Anda di halaman 1dari 45

AUTISm SPECTRUM DISORDER

(ASD)
SMF KEDOKTERAN JIWA
RSUD CIAMIS
DR. dr IWAN ARIJANTO, SpKJ MKes
Oleh:
Rezza Ikramullah
11310313

Latar Belakang

Autisme merupakan fenomena yang masih


menyimpan banyak rahasia.
Sampai saat ini belum dapat ditemukan
penyebab pasti dari gangguan autisme ini,
sehingga belum dapat dikembangkan cara
pencegahan dan penanganan yang tepat.
Pada awalnya autisme dipandang sebagai
gangguan yang disebabkan oleh faktor
psikologis.
Tahun 1960 dimulai penelitian neurologis
yang
membuktikan
bahwa
autisme
disebabkan oleh adanya abnormalitas pada
otak.

Pengertian

Autisme berasal dari bahasa Yunani


autos yang berarti segala sesuatu yang
mengarah pada diri sendiri.

Autisme pertama kali dikemukakan oleh Dr.


Leo Kanner 1943, seorang psikiatri
Amerika.

Istilah
autisme
dipergunakan
untuk
menunjukkan suatu gejala psikosis pada
anak-anak yang unik dan menonjol yang
sering disebut dengan sindroma Kanner.

Pengertian
Defisit perkembangan pervasif
Pada awal kehidupan anak
Disebabkan oleh gangguan perkembangan
otak yang ditandai dengan ciri pokok yaitu
terganggunya
perkembangan
interaksi
sosial, bahasa dan wicara, serta munculnya
perilaku yang bersifat repetitif, stereotipik
dan obsesif.

Epidemiologi

Gangguan autisme dapat terjadi dengan


angka 2-5 kasus/100.000 anak (0,02-0,05%) di
bawah usia 12 tahun.
Jumlah anak yang terkena autisme semakin
meningkat pesat di berbagai belahan dunia.
Di Kanada dan Jepang : 40 persen sejak 1980.
Di California tahun 2002 : 9 kasus autisme
per-harinya.
Di Amerika Serikat : terjadi pada 15.000
60.000 anak dibawah 15 tahun.
Di Inggris pada awal tahun 2002 : dicurigai 1
diantara 10 anak menderita autisme.

Di Indonesia : diperkirakan 150-200 ribu


orang.
Lebih sering pada anak laki-laki
dibandingkan pada anak perempuan, 3-5 :
1.
Tetapi anak perempuan yang memiliki
gangguan autistik cenderung terkena lebih
serius dan lebih mungkin memiliki riwayat
keluarga gangguan kognitif dibandingkan
anak laki-laki.

Etiologi dan Patogenesis

Penyebab autisme sampai sekarang


belum dapat ditemukan dengan pasti.
Banyak
sekali
pendapat
yang
bertentangan antara ahli yang satu
dengan yang lainnya mengenai hal ini.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Faktor Psikodinamika dan Keluarga


Kelainan Organik-Neurologis-Biologis
Faktor Genetika
Faktor Imunologis
Faktor Perinatal
Temuan Neuroanatomi
Temuan Biokimiawi

Klasifikasi

Menurut DSM-IV Autistic Spectrum Disorder


(ASD) merupakan bagian dari Pervasive
Developmental
Disorder
(PDD)
atau
Gangguan Perkembangan Pervasif (GPP)
GPP adalah suatu gangguan perkembangan
pada anak, dimana terutama terdapat 3
bidang perkembangan yang terganggu, yaitu:
komunikasi, interaksi sosial dan perilaku.
Gejala-gejala tersebut harus sudah ada sejak
sebelum usia 3 tahun, walaupun demikian
diagnosis ditegaskan saat anak berusia 3
tahun.

Gangguan di bidang komunikasi meliputi:


(1) tidak ada gesture ataupun mimik, (2) tidak
bisa mempertahankan bicara yang lama, (3)
bahasa stereotipik dan repetitif dan (4) tidak bisa
berpura-pura (sandiwara).

Gangguan di bidang interaksi sosial


meliputi:

(1) menghindari tatap mata, (2) gagal dalam


hubungan pertemanan, (3) kurangnya
spontanitas dalam bermain, (4) hilangnya rasa
emosional.

Gangguan di bidang perilaku meliputi:

(1) pola perilaku stereotipik tertentu, (2)


melakukan rutinitas secara ritual, (3) mannerisme
seperti finger flapping dan (4) preokupasi
terhadap bagian benda tertentu saja.

