Anda di halaman 1dari 3

EMOSI MANUSIA

A. Definisi Dasar Emosi Selain dipengaruhi penginderaan (persepsi) dan pikiran, perilaku manusia juga disertai oleh perasaan atau emosi (dalam Sarlito W. Sarwono, 2009: 123-126). Perasaan itu bisa positif (senang) atau negatif (tidak senang). Perasaan senang atau tidak senang yang selalu mewarnai perilaku-perilaku kita sehari-hari itu, ketika masih dekat dengan tataran biologi dan fisiologi/faal disebut warna afektif ( affective tone). Warna afeksi ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam hal warna afektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah, dan sudah mencapai tingkat mental atau psikologi, tidak lagi pada tingkatan biologi atau fisiologi saja. Perasaan-perasaan yang seperti ini disebut emosi. Beberapa macam emosi antara lain, gembira, bahagia, terkejut, jemu, benci, waswas, dan sebagainya. B. Teori Emosi Teori psikologis emosi pertama kali diusulkan secara independen oleh James dan Lange pada 1884. Menurut teori James-Lange, stimuli sensorik yang menginduksi emosi diterima dan diinterpretasikan oleh korteks, yang memicu perubahan pada organ-organ viseral melalui sistem saraf otonom dan pada otot-otot skeletal melalui sistem saraf somatik. Setelah itu, respons-respons somatik memicu pengalaman emosi di otak. Teori James-Lange bertolak belakang dengan cara pemikiran common-sense tentang hubungan kausal antara pengalaman emosi dan ekspresinya. Teori James-Lange mengatakan bahwa aktivitas dan perilaku otonom yang dipicu oleh kejadian emosional (misalnya, detak jantung yang cepat dan melarikan diri) menghasilkan perasaan emosi, bukan sebaliknya (dalam John P.J. Pinel, 2009: 544-546). Sekitar tahun 1915, Cannon mengusulkan sebuah alternatif untuk teori James-Lange, dan teori itu kemudian diperluas dan dipromosikan oleh Bard. Menurut teori Cannon-Bard, stimuli emosional memiliki dua efek eksitatorik independen: Mereka membangkitkan perasaan emosi di otak dan ekspresi emosi di sistem saraf otonom dan somatik. Artinya, teori Cannon-Bard, berlawanan dengan teori James-Lange, melihat pengalaman emosional dan ekspresi emosional sebagai proses-proses yang paralel yang tidak memiliki hubungan kausal langsung.

Teori James-Lange dan Cannon-Bard membuat prediksi yang berbeda tentang peran umpan balik dari aktivitas sistem saraf otonom dan somatik di dalam pengalaman emosional. Berikut adalah gambaran dari teori -teori yang ada dalam emosi manusia. 1. Pandangan Common-Sense Persepsi tentang beruang Perasaan takut Reaksi fisiologis 2. Pandangan James-Lange Persepsi tentang beruang Perasaan takut Reaksi fisiologi s 3. Pandangan Cannon-Bard Persepsi tentang beruang Perasaan takut Reaksi fisiologis 4. Pandangan Biopsikologi Modern

Persepsi tentang beruang

Perasaan taku
C. Emosi dan Ekspresi Wajah

Reaksi fisiologis

D. Mekanisme-mekanisme Otak untuk Emosi Manusia E. Contoh Kasus: Sindroma Kluver-Bucy Ia memperlihatkan afek yang datar,dan meskipun sebelumnya tampak gelisah, akhirnya ia menjadi sangat tenang. Ia tampak tak peduli terhadap orang maupun berbagai situasi. Ia banyak menghabiskan waktu untuk menonton televise, tetapi tidak pernah belajar untuk menyalakannya; ketika pesawat televise mati, ia cenderung menonton bayangan orang lain di ruang itu yang terpantul di layar kaca. Kadang-kadang ia berkelakar, tersenyum dengan tidak pas dan meniru gerak-gerik atau tindakan orang lain. Begitu mengawali sebuah rangkaian imitatif, ia akan menirukan dengan persis semua gerakan yang dibuat orang lain untuk periode yang cukup lama Ia terlibat eksplorasi oral untuk semua objek yang berada dalam jangkauannya, tampak tidak mampu mendapatkan informasi melalui sarana taktik atau visual saja. Semua objek yang dapat diangkatnya akan diletakkan di mulutnya dan diisap-isap atau dikunyahnya..

Meskipun jelas-jelas heteroseksual sebelum sakit, ia kemudian terlihat mencumbu pasien laki-laki lain .. Ia tidak pernah mencumbu perempuan, dan, faktanya, polaritas seksualnya yang bertolak belakang mendorong tunangannya untuk memutuskan hubungan mereka (Marlowe, Mancall, & Thomas, 1985, hlm. 55 56). F. Contoh Kasus: Kasus S.P., Perempuan yang Tidak Dapat Merasakan Ketakutan

G.

Anda mungkin juga menyukai