Anda di halaman 1dari 194

Interaksi Sosial

Sebuah Pengantar
Deskripsi Mata Kuliah
• Mata kuliah Interaksi Sosial ini bertujuan mengembangkan pemahaman
mahasiswa mengenai konsep dan teori dasar psikologi sosial yang berkaitan
dengan proses sosial dalam interaksi antarmanusia. Mahasiswa akan dikenalkan
pada berbagai macam konsep dan teori yang berkaitan dengan interaksi
antarmanusia, seperti perilaku prososial, ketertarikan (attraction) dan close
relationship, prasangka dan diskriminasi, serta perilaku agresi. Mahasiswa juga
akan mengeksplorasi fungsi bahasa dan proses komunikasi dalam hubungan
antarmanusia. Selain itu, mata kuliah ini mengenalkan mahasiswa pada isu-isu
kontemporer dalam riset-riset psikologi sosial, khususnya mengenai persoalan
epistemologis dalam penelitian-penelitian psikologi sosial.
Capaian Pembelajaran
• Mendemonstrasikan pemahaman mengenai konsep dan teori utama interaksi
sosial antar manusia, seperti perilaku agresi, perilaku prososial serta ketertarikan
(attraction) dan close relationship.
• Menjelaskan proses terjadinya perilaku diskriminasi dan bentuk-bentuknya, serta
prasangka.
• Menjelaskan peran bahasa dan komunikasi non-verbal dalam interaksi
antarmanusia.
• Menunjukkan pemahaman mengenai isu-isu kontemporer dalam psikologi sosial.
Pokok Bahasan
• Pengaruh kehadiran orang lain terhadap psikologis individu
• Proses interpersonal dan perilaku individu dalam interaksi sosial beserta basis fisiologisnya
• Proses kognitif, motivasional dan behavioral dalam proses interpersonal
• Bahasa dan komunikasi
• Close relationship: Ketertarikan dan memulai membangun hubungan
• Close relationship: membangun dan memelihara close relationship
• Close relationship: Konflik, mengakhiri hubungan dan rekonsiliasi)
• Perilaku prososial: Mengapa dan kapan prososial muncul
• Perilaku prososial: Peran norma, nilai, motivasi serta respon indovidu
• Agresi:Teori dan pengukurannya
• Agresi: elemen agresi
• Perilaku diskriminatif dan prasangka
• Isu-isu komtemporer dalam kajian interaksi sosial
Metode Pembelajaran
• Pembelajaran jarak jauh sinkron (dengan video
conference melalui Zoom, Google Meet, Big Blue
Button, atau yang lainnya).
Pertemuan 1-8

• Pembelajaran jarak jauh asinkron (rekaman audio, video


YouTube, dll)
Pertemuan 9-14
Penugasan
Mind Map Group Mind Map Individual
Waktu Waktu
Nama Mind
Materi Pertemuan ke- Pengumpulan/ Nama Mind Pengum
Map Materi Pertemuan ke-
Dateline Map pulan/D
Mind map Pengaruh kehadiran orang lain Minggu ke-3 ateline
Group 1 terhadap psikologis individu Mind map Ketertarikan dan close relationship Minggu
individual 1 ke-9
Mind map Proses interpersonal dan perilaku Minggu ke-4 Mind map Perilaku prososial Minggu
Group 2 individu dalam interaksi sosial individual 2 ke-11
beserta basis fisiologisnya
Mind map Proses kognitif, motivasional dan Minggu ke-5 Mind map Agresi Minggu
Group 3 behavioral dalam proses individual 3 (aspek individual dalam agresi) ke-13
interpersonal
Mind map Perilaku diskriminatif dan prasangka Minggu
Mind map Bahasa dan komunikasi Minggu ke-6
individual 4 (Dapat diganti dengan partisipasi penelitian dengan ke-14
Group 4
menghubungi PJMK melalui
listyati.palupi@psikologi.unair.ac.id)
Komponen Penilaian

»Ujian Tengah Semester : 25%


»Ujian Akhir Semester : 30%
»Mind Map Group (1,2,3,4) : 20%
»Mind Map Individual (1,2,3) : 15%
»Mind Map individual 4 atau partisipasi : 5%
penelitian
»Total : 100%
Contoh Mind Map
• Clark, M.S. & Mills, J. (2004). Interpersonal attraction in exchange and communal relationship. In Reis, H.T. and
Rusbult, C.E. [eds]. Close Relationship. East Sussex: Psychology Press.
• Hari, R & Kujala, M.V. (2009). Brain basis of human interaction: From concepts to brain imaging. Physiology Review,
453-479.
• Hogg, M.A. & Vaughan, G. M. (2011). Social psychology (6th Edition). Pearson: Essex.
• Levine, R., Sato, S., Hashimoto, T. & Verma, J. (1999). Love and marriage in eleven cultures. Dalam Reis, H.T. and
Rusbult, C.E. [ed]. Close Relationship. East Sussex: Psychology Press.
• Reis, H.T. & Rusbult, C.E. (2004a). Relationship in our lives. Dalam Reis, H.T. and Rusbult, C.E. [eds]. Close Relationsh
East Sussex: Psychology Press.
• Reis, H.T. & Rusbult, C.E. (2004b). The greening of relationship science. Dalam Reis, H.T. and Rusbult, C.E. [ed]. Close
Relationship. East Sussex: Psychology Press.
• Reis, H.T. & Rusbult, C.E. (2004c). Interdependence in relationship. Dalam Reis, H.T. and Rusbult, C.E. [ed]. Close
Relationship. East Sussex: Psychology Press.
• Rusbult, C.E. (1980). Commitment and satisfaction in romantic associations: A test of the investment model. Journa
Experimental Social Psychology, 16, 172-186
• Myers, D. (2012). Social Psychology 11th Edition. New York: McGraw-Hill.
• Snyder, M & Stukas, A.A. (1999). Interpersonal processes: The interplay of cognitive, motivational and behavioural
activities in social interaction. Annual Reviews of Psychology, 50, 273-303.
• Tuffin, K. (2005). Understanding critical social psychology. London: SAGE Publication.
Terima Kasih

Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial


PENGARUH KEHADIRAN
ORANG LAIN TERHADAP
INDIVIDU

MK INTERAKSI SOSIAL

Pertemuan 2
Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Interaksi, keniscayaan?
• Kita menghabiskan rata-rata 2/3 waktu kita dalam sehari dengan merasakan
kehadiran orang lain
• Fungsi kognitif, afektif bahkan perilaku kita secara fundamental dipengaruhi oleh
relasi interpersonal
• “…humans and their brains and minds are shaped, and normally function, in
continuous interaction with other people” (Hari & Kujala 2009)
• …our”selves“ including our values, disposition, and behavioural tendencies – are
shaped by our interpersonal relation… (Reis & Rusbult 2004)
• Kita semua pasti pernah memiliki pengalaman dan cukup terampil dalam
membangun relasi interpersonal/melakukan interaksi dengan orang lain
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

…cont’d
• Mempelajari interaksi sosial berarti mempelajari…
– Bagaimana memulai membangun relasi dengan orang lain
– Bagaimana menyikapi konflik yang terjadi dalam relasi interpersonal
– Bagaimana meresolusi konflik dan melakukan rekonsiliasi, termasuk
• Bagaimana melakukan kompromi

• Dengan…
– Orangtua
– Teman sebaya
– Tetangga…dll
• Relasi kita dengan orang lain sifatnya interdependen, artinya kita saling
membutuhkan satu sama lain
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Situasi sosial
• Merasakan kehadiran orang lain dan melakukan interaksi dengan orang
lain.
• Merasakan kehadiran orang lain, tanpa ada interaksi langsung.
• Mengimajinasikan kehadiran orang lain.
– “..not only the physical presence but also the mental image of another person can
affect the state of one’s brain, behavior, and attitude.. (Hari & Kujala 2009)
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Interaksi sosial dan neuroscience


• Sensasi dan face recognition
• Interacting minds
– Intersubjektivitas
– Self dan imaji mengenai “yang lain”
– Kelekatan dan gaya kelekatan
– Komunikasi non-verbal dan proses-proses tak sadar
• Motor mirroring
• Emosi dalam konteks sosial
• Penyimpangan fisiologis dalam interaksi sosial
– Spektrum Autisme
– Skizofrenia
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Sensasi dan face recognition


• Sensasi merupakan hal yang sentral dalam interaksi sosial.
Beberapa jenis sensasi terutama erat kaitannya dengan konteks
sosial-budaya.
– Ketulian  seandainya tidak ada Bahasa isyarat, menghambat
perkembangan mental
– Sentuhan  sebagai sensasi yang paling intim, lekat dengan
konteks nilai-nilai yang dianut masyarakat ttg status gender dan
social status-related
– Penciuman  hal yang esensial dalam proses mating pada hampir
seluruh spesies
• Face recognition sentral peranannya dalam interaksi sosial 
studi mengenai wajah yang menarik (attractive faces)
• Amygdala yang terletak dalam sistem limbik, ternyata kurang
berperan dalam proses mengenali “wajah yang menarik”
dibandingkan orbitofrontal cortex (socioemotional functioning).
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Interacting minds
• Intersubjektivitas: “…implicit understanding of other people’s feelings and aims and
the sharing of a common world..” (Hari & Kujala 2009).
– Meskipun cara manusia mengklasifikasikan dan mengkategorisasikan informasi mengenai dunia
luar cenderung serupa (dan meskipun sumbernya sama – shared experience), persepsi, sikap,
intensi dan makna dari stimuli tersebut dapat bervariasi – realitas intersubjektif.
– Oleh karena itu, cara manusia memandang dunianya sangat dipengaruhi oleh konteks sosialnya.
• Self & others
– Konsep kita mengenai “yang lain” lebih dulu terbentuk daripada konsep diri.
– Dalam titik tertentu, kita membutuhkan “yang lain” untuk mengenali diri sendiri.
– Cara kita memilah antara “kita” dengan “yang lain” adalah melalui proses mentalizing, dimana
kita mampu melihat keterpisahan antara “diri kita” dengan “yang lain” dan menginternalisasi
bahwa “yang lain” memiliki perasaan, belief, intensi, sikap, dll yang independen dari diri kita.
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

…cont’d
• Mentalizing (..cont’d)
– Membuat manusia bisa melakukan perspective taking – membayangkan dirinya seolah-olah
orang lain (walking with the other person)  memungkinkan terjadinya social comparison.
– Membentuk empati, pemahaman terhadap humor, gosip, dll.
– Bagian otak yang berperan dalam proses ini adalah CMS (cortical midline structure) yang
merupakan bagian dari medial prefrontal cortex. Bagian otak ini terbentuk utamanya karena
pengaruh konteks sosial-budaya yang membentuk citra seseorang mengenai dirinya dan orang
lain.
• Kelekatan
– Gaya kelekatan: secure, anxious dan avoidant.
– Ventral striatum dan amygdala memiliki pola aktivasi yang berbeda pada orang dengan gaya
kelekatan yang berbeda pula  membentuk pola perilaku dan trait yang berbeda pula.
– Affective bonding, selain dipengaruhi oleh kualitas relasi, juga dipengaruhi oleh produksi hormon
oksitosin dan vasopressin.
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