Namun secara klinis di lapangan, gangguan


tersebut
ditemukan
secara
spectrum
(berbeda kadar/derajat keparahannya).
Bila gangguan tersebut memenuhi kriteria
lengkap seperti di atas maka disebut
dengan Autistic Disorder,
Sedangkan bila tidak lengkap maka disebut
sebagai Autistic Spectrum Disorder

Kondisi yang dapat diklasifikasikan kedalam


Gangguan Perkembangan Pervasif,
menurut ICD-10 (International Classification
of Diseases, WHO 1993), maupun menurut
DSM-IV (American Psychiatric Association,
1994) adalah:
1. Autisme Masa Kanak (Childhood Autism)
2. Gangguan Perkembangan Pervasif yang tak
tergolongkan (GPP-YTT) atau (Pervasif Developmental

Disorder Not Otherwise Specified (PDD-NOS)


3. Sindroma Rett (Retts Syndrome)
4. Gangguan Disintegratif Masa Kanak (Childhood
Disintegrative Disorder)
5. Sindroma Asperger (Aspergers Syndrome).

Tetapi Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders V (DSM V; American
Psychiatry Association) telah terbit. Dan
didalamnya berisi perubahan mengenai
proses pembuatan diagnosa klinis Autisme

Ada beberapa perubahan diagnosa


dalam DSM V yang perlu dipahami oleh
profesional dalam bidang kesehatan
mental.
Satu diagnosa gangguan Autisme
Spektrum (Autism Spectrum Disorder).
Diagnosa ASD menggantikan berbagai
diagnosa klinis terdahulu seperti
Gangguan Autistik, Asperger, dan
Ganggan Pervasive yang tidak spesifik.

Kriteria derajat keberatan gejala.


Dalam diagnosa ASD diperkenalkan juga
kontinuum derajat keberatan autisme,
dari level 1, 2, 3. Tingkatan ini
didasarkan pada sejauh mana anak
membutuhkan dukungan orang lain
dalam melakukan tugas
perkembangannya. Tingkatan ini
menunjukkan bahwa ada anak dengan
tingkat ASD ringan dan ada pula yang
tingkat gangguan lebih berat.

Diagnosa ASD dari Triadic menjadi


Dyadic
Sebelumnya diagnosa autisme
ditegakkan jika muncul gangguan pada
3 ranah, yaitu: komunikasi dan bahasa,
interaksi sosial dan perilaku minat
terbatas dan berulang (DSM IV TR,
2000). Namun dalam DSM V,
diagnosanya menjadi 2 ranah, yaitu:
hambatan komunikasi sosial (deficits in
social communication) dan minat yang
terfiksasi dan perilaku berulang (fixated
interest and repetitive behavior).

Profil sensoris autisme


Sebelumnya problem sensoris atau
inderawi autisme tidak disebutkan
dalam DSM IV. Dalam DSM V, profil
sensoris anak dengan ASD dimasukkan
dalam gejala minat yang terfiksasi dan
perilaku berulang. Misalkan: tidak
menyukai makanan tertentu yang
memiliki warna atau tekstur tertentu.

Gejala yang telah muncul sejak masa


kanak
Menurut DSM V, diagnosa ASD bisa
ditegakkan jika anak telah menunjukkan
gejala sejak masa kanak. Walaupun
gangguan ASD baru diketahui setelah
masa kanak, namun penting untuk
melihat dyadic tersebut yang
menunjukkan bahwa anak memiliki
persoalan dalam hal sosial dan perilaku
dibandingkan anak-anak seusianya.

Perbedaan diagnosa Gangguan


komunikasi sosial dan ASD
Perbedaannya adalah Gangguan
komunikasi sosial (Social
Communication Behavior) tidak
mencakup problem perilaku minat
terbatas dan berulang. Karena ini
adalah kriteria yang baru, ahli klinis
perlu lebih mempelajarinya agar lebih
terbiasa menggunakannya.

Diagnosa comorbid
Dalam DSM V, dijelaskan bahwa jika anak
menampilkan gejala dari beberapa
gangguan, maka ia bisa mendapatkan
diagnosa komorbid. Diagnosa komorbid
adalah jika anak mendapatkan 2 diagnosa
gangguan atau lebih. Misalkan, anak
dengan ASD dan ADHD.

