Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Psikologi Kepribadian

KELOMPOK 9
1. FREDIRIKUS BAYU KURNIAWAN ( 19.0801.0003)
2. DESY ENAWATY (19.0801.0011)
3. DANI (19.0801.0020)

PSIKOLOGI
PSIKOLOGI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
DAFTAR ISI :

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………....1

1.1. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………....1


1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………….1
1.3. Tujuan Pembahasan………………………………………………………………...1

BAB 2 PEMBAHASAN …………………………………………………………………..2

1.1. Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia……………………………………2


1.2. Tipologi sosial………………...…………………………………………………….3
1.3. Aplikasi………………………………..……………………………………………4
1.4. Evaluasi……………………………………………………………………………..5

BAB 3 PENUTUPAN……………………………………………………………………....6

1.1. Kesimpulan………………………………………………………………………….6
1.2. Daftar Pustaka……………………………………………………………………….7

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai dengan judul “Manusia Dan
Kehidupan”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak khususnya kepada guru dosen Psikologi Kepribadian.

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Pembahasan


1
BAB 2

PEMBAHASAN

1.1. Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia


Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologis yang harus dipuaskan,
seperti kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan seksual. Manusia sebagai manusia
memiliki kebutuhan kesadaran diri, berfikir, dan berimajinasi. Kebutuhan manusia itu
maujud dalam pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, kasihan,
perhatian, tanggung jawab, identitas, integritas, sedih, transendensi, kebebasan, nilai dan
norma.
1. Hidup dan mati
Kesadaran diri dan fikiran manusia telah mengetahui bahwa dia akan mati, tetapi manusia
berusaha mengingkarinya dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati, dan usaha-
usaha yang tidak sesuai dengan fakta bahwa kehidupan akan berakhir dengan kematian.

2. Ketidak sempurnaan dan kesempurnaan


Manusia mampu mengkonsepkan realisasi diri yang sempurna, tetapi karena hidup itu
pendek kesempurnaan tidak dapat dicapai. Ada orang berusaha memecahkan dikotomi ini
melalui mengisi tentang sejarah hidupnya dengan presentasi di bidang kemanusiaan, da
nada pula yang meyakini dalil kelanjutan perkembanganya sesudah mati.

3. Kesendirian dan kebersamaan


Manusia adalah pribadi yang mandiri, sendiri, tetapi manusia juga tidak bisa menerima
kesendirian. Manusia menyadari diri sebagai individu yang terpisah, dan pada saat yang
sama juga menyaari kalau kebahagiaanya tergantung kepada kebersamaan dengan orang
lain. Dilemma ini tidak pernah terselesaikan, namun orang harus berusaha menjebatani
dualisme ini, agar tidak menjadi gila. Dualisme-dualisme itu, aspek binatang dan
manusia, kehidupan dan kematian, ketidaksempurnaan dan kesempurnaan, kesendirian
dan kebersamaan, merupakan kondisi dasar eksis-tensi manusia. Pemahaman tentang
jiwa manusia harus berdasarkan analisis tentang kebutuhan-kebutuhan manusia yang
berasal dari kondisi-kondisi ekstitensi manusia.
Ada dua cara menghindari dilema ekstitensi, pertama dengan menerima otoritas dari luar
tunduk kepada penguasa dan menyesuaikan diri dengan masyarakat. Manusia menjadi
budak (dari penguasa negara) untuk mendapatkan perlindung/rasa aman. Cara kedua,
orang bersatu dengan orang lain dalam semangat cinta dan kerja sama, menciptakan
ikatan dan bertanggung jawab bersama dari masyarakat yang lebih baik.