…cont’d
• Komunikasi non-verbal dan proses tak sadar
– Dalam interaksi sosial, manusia dapat saling
‘bertukar’ informasi (sikap, perasaan, dll) yang
sifatnya implisit melalui gestur, postur dan
ekspresi wajah.
– Interaksi sosial yang sifatnya nonverbal meliputi
proses emosi dua-arah (two-way emotions) dan
motor mirroring (akan dibahas dibagian
selanjutnya).
– Dalam proses interaksi, seseorang dapat
mempengaruhi perilaku orang lain secara tak
sadar melalui komunikasi non-verbal
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Motor mirroring
• Ketika berinteraksi dengan seseorang, mungkin saja kita ‘meniru’ aksi dan intensi
orang lain secara tak sadar melalui proses motor mirroring.
• Pada manusia, bagian otak yang bertanggungjawab pada proses ini disebut MNS
(human Mirror-Neuron System) yang pusatnya ada pada area Broca (left inferior
frontal cortex).
• MNS juga bertanggungjawab atas proses imitasi (proses belajar, dimana sso
mereproduksi secara identik perilaku orang lain)  contoh: bayi menirukan ekspresi
wajah orang dewasa.
– MNS dibentuk oleh pengalaman. Meskipun bayi sudah memiliki kapabilitas untuk mereproduksi
stimuli, pada perilaku yang lebih kompleks (misal: makan menggunakan sumpit), MNS
membutuhkan pengalaman sebelumnya untuk mereproduksi perilaku tsb.
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Emosi dalam konteks sosial


• Enam emosi dasar: happiness, sadness, fear, surprise, anger, contempt, dan disgust.
 ditemukan di semua budaya.
• Emosi sosial/moral: pride, guilt, shame, & embarrassment  berbeda tergantung
konteks budayanya.
• Untuk emosi dasar, amygdala dan bagian sistem limbik lainnya lebih berperan.
Namun untuk emosi sosial/moral, orbitofrontal cortex-lah yang lebih berperan.
• Mimicry dan synchrony – dapatkan emosi ‘menular’?
– Manusia cenderung menyesuaikan/mensinkronisasi emosi dengan orang lain (secara tidak
sadar).
– Misal: anak-anak cenderung menunjukkan perilaku agresif setelah mengobservasi perilaku yang
sama yang ditunjukkan oleh orang dewasa; tekanan darah diastolik serta intensitas sentuhan ibu
berpengaruh pada emosi bayi yang baru lahir.
– Emosi negatif lebih cepat ‘menular’ daripada emosi positif.
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Penyimpangan fisiologis
• Spektrum autisme
– Merupakan gangguan perkembangan dengan komponen genetis yang cenderung dominan
sebagai etiologi gangguan.
– Anak dengan spektrum autisme memiliki defisiensi pada fungsi motor mirroring (sistem MNSnya)
sehingga kesulitan untuk mereproduksi perilaku yang ditampakkan oleh orang lain.
– Anak dengan spektrum autisme juga memiliki motivasi yang inadekuat untuk menjalin interaksi
dengan orang lain  cenderung menghindar
• Skizofrenia
– Orang dengan gangguan skizofrenik sering melakukan kesalahan interpretasi atas situasi sosial
(dalam berbagai bentuk, termasuk halusinasi dan delusi).
– Pasien psikotik juga mendapati kesulitan dalam membedakan tindakannya sendiri dengan orang
lain.
PROSES INTERPERSONAL DAN
PERILAKU INDIVIDU DALAM
BERINTERAKSI SERTA BASIS
FISIOLOGISNYA

MK Interaksi Sosial

Pertemuan 3
Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Interaksi, keniscayaan?
• Kita menghabiskan rata-rata 2/3 waktu kita dalam sehari dengan merasakan
kehadiran orang lain
• Fungsi kognitif, afektif bahkan perilaku kita secara fundamental dipengaruhi oleh
relasi interpersonal
• “…humans and their brains and minds are shaped, and normally function, in
continuous interaction with other people” (Hari & Kujala 2009)
• …our”selves“ including our values, disposition, and behavioural tendencies – are
shaped by our interpersonal relation… (Reis & Rusbult 2004)
• Kita semua pasti pernah memiliki pengalaman dan cukup terampil dalam
membangun relasi interpersonal/melakukan interaksi dengan orang lain
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

…cont’d
• Mempelajari interaksi sosial berarti mempelajari…
– Bagaimana memulai membangun relasi dengan orang lain
– Bagaimana menyikapi konflik yang terjadi dalam relasi interpersonal
– Bagaimana meresolusi konflik dan melakukan rekonsiliasi, termasuk
• Bagaimana melakukan kompromi

• Dengan…
– Orangtua
– Teman sebaya
– Tetangga…dll
• Relasi kita dengan orang lain sifatnya interdependen, artinya kita saling
membutuhkan satu sama lain
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Situasi sosial
• Merasakan kehadiran orang lain dan melakukan interaksi dengan orang
lain.
• Merasakan kehadiran orang lain, tanpa ada interaksi langsung.
• Mengimajinasikan kehadiran orang lain.
– “..not only the physical presence but also the mental image of another person can
affect the state of one’s brain, behavior, and attitude.. (Hari & Kujala 2009)
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Interaksi sosial dan neuroscience


• Sensasi dan face recognition
• Interacting minds
– Intersubjektivitas
– Self dan imaji mengenai “yang lain”
– Kelekatan dan gaya kelekatan
– Komunikasi non-verbal dan proses-proses tak sadar
• Motor mirroring
• Emosi dalam konteks sosial
• Penyimpangan fisiologis dalam interaksi sosial
– Spektrum Autisme
– Skizofrenia
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Sensasi dan face recognition


• Sensasi merupakan hal yang sentral dalam interaksi sosial.
Beberapa jenis sensasi terutama erat kaitannya dengan konteks
sosial-budaya.
– Ketulian  seandainya tidak ada Bahasa isyarat, menghambat
perkembangan mental
– Sentuhan  sebagai sensasi yang paling intim, lekat dengan
konteks nilai-nilai yang dianut masyarakat ttg status gender dan
social status-related
– Penciuman  hal yang esensial dalam proses mating pada hampir
seluruh spesies
• Face recognition sentral peranannya dalam interaksi sosial 
studi mengenai wajah yang menarik (attractive faces)
• Amygdala yang terletak dalam sistem limbik, ternyata kurang
berperan dalam proses mengenali “wajah yang menarik”
dibandingkan orbitofrontal cortex (socioemotional functioning).
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Interacting minds
• Intersubjektivitas: “…implicit understanding of other people’s feelings and aims and
the sharing of a common world..” (Hari & Kujala 2009).
– Meskipun cara manusia mengklasifikasikan dan mengkategorisasikan informasi mengenai dunia
luar cenderung serupa (dan meskipun sumbernya sama – shared experience), persepsi, sikap,
intensi dan makna dari stimuli tersebut dapat bervariasi – realitas intersubjektif.
– Oleh karena itu, cara manusia memandang dunianya sangat dipengaruhi oleh konteks sosialnya.
• Self & others
– Konsep kita mengenai “yang lain” lebih dulu terbentuk daripada konsep diri.
– Dalam titik tertentu, kita membutuhkan “yang lain” untuk mengenali diri sendiri.
– Cara kita memilah antara “kita” dengan “yang lain” adalah melalui proses mentalizing, dimana
kita mampu melihat keterpisahan antara “diri kita” dengan “yang lain” dan menginternalisasi
bahwa “yang lain” memiliki perasaan, belief, intensi, sikap, dll yang independen dari diri kita.
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

…cont’d
• Mentalizing (..cont’d)
– Membuat manusia bisa melakukan perspective taking – membayangkan dirinya seolah-olah
orang lain (walking with the other person)  memungkinkan terjadinya social comparison.
– Membentuk empati, pemahaman terhadap humor, gosip, dll.
– Bagian otak yang berperan dalam proses ini adalah CMS (cortical midline structure) yang
merupakan bagian dari medial prefrontal cortex. Bagian otak ini terbentuk utamanya karena
pengaruh konteks sosial-budaya yang membentuk citra seseorang mengenai dirinya dan orang
lain.
• Kelekatan
– Gaya kelekatan: secure, anxious dan avoidant.
– Ventral striatum dan amygdala memiliki pola aktivasi yang berbeda pada orang dengan gaya
kelekatan yang berbeda pula  membentuk pola perilaku dan trait yang berbeda pula.
– Affective bonding, selain dipengaruhi oleh kualitas relasi, juga dipengaruhi oleh produksi hormon
oksitosin dan vasopressin.
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

…cont’d
• Komunikasi non-verbal dan proses tak sadar
– Dalam interaksi sosial, manusia dapat saling
‘bertukar’ informasi (sikap, perasaan, dll) yang
sifatnya implisit melalui gestur, postur dan
ekspresi wajah.
– Interaksi sosial yang sifatnya nonverbal meliputi
proses emosi dua-arah (two-way emotions) dan
motor mirroring (akan dibahas dibagian
selanjutnya).
– Dalam proses interaksi, seseorang dapat
mempengaruhi perilaku orang lain secara tak
sadar melalui komunikasi non-verbal
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Motor mirroring
• Ketika berinteraksi dengan seseorang, mungkin saja kita ‘meniru’ aksi dan intensi
orang lain secara tak sadar melalui proses motor mirroring.
• Pada manusia, bagian otak yang bertanggungjawab pada proses ini disebut MNS
(human Mirror-Neuron System) yang pusatnya ada pada area Broca (left inferior
frontal cortex).
• MNS juga bertanggungjawab atas proses imitasi (proses belajar, dimana sso
mereproduksi secara identik perilaku orang lain)  contoh: bayi menirukan ekspresi
wajah orang dewasa.
– MNS dibentuk oleh pengalaman. Meskipun bayi sudah memiliki kapabilitas untuk mereproduksi
stimuli, pada perilaku yang lebih kompleks (misal: makan menggunakan sumpit), MNS
membutuhkan pengalaman sebelumnya untuk mereproduksi perilaku tsb.
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Emosi dalam konteks sosial


• Enam emosi dasar: happiness, sadness, fear, surprise, anger, contempt, dan disgust.
 ditemukan di semua budaya.
• Emosi sosial/moral: pride, guilt, shame, & embarrassment  berbeda tergantung
konteks budayanya.
• Untuk emosi dasar, amygdala dan bagian sistem limbik lainnya lebih berperan.
Namun untuk emosi sosial/moral, orbitofrontal cortex-lah yang lebih berperan.
• Mimicry dan synchrony – dapatkan emosi ‘menular’?
– Manusia cenderung menyesuaikan/mensinkronisasi emosi dengan orang lain (secara tidak
sadar).
– Misal: anak-anak cenderung menunjukkan perilaku agresif setelah mengobservasi perilaku yang
sama yang ditunjukkan oleh orang dewasa; tekanan darah diastolik serta intensitas sentuhan ibu
berpengaruh pada emosi bayi yang baru lahir.
– Emosi negatif lebih cepat ‘menular’ daripada emosi positif.
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Penyimpangan fisiologis
• Spektrum autisme
– Merupakan gangguan perkembangan dengan komponen genetis yang cenderung dominan
sebagai etiologi gangguan.
– Anak dengan spektrum autisme memiliki defisiensi pada fungsi motor mirroring (sistem MNSnya)
sehingga kesulitan untuk mereproduksi perilaku yang ditampakkan oleh orang lain.
– Anak dengan spektrum autisme juga memiliki motivasi yang inadekuat untuk menjalin interaksi
dengan orang lain  cenderung menghindar
• Skizofrenia
– Orang dengan gangguan skizofrenik sering melakukan kesalahan interpretasi atas situasi sosial
(dalam berbagai bentuk, termasuk halusinasi dan delusi).
– Pasien psikotik juga mendapati kesulitan dalam membedakan tindakannya sendiri dengan orang
lain.
KELOMPOK 1
PROSES INTERPERSONAL &
PERILAKU INDIVIDU DALAM
INTERAKSI SOSIAL BESERTA
BASIS FISIOLOGISNYA
Anita Anggraini Tedjadipura - 112111133130
Thalitha Mhukti Kinasih - 112111133132
Gricelin Tristeny Letik - 112111133133
CONTENTS
1. INTRODUCTION
2. KERANGKA KOGNISI DAN INTERAKSI SOSIAL
3. INTERRACTING MINDS
4. MOTOR MIRRORING
5. EMOSI DALAM KONTEKS SOSIAL
6. GANGGUAN DARI INTERAKSI SOSIAL
INTERAKSI SOSIAL
PENGERTIAN
Interaksi antara dua atau lebih individu yang dapat
mempengaruhi satu sama lain

CONTOH
Kerja sama, kompetisi, saling membantu, tawar-menawar, dan
lain-lain.