1. Autisme Masa kanak ( Childhood Autism )

Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan


pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum
anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Perkembangan
yang terganggu adalah dalam bidang :
komunikasi meliputi : (1) tidak ada gesture ataupun
mimik, (2) tidak bisa mempertahankan bicara yang lama,
(3) bahasa stereotipik dan repetitif dan (4) tidak bisa
bemain berpura-pura (sandiwara).
interaksi sosial meliputi : (1) menghindari tatap mata,
(2) gagal dalam hubungan pertemanan, (3) kurangnya
spontanitas dalam bermain, (4) hilangnya rasa
emosional.
perilaku meliputi : (1) pola perilaku stereotipik tertentu,
(2) melakukan rutinitas secara ritual, (3) mannerisme
seperti finger flapping dan (4) preokupasi terhadap
bagian benda tertentu saja.

2. Gangguan Perkembangan Pervasif YTT


(PDD-NOS)

PDD-NOS
juga
mempunyai
gejala
gangguan perkembangan dalam bidang
komunikasi, interaksi maupun perilaku,
Namun gejalanya tidak sebanyak seperti
pada Autisme Masa kanak.
Kualitas
dari gangguan tersebut lebih
ringan, sehingga kadang-kadang anakanak ini masih bisa bertatap mata,
ekspresi fasial tidak terlalu datar, dan
masih bisa diajak bergurau.

3. Sindrom Rett

Adalah gangguan perkembangan yang


hanya dialami oleh anak wanita.
Kehamilannya normal, kelahiran normal,
perkembangan normal sampai sekitar umur
6 bulan. Lingkaran kepala normal pada saat
lahir.
Mulai sekitar umur 6 bulan mereka mulai
mengalami kemunduran perkembangan.
Pertumbuhan kepala mulai berkurang
antara umur 5 bulan sampai 4 tahun.
Gerakan tangan menjadi tak terkendali,
gerakan yang terarah hilang, disertai
dengan
gangguan
komunikasi
dan
penarikan diri secara sosial.

Gerakan-gerakan otot tampak makin tidak


terkoordinasi. Seringkali memasukan tangan
kemulut, menepukkan tangan dan Yang sangat
khas adalah timbulnya gerakan-gerakan tangan
yang terus menerus seperti orang yang sedang
mencuci baju yang hanya berhenti bila anak
tidur.
Hal ini terjadi antara umur 6-30 bulan.
Terjadi gangguan berbahasa, perseptif maupun
ekspresif disertai kemunduran psikomotor yang
hebat.
Gejala-gejala lain yang sering menyertai adalah
gangguan pernafasan, otot-otot yang makin
kaku timbul kejang, scoliosis tulang punggung,
pertumbuhan terhambat dan kaki makin
mengecil (hypotrophik).
Pemeriksaan
EEG biasanya menunjukkan
kelainan.

4. Gangguan Disintegrasi
Masa Kanak

Pada Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang


mencolok adalah bahwa anak tersebut telah
berkembang dengan sangat baik selama beberapa
tahun, sebelum terjadi kemunduran yang hebat.
Gejalanya biasanya timbul setelah umur 3 tahun.
Anak tersebut biasanya sudah bisa bicara dengan
sangat lancar, sehingga kemunduran tersebut
menjadi sangat dramatis.
Bukan saja bicaranya yang mendadak terhenti, tapi
juga ia mulai menarik diri dan ketrampilannya pun
ikut mundur.
Perilakunya menjadi sangat cuek dan juga timbul
perilaku berulang-ulang dan stereotipik.

Seperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom


Asperger (SA) juga lebih banyak terdapat pada
anak laki- laki daripada wanita.
Anak SA juga mempunyai gangguan dalam bidang
komunikasi, interaksi social maupun perilaku,
namun tidak separah seperti pada Autisme.
Pada kebanyakan dari anak-anak ini perkembangan
bicara tidak terganggu. Bicaranya tepat waktu dan
cukup lancar, meskipun ada juga yang bicaranya
agak terlambat.
Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka
kurang bisa komunikasi secara timbal balik.
Komunikasi biasanya jalannya searah, dimana anak
banyak bicara mengenai apa yang saat itu menjadi
obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan
bicaranya merasa tertarik atau tidak.
Seringkali mereka mempunyai cara bicara dengan
tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi
kurang menggunakan bahasa tubuh. Ekspresi muka
pun kurang hidup bila dibanding anak- anak lain
seumurnya.

