Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPRIBADIAN PSIKODINAMIK

TEORI KEPRIBADIAN TIPOLOGI BERDASARKAN TEMPERAMEN


J. BAHSEN, E.MEUMANN, HEYMANS & G. EWALD

KELOMPOK 7 :
RAUDAH 2273201110070
RAUDATUL JANNAH 2273201110054
ISMAWATI NURJANAH 2273201110074
REZKY ADITYA ANUGRAH 2273201110055
Dosen Pengampu : Dyta Setiawati, M.Psi. Psikolog

PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


2022/2023
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan
rahmat, karunia, serta hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Yaitu makalah yang berjudul “Teori Kepribadian Tipologi berdasarkan
Temperamen oleh J. Bahsen, E.Meumann, Heymans & G.Ewald”. Penulisan makalah ini
ditujukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kepribadian Psikodinamik yang diberikan
oleh Ibu Dyta Setiawati,M.Psi,Psikolog selaku dosen pengampu dari mata kuliah ini. Dalam
penyusunannya kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangannya. Untuk itu, kritik dan saran dari Ibu sangat diperlukan agar kami bisa
membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua.

Barito Kuala, 12 Desember 2022

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................
Daftar Isi .................................................................................................................
BAB I Pendahuluan................................................................................................
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................
1.3 Tujuan ......................................................................................................................
BAB II Pembahasan ....................................................................................
2.1 Tipologi Julius Bahsen ..............................................................................................
2.2 Tipologi E. Meumann ...............................................................................................
2.3 Tipologi Heyman ......................................................................................................
2.4 Tipologi G. Ewald ....................................................................................................
BAB III Penutup .........................................................................................
Kesimpulan ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Sebagai makhluk individu manusia memiliki kepribadian yang bermacam-macam.
Kepribadian tersebut merupakan ciri khas/karakter maupun bentuk tingkah laku yang dimiliki
oleh setiap individu sebagai bentuk bahwa manusia adalah makhluk yang otonom. Sebagai
makhluk yang otonom, manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya dan
bertanggungjawab atas pilihannya. Para ahli beranggapan bahwa manusia itu memiliki
banyak variasi, tetapi untuk dapat memahami manusia yang bermacam – macam, maka
dibutuhkan teknik-teknik tertentu. Pendekatan tipologis beranggapan bahwa walaupun variasi
kepribadian manusia itu banyak, tetapi hal tersebut memiliki komponen dasar yang hampir
sama. Sehingga dominasi komponen–komponen dasar tersebut dilakukan untuk
menggolongkan manusia ke dalam tipe–tipe tertentu. Karakteristik yang umumnya melekat
dalam diri seseorang adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut.
Karakteristik-karakteristik tersebut ditunjukkan dalam berbagai situasi disebut sifat-sifat
kepribadian.
1.1 Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek penentu kepribadian berdasarkan kondisi kejiwaan?
2. Mengapa watak (character) berfungsi sebagai manifest dalam tingkah laku?
3. Bagaimanakah kualitas kejiwaan dari segi emosi, proses penggiring & aktivitas
berdasarkan tipologi Heyman, jelaskan!
4. Apakah terdapat perbedaan yang mendasar antara temperamen & watak?
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa saja aspek yang menjadi penentu kepribadian
berdasarkan kondisi kejiwaan.
2. Untuk mengenal apa fungsi watak dalam bertingkah laku.
3. Untuk mengetahui dan memahami kualitas kejiwaan berdasar tipologi Heyman.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan antara temperamen & watak.
BAB II
Pembahasan

2.1 Tipologi Julius Bahsen

Dalam menentukan kepribadian, terdapat 3 macam keadaan kejiwaan, yaitu :


1) Temperamen
Aspek kepribadian yang erat kaitannya dengan emosional seseorang, dimana
emosi tersebut dapat terpengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
• Spontanitas adalah sikap atau tindakan seseorang yang terlepas dari pengaruh
orang lain dan berpangkal dari jiwanya sendiri.
• Reseptivitas adalah cara seseorang menerima kesan, baik secara cepat ataupun
lambat.
• Impresionabilitas adalah kuat atau tidaknya kejiwaan yang dipengaruhi keadaan.
• Reaksitivitas adalah lama atau tidak kesan dalam mempengaruhi jiwa.