Manusia dengan otak dan pikirannya sengaja dibentuk dan memiliki fungsi untuk
berinteraksi dengan otang lain
SOCIAL WORLD AND HUMANS AS STIMULI
Lingkungan membanbantu individu untuk
berkembang dari awal termasuk persepi dan
appreciation systemnya

Orang lain memiliki perbedaan dalam


menghadapi rangsangan dari persepsi yang
dia hasilkan sendiri
SENSASI (INDERA)
Indera sangat penting untuk melakukan interaksi sosial.

Hal-hal yang terjadi apabila indera kita terganggu adalah:


Tuli: menghambat perkembangan mental apabila tidak ada
bahasa isyarat
Tidak bisa merasakan sentuhan: stimulasi dikaitkan dengan
pelepasan oksitosin yang penting untuk ikatan sosial
dan kepercayaan
Tidak bisa mencium: tidak adanya perkembangan industri
parfum
FACE RECOGNITION

● Wajah dapat menarik perhatian lawan bicara


kita
● Daya tarik wajah memiliki dampak sosial dan
komersial.
● Amygdala kurang berperan dalam mengenali
wajah yang menarik
FACE RECOGNITION
INTERACTING MINDS
Intersubjektivitas
● Secara implisit mengerti perasaan dan tujuan orang lain & “berbagi” cara pandang tentang dunia
● Ikatan , intensi, sikap, & makna yang diambil bisa bervariasi (realitas intersubjektif)
● Cara manusia memandang dunia sangat dipengaruhi oleh konteks sosialnya

Self & Others


● Konsep tentang orang lain (“others”) terbentuk lebih dulu sebelum konsep diri sendiri
(“self”)
● Membedakan diri sendiri (“self”) dan orang lain (“others”) melalui proses Mentalizing

Mentalizing
● Kemampuan melihat keterpisahan antara “diri sendiri” dengan “yang lain” &
menginternalisasi bahwa “yang lain” memiliki hal-hal yang independen dari diri sendiri
Cth : saat gosip, menonton film, akting
● Melihat dari 2 sudut pandang
INTERACTING MINDS
Kelekatan
● Adanya ikatan afektif → dipengaruhi kualitas relasi
● Dipengaruhi produksi hormon oxytocin dan vasopressin
● Gaya kelekatan : secure (positive + confident), anxious (afraid of rejection), avoidant (distance)

Komunikasi non-verbal & Proses tak sadar


● Manusia bisa menunjukkan perilaku dan perasaan melalui gestur, postur,
dan ekspresi wajah
● Meliputi proses two-way emotions dan mirroring
MOTOR MIRRORING
PADA MONYET PADA MANUSIA
● Penemuan pertama ditemukan ● Dalam proses interaksi, aksi dan
pada percobaan monyet di intensi seseorang dapat ditiru orang
frontal lobe lain secara tidak sadar

BAGIAN OTAK YANG


BERTANGGUNGJAWAB
● MNS (Mirror Neuron System) yang
berpusat pada area Broca
● MNS juga bertanggungjawab pada
proses imitasi
EMOSI DALAM KONTEKS SOSIAL

Emosi Dasar Emosi Sosial/Moral


Hadir di seluruh keberadaan Terbentuk dari emosi dasar
budaya manusia. yang di picu dari stimulus
eksternal.
Emosi yang ‘Menular’

Mimicry and Synchorony

● Pada bayi akan sensitif dan bereaksi


dengan penularan emosi.
● Pada remaja dan dewasa akan bergantung
sebagian.
● Secara umum penularan emosi terjadi
antara lingkup teman interaksinya.
Penyimpangan Fisiologis
Autisme
● Merupakan gangguan perkembangan otak yang dipengaruhi oleh genetik.
● Sulit memunculkan mimicry dan synchrony (melihat dan meniru) karena
kekurangan pada sistem MNS.
● Motivasi yang kurang untuk melakukan interaksi.

Schizophrenia
● Merupakan gangguan yang disebabkan oleh genetika dengan perkembangan
diri.
● Sulit menginterpretasikan situasi sosial dan sering memunculkan permasalahan
dalam interaksi sosial.
● Membuat penderitanya sulit memahami tindakannya sendiri dan
membedakannya dengan orang lain.
REFERENSI
Hari, R., & Kujala, M. V. (2009). Brain
basis of human social interaction:
from concepts to brain imaging.
Physiological reviews, 89(2), 453-479.
TERIMA KASIH
Proses Kognitif, Motivasional
dan Behavioral dalam Interaksi
Sosial

MK Interaksi Sosial

Pertemuan 4
Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Interaksi sosial
Perceiver Target
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

The nature of social interaction


• Konteks sosial dari interaksi dapat mempengaruhi cara pandang kita terhadap orang
lain.
– Interaksi yang terjadi antara dua orang asing akan cenderung teritualisasi dan
formal.
– Sedangkan pada konteks yang kurang formal, kualitas target (gender, usia, ras dan
suku bangsa) sangat mempengaruhi perilaku kita. Efek yang ditimbulkan cenderung
mengendap dan otomatis, sehingga kita cenderung tak sadar bahwa faktor kualitas
target tsb mempengaruhi cara kita berinteraksi.
• Interaction rules (Snyder dkk. 1999) mempengaruhi persepsi kita atas target, outcome
atas interaksi dan probabilitas apakah interaksi tsb akan berlanjut atau tidak.
• Interaction rules meliputi:
– Kepribadian target
– Setting dan tujuan berinteraksi
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Ekspektasi…
• Outcome dari interaksi merupakan komponen yang penting, karena mencakup
keseluruhan tujuan interaksi.
– Sehingga kita cenderung memberikan sinyal terhadap target, apakah outcome
interaksi tercapai atau tidak.
– Sinyal yang dimaksud adalah ekspektasi; yang mencakup ekspektasi kita atas
perilaku target dan ekspektasi kita atas perilaku yang mungkin diharapkan oleh
target.
• Ekspektasi sumbernya ada pada;
– Pengalaman sebelumnya ketika berinteraksi dengan target atau dari pihak ketiga
yang mengenal target.
• Namun ekspektasi dapat cenderung overgeneralisasi/error, ketika kita berinteraksi
dengan orang asing atau dengan orang yang familiar namun pada konteks yang tidak
biasa.
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

..cont’d
• Apabila perilaku kita dipengaruhi
oleh ekspektasi orang lain  self-
fulfilling prophecy.
• Interaksi sosial pada dasarnya
berujung pada
konfirmasi/diskonfirmasi
ekspektasi.
• Bagaimana proses tsb terjadi?
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Self-fulfilling prophecy
• Merupakan fenomena ketika perceiver mengadopsi keyakinan (beliefs)
tertentu mengenai target, menunjukkan perilaku tertentu yang
menyebabkan target terlihat mengkonfirmasi keyakinan (beliefs) tsb.
• Self-fulfilling prophecy memiliki dua implikasi:
– Konfirmasi perseptual; dimana ekspektasi perceiver mengenai target terafirmasi
secara perseptual  layer perseptual
– Konfirmasi behavioral; ketika target menunjukkan perilaku yang sesuai dengan
ekspektasi perceiver  mengafirmasi ekspektasi secara empirik/behavioral
(diafirmasi pula oleh pihak ketiga diluar perceiver dan target).
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

…cont’d
• Tipologi ekspektasi (Snyder & Stukas 1999)
– Positif vs negatif (dalam hal kemampuan dan/atau
moralitas)
• Pygmalion vs golem effect
• Mekanismenya… (Kelley 1992)
– Perceiver membentuk belief mengenai target.
– Perceiver bersikap/memperlakukan target seolah-olah
belief tersebut benar.
– Target menunjukkan perilaku yang mengafirmasi belief
perceiver.
– Perceiver menginterpretasi bahwa belief mereka atas target
benar dan dibuktikan dengan perilaku target yang
mengafirmasi belief tsb.
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

…cont’d
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

..cont’d
• Apa yang terjadi apabila target
menunjukkan perilaku yang berbeda
dengan belief perceiver?

…what is striking is that even when


targets have behaviorally disconfirmed
their perceivers. expectations, perceivers
may still retain these expectations (Snyder
& Stukas 1999)
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Konsekuensinya…
• Apabila target menunjukkan perilaku yang mengafirmasi belief
perceiver, maka ’bukti’ tsb digunakan untuk menjustifikasi cara
perceiver memperlakukan target.
• Outcomenya – future social contact
• Kontak antara target dengan perceiver akan berlanjut apabila ekspektasi
yang terkonfirmasi, positif. Apabila negatif, kemungkinan besar perceiver
akan menghindari interaksi selanjutnya dengan target (Harris 1993).
– Termasuk apabila target menunjukkan perilaku yang asimetris dengan ekspektasi
positif perceiver. Kemungkinan perceiver akan mengalami kekecewaan dan
cenderung mengurangi kontak dengan target.
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Proses motivasional
• The interaction goals approach (Hilton & Darley 1985)
– Relasi antara target-perceiver dipengaruhi oleh motivasi  dimana perceiver
termotivasi untuk memenuhi tujuan, yaitu membentuk impresi yang akurat
mengenai target.
– Lebih lanjut, Hilton (1995) membedakan motivasi tsb menjadi beberapa bagian;
explicit goals (membentuk impresi yang akurat); nonconscious goals (mengurangi
ancaman thd self-esteem); implicit goals (menyesuaikan perilaku dengan norma
tak tertulis); dan recursive goals (menebak/memprediksi tujuan interaksi target).
– Apabila perceiver termotivasi untuk memahami target secara akurat, maka
cenderung menuju pada diskonfirmasi.
– Perceiver yang menginginkan agar target menyukainya, cenderung tidak
berujung pada self-fulfilling prophecy.
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

…cont’d
• The functional approach (Copeland &
Snyder 1995)
– Konfirmasi behavioral hanya akan terjadi
apabila perceiver termotivasi untuk
membentuk pengetahuan (getting to
know) mengenai target, sedangkan target
termotivasi untuk memfasilitasi
terjadinya interaksi (getting along).
Rizqy Amelia Zein – Interaksi Sosial

Relasi power
• Dalam sebagian besar riset mengenai self-fulfilling prophecy misalnya
antara….
– Guru dengan murid (Harris & Rosenthal 1985)
– Atasan dengan anak buah (Pelletier & Vallerand 1996)
– Terapis dengan klien (Copeland & Snyder 1995)
• ..menunjukkan adanya power imbalance antara target dengan perceiver.
Artinya, perceiver memiliki power untuk mempengaruhi perilaku target
 baca disciplinary powernya Foucault.
Proses Kognitif,
Motivasional dan
Behavioral Dalam Proses
Interpersonal
slidesmania.com

Interaksi dan Pengaruh Sosial D-2

1
Anggota Kelompok 2:

1. Aulia Fidiasari Achmadi (112111133202)

2. Humaidah Dwi Rahmayanti (112111133091)

3. Devina Talitha Erwin (112111133097)

4. Shafira Zalfa Adfrinda (112111133094)


slidesmania.com

2
Topik :

The nature of social interaction ______________________________________ 4

Expectation ___________________________________ 6

Self-fulfilling prophecy __ _______________________________ 7

Proses motivasional _ ________________________________ 10

Relasi Power ____ _________________________________ 11


slidesmania.com

3
The nature of social interaction

● Konteks sosial dari interaksi dapat mempengaruhi


cara pandang kita terhadap orang lain.