Mereka biasanya terobsesi dengan kuat pada suatu benda/subjek


tertentu, seperti mobil, pesawat terbang, atau hal-hal ilmiah lain.
Mereka mengetahui dengan sangat detil mengenai hal yang
menjadi obsesinya. Obsesi inipun biasanya bergantiganti.
Kebanyakan anak SA cerdas, mempunyai daya ingat yang kuat
dan tidak mempunyai kesulitan dalam pelajaran disekolah.
mereka mempunyai sifat yang kaku, misalnya bila mereka telah
mempelajari sesuatu aturan, maka mereka akan menerapkannya
secara kaku, dan akan merasa sangat marah bila orang lain
melanggar peraturan tersebut.
Dalam interaksi sosial juga mereka mengalami kesulitan untuk
berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka lebih tertarik pada
buku atau komputer daripada teman.
Mereka
sulit
berempati
dan
tidak
bisa
melihat/menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain.
Perilakunya kadang-kadang tidak mengikuti norma sosial,
memotong pembicaraan orang seenaknya, mengatakan sesuatu
tentang seseorang didepan orang tersebut tanpa merasa
bersalah (mis. Ibu, lihat, bapak itu kepalanya botak dan
hidungnya besar ). Kalau diberi tahu bahwa tidak boleh
mengatakan begitu, ia akan menjawab: Tapi itu kan benar Bu.
Anak Sindrom Asperger jarang yang menunjukkan gerakangerakan motorik yang aneh seperti mengepak-ngepak atau
melompat-lompat atau stimulasi diri.

Gambaran Klinis

Tanda-tanda awal pada pasien autisme


berkaitan dengan usia anak.
Usia anak dimana sindroma autism dapat
dikenal merupakan kunci untuk segera
melakukan intervensi berupa pelatihan dan
pendidikan dini.
National
Academy
of
Science
USA
menganjurkan
bahwa
pendidikan
dini
merupakan kunci keberhasilan bagi seorang
anak dengan sindroma autisme.
Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai
terlihat sejak bayi atau anak menurut usia.

USIA 0 6 BULAN

Bayi
tampak
terlalu
tenang
(jarang
menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan
tangan dan kaki berlebihan
terutama bila mandi
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10
minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan
motor kasar/halus sering
tampak normal

USIA 6 12 BULAN

Bayi tampak terlalu tenang (jarang


menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Menggigit tangan dan badan orang lain
secara berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering
tampak normal

USIA 1 2 TAHUN

Kaku bila digendong


Tidak mau bermain permainan sederhana
(ciluk ba, da-da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat
keterlambatan
dalam
perkembangan motor kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan
cair

USIA 2 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi
dengan anak lain
Melihat orang sebagai benda
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong

USIA 4 5 TAHUN

Sering didapatkan ekolalia (membeo)


Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi
atau datar)
Marah
bila rutinitas yang seharusnya
berubah
Menyakiti
diri sendiri (membenturkan
kepala)
Temperamen tantrum atau agresif

Gejala autisme infantil timbul sebelum anak


mencapai usia 3 tahun.
Pada sebagian anak gejala gangguan
perkembangan ini sudah terlihat sejak lahir.
Seorang ibu yang cermat dapat melihat
beberapa keganjilan sebelum anaknya
mencapai usia satu tahun.
Yang sangat menonjol adalah tidak adanya
kontak mata dan kurangnya minat untuk
berinteraksi dengan orang lain.

Diagnosis Banding

Skizofrenia dengan onset masa anak-anak


Retardasi mental dengan gangguan
emosional/perilaku
Afasia didapat dengan kejang
Ketulian
kongenital
atau
gangguan
pendengaraan parah
Pemutusan psikososial

PENATALAKSANAAN

Autisme not curable, but treatable


kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa
diperbaiki namun gejala-gejala yang ada
dapat
dikurangi
semaksimal
mungkin
sehingga anak tersebut nantinya dapat
berbaur dengan anak anak lain secara normal.
Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu :
a. Berat ringannya gejala atau kelainan otak
b. Usia
c. Kecerdasan
d. Bicara dan bahasa
e. Terapi yang intensif dan terpadu

Terapi yang terpadu

Penanganan/intervensi terapi pada anak autisme


harus dilakukan dengan intensif dan terpadu.
Terapi secara formal sebaiknya dilakukan antara 4 8
jam sehari.
Seluruh keluarga harus terlibat untuk memacu
komunikasi dengan anak.
Penanganan anak autisme memerlukan kerjasama
tim yang terpadu yang berasal dari berbagai disiplin
ilmu antara lain psikiater, psikolog, neurolog, dokter
anak, terapis bicara dan pendidik.
Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain :
a. Terapi medikamentosa : indikasinya bila ada agresifitas,
hiperaktifitas, inatensi, impulsifitas, insomnia.
b. Stimulasi tidak langsung : terapi psikologis, terapi
wicara, terapi okupasi termasuk sensori integrasi, terapi
fisik (fisioterapi), terapi perilaku (ABA), terapi pedagogi.
c. Stimulasi langsung : akupuntur