Temperamen Koleris Temperamen Sanguistis

Spontanitas kuat dan reseptivitas Impresiobilitas tak mendalam


kuat. dan reaksivitas yang lambat.
Temperament Flegmatis Temperamen Anamatisch

Reseptivitas yang lambat dan Spontanitas yang lemah dan


reaksivitasyang lama. impresiobilitas yang
mendalam.
Gol. Reaksi Temperamen Tipologi J.Bahsen

Dari keempat faktor pokok diketemukan adanya 16 macam kombinasi, sehingga


secara teori juga ada 16 macam variasi temperamen, yang terdiri atas empat macam
temperamen yaitu choleris (spontanitas kuat dan reseptivitas cepat); sanguinis
(impresionabilitas tak mendalam dan rektivitas tak lama); phlegmatis (resptivitas
lambat dan reaksivitas impresionabilitas mendalam).
2) Kemauan
Yaitu dorongan (drives) seseorang dalam pengendalian tingkah laku (sebagai
pengontrol) dalam mencapai kebutuhan.
3) Posodynie (Ketabahan seseorang dalam mengahadapi kesusahan, masalah atau
penderitaan).
• Posodynie kuat, adalah ketabahan dan keteguhan hati seseorang ketika ia
menderita atau mengahadapi kesulitan dengan rasa percaya diri sebagai
bentuk ia mampu mengatasi permasalahan tersebut.
• Posodynie lemah, adalah sifat yang lekas putus asa (mudah menyerah), lekas
berkeluh kesah, lekas hilang percaya diri terhadap datangannya kesukaran
sebelum dia menangani senbuah masalah.
4) Daya Susila
Merupakan kecakapan seseorang untuk membedakan dan meyakini hal-hal
yang buruk dan baik dalam berbagai bentuknya, seperti adil atau tidak adil, patut
atau tidak patut, susila atau tidak susila, dsb. Daya susila juga digunakan sebagai
pengatur dan pengontrol dari segala tindakannya karena didalamnya
mengandung norma-norma yang berlaku.

2.2 Tipologi E. Meumann

Ernst Meumann (1862-1915), seorang sarjana yang ideal pada zamannya. Ia


belajar di Tubingen, Berlin, Halle, Bonn, dalam ilmu-ilmu theologi, fisiologi,
kedokteran, fisika, filsafat, dan psikologi, kemudian menjadi guru besar di Zurich,
Konigsberg, Munster, Halle, Leipzig dan Hamburg.

Bukunya berjudul Intelligenz und Wille yang membahas kepribadian. Seperti


gurunya yaitu Wundt, Meumann berpandangan Voluntaristis: watak memiliki
batasan sebagai disposisi kemauan, secara bagan dapat digambarkan sebagai
berikut:

Oleh karena itu watak (character) adalah disposisi kemauan yang manifest dalam
perbuatan, maka pembahasan tentang watak dapat dikerjakan dengan melalui
pembahasan kemauan. Menurutnya kemauan mengandung tiga aspek pokok,
yaitu:
a. Aspek yang mempunyai dasar kejasmanian

Dipandang dari segi ini Meumann dapat disebut bersifat fisiologis. Sifat-sifat
kemauan itu mempunyai dasar fisiologis dan tergantung kepada sistem saraf.
Sehingga aspek ini mencakup:

1) Intensitas atau kekuatan kemauan: ada orang yang mempunyai konstitusi saraf
yang kuat dan karenanya mempunyai kekuatan yang besar dan sebaliknya.
2) Lama atau tidaknya orang melakukan tindakan kemauan: disini
mempergunakan hasil-hasil penyelidikan Mosso, Krapelin, dan Stern, ditunjukkan
bahwa perbedaan dalam hal ini berpangkal pada perbedaan dalam kekuatan saraf.