○ Interaksi yang terjadi antara dua orang asing


akan cenderung teritualisasi dan formal.

○ Sedangkan pada konteks yang kurang formal,


kualitas target sangat mempengaruhi perilaku
kita.
slidesmania.com

4
● Interaction rules (Snyder dkk. 1999) mempengaruhi persepsi kita atas target,
outcome atas interaksi dan probabilitas apakah interaksi tersebut akan
berlanjut atau tidak.

● Interaction rules meliputi:

○ Kepribadian target: Sifat orang yang kita ajak berinteraksi

○ Setting dan tujuan berinteraksi: Tujuan kita berinteraksi dengan orang


tersebut.
slidesmania.com

5
Expectation
● Interaksi sosial pada dasarnya berujung pada konfirmasi/diskonfirmasi ekspektasi.

● Outcome dari interaksi merupakan komponen yang penting, karena mencakup


keseluruhan tujuan interaksi. Sehingga kita cenderung memberikan sinyal terhadap
target, apakah outcome interaksi tercapai atau tidak.

● Sinyal yang dimaksud adalah ekspektasi; yang mencakup ekspektasi kita atas perilaku
target dan ekspektasi kita atas perilaku yang mungkin diharapkan oleh target.

● Ekspektasi sumbernya ada pada pengalaman sebelumnya ketika berinteraksi dengan


slidesmania.com

target atau dari pihak ketiga yang mengenal target. Namun, ekspektasi dapat cenderung
overgeneralisasi/error

6
Self-fulfilling prophecy
● Merupakan fenomena ketika perceiver mengadopsi keyakinan (beliefs) tertentu
mengenai target, menunjukkan perilaku tertentu yang menyebabkan target terlihat
mengkonfirmasi keyakinan (beliefs) tersebut.

● Self-fulfilling prophecy memiliki dua implikasi:

○ Konfirmasi perseptual; dimana ekspektasi perceiver mengenai target terafirmasi


secara perseptual → layer perseptual

○ Konfirmasi behavioral; ketika target menunjukkan perilaku yang sesuai dengan


ekspektasi perceiver → mengafirmasi ekspektasi secara empirik/behavioral
slidesmania.com

(diafirmasi pula oleh pihak ketiga diluar perceiver dan target).

7
● Tipologi ekspektasi (Snyder & Stukas 1999)

○ Positif vs negatif (dalam hal kemampuan dan/atau moralitas)

● Pygmalion vs golem effect (Kelley 1992)

○ Perceiver membentuk belief mengenai target.

○ Perceiver bersikap/memperlakukan target seolah-olah belief tersebut


benar.

○ Target menunjukkan perilaku yang mengafirmasi belief perceiver.


slidesmania.com

○ Perceiver menginterpretasi bahwa belief mereka atas target benar dan


dibuktikan dengan perilaku target yang mengafirmasi belief tsb.

8
● Konsekuensi

○ Apabila target menunjukkan perilaku yang mengafirmasi belief


perceiver, maka hal tsb digunakan untuk menjustifikasi cara
perceiver memperlakukan target

○ Outcome : future social contact


slidesmania.com

9
Proses Motivasional
● The interaction goals approach (Hilton & Darley 1985)

- Relasi antara target dan perceiver dipengaruhi oleh motivasi


- Hilton (1965) membedakan motivasi menjadi beberapa bagian; explicit goals,
nonconscious goals, implicit goals, dan recursive goals

● The functional approach (Copeland & Synder 1995)

- Konfirmasi behavioral hanya terjadi ketika perceiver termotivasi untuk membentuk


slidesmania.com

pengetahuan mengenai, sedangkan target termotivasi untuk memfasilitasi terjadi interaksi

10
Relasi Power
● Dalam Sebagian riset mengenai self-fulfilling prophecy

- Guru dengan murid (Harris & Rosenthal 1985)

- Atasan dengan anak buah (Pelletier & Vallerand 1996)

- Terapis dengan klien (Copeland & Snyder 1995)

menunjukkan adanya power imbalance antara target dan perceiver


slidesmania.com

11
Source
Michael Hogg, & Vaughan, G. (2021). Social Psychology 9th Edition. In Pearson Education Ltd.
slidesmania.com

12
13
TERIMAKASIH
slidesmania.com
Bahasa dan
Komunikasi

MK Interaksi Sosial

Pertemuan 5
Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Bahasa
• “…a system of sounds that convey meaning because of shared grammatical and
semantic rules” (Hogg & Vaughan, 2012)
• Gerakan Psikologi Diskursif bahkan menjadikan Bahasa sebagai unit analisis 
ontologi alternatif
• Searle (1979) mengidentifikasikan lima jenis makna yang dapat diakomodasi oleh
Bahasa:
– Untuk mendeskripsikan sesuatu/objek
– Untuk meminta orang lain melakukan sesuatu
– Untuk mengekspresikan sikap dan perasaan
– Untuk membuat komitmen
– Untuk mencapai/meraih sesuatu secara langsung
• Bahasa  innate (LAD  Chomsky) atau hasil belajar?
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

..cont’d
• Ada species specificity dalam Bahasa  mungkin ada komponen yang sifatnya
innate dalam Bahasa.
– Kera yang paling cerdas sekalipun tak bisa menandingi struktur Bahasa anak usia 3 tahun.
– Aturan gramatikal yang universal bersifat innate (?) dan diaktivasi oleh interaksi sosial  LAD
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Relativitas Bahasa
• Hipotesis Sapir-Whorf  relativitas Bahasa
– Individu yang berbicara dalam Bahasa tertentu memiliki sistem kognisi yang sangat dipengaruhi oleh sistem
Bahasa tersebut
– Oleh karena itu, kognisi manusia sangat tergantung dengan Bahasa.
– Kata ganti orang ketiga dalam Bahasa Indonesia (‘kami’ ‘mereka’ ‘kalian’) vs Bahasa Inggris (‘we’ ‘us’ ‘you’)
• Adakah Bahasa yang sifatnya universal?
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Paralingua dan gaya bicara


• Paralingua: komponen non-lingusitik
yang menyertai komponen Bahasa 
komponen emosi.
– Pola titinada (pitch), intonasi, kecepatan
bicara, jeda, dll.
• Gaya Bahasa: gaya bicara tertentu yang
diterapkan seseorang, yang secara
signifikan menambah makna tertentu
terhadap komponen Bahasa.
– Logat, pemilihan kosakata, dll.
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Social Marker
• Kita menyesuaikan gaya Bahasa dengan situasi sosial yang kita hadapi, misalnya
– Bahasa Indonesia formal
– Bahasa Indonesia campur Jawa Ngoko Suroboyoan
– Jawa Ngoko Suroboyoan
– Krama Inggil
• Bahasa (aksen/logat) yang digunakan juga dapat menunjukkan status sosial atau
identitas sosial (etnisitas), misal
– Posh
– Mancunian
– Cockney
– Scots
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Ethnoliguistic Vitality
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Speech accommodation theory


• Modifikasi aksen/logat/gaya Bahasa dengan konteks lawan bicara. Hal ini digerakkan
oleh motivasi tertentu (misalnya, agar diterima secara sosial atau membantu lawan
bicara untuk memahami pesan secara lebih baik)
• Ada dua kemungkinan:
– Speech convergence: apabila orang yang status sosialnya lebih tinggi menyesuaikan gaya
bahasanya dg orang yang status sosialnya lebih rendah (begitu pula sebaliknya)  berimplikasi
pada interpersonal approval dan liking (terutama apabila terjadi secara intensional).
– Speech divergence: apabila dua orang dengan status sosial yang berbeda saling mempertahankan
gaya bicara masing-masing  psycholinguistics distinctiveness.
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Gender dan Usia


• Perempuan kebanyakan lebih cerewet, sopan, emosional, positif, suportif, kurang
asertif dan lebih menyukai berbicara mengenai rumah tangga dan keluarganya
• Secara fisiologis, wanita memiliki karakter suara yang berbeda dengan laki-laki
• Dalam menggunakan Bahasa, laki-laki memiliki nuansa power, mampu mengambil
kendali dan mendapatkan pengaruh atas orang lain
• Intergenerational communication  isu ageism dalam komunikasi antargenerasi
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Komunikasi Non-Verbal
• …merupakan transfer atas informasi yang bermakna yang digunakan
untuk menambah makna komunikasi lisan dan tulis. Kita
menggunakan komunikasi non-verbal untuk menunjang kualitas
komunikasi
– Gestur
– Postur
– Kontak mata
– Ekspresi wajah  sering digunakan untuk emotional recognition
– Sentuhan
• Fungsi komunikasi non-verbal
– Menangkap informasi mengenai intensi dan perasaan/emosi yang dirasakan oleh
lawan bicara
– Meregulasi interaksi (dapat digunakan sebagai petunjuk apakah sso mau diajak
bicara, dll)
– Mengekspresikan keintiman
– Meraih dominasi dan kendali atas orang lain
– Memfasilitasi pencapaian tujuan (menunjuk objek, dll)
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Variasi komunikasi non-verbal


• Gender
– Wanita lebih baik dalam menerjemahkan visual dan auditory cues dalam komunikasi non-verbal.
– Wanita juga lebih ekspresif secara emosional.
• Gaya kelekatan (attachment)
– Anak yang mengembangkan gaya kelekatan yang secured, akan lebih baik dalam menerjemahkan
maupun mengekspresikan emosi yang ia/orang lain rasakan.
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Facial Expression
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Social and Personal Space


Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Computer-mediated communication
• Sebagai konsekuensi atas berkembangnya ICT dan informasi-informasi yang
diperoleh dari kanal-kanal baru, berkembang pula bentuk interaksi yang baru, yakni
interaksi yang dimediasi oleh perangkat elektronik
• Ada 5 temuan penelitian yang cukup menarik mengenai CMC
– CMC membatasi paralingua dan komunikasi nonverbal. Untuk komunikasi antara dua orang
asing, hal ini mungkin tidak akan mengurangi kualitas komunikasi. Namun pada dua orang yang
sudah mengembangkan hubungan yang lebih dekat, hal ini menjadi kendala (Hollingshead 1998).
Namun CMC dapat “menukar” ekspresi emosi dengan emoticon.
– CMC lebih efisien karena mampu mereduksi jumlah informasi yang dipertukarkan. Oleh karena
itu group discussion dan decision making akan sangat berbeda dengan konteks face-to-face
(Hollingshead 1996)
– Participation-equalization effect  adanya deindividuasi. Orang akan cenderung mau terlibat
dalam komunikasi, karena mereka punya kesempatan menutupi identitas (menjadi anonim).
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

..cont’d
• CMC secara gradual mulai dimaknai setara dengan interaksi
face-to-face. Misalnya dalam sebuah grup LINE, ada chat
seseorang yang tidak direspon orang lainnya  dapat
dianggap sebagai gejala pengucilan (ostracism) yang sama
dengan interaksi face-to-face (Williams dkk. 2000).
• Penggunaan internet dapat menyebabkan kesepian dan
depresi adalah mitos. Tidak ada bukti yang meyakinkan yang
menunjukkan bahwa pengguna internet depresi, kesepian
atau menarik diri dari pergaulan. Meskipun begitu,
pengguna internet menghabiskan waktu yang lebih sedikit
untuk membaca atau menonto televisi (Bargh & McKenna
2004)
INTERAKSI DAN PENGARUH SOSIAL

