain dalam kelompok.
B. Pola perilaku yang terbatas dan repititif, minat dan aktifitas yang terbatas, yang termanifestasi
sedikitnya 2 dari perilaku berikut:
1. Adanya gerakan stereotipe dan repititf, menggunakan objek atau bahasa
• Contoh: gerakan stereotipe sederhana, membariskan mainan atau membalik objek, ekolalia, frase idiosyncratic.
2. Perhatian yang berlebihan pada kesamaan, rutinitas yang kaku atau pola perilaku verbal dan non
verbal yang diritualkan
• Contoh: stress yang berlebihan pada perubahan kecil, merasa kesulitan pada situasi transisi, pola berpikir yang
kaku, ucapan ritual, harus pada rute yang sama dan makanan yang sama setiap hari.
3. Sangat terbatas (highly restricted) dan terpaku yang tidak biasa (abnormal), fokus dan frekuensi yang
berlebihan
• Contoh: ketertarikan yang kuat atau senang pada objek yang tidak biasa dan minat yang terbatas.
4. Hyper atau hypoactive pada input sensori atau ketertarikan yang tidak biasa pada aspek sensori dari
lingkungan
• Contoh: tidak peduli terhadap rasa nyeri / suhu, respon negatif pada suara atau tekstur tertentu, mencium bau
berlebihan atau menyentuh benda – benda, daya tarik visual terhadap cahaya atau gerakan.
C. Simptom sudah muncul pada masa awal periode perkembangan (walau tidak semua
terpenuhi atau mungkin dapat ditutupi dengan strategi belajar dikemudian hari).
B. Pola perilaku, minat dan kegiatan yang terbatas, berulang dan stereotipik. Kecenderungan
untuk bersikap kaku dan rutin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari; ini biasanya berlaku
untuk kegiatan baru dan juga kebiasaan sehari-hari serta pola bermain. Terutama sekali dalam
masa kanak yang dini, dapat terjadi kelekatan yang khas terhadap benda-benda yang aneh,
khususnya benda yang tidak lunak. Anak dapat memaksakan suatu kegiatan rutin dalam ritual
yang sebetulnya tidak periu; dapat terjadi preokupasi yang stereotipik terhadap suatu minat
seperti tanggal, rute atau jadwal; sering terdapat stereotipi motorik; sering menuniukkan minat
khusus terhadap segi-segi non-fungsional dari benda-benda (misalnya bau atau rasanya); dan
terdapat penolakan terhadap perubahan dari rutinitas atau dalam detil dari lingkungan hidup
pribadi (seperti perpindahan mebel atau hiasan dalam rumah).
C. Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam hubungannya dengan autisme, tetapi pada tiga
perempat kasus secara signifikan terdapat retardasi mental.
Perawatan dan Terapi ASD
• TIDAK ADA PERAWATAN FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI YANG MAMPU
MENGOBATI GANGGUAN SPEKTRUM AUTISM.
• Tetapi beberapa obat dapat membantu mengatasi gejala terkait seperti depresi, kejang, susah
tidur, dan masalah fokus.
• Pengobatan paling efektif ketika dikombinasikan dengan terapi perilaku.
• Farmakologi:
• Obat yang disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) untuk anak – anak (5 – 16
tahun) dengan gangguan spektrum autisme:
• Aripripazole
• Risperidone (Risperdal)
• Telah terbukti efektif pada dosis 0,5 – 1,5 mg per hari
• Pivotal response training (PRT) membantu mengembangkan motivasi untuk belajar dan
berkomunikasi.
• Early intensive behavioral intervention (EIBI) adalah yang terbaik untuk anak di bawah usia 5
tahun.