3) Sebagai taraf perkembangan kemauan yang terjadi berbagai individu yang


punya dasar fisiologie, taraf-taraf tersebut adalah :(a) Disposisi untuk bertindak
secara instinktif atau impulsif, dan lawannya yaitu bertindak hati-hati dan
menjangkau ke depan (melihat lebih jauh). (b) Disposisi untuk bersikap menaruh
perhatian (attentive). (c) Disposisi untuk menentukan persetujuan ; dalam hal ini
yang segera menentukan dan ada yang lama menimbang-nimbang.

4) Berdasarkan atas lama berlangsungnya, yaitu lama atau tidaknya ada dalam
kesadaran, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (a). lama dan (b). tak lama.

5) Berdasarkan atas pengaruhnya (effect) setelah pernah tidak lagi disadari, dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (a). lama, selalu kemabli kesadaran dan (b).
singkat.

6) Berdasar atas genesisnya, dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). terutama
ditimbulkan oleh perangsang dari luar atau dari dalam dan (b). terutama
ditimbulkan oleh isi-isi kesadaran.

7) Berdasarkan atas hubungannya dengan lain-lain isi kesadaran, dapat dibedakan


menjadi dua macam, yaitu (a). rapat/erat, ada penyatuan dan (b). tak rapat.

8) Berdasarkan atas hubungannya dengan subjek, dapat dibedakan menjadi dua


macam, yaitu (a). diobyekkan, misalnya hari yang menggembirakan, pagi yang
riang dll. dan (b). disubyekkan, yaitu perasaan dipandang sebagai afeksi subyek
semata- mata.

Kemudian berdasarkan atas bahan-bahan yang dikemukakan itu, telah disusun


suatu rangka teori temperamen, namun dalam hal ini saya masih mencari segi-segi
fisiologinya. Modus atau bentuk yang ditimbulkannya perasaan itu bisa
bermacam-macam; dan kecenderungan-kecenderungan ekspresif ini
mempengaruhi keadaan psikologis tertentu yaitu:

a) Susunan saraf pusat


b) Alat-alat motoris
c) Fungsi-fungsi vaso-motoris

Telah menjadi pengetahuan umum bahwa kegembiraan biasanya meningkatkan


kegiatan, mendorong ke arah aktif, sedangkan kesedihan biasanya menghilangkan
atau menurunkan kegiatan, menyebabkan pasif. Harus diingat pula, orang akan
berlain-lainan reaksinya, misalnya saja orang malu dapat menjadi marah dapat
pula menjadi pucat.
b. Aspek kecerdasan (intelligenz)

Aspek kecerdasan ini mencakup tiga macam kualitas, sebagai berikut :

1) Yang berhubungan dengan sifat kerja mental, dalam hal ini dapat dibedakan
adanya tiga kualitas berfikir, yaitu :

-Berfikir produktif

-Berfikir reproduktif

-Berpikir tidak produktif

2) Yang melingkupi taraf kebebasan intelektual, dalam hal ini dapat dibedakan
adanya: Yang tinggi taraf kebebasannya bebas dan Yang rendah taraf
kebebasannya - tak bebas.