BAHASA &
KOMUNIKASI
KELOMPOK 3
Nama Anggota Kelompok:
1. Nabila Fadhia Ulhaq (112111133005)
2. Rhein Sasi Kirana (112111133003)
3. Annisa Salsabila Aziz (112111133002)
4. Carrisa Yumna Nabila Bakti (112111133041)
Language and
Communication
Bahasa adalah sistem suara yang menyampaikan makna dengan aturan tata bahasa
dan semantik bersama. (Hogg & Vaughan, 2012) dan bahasa sama dengan sebuah
media komunikasi yang kuat
Komunikasi adalah transfer informasi dari satu orang ke orang lain. berkomunikasi
bisa melalui kata-kata, ekspresi wajah, tanda-tanda, gerakan dan sentuhan;
komunikasi juga bisa dilakukan dengan tatap muka atau melalui telepon, menulis,
SMS, email atau video.
Filsuf John Searle (1979) mengidentifikasi lima macam makna bahwa orang dapat
dengan sengaja menggunakan bahasa untuk berkomunikasi; mereka dapat
menggunakan bahasa untuk:
a. mengatakan bagaimana sesuatu yang ditandatangani
b. mendapatkan seseorang untuk melakukan sesuatu
c. mengungkapkan perasaan dan sikap
d. buat komitmen
e. menyelesaikan sesuatu secara langsung
Language, thought
and cognition
1. Bahasa adalah sosial dalam segala macam cara: sebagai sistem simbol,
itu terletak di jantung kehidupan sosial (Mead, 1934). Mungkin lebih
penting dari ini. Mungkin pikiran itu sendiri ditentukan oleh bahasa.
2. Relativitas linguistik memandang bahwa bahasa menentukan pemikiran
dan oleh karena itu orang-orang yang berbicara bahasa yang berbeda
melihat dunia dengan cara yang sangat berbeda

Hipotesis Sapir-Whorf mengatakan bahwa bahasa sepenuhnya


menentukan pemikiran, sehingga orang-orang yang berbicara
bahasa yang berbeda benar-benar melihat dunia dengan cara
yang sama sekali berbeda dan secara efektif hidup di alam
semesta kognitif-perseptual yang sama sekali berbeda.
Paralanguage and
speech style
Bahasa tidak hanya berkomunikasi melalui apa
yang dikatakan tetapi juga dengan cara yang
dikatakan. Paraligage mengacu pada semua
pendamping non-linguistik dari pidato -
volume, stres, pitch, kecepatan, nada suara,
jeda, kliring tenggorokan, dengusan dan
mendesah (Knapp, 1978; Trager, 1958).

Klaus Scherer (1974) systematically varied, by


means of a synthesiser, a range of
paralinguistic features of short neutral
utterances and then had people identify the
emotion that was being communicated
Social Makers in Speech
Perbedaan interpersonal dalam gaya bicara relatif kecil (Giles & Street,
1985). kita memiliki repertoar gaya, dan kita secara otomatis atau
sengaja menyesuaikan cara kita berbicara dengan konteks acara
komunikatif.
Misalnya, kita berbicara perlahan - lahan dan menggunakan kata - kata
pendek serta tata bahasa yang sederhana sewaktu berbicara kepada
orang asing dan anak - anak (Clyne, 1981; Elliot, 1981). dan kita
menggunakan konstruksi yang lebih panjang dan lebih kompleks, atau
lebih formalisasi bahasa varietas atau aksen standar, ketika kita berada
dalam konteks formal seperti wawancara.
Language, identity and
ethnicity
Match-guise dan studi lain menunjukkan bahwa bagaimana kita berbicara (aksen atau
bahkan bahasa kita) dapat mempengaruhi bagaimana orang lain mengevaluasi kita. Hal ini
tidak mungkin terjadi karena gaya bicara tertentu secara intrinsik lebih menyenangkan
daripada yang lain, tetapi karena gaya bicara dikaitkan dengan kelompok sosial tertentu
yang secara konsen dievaluasi lebih atau kurang positif di masyarakat
Gaya bicara dan etnis
Kelompok etnik dapat berbeda dalam penampilan, pakaian, praktek budaya, dan
kepercayaan agama. Akan tetapi, bahasa atau gaya bicara sering kali merupakan salah satu
penanda identitas etnik yang paling berbeda dan jelas.
Bahasa atau gaya bicara isyarat identitas etnis. Oleh karena itu, apakah orang-orang
menonjolkan atau menekankan bahasa etnis mereka akan dipengaruhi oleh sejauh mana
mereka menganggap identitas etnis mereka sebagai sumber harga diri dan kebanggaan
diri
Language, identity and
ethnicity
Bahasa dan vitalitas
Vitalitas etnolinguistik adalah konsep yang menggambarkan ciri-
ciri objektif dari konteks antar etnis yang mempengaruhi bahasa,
dan akhirnya kelangsungan hidup budaya atau hilangnya
kelompok etnolinguistik
Giles, Bourhis dan Taylor (1977) memperkenalkan istilah vitalitas
etnolinguistik untuk menggambarkan ciri-ciri objektif dari
konteks antar etnis yang mempengaruhi perilaku bahasa
Konfigurasi vitalitas etnolinguistik obyektif dapat dihitung untuk
kelompok yang berbeda (Giles, 1978; Saint-Blancat, 1985), tetapi
vitalitas subyektif - yaitu persepsi masyarakat sendiri tentang
vitalitas kelompok mereka - yang lebih langsung mempengaruhi Secara umum, ada korespondensi
penggunaan bahasa (Bournhis, Giles, & Rosenthal, 1981; Harwood, antara objektif dan vitalitas subjektif,
Giles, & Bourhis, 1994; Sachdev & Boughis, 1994; Sachdev & Bou( tetapi keduanya tidak perlu identik
Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
SPEECH
ACCOMMODATION
Dasar teori : Ketika orang berbicara, mereka akan menyesuaikan gaya bicara
mereka dengan konteks pembicaraan maupun situasi pendengar. (Giles,
1984; Giles, Taylor, & Bourhis, 1973)
1 Speech convergent and divergent

Konvergensi bisa diartikan dengan Divergensi bisa diartikan gaya bicara


meningkatkan kesamaan gaya bicara tidak menyesuaikan orang lain,
interpersonal sehingga meningkatkan melainkan membawa ciri khasnya
penerimaan dan ketertarikan lawan sendiri sehingga membentuk kekhasan
bicara (Bourhis, Giles, & Lambert, 1975) psikolinguistik.

Cenderung berperan dalam percakapan cenderung berperan dalam percakapan


interpersonal intergroup

Kelompok berstatus lebih rendah : vitalitas Kelompok yang berstatus lebih rendah :
subjektif yang rendah + keyakinan pada social vitalitas subjektif tinggi + keyakinan akan
mobility. Terjadi Upward convergence sepihak
social change. Terjadi divergensi bilateral.
pada penutur berstatus lebih rendah dan
Kedua pembicara mengejar kekhasan
unilateral divergensi pada pembicara yang
berstatus lebih tinggi. psikolinguistik.
Speech convergent and divergent
2 Stereotyped speech
Stereotyped speech merupakan citra evaluatif dalam berbicara yang
disederhanakan dan kemudian dibagikan secara luas dari kelompok sosial
beserta anggotanya.

Hal tersebut linier dengan teori akomodasi pidato yang saat ini telah
diperluas untuk memasukkan komunikasi non-verbal dan kemudian
disebut sebagai teori akomodasi komunikasi

Teori akomodasi komunikasi merupakan modifikasi gaya komunikasi


verbal dan nonverbal sesuai konteks (misalnya pendengar) dari interaksi
tatap muka. Perluasan teori akomodasi pidato untuk menggabungkan
komunikasi non-verbal.
Billingualism and
Second Language
Acquisition
Sebagian besar negara adalah bilingual atau multibahasa, yang
berarti bahwa orang harus dapat berbicara dua bahasa atau lebih
dengan beberapa kecakapan untuk berkomunikasi secara efektif.
Intergroup model of second-language
acquisition -> Belajar bahasa kedua
dipengaruhi oleh tujuan motivasional yang
dibentuk oleh konteks identitas sosial dan
hubungan antarkelompok yang lebih luas.
Lima dimensi sosio-psikologis :
1. kekuatan identifikasi etnolinguistik;
2. jumlah identitas alternatif yang tersedia;
3. jumlah identitas alternatif berstatus tinggi
yang tersedia;
4. persepsi vitalitas subjektif;
5. keyakinan sosial mengenai kemungkinan
bahwa bahasa dapat membawa seseorang ke
dalam kelompok dominan.
Adapun kebalikan dari kondisi sosio-psikologis
diatas yakni
1. Memotivasi orang untuk hanya memperoleh
kecakapan tertulis/formalitas
2. Dengan adanya ketakutan akan asimilasi, bahasa
kedua dianggap subtraktif karena dapat menarik
permusuhan dalam kelompok
3. dan tuduhan pengkhianatan etnis.
1

Language, culture and migration


Analisis pemerolehan second-language acquisition ini mendasarkan
bahasa dalam konteks budayanya dan menghubungkan pemerolehan
bahasa dengan proses akulturasi yang lebih luas.
Intergroup Language
and Communication
Here we focus on gender and age, but there is also
research on social categories defined bysexual orientation
1 GENDER
Bagaimana gender mempengaruhi
bahasa, pidato dan komunikasi? Age, along with gender, is one of
the most fundamental bases of
Speech style differences between
one’s identity, and one’s
men and women have been studied
most extensively in Western perceptions of and interactions
countries (Aries, 1996; Smith, 1985) with other people (Brewer & Lui,
1989).

2 AGE GROUPS AND


GENERATIONS
COMMUNICATING
WITHOUT WORDS
Speech jarang terjadi dalam
isolasi dari isyarat non-verbal.
1Function of non- 2. Relationships and attachment
Orang-orang memiliki attachment styles
verbal communication berbeda yang mempengaruhi perilaku
non-verbal mereka.

Definisi : Transfer informasi yang berarti


dari satu orang ke orang lain dengan cara 1. Gender differences
selain tertulis atau bahasa lisan (misalnya Wanita umumnya lebih baik daripada
tatapan, ekspresi wajah, postur, sentuhan) pria dalam memecahkan kode isyarat
visual dan isyarat pendengaran, seperti
nada suara dan nada (E. T. Hall, 1979; J.
Kita dapat menggunakannya untuk: A. Hall, 1978, 1984).
1. Mengumpulkan informasi tentang Keterampilan non-verbal dapat
perasaan dan niat orang lain; berguna untuk meningkatkan
2. Mengatur interaksi; komunikasi interpersonal, mendeteksi
3. Mengungkapkan keintiman; penipuan, dll. Keterampilan non-verbal
4. Membangun dominasi atau kontrol; ini juga dapat terus diasah
5. Memfasilitasi pencapaian tujuan.
Variations in non- 2
verbal behavior
Using The Face to Express
Emotion
our facial expression
can tell others
something about our
personality and even
our likely social
actions.
Darwin (1872)
percaya bahwa ada
sejumlah kecil emosi
universal dan yang terkait
dengan emosi ini adalah
ekspresi wajah universal.
Facial Display Rules

Display rules adalah aturan budaya dan situasional yang ditandai, yang mengatur
ekspresi emosi. Aturan ini ada karena kita juga menggunakan ekspresi wajah kita
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
gerakan wajah lebih dari isyarat emosi kita; mereka juga digunakan dengan sengaja
untuk mendukung atau bahkan menggantikan bahasa lisan
Gaze and Eye Contact
Visual Dominance
mereka yang tidak berdaya cenderung lebih memperhatikan yang kuat daripada
sebaliknya, karena orang yang tidak memiliki kekuatan sangat termotivasi untuk belajar
tentang mereka yang berkuasa atas mereka.

status and gender


ketika pria atau wanita itu ahli (status tinggi), mereka mendominasi - menatap hampir
sama atau lebih saat berbicara seperti mendengarkan. ketika pria dan wanita bukan ahli
(status rendah), mereka menunjukkan pola status rendah - lebih banyak melihat sambil
mendengarkan daripada berbicara. ketika laki-laki dan perempuan sama-sama ahli, laki-
laki akan didominasi sedangkan perempuan menunjukkan pola status rendah.

status and etchnicity


ketika ada perbedaan status dan etnik antara dua orang atau lebih, ekspresi wajah juga
bisa berbeda. tetapi ketika ada dua orang atau lebih bersama dan mereka memiliki status
dan etnis yang sama mereka akan lebih nyaman dan tidak kasar.
Postures and Gestures
Kinesicsn is a linguistics of body communnication
Emblems adalah jenis getures yang menggantikan atau menggantikan bahasa
lisan, seperti lambaian tangan saat menyapa. beberapa lambang dipahami secara
luas lintas budaya, tetapi banyak yang khusus untuk budaya. hal yang sama dapat
ditunjukkan oleh budaya yang berbeda.
Be carefull when and where we gestures with a foreigner and thumb forming a
circle. because every nation has their own emblems and it might be has different
meaning.
Touch Up Close and
Personal
Positive Affect

Playful the study of interpersonal distance


Control is called proxemics.
Ritualistic protecting personal space
Task-Related
a. Gender differences
b. Cultural differences
Impression Management and Deception
Non-verbal communication can be Some people are better than others at
subliminal and automatic. concealing deception, people who
habitually monitor their own behaviour
carefully tend to be better liars.
People may try to hide their true
feelings by using non-verbal cues
appropriately, but it's not completely People are more accurate at judging
success because there is information audible than visible deception.
was leaked by non-verbal channels.
In detecting deception, computers are
People relatively good at controlling better at counting cues, but humans are
verbal content to conceal deception, better at making Gestalt judgements
but not very good at tell the difference that incorporate non-verbal and
between truth and lies contextual information.
CONVERSATION AND
DISCOURSE
Conversation
Bahasa lisan dan isyarat non-verbal bekerja
secara bersamaan.

Percakapan memiliki fase-fase interaksi,


seperti pembuka dan penutup.

Percakapan akan kacau jika tidak ada aturan


pengambilan giliran.

Percakapan memiliki kontribusi besar dalam


efektifitas komunikasi.
Psikologi sosial bahasa dan komunikasi cenderung
menganalisis gaya bicara dan komunikasi non-
verbal daripada teks komunikasi yang sebenarnya.
Discourse
Teks pidato jarang ada yang benar-benar netral,
maknanya dapat diubah oleh gaya bicara.

Merupakan alat yang berguna untuk mengungkap


agenda tersembunyi dan mengungkapkan
prasangka tersembunyi.

Pendekatan analisis pidato berpendapat bahwa


konsep psikologi sosial dapat dibentuk melalui
pidato.

COMPUTER-MEDIATED
COMMUNICATION
ledakan komunikasi yang dimediasi komputer selama menjadi salah
satu perkembangan terbesar dalam tiga puluh tahun terakhir
6 Aspek Psikologi Sosial
CMC dan Media Sosial
Tanpa adanya video, CMC membatasi saluran komunikasi sekaligus
1 menimbulkan persepsi bahwa kepercayaan itu penting dalam
membangun hubungan baru.
Menekan jumlah informasi yang dipertukarkan, sehingga aspek prosedural
diskusi kelompok yang umumnya meningkatkan pertukaran informasi
2 dalam pertemuan tatap muka mungkin tidak memiliki efek yang sama.

CMC memiliki efek penyetaraan status sehingga orang yang merasa


3 dirinya tidak setara dapat menyesuaikan diri meskipun tergantung pada
keefektifan penyembunyian status dari media elektronik itu sendiri.
6 Aspek Psikologi Sosial
CMC dan Media Sosial
Meskipun pada awalnya CMC menghambat interaksi dan kinerja suatu
kelompok, seiring berjalannya waktu orang-orang berhasil beradaptasi
4 dengan mode komunikasi terbaru mereka. bahkan menganggap
komunikasi yang dilakukan tidak dimediasi oleh komputer.
Menggunakan Internet untuk 'berselancar' tidak selalu berdampak negatif
5 pada pengguna. Mereka tidak pasti menjadi kesepian, tertekan, atau
menarik diri dari interaksi sosial dengan orang lain
Kepribadian seseorang biasanya terkait dengan seberapa banyak orang
6 menggunakan media sosial dan jenis media sosial apa yang mereka sering
gunakan.
TERIMA
KASIH!
Close Relationship:
Ketertarikan dan
Memulai Hubungan
MK Interaksi Sosial

Pertemuan 6
Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Atrractive People
• Orang-orang yang atraktif (secara fisik) memiliki pengalaman yang berbeda dengan
orang-orang yang kurang atraktif, terutama mengenai bagaimana mereka dinilai,
diperlakukan dan bertindak.
• Menurut Langlois, dkk (2000), secara umum orang yang atraktif:
– Anak-anak  mendapatkan nilai yang lebih baik di sekolah, menunjukkan derajat kecerdasan dan
kompetensi sosial yang lebih baik, lebih populer dan lebih mudah menyesuaikan diri.
– Dewasa  lebih disukai oleh orang lain, lebih sukses dalam pekerjaannya, lebih bugar dan memiliki banyak
pengalaman seksual. Memiliki pengalaman berkencan lebih banyak, memiliki kepercayaan diri dan harga diri
yang lebih baik, serta memiliki derajat kecerdasan dan status kesehatan mental yang sedikit lebih baik.
• Attractiveness memiliki kaitan dengan kontur wajah yang feminin dan tubuh yang
langsing. Hal ini juga ditemukan pada laki-laki (Rhodes, Hickford & Jeffrey, 2000;
Gardner & Tockerman, 1994).
• Orang yang atraktif biasanya tampak muda (unsur ageism, Buss & Kenrick, 1998).
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Pendekatan Evolusi
• Pendekatan evolusi dalam menjelaskan interaksi sosial juga meliputi dan dimulai
dengan bagaimana kita memilih pasangan.
• Pendekatan evolusi memiliki konsep reproductive fitness, artinya kita cenderung
memilih pasangan dengan kombinasi genetis yang baik yang dapat ditinjau dari
kebugaran fisik, youthful appearance, dan bentuk wajah dan tubuh yang simetris.
• Gangstead & Simon (2000) menemukan bahwa wanita cenderung menyukai untuk
mencium bau tubuh laki-laki yang bertubuh lebih simetris dan kecenderungan ini
meningkat ketika wanita tsb berada dalam masa subur.
• Laki-laki cenderung memilih wanita yang memiliki WHR (waist-to-hip-ratio) sebesar
0.7 (bentuk tubuh seperti jam pasir). Meskipun begitu, ada beberapa preferensi
tertentu yang dipengaruhi oleh kultur dan efek ekologis.
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

…cont’d
• Cod-damn gorgeous! The girl who works in a chip shop who has 'Britain's most
beautiful face'
• Are these the world's most beautiful faces? Woman Photoshopped in more than 25
countries to show how global beauty standards vary across globe
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

…cont’d
• Karakteristik seseorang yang kita pilih untuk membangun hubungan jangka panjang
ditengarai juga dipengaruhi oleh informasi genetis.
• Karakteristik partner ideal (Fletcher, dkk., 2004) yang diturunkan melalui interaksi
gen adalah sebagai berikut:
– Warmth-trustworthiness  menunjukkan kepedulian dan keintiman
– Vitality-attractiveness  menunjukkan kebugaran fisik dan reproductive fitness
– Status-resources  kita menyukai pasangan yang secara sosial diterima dan memiliki kemampuan finansial
yang baik
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Kita tertarik pada seseorang karena…


• Proximity
– Bagaimana dengan LDR?
• Familiarity
• Similarity
– Similarity of attitudes
– Similarity of culture
• Karakteristik personal
– Kepribadian  memiliki karakteristik warmth-kindness lebih penting daripada kesamaan hobi,
sikap, nilai dan social skill
– Self-disclosure  kita cenderung membagi informasi yang personal kpd orang terdekat
• Stereotip kultural
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Social penetration theory (Altman & Taylor 1973)


• Merupakan konsep yang menggambarkan proses komunikasi interpersonal, yang
awalnya terkesan dangkal dan superfisial, menuju relasi yang lebih intim dan dekat.
• SPT menekankan konsep self-disclosure sebagai core conceptnya.
– Orang lain akan ‘terbuka’ dengan kita, apabila kita terbuka dengan mereka.
– Apabila suatu relasi sampai pada expressing vulnerability, maka dapat dikatakan relasi tsb sudah
sampai pada tahap intimate.
• Asumsi dasar
– Progres dalam relasi bergerak dari superfisial (dangkal) menuju keintiman (dekat).
– Perkembangan dalam relasi dekat cenderung sistematis dan mudah diprediksi.
– Perkembangan dalam relasi dekat juga mencakup depenetrasi dan disolusi.
– Self-disclosure adalah poin kunci dari perkembangan relasi dekat.
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

…cont’d
• Tahapan
– Orientation  cenderung melibatkan small
talk, masih terikat pada norma sosial standar.
– Exploratory affective  kedua belah pihak
mulai saling membuka diri. Mulai
mengekspresikan sikap personal  casual
friendship
– Affective  sudah mulai membicarakan hal-hal
yang privat dan personal.
– Stable  relasi mencapai stagnasi, dimana
emosi dan respon perilaku orang lain sudah
mulai dapat diprediksi.
– Depenetration (tidak selalu terjadi)  terjadi
ketika suatu relasi berakhir dan ada ‘hitung-
hitungan’ untung rugi. Masing-masing pihak
mulai menarik dan menutup diri.
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Attraction-rewards
• Memahami bahwa relasi dapat dibentuk karena relasi tersebut menimbulkan
efek/perasaan yang positif.
• Relasi sebagai proses pertukaran sosial Homans (1961)
– Cost-reward ratio  individu menghitung keuntungan yang mungkin ia peroleh dalam
menjalin relasi dengan orang lain.
– Minimax strategy  dalam menjalin relasi dengan orang lain, kita cenderung untuk
mencari cara untuk meminimalisasi cost dan memaksimalkan reward.
– Comparison level  standar yang berkembang sesuai dengan berjalannya waktu dan
terbentuk oleh pengalaman sebelumnya. Kita menggunakan standar ini untuk
mengetahui apakah sebuah hubungan yang akan kita jalin dengan sso menguntungkan
atau merugikan.
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein

Equity dalam close relationship


• Sebagian besar orang percaya bahwa pertukaran sosial semestinya fair dan adil,
serta sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
• Equity theory (Adams, 1965) menyatakan bahwa suatu relasi dapat dikatakan setara
(equitable) apabila rasio input dengan income setara bagi kedua belah pihak.
• Suatu hubungan dapat dikatakan setara apabila:
– Adanya mutual exchange of resources
– Adanya pertukaran ketika salah satu pasangan memiliki limted resources
• Ketika income yang diperoleh proporsional dengan cost yang dikeluarkan, maka
hubungan tsb dapat dikatakan setara.
Interaksi Sosial – Rizqy Amelia Zein
Close Relationship I
Kelompok 4 Interaksi dan
Pengaruh Sosial
Kelas D-2

ANGGOTA KELOMPOK:
1. Regina Farah Hidayah_112111133049
2. Karina Rae Bilqis_ 112111133172
3. Fidela Elirica A_112111133187
4. Adib Muhammad Daffa_112111133009
Attractive People
Langlois, dkk (2000)
Anak-anak : Anak-anak yang mendapat nilai yang baik di
sekolah, menunjukkan derajat kecerdasan dan kompetensi
sosial yang lebih baik, lebih populer dan lebih mudah
menyesuaikan diri.
Dewasa : Lebih disukai oleh orang lain, lebih sukses dalam
pekerjaannya, lebih bugar dan memiliki banyak pengalaman
seksual.