Terapi psikologis

Intervensi difokuskan pada meningkatkan


kemampuan bahasa dan komunikasi, selfhelp dan perilaku sosial dan mengurangi
perilaku yang tidak dikehendaki seperti
melukai diri sendiri (self mutilation), temper
tantrum
Dengan penekanan pada peningkatan
fungsi individu dan bukan menyembuhkan
dalam arti mengembalikan anak autisme ke
kondisi normal.

Terapi
medikamentosa

Obat-obat obat-obat antidepressan SSRI (Selective


Serotonin Reuptake Inhibitor) yang bisa memberikan
keseimbangan antara neurotransmitter serotonin
dan dopamin.
Yang diinginkan dalam pemberian obat ini adalah
dosis yang paling minimal namun paling efektif dan
tanpa efek samping.
Pemakaian obat akan sangat membantu untuk
memperbaiki respon anak terhadap lingkungan
sehingga ia lebih mudah menerima tata laksana
terapi lainnya.
Bila kemajuan yang dicapai cukup baik, maka
pemberian obat dapat dikurangi bahkan dihentikan.

Terapi Wicara

Umumnya hampir semua anak autisme


menderita gangguan bicara dan
berbahasa.
Oleh karena itu terapi wicara pada anak
autisme merupakan keharusan.
Penanganannya berbeda dengan
penderita gangguan bicara oleh sebab
lain.
Anak yang mengalami hambatan bicara
dilatih dengan proses pemberian
reinforcement dan meniru vokalisasi
terapis.

Fisioterapi

Pada anak autisme juga diberikan fisioterapi


yang berfungsi untuk merangsang
perkembangan motorik dan kontrol tubuh.

Alternatif terapi lainnya

menurut pengalaman Sleeuwen ( 1996 ) ,


yaitu :
a. Terapi musik
b. Son-rise program
c. Program Fasilitas Komunikasi
d. Terapi vitamin
e. Diet Khusus ( Dietary Intervention)

Diet Khusus

CFGF (casein free, gluten free)


Diet ini didasarkan pada sejumlah teori, tetapi dasar dari
diet ini adalah penghilangan gluten, yang merupkan bagian
dari gandum, oat, barley, dan sereal, dan kasein, protein
utama dalam susu dan produk susu.

CFGFSF (Casein free, gluten free, sugar free)


Diet ini didasarkan pada proses inflamasi

GAPS diet (Gut And Psychological Symptoms)


Mengacu pada SCD (Specific Carbohydrate Diet)
Memperbaiki keseimbangan bakteri dalam usus
Mengeliminasi bakteri yang buruk
Menambah asupan nutrisi yang direspon baik oleh reseptor
pada usus sehingga memulihkan gejala psikologi anak

Diet berdasakan alergi


Anak autis umumnya menderita alergi berat.
Makanan yang sering menimbulkan alergi adalah
ikan, udang, telur, susu, cokelat, gandum/terigu,
dan bisa lebih banyak lagi. Cara mengatur
makanan untuk anak alergi dan intoleransi
makanan, pertama-tama perlu diperhatikan
sumber penyebabnya. Makanan yang diduga
menyebabkan gejala alergi/intoleransi harus
dihindarkan. Misalnya, jika anak alergi terhadap
telur, maka semua makanan yang menggunakan
telur harus dihindarkan. Makanan tersebut tidak
harus dipantang seumur hidup

Prognosis

Prognosis yang lebih baik adalah berkaitan


dengan inteligensi yang lebih tinggi,
kemampuan berbicara fungsional dan
kurangnya gejala-gejala dan perilaku aneh.
Gejala-gejala sering berubah karena anakanak tumbuh semakin tua.
Sebagai aturan umum, anak-anak autistik
dengan IQ diatas 70 dan mereka yang
menggunakan bahasa komunikatif pada usia
5-7 tahun memliki prognosis yang terbaik.
Prognosis membaik jika lingkungan atau
rumah adalah suportif dan mampu
memenuhi kebutuhan anak tersebut yang
sangat banyak.

Thank You

Anda mungkin juga menyukai