3) Yang melingkupi perbedaan-perbedaan dalam cara berfikir, dalam hal ini ada
dua, yaitu: Berfikir analitis dan lawannya berfikir sentesis dan Berfikir intuitif dan
lawannya berfikir diskurtif.

c. temperamen

Temperamen oleh Meumann diberi batasan sebagai bentuk afektif aktifitas yang
tergantung kepada kerja sama antara disposisi-disposisi afektif dan volisional.
Bagaimanakah kita mempengaruhi disposisi-disposisi afektif itu? Meumann
menjawab soal ini dengan menunjuk kepada sifat-sifat fundamental perasaan. Jadi,
dengan demikian analisis tentang temperamen lalu menjadi analisis tentang
perasaan. Sifat-sifat fundamental tersebut adanya pada manusia dalam conretonya
tak terhingga banyak variasinya, tetapi dalam abstractonya secara teori, dapat
dilakukan dikhotomosasi, yaitu penggolongan menjadi dua golongan. Adapun
sifat-sifat fundamental perasaan itu adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan atas mudah dan tidaknya terpengaruh oleh perangsang, dapat


dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). mudah dan (b). sukar.

2) Berdasarkan kualitasnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). senang
dan (b). tak senang.

3) Berdasarkan intensitas (kekuatan atau kejelasannya) dapat dibedakan menjadi


dua macam, yaitu (a). kuat mendalam dan (b). tak kuat / tak mendalam.

2.3 Tipologi Heyman


Heyman berpendapat bahwa kepribadian setiap manusia berbeda-beda dan
sangat bervariatif. Dasar klasifikasi kepribadian manusia berdasarkan kualitas
kejiwaan yang dilihat dari emosionalitas, proses pengiring, dan aktivitasnya.
1) Emosionalitas, yaitu mudah atau tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh
suatu kesan. Pada dasarnya, semua orang memiliki kecakapan untuk
menghayati perasaan sesuai dengan tingkatannya. Dengan memahami
emosionalitas kita dapat membedakan antara orang yang mudah terpengaruh
secara emosional dan ada pula yang sukar terpengaruh secara emosional.
• Golongan emosional, yaitu golongan orang yang memiliki sifat
emosional yang tinggi dan impulsif, mudah marah, suka tertawa,
perhatian tidak mendalam, tidak praktis, tetap dalam pendapat, ingin
berkuasa, dan dapat dipercaya dalam hal keuangan.
• Golongan yang tidak emosional, adalah golongan yang memiliki
emosional yang tumpul atau rendah, berhati dingin, berhati-hati dalam
mengeluarkan pendapat, praktis, jujur dalam batas hukum, tenggang
rasa, pandai menahan hawa nafsu, dan memberikan kesempatan kepada
orang lain.
2) Proses pengiring (fungsi skunder) menunjukkan banyak atau sedikitnya
pengaruh kesan-kesan pada kesadaran setelah kesan-kesan itu tidak ada lagi
dalam kesadaran. Proses pengiring ini juga dipengaruhi tingkat kesadaran.
• Pengiring yang kuat, yaitu terlihat dari sifat tenang, tidak lekas putus
asa, bijaksana, suka menolong, ingatan baik, bebas berpikir, teliti,
konsekuen, sukaberpolitik dalam politik moderat ataupun konservatif.
• Pengiring yang lemah, yaitu terlihat dari sifat yang tidak tenang, mudah
putus asa, ingatan kurang baik, tidak hemat, tidak teliti, tidak konsekuen,
berpolitik radikal, suka membeo, dan egoistis.
3) Aktivitas adalah banyak atau sedikitnya seseorang dalam menyatakan diri,
mengungkapkan perasaan, pikiran, dan tindakan. Secara umum, aktivitas
manusia menurut Heyman digolongkan atas dua, yaitu:
• Golongan yang aktif adalah golongan orang yang suka bergerak, sibuk,
periang, senang menentang hal-hal sebagai penghalang, mudah
mengerti, praktis, loba akan uang, pandangan luas, setelah bertengkar
lekas berdamai dan suka tenggang-menenggang.
• Golongan yang tidak aktif adalah golongan dengan alasan apa pun
belum tentu mau bertindak. Sifat-sifat golongan ini yaitu lekas mengalah,
lekas putus asa, segala permasalahan dianggapnya selalu berat dan sulit
untuk diselesaikan, perhatiannya tidak mendalam dan kurang praktis,
sering nafsu, boros, dan cenderung menjadi orang yang segan membuka
hati atau cenderung tertutup.
2 Tipe Sanguinis Tipe Amorph

Keterangan :
• Garis-garis tegak menggambarkan emosionalitas (makin bertambah ke
atas).
• Garis-garis mendatar menunjukkan aktivitas (semakin ke kanan).
• Garis-garis dari muka kebelakang menunjukkan proses pengiring
(semakin ke belakang).
Teori Heymans disusun bukan atas dasar pemikiran spekulatif tetapi atas
dasar data-data empiris. Data yang dianalisis Heymans adalah sebagai
berikut:
1) Bahan biografis : 110 biografi orang-orang yang berbeda waktu
hidupnya, tempat tinggalnya, dan kebangsaannya.
2) Keturunan mengenai 458 keluarga yang terdiri dari 2523 orang.
Keteranganmengenai murid-murid sekolah : 3938.
3) Hasil penelitian laboratorium.

2.4 Tipologi Ewald


G. Ewald mempunyai titik berangkat dan sudut pandangan yang berbeda dari
ahli-ahli yang telah dibicarakan sebelumnya. Dia berangkat dari sudut
pandangan psikiatrik, karya utamanya dalam bidang teori kepribadian dalam
Temperamen und Character (1924). Di dalam tinjauannya yang bersifat
psikiatrik itu Ewald membuat perbedaan secara tajam antara temperamen dan
watak. Sebagaimana dijelaskan dalam keterangan berikut ini:
a. Temperamen
Temperamen adalah konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi
jasmani. Jadi di sini keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang
pengaruh pendidikan dan lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald
berpendapat bahwa temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus
(tegangan hidup, kekuatan hidup dan tegangan energi), yaitu intensitas serat
irama hidup. Biotonus ini ada selama hidup dan adanya pada diri seseorang
constant, terutama tergantung kepada konstelasi hormon-hormon.
Biotonus ini tergantung faktor kejiwaan yang merupakan temperamen, yaitu:
1). Intensitas dan tempo hidup 2). Perasaan-perasaan vital yang menyertainya
(sasana perasaan individu).
Selanjutnya Ewald membedakan adanya tiga macam temperamen, yang
perbedaannya terutama bersifat kuantitatif, berdasarkan lemahnya biotonus itu,
yaitu: Berbeda dengan 1). Intensitas dan tempo hidup 2). Perasaan-perasaan
vital yang menyertainya (sasana perasaan individu)
Selanjutnya Ewald membedakan adanya tiga macam temperamen, yang
perbedaannya terutama bersifat kuantitatif, berdasarkan atas kuat lemahnya
biotonus itu, yaitu : 1). Temperamen sanguinis atau hipomanis, dengan
biotonus kuat 2). Temperamen melancholis atau depresif, dengan biotonus
lemah 3). Temperamen biasa atau normal, dengan biotonus sedang.
b. Watak (karakter)
Ewald memberi batasan watak sebagai totalitas dari keadaan-keadaan dan cara
menyikapi jiwa terhadap perangsang. Secara teoritis dia membedakan antara :
watak yang dibawa sejak lahir dan watak yang diperoleh, dengan keterangan
berikut :
1). Watak yang dibawa sejak lahir
Watak yang dibawa sejak lahir (angeborener Character, watak genotipis), yaitu
aspek yang merupakan dasar dari pada watak, watak genotipis ini sangat erat
hubungannya dengan keadaan fisiologis, yakni watak kualitas susunan saraf
pusat.
2). Watak yang diperoleh
Watak yang diperoleh (erworbener Character, watak phaenoripis), yakni watak
yang telah dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman dan pendidikan.Heymans,
Ewald menyusun teori wataknya atas dasar rangsangan luaran terhadap jiwa.
Teorinya itu, sebagaimana yang dikutip oleh Agus Sujanto, mengatakan: “Bila
kita menerima rangsangan dari luar, maka rangsangan tersebut dalam diri kita
diolah dan kemudian direaksikan keluar dalam bentuk perbuatan atau kelakuan
(Agus et al. 1984). Berdasarkan rangsangan tersebut, Ewald menyusun watak
manusia kepada empat iaitu:
1. Penerimaan rangsangan, iaitu ada orang yang mempunyai kepekaan tinggi
terhadaprangsangan dan ada pula orang yang memiliki kepekaan yang rendah.
2. Penyimpanan kesan, iaitu ada orang yang bekas suatu kesan lebih lama
tersimpan sehingga berpengaruh kepada perbuatannya, dan ada pula orang
yang bekas suatu kesan tidak begitu lama baginya yang tentu sahaja kesan
tersebut tidak begitu berpengaruh.
3. Pengolahan rangsangan. Ewald membezakan pengolahan rangsangan oleh
kesedaran dan pengolahan rangsangan oleh pengaruh.
4. Reaksi balik dari rangsangan, iaitu sebahagian orang memiliki kemampuan
mengadakan reaksi balik terhadap suatu rangsangan, yang kelihatan pada
perbuatan atau kelakuannya. Sebahagian orang tidak memiliki kemampuan
mengadakan reaksi balik terhadap rangsangan.

Masing-masing stadium yang digambarkan di atas, oleh Ewald dapat digunakan


dalam menggolongan tipologi, dengan keterangan sebagai berikut:

1) Stadium disebut oleh Ewald Eindrucksfahingkeit, yakni kecakapan menerima


kesan-kesan atau kepekaan terhadap perangsang (yang diberi lambang Ed).
Dalam hal ini masih dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Kepekaan terhadap perasaan-perasaan tinggi atau empfinadlichkeit (yang diberi


lambang E)
b. Kepekaan terhadap perasaan-perasaan instinktif atau triebesfahigkeit (yang
diberi lambang Tr)

2). Stadium II, terdiri dari dua macam, yaitu :

a. Retentionsfahigkeit yakni retensi, proses pengiring dari pada apa yang tersebut
di atas (stadium I). Jadi masalahnya ialah apakah pengalaman-pengalaman
mempunyai bekas yang mempengaruhi tingkah laku selanjutnya. Maka dalam hal
ini ada orang yang dapat menyimpan kesan-kesan dalam waktu yang lama dan ada
yang tidak lama.

b. Intrapsychische, yaitu kecakapan jiwa untuk mengolah kesan-kesan.

3). Stadium III, disebut Leitsfahigkeit, yaitu kecakapan untuk menjalankan apa
yang telah diolah atau dipertimbangkan itu dalam perbuatan, jadi masalahnya ialah
apakah individu dapat merealisasikan apa yang telah diolah atau dipertimbangkan
itu.
BAB III
Penutup

Kesimpulan

Temperamen dan watak yakni bahwa temperamen akan selalu ada selama kita masih
hidup, jadi temperamen tidak mengalami perkembangan, karena temperamen tergantung
kepada kontelasi hormon-hormon, sedangkan kontelasi hormon tersebut akan tetap ada
selama kita masih hidup. Adapun watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih
mengalami pertumbuhan atau perkembangan, watak sangat tergantung kepada faktor-
faktor eksogen (faktor yang datang dari luar diri individu, merupakan pengalaman-
pengalaman, kejadian alam sekitar, pendidikan, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Pieter, Herri Zan dan Lubis Namora Lumongga. 2017. Pengantar Psikologi dalam
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: KENCANA.

Kuntjojo. 2009. “Psikologi Kepribadian”. Academia Edu. Kediri, 15.

Pieter, Herri Zan dkk. 2011. Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan.Edisi 1.


Jakarta: KENCANA.

Nadirah, Yahdinil Firda. 2020. Psikologi Kepribadian. Banten: Media Madani.

Anda mungkin juga menyukai