Rhodes, Hickford & Jeffrey, 2000; Gardner &


Tockerman, 1994
Attractiveness memiliki kaitan dengan kontur wajah yang feminin
dan tubuh yang langsing. Hal ini juga ditemukan pada laki-laki

Buss & Kenrick, 1998


Orang yang terlihat menarik (attractive) biasanya akan
tampak muda
Pendekatan Evolusi
Peran Genetik
Kesuburan: Gangstead & Simon (2000) menemukan bahwa wanita cenderung
menyukai untuk mencium bau tubuh laki-laki yang bertubuh lebih simetris dan
kecenderungan ini meningkat ketika wanita tersebut berada dalam masa subur.

Melihat Warna Merah: Pazda, Elliot, & Greitemeyer (2012) menyatakan bahwa
bagi pria, wanita yang mengenakan pakaian berwarna merah sangat menarik dan
menggairahkan.

Figur Jam Pasir: Marlowe & Wetsman (2001) Memaparkan bahwa laki-laki
cenderung memilih wanita yang memiliki WHR (waist-to-hip-ratio) sebesar 0.7
(bentuk tubuh seperti jam pasir). Meskipun begitu, ada beberapa preferensi
tertentu yang dipengaruhi oleh kultur dan efek ekologis.
Lanjutan Pendekatan Evolusi
Wajah yang Menarik
(Norman Li, dkk., 2013) telah mencatat bahwa pria lebih sering memilih pasangan yang
menarik secara fisik, sedangkan wanita lebih sering memilih pasangan yang memiliki status
sosial

Pencarian Tipe Ideal


(Fletcher, dkk., 2004) menyatakan bahwa karakteristik ideal yang diturunkan melalui
interaksi gen adalah sebagai berikut:
Warmth-trustworthiness 🡪 menunjukkan kepedulian dan keintiman
Vitality-attractiveness 🡪 menunjukkan kebugaran fisik dan reproductive fitness
Status-resources 🡪 kita menyukai pasangan yang secara sosial diterima dan
memiliki kemampuan finansial yang baik
Mengapa Kita Tertarik pada Seseorang?
Proximity Similiarity
Faktor hidup dekat diketahui berperan penting Similiarity of attitudes
dalam tahap awal pembentukan persahabatan. Similiarity of culture

Familiarity Stereotip Kultural


Norton, Frost, & Ariely (2007) mencatat Stereotip yang terkait dengan daya tarik
bahwa semakin banyak kita belajar tentang mencakup beberapa hal umum untuk kedua
orang lain, semakin banyak kita menemukan hal- budaya ('universal') dan tumpang tindih
hal yang membuat orang itu berbeda dari diri dengan Big Five dimenssions tetapi kedua
kita sendiri, dan ini dapat menyebabkan budaya itu memang berbeda sampai batas
ketidaksukaan: efek 'less is more' tertentu mengenai apa yang mereka anggap
menarik secara fisik.
Karakteristik Personal
Kepribadian → memiliki karakteristik warmth-
kindness lebih penting daripada kesamaan hobi,


sikap, nilai dan social skill
Self-disclosure kita cenderung membagi
informasi yang personal kepada orang terdekat
Social Penetration Theory
Merupakan konsep yang menggambarkan proses komunikasi interpersonal, yang
awalnya terkesan dangkal dan superfisial, menuju relasi yang lebih intim dan dekat.

Social Penetration Theory menekankan konsep self-disclosure sebagai core


conceptnya.
- Orang lain akan ‘terbuka’ dengan kita, apabila kita terbuka dengan mereka.
- Apabila suatu relasi sampai pada expressing vulnerability, maka dapat
dikatakan relasi tsb sudah sampai pada tahap intimate.

Asumsi dasar
- Progres dalam relasi bergerak dari superfisial (dangkal) menuju keintiman
(dekat).
- Perkembangan dalam relasi dekat cenderung sistematis dan mudah diprediksi.
- Perkembangan dalam relasi dekat juga mencakup depenetrasi dan disolusi.
- Self-disclosure adalah poin kunci dari perkembangan relasi dekat.
Tahapan Social Penetration Theory

Orientation 🡪 cenderung melibatkan small talk, masih terikat pada norma


sosial standar.
Exploratory affective 🡪 kedua belah pihak mulai saling membuka diri. Mulai
mengekspresikan sikap personal 🡪 casual friendship
Affective 🡪 sudah mulai membicarakan hal-hal yang privat dan personal.
Stable 🡪 relasi mencapai stagnasi, dimana emosi dan respon perilaku orang
lain sudah mulai dapat diprediksi.
Depenetration (tidak selalu terjadi) 🡪 terjadi ketika suatu relasi berakhir
dan ada ‘hitung-hitungan’ untung rugi. Masing-masing pihak mulai menarik dan
menutup diri.
Attraction-Rewards

Memahami bahwa relasi dapat dibentuk karena relasi tersebut menimbulkan


efek/perasaan yang positif.

Relasi sebagai proses pertukaran sosial Homans (1961) :

Cost-reward ratio → individu menghitung keuntungan yang mungkin ia


peroleh dalam menjalin relasi dengan orang lain.
Minimax strategy → dalam menjalin relasi dengan orang lain, kita cenderung
untuk mencari cara untuk meminimalisasi cost dan memaksimalkan reward.
Comparison level → standar yang berkembang sesuai dengan berjalannya
waktu dan terbentuk oleh pengalaman sebelumnya. Kita menggunakan
standar ini untuk mengetahui apakah sebuah hubungan yang akan kita jalin
dengan sso menguntungkan atau merugikan
Equity dalam Close
Relationship
Sebagian besar orang percaya bahwa pertukaran sosial semestinya fair
dan adil, serta sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
Equity theory (Adams, 1965) menyatakan bahwa suatu relasi dapat
dikatakan setara (equitable) apabila rasio input dengan income setara
bagi kedua belah pihak.
Suatu hubungan dapat dikatakan setara apabila:
- Adanya mutual exchange of resources
-Adanya pertukaran ketika salah satu pasangan memiliki limited resources
Ketika income yang diperoleh proporsional dengan cost yang dikeluarkan,
maka hubungan tsb dapat dikatakan setara.
Thank You

Referensi : Vaughan, G. M., & Hogg, M. A. (2018). Social


psychology (8th ed.). Pearson Australia.
Close Relationship:
Membangun dan
Memelihara Hubungan

MK Interaksi Sosial

Pertemuan 7
Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial
Interaksi Sosial

Attachment
• It was firstly introduced to explain the dynamics of relation between the baby and
the caregiver.
• However, Bowlby (1969) argues that attachment is not limited to explaining the
relationship between the baby and the caregiver. Attachment is present in every
stage of human life.
• Furthermore, Hazan and Shaver (1987) classified several attachment styles based on
its pattern shown in the relationship between the baby and the caregiver. The
classification is subsequently used to explain the dynamics of relation between the
baby and the caregiver as well as between two adults.
– Secure attachment
– Avoidant attachment
– Anxious attachment
Interaksi Sosial

…cont’d
Interaksi Sosial

…cont’d
• Subsequent research had demonstrated that attachment style arisen from the
relationship between the baby and the caregiver affects how the baby develop
romantic relationships as an adult (Feeney & Noller, 1990).
– Same research also suggests that individual with secure attachment tend to choose to build romantic
relationship with another securely attached individual.
– Avoidant attached individual tend to be less satisfied and more susceptible to stress when building
relationship with others, as well as growing relationship with their children.
• A study conducted by Brennan and Shaver (1995) had showed that:
– Securely attached individual is easier to shape romantic/close relationship with others as well as enjoys a
long-term relationship.
– Avoidant attached individual tends to feel deep discomfort when shaping relationship with others and tends
to be jealousy and reserved.
– Anxiously attached individuals were reported to be too easy to fall in love, even though they are more
probable in developing a rocky relationship. Too much extreme conflicts contribute to their unhappiness.
Interaksi Sosial

What is Love?
• “….an intense feeling of deep affection” (Oxford English Dictionary)
• “…strong affection of for another arising out of kinship or personal ties.” (Merriam-
Webster)
• “…suka sekali, sayang benar” (KBBI)
• “…beginilah cinta, deritanya tiada akhir” (Cu Pat Kai)
• “…a combination of emotions, cognitions and behaviours that can be involved in
intimate relationship” (Hogg & Vaughan, 2012)
• Sexual arousal? Lust?
Interaksi Sosial

Kinds of Love
• Aristotle’s typology
– Eros: lust
– Philia: friendship
– Agape: unconditional love
• Fehr’s typology (1994)
– Passionate love → tenderness, sexuality, elation and pain, anxiety, altruism and jealousy.
– Companionate love → less intense, but combining feelings of friendly affection and deep attachment.
• Love as a labelling process → three-factor theory (Hatfield & Walster 1981)
Love is a product of three interacting determinant variables:
1. Cultural determinants that define love as a form/dimension of feelings.
2. The presence of love object – in certain culture, social norm is strictly applied in terms of love
objects (it has to be opposite sex or in the same cohorts)
3. Emotional arousal; a kind of feelings that appears when someone directly
meets/interacts/thinks about his/her love objects.
Interaksi Sosial

Sternberg’s Triangular Theory


• Robert Sternberg (1988) introduced a model to explain the dynamics of romantic
relationships which includes:
– Passion: sexual attraction
– Commitment: strong intention to hold on/stay in/maintain relationship
– Intimacy: feelings of warmth, closeness and sharing
Interaksi Sosial

…cont’d
Interaksi Sosial

Rusbult’s Invesment Theory


• Inspired by the spirit of social exchange theory (maximizing reward and reducing
cost) and interdependence of relationship.
• Rusbult (1980) identified several sets of variables that support and/or hinder
satisfaction and commitment in regards to romantic relationships.
Interaksi Sosial

Equation 1

Ox: outcome value of relationship


wi: subjective importance
ai: individual’s subjective estimate of outcome
Interaksi Sosial

Equation 2

SATx: satisfaction of relationship


Ox: outcome value of relationship
CL: comparison level
Interaksi Sosial

Equation 3

Ay: alternative association


Oy: outcome value of alternative association
CL: comparison level
Interaksi Sosial

Equation 4

Ix: investment in relationship X


wj: importance of investment j
rj: size of investment

Extrinsic investment
Intrinsic investment
Interaksi Sosial

Equation 5

COMx: level of commitment in relationship x


Ox: outcome value of relationship x
Ix: investment in relationship x
Oy: alternative outcome value
Interaksi Sosial

Maintaining relationships
• Research carried out by Cotton, Cunningham and Antill (1993) reported that:
– Husbands and wives reported high level of marital satisfactions if they have known/maintained
relationships with their partners’ significant others.
• Marital commitment
• Readjustment
• To err is human, to forgive is divine
• Adam & Jones (1997) argued that there are three main factors that are capable of
keeping relationships strong:
– Personal dedication: positive attractions to partners
– Moral commitment: a sense of obligation
– Constraint commitment: other factors that make us think twice before deciding to leave
Close Relationship:
Membangun dan
Memelihara Hubungan
Interaksi dan Pengaruh Sosial
Kelompok 5
ANGGOTA
Hanna Azfa Sadida
112111133065

Fadhilah Afqa Alghifari Rakay Ratnamaya


112111133068 112111133089
What is Love?