2. Kebutuhan Manusia
Pada umumnya, kata “kebutuhan” diartikan sebagai kebutuhan fisik, yang oleh Fromm
dipandang sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari manusia, yakni kebutuhan makan,
minum, seks, dan bebas dari rasa sakit. Kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai
dengan ekstitensinya sebagai manusia, menurut Fromm meliputi dua kelompok
kebutuhan: pertama, kebutuhan untuk menjadi bagian dari sesuatu dan menjadi otonom,
yang terdiri dari kebutuhan Relatedness, Transcendence, Unity, dan Identity. Kedua,
kebutuhan memahami dunia, mempunyai tujuan dan memanfaatkan sifat untuk manusia,
yang terdiri dari kebutuhan Frame oforientation, Frame of devotion, Excitation-
stimulation, dan Effectiveness.
a. Kebutuhan Kebebasan dan Ketertarikan
 Kebutuhan (relatedness): kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi
dari alam dan dari dirinya sendiri. Kebutuhan untuk bergabung dengan mahluk lain
yang dicintai, menjadi bagian dari sesuatu. Keinginan irasional untuk
mempertahankan hubunganya yang pertama, yakni hubunganya dengan ibu,
kemudian diwujudkan kedalam perasaan solidaritas dengan orang lain. Hubungan
paling memuaskan bisa positif akni hubungan yang didasarkan pada cinta, perhatian,
tanggungjawab, penghargaan, dan pengertian dari orang lain, bisa negatif yakni
hubungan yang didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan.
 Keberakaran (notedness): kebutuhan keberakaran adalah kebutuhan untuk memiliki
ikatan-ikatan yang membuatnya merasa krasan di dunia (merasa seperti di rumahnya).
Manusia menjadi asing dengan dunianya karena dua alesan: pertama, dia direnggut
dari akar-akar hubunganya oleh situasi (ketika manusia dilahirkan, dia menjadi
sendirian dan kehilangan ikatan alaminya), kedua, fikiran dan kebebasan yang
dikembangkannya sendiri jstru memutuskan ikatan alami dan menimbulkan perasaan
isolasi/tak berdaya, keberakaran adalah kebutuhan untuk mengikatkan diri dengan
kehidupan. Setiap saat orang dihadapkan dengan dunia baru, di mana dia harus tetap
aktif dan kreatif mengembangkan perasaan menjadi bagian yang integral dari dunia.
Dengan demikian dia akan tetap merasa aman, tidak cemas, berada di tengahptengah
dunia yang tidak sehat, yakni mengidentifikasikan diri dengan satu situasi, dan tidak
mau bergerak maju untuk membuat ikatan baru dengan dunia baru.
 Menjadi pencipta (transcendency): karena individu menyadari dirinya sendiri dan
lingkunganya, mereka kemudian mengenali betapa kuat dan menakutkan alam
semesta itu, yang membuatnya menjadi merasa tak berdaya. Orang ingin mengatasi
sifat pasif dikuasi alam menjadi aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari mahluk
ciptaan menjadi pencipta. Seperti pada keterhubungan, transendensi bisa positif
(menciptakan sesuatu) atau negatif (menghancurkan sesuatu).
 Kesatuan (unity): kebutuhan untuk mengatasi ekstitensi keterpisahan antara hakekat
binatang dan non binatang dalam diri seseorang. keterpisahan, kesepian, dan isolasi
semuanya bersumber dari kemandirian kemerdekaan “untuk apa orang mengejar
kemandirian dan kemerdekaan kalau hasilnya justru kesepian dan isolasi ?” dari
dilemma ini muncul kebutuhan unitas. Orang dapat mencapai unitas, memperoleh
kepuasan (tanpa menyakiti orang lain dari diri sendiri) kalau hakekat kebinatangan
untuk menjadi manusia seutuhnya, melalui berbagi cinta dan kerjasama dengan orang
lain.
 Identitas (identity): kebutuhan untuk menjadi “aku,” kebutuhan untuk sadar dengan
dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah. Manusia harus merasakan dapat
mengontrol nasibnya sendiri, harus bisa membuat keputusan, dan merasa bahwa
hidupnya nyata-nyata miliknya sendiri. Orang primitive mengidentifikasikan diri
dengan sukunya, dan tidak melihat orang primitif mengidentifikasikan diri dengan
sukunya, dan tidak melihat dirinya sendiri sebagai bagian yang terpisah dari
kelompoknya, rakyat mengidentifikasikan diri kepada rajanya, orang modern
mengidentifikasikan diri dengan Negara, agama, pekerjaan, atau kelompok
politik/social. Itu semuanya ilusi identitas. Orang yang sehat, tidak banyak
membutuhkan menyesuaikan diri dengan kelompok, tidak mudah menyerah, tidak
mau mengorbankan kebebasan, dan individualitanya untuk bisa diterima lingkungan.
Orang sehat memiliki perasaan identittas yang otentik.

b. Kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas


 kerangka orientasi (frame of orientation): orang membutuhkan peta menangani dunia
social dan dunia alaminya. Tanpa peta itu dia akan bingung dan tidak mampu
bertingkahlaku yang ajeg-mempribadi. Manusia selalu dihadapkan dengan fenomena
alam yang membingungkan da realitas yang menakutkan. Mereka membutuhkan
hidupnya menjadi bermakna. Dia berkeinginan untuk dapat meramalkan kompleksitas
eksistensi. Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai ekstitensi
hdup, perjalanan hidup tingkahlaku bagaimana yang harus dikerjakanya, yang
dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.
 Kerangka kesetiaan (frame of devotion): kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang
mutlak: tuhan. Orang membutuhkan sesuatu yang dapat menerima seluruh
pengabdian hidupnya, sesuatu yang membuat hidupnya menjadi bermakna. Kerangka
pengabdian adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar
dari nilai-nilai dari titik puncak dari semua perjuangan.
 Keterangsangan-stimulasi (excitation-stimulation): kebutuhan untuk melatih system
syaraf, untuk memanfaatkan kemampuan otak. Manusia membutuhkan bukan sekedar
stimulasi sederhana (misalnya:makanan), fisika). Stimuli yang tidak cukup direaksi
saat itu, tetapi harus direspon secara aktif, produktif, dan berkelanjutan.
 Keefektivian (effectivity): kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan
perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi/kemampuan.

3. Mekanisme Melarikan Diri dari Kebebasan


Masyarakat kapitalis kontemporer menempatkan orang sebagai korban dari pekerjaan
mereka sendiri. Konflik antara kecenderungan manusia dengan ketidak-berjayaan dapat
merusak kesehatan mental. Menurut Fromm, ciri orang yang normal atau yang mentalnya
sehat adalah orang yang mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntutan lingkungan
sosialnya, sekaligus mampu berpartisipasi dalam kehidupan social yang penuh cinta,
menurut Fromm, normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan
kebahagiaan (kebersamaan) dari individu.
Pada dasarnya, ada dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam
kehidupan. Pertama, mencapai kebebasan positif yakni berusaha menyatu dengan orang lain,
tanpa mengorbankan kebebasan dan intelegitas pribadi. Ini adalah pendekatan yang
optimistic dan altrustik, yang menghubungkan diri dengan orang lain melalui kerja dan cinta
melalui depresi perasaan dan kemampuan intelektual yang tulus dan terbuka. Oleh Fromm
disebut pendekatan humanistic, yang membuat orang tidak merasa kesepian dan tertekan,
karena semua menjadi saudara dari yang lain.
Cara kedua, memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan
bulat-bulat individualitas dan integritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang
dapat memberi rasa aman. Solusi semacam ini dapat menghilangkan kecemasan karena
kesendirian dan ketakberdayaan, namun menjadi negatif karena tidak mengijinkan rasa aman
dengan berlindung dibawah kekuatan lain, disebut Fromm mekanisme pelarian. Mekanisme
pelarian sepanjang dipakai sekali waktu, adalah dorongan yang normal pada semua orang,
baik individual maupun kolektif ada tiga mekanisme pelarian terpenting, yakni otoritasme,
destruktif, dan konformitas.
a. Otoritarianisme (Authoritarianisme)
Kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian diri dan menggabungkanya dengan
seseorang atau sesuatu diluar dirinya, untuk memperoleh kekuatan yang dirasakan tidak
dimilikinya. Kebutuhan untuk menggabung dengan partner yang memiliki kekuatan bisa
berupa masokisme atau sadism. Masokisme merupakan hasil dari perasaan dasar tidak
berdaya, lemah, dan inferior yang dibawa saat menggabungkan diri dengan orang atau
institusi yang memiliki power, sehingga kekuatan itu tertuju atau menindas dirinya.
Masokisme merupakan bentuk tersembunyi dari perjuangan memperoleh cinta, tetapi
tidak memberi sumbangan positif kemandirian.
Sadism, seperti masokisme dipakai untuk meredakan kecemasan dasar melalui
penyatuan diri dengan orang lain atau institusi. Ada tiga jenis sadism yang saling
berkaitan yakni: membuat orang lain tergantung kepada dirinya sehingga memperoleh
kekuatan dari orang lain yang lebih lemah, mengksploitasi dan mengambil keuntungan
dari orang lain, dan kecenderungan melihat orang lain sengsara secara fisik atau psikis.
Sadism merupakan bentuk neurotic yang lebih parah dan lebih berbahaya (karena
mengancam orang lain) disbanding masokisme.
b. Perusakan (Destruktiveness)
Seperti otoritarisme, destruktif berakar pada perasaan kesepian, isolasi, dan takberdaya.
Destruktif mencari kekuatan tidak melalui membangun hubungan dengan pihak luar,
tetapi melalui usaha membatasai merusak kekuatan orang lain. Individu, bahkan negara
dapat memakai strategi destruktif, merusak orang atau obyek, dalam rangka memperoleh
perasaan kuat yang hilang. Pembunuh berantai adalah khas orang yang kesepian, yang
membunuh untuk memperoleh perasaan kuat yang hilang. Pembunuh berantai adalah
khas orang yang kesepian, yang membunuh untuk memperoleh kekuatan, kebanggaan
bahwa dirinya lebih dari orang lain. Dia ingin membangun hubungan tetapi dia merasa
ertolak, sehingga muncul tindakan destruktif. Kalau orang terhambat sehingga tidak dapat
mengarahkan destruktif keluar, dia mungkin menjadikan dirinya sendiri menjadi target,
psikoneurosis dan bunuh diri adalah strategi pelarian dari kekuatan menjadi manusia
bebas.
c. Penyesuaian (Confornity)
Bentuk pelarian dari perasaan kesepian dan isolasi berupa penyerahan individualita dan
menjadi apa saja seperti yang diinginkan kekuatan dar luar. Orang menjadi robot,
mereaksi sesuatu persis seperti yang direncanakan dan mekanis menuruti kemauan orang
lain. Konformis tidak pernah mengespresikan opini dirinya, menyerahkan diri kepada
standar tingkahlaku yang diharapkan, dan sering tampil diam dan mekanis.
Orang modern merasa bebas dari ikatan luar, dan bebas bertingkahlaku sesuai
dengan kemauan sendiri, tetapi pada saat yang sama mereka tidak tahu dengan keinginan,
fikiran, dan perasaanya sendiri. Akhirnya mereka mengadopsi kekuatan self yang tidak
nyata. Semakin mereka menyesuaikan diri, semakin merasa takberdaya. Dan semakin
takberdaya mereka harus semakin menyesuaikan diri. Orang hanya dapat memecah
lingkaran penyesuaian dengan ketidakberdayaan ini kalau bisa mencapai realisasi-diri
atau kebebasan yang positif.

1.2 B. Tipologi Sosial


1. Karakter Sosial
Menurut Fromm karakter manusia berkembang berdasarkan kebutuhan mengganti insting
kebinatangan yang hilang ketika mereka berkembang tahap demi tahap. Binatang tingkat rendah
sejak lahir hidup diatur oleh instingnya. Bayi manusia, lahir tak berdaya sekaligus dengan insting
minimal: jadi manusia harus belajar bagaimana bertingkahlaku. Karakter, yang tidak berubah
lintas waktu, membuat manusia mampu berfungsi di dunia yang terus menerus memberi stimulus
tanpa harus berhenti memikirkan apa yang harus dikerjakan. Misalnya, orang yang hemat tidak
perlu berfikir apakah uangnya akan disimpan atau akan dibelanjakan, dikatakan orang itu secara
”instingtif” otomatis akan menyimpan/menghemat. Menurut Fromm karakter berkembang dan
dibentuk oleh “social arrangements” (pengaturan sosial) di mana orang itu hidup. Ini mirip
dengan Freud, tetapi karakter itu bukan dihasilkan oleh penyaluran enerji seksual masa anak-
anak, tetapi dihasilkan dari tekanan social untuk bertingkah laku dengan cara tertentu.
Formm membedakan 2 karakter social dalam pasangan, yakni productiveness (hidup
yang berorientasi positif) dan nonproductiveness (hdiup yang berorientasi negatif). Masing-
masing diuraikan menjadi 5 pasangan kategori, di mana antar kategori itu bisa saling
berkombinasi. Tidak ada orang yang murni/ekstrim produktif atau murni nonproduktif, semua
orang berada diantaranya dalam suatu kontinum. Pada table 7.1 kelihatan psikoterapis
karakternya dekat dengan accepting, sedang pekerja kantor dekat dengan receptive. Kombinai
yang banyak terjadi misalnya antara receptive-hoarding (guru,pekerja kasar), dan antara
exploitative-marketing (politikus).

2. Karakter dan Masyarakat


Fromm mencoba menjelaskan model masyarakat dengan pendekatan sejarah. Orientasi
reseptif pertama-tama dikembangkan dalam masyarakat kuno dengan kekuatan feudal, tuan-
buruh. Orientasi eksploitas dikembangkan pada abad 18-19 dalam konteks mentalitas
perampok dan penguasa daerah yang korup. Orientasi hoarding (menimbun) dikembangkan
bersama-sama dengan orientasi eksploitatif pada kelompok menengah yang rajin menabung
untuk keamanan hari tua. Orientasi market adalah produk masyarakat dewasa ini yang
peluang interpenernya dikurangi, dan orang harus menyesuaikan diri ke dalam organisasi
yang besar memerankan peran yang dikehendaki organisasi.
Masyarakat membentuk karakter pribadi melalui orang tua dan pendidik yang membuat
anak bersedia bertingkahlaku seperti yang dikehendak masyarakat. Pada masyarakat
kapitalitas, anak diajar menabung sehingga cukup modal untuk mengembangkan ekonomi.
Di cina anak diajar menempatkan kebutuhan kelompok di atas kebutuhan pribadi untuk
mencapai tujuan negara. Tetapi masyarakat juga memaksa dan membuat frustasi orang
dengan tuntutan untuk bertingkahlaku yang bertentangan dengan hakekat manusia. Fromm
yakin bahwa baik masyarakat kapitalis maupun komunis keduanya membuat orang menjadi
robot dengan menjadikan mereka budak pemakan gaji dan mengisolasi mereka dari makna
hasil pekerjaanya. Dia sangat mengkritik masyarakat modern yang consumer-oriented yang
terus menerus menciptakan kebutuhan baru bagi setiap orang jumblah materi yang dapat
memiliki hanya sedikit dan insentif untuk mendapatkanya juga sedikit, orang mungkin akan
bebas untuk memuaskan dirinya secara lebih kreatif.

1.3 C. Aplikasi
1. Sosialisme Komunitarian Humanistik (Humanistic Communitarian Socialism)
Sebagai seorang kritis social, persoalan hubungan seseorang dengan masyarakat menjadi
perhatian utama Fromm, Fromm mempunyai 4 proposis mengenai hubungan ini.
a. Manusia mempunyai kodrat essensial social bawaan
b. Masyarakat diciptakan manusia untuk memenuhi kodrat essensial bawaan ini
c. Tidak satupun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan manusia berhasil memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia.
d. Adalah mungkin menciptakan masyarakat semacam itu.
Masyarakat yang disarankan Fromm adalah humanistic communitarian socialism
(sosialisme komunitarian humanistik), masyarakat dimana orang-orang bergaul dengan
cinta, yang berakar dalam hubungan persaudaraan dan solidaritas. Dalam masyarakat
semacam itu orang mencapai perasaan diri dan mampu berbuat kreatif alih-alih destruktif.
Setiap orang berpartisipasi aktif dalam pemerintahan. Ada “humanistic management”
dimana individu anggota masyarakat berkumpul dalam kelompok kecil membahas isu
politik dan social dan menyarankan kebijakan kepada pemerintahan (system yang mirip
dengan tamu kota di New England). Ide Fromm mungkin bagus, tetapi banyak yang tidak
dapat dilaksanakan.
2. Karakter Masyarakat
Pada tahun 1957, Fromm melakukan penelitian ini di sebuah desa di Meksiko mengenai
karakter masyarakat. Ada dua kesimpulan penting, pertama ternyata masyarakat memiliki
tiga jenis karakter:
a. Productive-hoarding: pemilik tanah yang memegangi nilai tradisional dalam praktek
pengerjaan pertanian skala kecil-kekuasaan, tanggung jawab dan mempertahankan
tradisi,
b. Nonproductive-receptive: petani tak punya tanah yang tunduk kepada kekuasaan, taat
beragama bahkan sampai fatalistic, menerima nasibnya yang tidak berkekuatan,
c. Productive-exploitative: emterner yang menyesuaikan diri dengan masyarakat industry
baru, nilai pendidikan, teknologi dan mobilitas social.
Kedua, dari perkembangan karakter-karakter masyarakat itu dapat disimpulkan
bahwa karakter pribadi dan karakter social berhubungan timbal balik. Karakter pribadi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh struktur social dan perubahan-perubahan social.

3. Psikoterapi : Psikoanalisis Humanistik


Fromm mengembangkan system terapi sendiri, yang dinamakanya psikoanalisis humanistik.
Dibanding dengan psikoanalisis Freud, Fromm lebih peduli dengan aspek interpersonal dari
hubungan teraputik. Menurutnya, tujuan klien dalam terapi adalah untuk memahami diri
sendiri. Tanpa pengetahuan tentang diri sendiri, orang tidak akan tahu orang lain. Fromm
juga yakin bahwa klien mengikuti terapi untuk mencari kepuasan dari kebutuhan dasar
kemanusiaannya, yakni berhubungan, keberakaran, transendensi, perasaan identitas dan
kerangka orientasi. Karena itu terapi harud dibangun melalui hubungan pribadi antara terapis
dengan klienya. Komunikasi yang tepat sangat penting dalam perkembangan teraputik, dan
terapis harus menghubungan dirinya sebagai manusia kepada manusia lain dengan penuh
konsenterasi dan kasih sayang. Perasaan keterlibatan yang murni akan mengembalikan
perasaan klien sebagai manusia yang independen. Menurut Fromm, terapis tidak seharusnya
terlalu ilmiah dalam memahami kliennya. Hanya dengan sikap keterhubungan orang lain
dapat benar-benar dimengerti. Klien hendaknya tidak dilihat sebagi orang sakit, tetapi
diterima sebagai manusia dengan kebutuhan-kebutuhanya yang tidak berbeda dengan
kebutuhan terapis.
1.4 D. Evaluasi
Erich Fromm mungkin penulis yang paling brilian dari semua teoritasi kepribadian. Dia
menulis esay yang sangat bagus di ranah politik internasional, masalah keagamaan, masalah
psikologi dan hari tua, mengenai Hitler, Freud, dan Kristus, dan banyak lagi topik lainnya. Inti
dari semua tulisannya adalah mengungkap hakekat manusia.
2

BAB 3

PENUTUPAN

KESIMPULAN
3

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai