Disusun Oleh :
Eny Dwi Harsiwi
17.E3.0017
FAKULTAS PSIKOLOGI
2017
AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD)
A. DEFINISI
Autism berasal dari bahasa Yunani autos yang memiliki arti diri (self). Istilah
autism pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Leo Kanner
mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang
lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda, echolalia,
pembalikan kalimat, adanya aktifitas bermain yang repetitif dan stereotipik, rute ingatan
yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam
lingkunganya (Safaria, 2005).
David Sue dkk mendefinisikan Autism Spectrum Disorder (ASD) sebagai gangguan
perkembangan yang kompleks yang ditandai dengan penurunan secara signifikan dalam
ketrampilan komunikasi dan bahasa, interaksi sosial dan sikap motorik yang berbentuk
tetap atau berulang.
Kaplan dan Sandock (2010) mendefinisikan autism sebagai gangguan perkembangan
pervasif yang ditandai dengan ketidakmampuan dalam berinteraksi sosial, penyimpangan
dalam komunikasi, dan pola perilaku atau minat yang dibatasi atau stereotip. Kelainan
fungsi pada masing-masing area tersebut harus hadir pada umur 3 tahun.
Rutter mendefinisikan autism sebagai ketidakmampuan individu dalam interaksi
sosial, masalah komunikasi dan perilaku yang tidak biasa seperti gerakan dan perilaku
stereotip.
Sehingga dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli dapat
disimpulkan bahwa autism merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Menurut Kaplan & Sadock (2010), karakteristik dari Autism Spectrum Disorder (ASD)
yaitu meliputi :
1. Ciri khas fisik
Anak dengan gangguan autism sering digambarkan sebagai anak yang atraktif dan pada
pandangan pertama tidak menunjukkan adanya tanda fisik yang menunjukkan gangguan
fisik.
2. Ciri khas perilaku
a. Kesulitan dalam interaksi sosial
Kesulitan dalam interaksi sosial pada anak autism ditunjukkan dengan tidak adanya
kontak dengan orang yang mengajak komunikasi, sulit dalam menjalin hubungan
dalam berinteraksi sosial, tidak memiliki ketertarikan bermain dengan teman
sebayanya, dan tidak dapat berempati dengan orang lain. Anak autism juga sering
tidak memahami atau membedakan orang-orang yang penting dalam hidupnya.
b. Gangguan komunikasi dan bahasa
Ketidakmampuan dalam bahasa dan kesulitan menggunakan bahasa untuk
mengkomunikasikan gagasan adalah criteria utama untuk mendiagnosis gangguan
autism. Anak autis memiliki kosa kata yang terbatas untuk berkomunikasi dan tidak
memahami bahasa verbal ketika berbicara dengan orang lain.
3. Perilaku stereotipik
Anak autis tidak mampu menunjukkan permainan berpura-pura atau menggunakan
pantomime abstrak. Aktifitas anak sering kaku, berulang dan monoton. Anak autis
juga cenderung menolak transisi maupun perubahan.
E. GANGGUAN PENYERTA
Gangguan spektrum autisme sering dikaitkan dengan gangguan intelektual dan
kelainan bahasa struktural (yaitu, ketidakmampuan untuk memahami dan membangun
kalimat dengan tata bahasa yang tepat), yang harus dicatat di bawah penspesifikasi yang
relevan bila ada.
Banyak individu dengan gangguan spektrum autisme memiliki gejala kejiwaan yang
tidak merupakan bagian dari kriteria diagnostik untuk kelainan ini (sekitar 70% individu
dengan kelainan spektrum autisme mungkin memiliki satu gangguan mental komorbid,
dan 40% mungkin memiliki dua atau lebih gangguan komorbiditas mental).
Bila kriteria untuk keduanya (ADHD dan gangguan spektrum autisme) terpenuhi,
kedua diagnosis harus diberikan. Prinsip yang sama berlaku untuk diagnosis kelainan
spektrum autisme bersamaan dan gangguan koordinasi perkembangan, gangguan
kecemasan, gangguan depresi, dan diagnosis komorbid lainnya.
Menurut Kaplan dan Sadock, gangguan autisme sering disertain dengan gangguan
penyerta lainnya seperti :
1. Gejala perilaku yang menyertai gangguan autism
Hiperaktivitas adalah masalah perilaku yang lazim pada anak autism yang masih kecil.
Agresi dan ledakan kemarahan juga dapat diamati, hal ini disebabkan oleh perubahan
atau tuntutan. Perilaku mencederai diri mencakup membenturkan kepala, menggigit,
menggaruk, dan menarik rambut. Tidak memperhatikan, kemampuan yang buruk
untuk fokus terhadap tugas, insomnia, masalah makan, dan enuresis juga sering
ditemukan pada anak autism.
2. Penyakit fisik yang menyertai gangguan autism
Anak kecil dengan gangguan autism memiliki insiden infeksi saluran nafas atas dan
infeksi ringan lainnya lebih tinggi daripada yang diperkirakan. Gejala gastrointestinal
sering ditemukan pada anak gangguan austism mencakup bersendawa, konstipasi dan
hilangnya gerakan usus. Selain itu juga menunjukkan peningkatan insiden kejam
demam pada anak autism.
3. Fungsi intelektual
Kemampuan visiomotor atau kognitif yang tidak biasa atau prekoks terjadi pada
beberapa anak dengan gangguan autism. Contoh yang paling menonjol pada anak
dengan gangguan autism yang memiliki kemampuan daya ingat menghafal atau
kemampuan berhitung yang luar biasa, biasanya diluar kemampuan anak normal
seusianya. Kemampuan prekoks lainnya yaitu seperti kemampuan awal untuk
membaca dengan baik (meskipun mereka tidak dapat mengerti apa yang dibaca), serta
kemampuan musical (bernyanyi atau memainkan alat musik).
F. DIAGNOSTIK PEMBANDING
Diagnostik banding autism yang utama adalah retardasi mental, ADHD, dan
gangguan bahasa reseptif-ekspresif campuran. Anak dengan gangguan perkembangan
pervasive biasanya memiliki banyak masalah yang hampir sama, Michael Rutter dan
Lionel Hersov menyarankan pendekatan bertingkat untuk digunakan di dalam diagnosis
banding.
Tabel Diagnosis Pembanding ASD dengan Retardasi Mental dan ADHD
bahasa, terlambat atau sama terlambat atau sama sekali berkembang baik
komunikasi sekali tidak berkembang tidak berkembang
DAFTAR PUSTAKA