“Cinta adalah cara alam memberi


alasan untuk menjadi hidup.”
—Paul Webster, 1955
What is Love?
Mencintai lebih kompleks daripada menyukai, hal inilah yang
menyebabkan mencintai lebih susah dipahami dan diukur. Walaupun
kesan pertama penting, namun hubungan percintaan bukan hanya
intensifikasi di awal hubungan saja. Oleh karenanya, psikolog sosial
mempelajari ketahanan dari sebuah hubungan.
Passionate love
Langkah pertama dalam mempelajari cinta romantis secara ilmiah adalah
memutuskan bagaimana mendefinisikan dan mengukurnya. Robert
Sternberg (1998) memandang cinta sebagai segitiga yang terdiri dari tiga
komponen:
gairah (passion): ketertarikan seksual
Keintiman (intimacy): perasaan hangat, kedekatan
komitmen (Commitment): niat kuat untuk bertahan/mempertahankan
hubungan
A Theory of Passionate Love

Cinta yang penuh gairah itu emosional, menggairahkan, dan


intens. Elaine Hatfield (1988) mendefinisikannya sebagai:

"keadaan kerinduan yang intens


untuk bersatu dengan yang lain."
Untuk menjelaskan passionate love (cinta yang penuh gairah), Hatfield
mencatat bahwa keadaan gairah tertentu dapat diarahkan ke salah satu
dari beberapa emosi, tergantung pada bagaimana kita mengaitkan
gairah tersebut. Oleh karena itu, kita mungkin mengalami gairah sebagai
kegembiraan jika kita berada dalam situasi euforia, merasa marah jika
lingkungan kita tidak bersahabat, dan merasa cinta yang penuh gairah
jika situasinya romantis.

Dalam pandangan ini, passionate love adalah pengalaman


psikologis dari terangsang secara biologis oleh seseorang yang
kita anggap menarik.
Variations in Love: Culture and Gender

Sebagian besar orang berasumsi bahwa orang lain


memiliki perasaan yang sama dengan kita. Di beberapa
budaya, cinta cenderung mengikuti daripada mendahului
pernikahan. Studi yang dilakukan oleh Reis dan Aron
(2008) kepada para remaja di Amerika Serikat yang
individualistis menyatakan bahwa sebagian besar mereka
tidak setuju jika saling suka menjadi dasar dari
pernikahan.
Apakah pria dan wanita berbeda
dalam mengalami passionate love?

Banyak studi yang mengira bahwa wanita lebih mudah jatuh cinta.
Fakta sebenarnya adalah pria yang cenderung lebih mudah jatuh cinta.
Dalam kebanyakan hubungan, pria-lah yang paling sering pertama kali
mengatakan “Aku Mencintaimu”. (Ackerman & others, 2011).
Namun, begitu jatuh cinta, wanita biasanya lebih terlibat secara
emosional dari pasangan mereka. Wanita juga agak lebih mungkin
daripada pria untuk fokus pada keintiman dan perhatian mereka
terhadap pasangannya. Sedangkan pria lebih mungkin untuk berpikir
tentang fisik dan hal-hal menyenangkan dari sebuah hubungan
(Hendrick & Hendrick, 1995).
Companionate love
Cinta akan membara ketika hubungan berada di orbit yang stabil.
Tingginya perasaan mencintai dapat dipertahankan berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun. Tapi sayang, cinta tidak selamanya bertahan.
Companionate love

Beberapa peneliti menyatakan bahwa:


Setelah 2 tahun menikah, pasangan mengungkapkan kasih
sayangnya hanya sekitar setengah dari saat mereka
pengantin baru (Huston & Chorost, 1994).
Sekitar 4 tahun setelah menikah, tingkat perceraian
memuncak dalam budaya di seluruh dunia (Fisher, 1994).
Meredanya gairah cinta dari waktu ke waktu dapat dilihat
dalam perasaan mereka yang memasuki pernikahan
perjodohan versus pernikahan berbasis cinta di India.

Usha Gupta dan Pushpa Singh (1982) meminta 50 pasangan di


Jaipur, India, untuk melengkapi skala cinta. Mereka menemukan
bahwa pasangan yang menikah karena cinta melaporkan
perasaan cinta yang berkurang setelah 5 tahun menikah.
Sebaliknya, mereka yang dijodohkan melaporkan lebih banyak
cinta jika pernikahan mereka berusia 5 tahun atau lebih.
Jika ingin tetap bertahan, sebuah hubungan harus menjadi
perasaan yang lebih mantap namun tetap hangat (Menurut
Hatfield, ini disebut Companionate Love). Hal ini didukung
dengan meredanya hormon yang memfasilitasi gairah
(testosteron, dopamin, adrenalin), sedangkan hormon
oksitosin mendukung perasaan keterikatan dan kepercayaan
(Taylor & others, 2010).

Hal ini dapat mendefinisikan bahwa Companionate Love


adalah kasih sayang yang kita rasakan dengan seseorang
yang dengannya hidup kita terjalin erat.
What enables close relationships?
Attachment

Sebagai makhluk sosial kita memiliki kecenderungan untuk membangun


hubungan dengan orang lain. Sejak bayi kita memiliki ketergantungan untuk
membutuhkan bantuan orang lain serta mendapatkan berbagai reaksi sosial
seperti cinta, rasa takut, dan kemarahan. Namun, di antara berbagai reaksi
tersebut, hal pertama dan paling intens yang kita alami adalah cinta.
Kinds of Attachment

Secure attachment: Diperoleh dari rasa aman dan ditandai dengan

keintiman saat bersama dengan orang terkasih.

Avoidant attachment: Ditandai dengan perasaan tidak nyaman satu sama

lain, penolakan, bahkan kedekatan dengan orang lain.

Insecure attachment: Ditandai dengan perasaan gelisah dan ambivalen.


Equity
Kondisi di mana “hasil” yang didapat setara dengan besar usaha yang diberikan
dalam hubungannya.
Equity dapat diekspresikan dengan tindakan saling memberi keuntungan.
Equity menjadi kunci besar dalam kesuksesan suatu hubungan.
1. Long-term Equity
Menurut Margaret Clark dan Judson Mills (1979; 1993) seseorang akan memilih
untuk berkorban dan memberi bantuan agar ia tidak memiliki hutang budi
terhadap seseorang. Seperti saat kita membantu teman kita, seringkali kita
tidak mengharapkan timbal balik atas bantuan itu secara langsung dan lebih
berharap untuk mendapatkan bantuan di kemudian hari, misal ketika kita
mengalami kesusahan.
Contoh: Suatu hari Nana mentraktir Nini makan KFC dengan cuma-cuma dan
tampaknya tidak meminta balas budi, dengan kesadaran diri Nini akan siap
untuk membantu Nana di saat kesulitan, misal saat mengerjakan tugas.
2. Perceived Equity and Satisfaction

Pasangan yang menjalani hubungan dengan ketidakseimbangan akan


merasakan ketidaknyamanan, pasangan yang mendapatkan keuntungan lebih
mungkin dapat merasa bersalah dan pasangan yang kurang diuntungkan akan
merasakan kejengkelan. Oleh karena itu, kesetaraan dalam hubungan menjadi
kunci karena akan memberikan kepuasan dan kenyamanan terhadap seluruh
pihak.
self disclosure
Hubungan kasih sayang yang dalam adalah
keintiman yang memungkinkan kita untuk
dikenal apa adanya dan merasa diterima.
Hubungan seperti itu dicirikan oleh apa yang
disebut oleh mendiang Sidney Jourard sebagai
pengungkapan diri atau self disclosure (Derlega
& others, 1993).
Dalam suatu hubungan yang berkembang,
banyak dari contoh dari pengungkapan diri ini
ditandai dengan berbagi kesenangan bersama
atas kejadian baik (Gable & others, 2006).
Ketika seorang teman bersukacita bersama
kita, itu tidak hanya meningkatkan
kegembiraan kita tentang peristiwa itu, tetapi
juga membantu kita merasa lebih dekat
dengan persahabatan tersebut (Reis & others,
2010).

manfaat self
disclosure
Seseorang cenderung tidak hanya menyukai pengungkapan diri
dari orang lain, tetapi mereka juga mengungkapkan diri kepada
orang yang mereka sukai (Collins & Miller, 1994). Kurangnya
kesempatan untuk mengungkapkan diri secara intim atau
menyembunyikan informasi menyedihkan dapat menyebabkan
kita rasa kesepian (Berg & Peplau, 1982; Solano & lain-lain, 1982;
Uysal & lain-lain, 2010).

pentingnya self
disclosure
efek timbal balik
dari self disclosure
Temuan yang paling dapat diandalkan
adalah efek timbal balik pengungkapan
(Berg, 1987; Miller, 1990; Reis & Shaver,
1988). Seseorang akan mengungkapkan
lebih banyak kepada mereka yang
telah terbuka dengan orang lain, tetapi
pengungkapan intim jarang instan.
self disclosure
pada wanita
Kebanyakan wanita membuka diri dengan lebih
terampil karena mereka dengan mudah
mendapatkan pengungkapan yang intim dari orang
lain (Miller & others, 1983; Pegalis & others, 1994;
Shaffer & others, 1996). Psikolog Carl Rogers (1980)
menyebut mereka sebagai pendengar yang tulus
dalam mengungkapkan perasaan mereka sendiri
dan menerima perasaan orang lain.
kecenderungan
dalam
mengungkapkan rasa
Para peneliti juga menemukan bahwa wanita seringkali
lebih bersedia untuk mengungkapkan ketakutan dan
kelemahan mereka daripada pria (Cunningham, 1981).
Namun, pria dewasa saat ini tampaknya semakin
bersedia mengungkapkan perasaan intim dan
menikmati kepuasan yang menyertai hubungan saling
percaya dan keterbukaan diri.
studi tentang self
disclosure
Pasangan kencan dan menikah yang paling
mengungkapkan diri cenderung menikmati hubungan
yang paling memuaskan dan bertahan lama (Berg &
McQuinn, 1986; Hendrick & others, 1988; Sprecher, 1987).
Misalnya, dalam sebuah studi tentang pasangan
pengantin baru yang semuanya sama-sama jatuh cinta,
mereka yang paling dalam dan paling akurat mengenal
satu sama lain kemungkinan besar akan menikmati cinta
yang bertahan lama (Neff & Karney, 2005).
percobaan tentang
manfaat self disclosure
Keluarga Arons dan kolaborator mereka (1997)
mempertanyakan apakah kita dapat memupuk kedekatan
melalui dari persahabatan yang baru tumbuh. Mereka
memasangkan siswa yang asing satu sama lain selama 45
menit yang dipantau tiap 15 menit sekali. Hasilnya
ditemukan bahwa mereka yang mengalami peningkatan
pengungkapan diri mengakhiri jam dengan merasa sangat
dekat dengan mitra percakapan mereka. Namun demikian,
eksperimen tersebut memberikan demonstrasi yang
mencolok tentang betapa mudahnya rasa kedekatan
dengan orang lain dapat tumbuh dengan keterbukaan diri.
Referensi:
Myers, D. (2012). Social Psychology 11th Edition. New York: McGraw-Hill.
sekian dan
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai