Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adilla Amalia Putri

NPM : 218600169
Kelas : B1-K2 Psikologi
Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan

REVIEW FILM SURVIVAL FAMILY


Sutradara : Shinobu Yaguchi

Pemeran : 1. Fumiyo Kohinata

2. Eri Fukatsu

3. Yuki Izumisawa

4. Wakana Aoi

Produser : Hidehiro Ogawa, Takao Tsuchimoto, Shintaro Horikawa

Tahun Tayang Film : Tahun 2016


Durasi Film : 117 menit

ALUR CERITA SURVIVAL FAMILY


Film ini berpusat pada karakter utama keluarga Yoshiyuki Suzuki (diperankan oleh Fumiyo
Kohinata). Saat listrik di Tokyo berhenti karena solar flare, kota ini berada di ambang
kepanikan. Yoshiyuki harus memimpin keluarga untuk berjuang dan bertahan hidup.
Keluarga dulu dimanjakan oleh kehidupan perkotaan modern. Namun, mereka belajar untuk
menghadapi kenyataan pahit dari distopik Jepang di mana kurangnya listrik telah membuat
semua orang menemukan kembali cara-cara lama yang tidak bergantung pada teknologi.
Keluarga Yoshiyuki Suzuki beranggotakan seorang istri dan dua orang anak perempuan dan
laki-laki, kemudian mereka digambarkan seperti keluarga Jepang yang sibuk dengan urusan
masing-masing di kehidupan sehari-harinya, dan sangat bergantung pada teknologi.
Ayahnya yang hanya tidur-tiduran di depan TV sehabis kerja, sementara ibu yang sibuk di
dapur dengan makanan instantnya, dan kedua anaknya yang sibuk dengan aktivitas mereka.

Keluarga ini juga kurang harmonis, sebagaimana digambarkan perilaku yang tidak baik oleh
anak-anak yang lebih muda, kepada mereka yang lebih tua. Kemudian permasalahan mulai
muncul ketika Tokyo mengalami pemadaman listrik yang sangat lama. Padahal ibu kota
Jepang ini dikenal sebagai kota yang penuh dengan teknologi. Maka disinilah awal mula
kericuhan terjadi. Semua orang terkena imbasnya, terkecuali Suzuki dan keluarganya. Sarana
transportasi umum tidak berfungsi, yang menyebabkan kendaraan mereka tidak terpakai, dan
hanya bisa menggunakan sepeda ataupun memilih berjalan kaki.

Hal itu terjadi tanpa pernah terbanyangkan sebelumnya, sehingga mereka semua kaget akan
pembiasaan baru hidup tanpa listrik. Mengandalkan seluruh uang yang mereka punya, dan
barang berharga yang mereka miliki, tetapi tidak ada yang bermanfaat. Bahkan jam mahalpun
tidak senilai dengan harga sebotol air minum. Hingga pada akhirnya keluarga Suzuki harus
meninggalkan Tokyo dan melakukan perjalanan bersama keluarganya dengan sepeda menuju
ke bandara, hendak ke Kagoshima. Akan tetapi karena listrik yang tidak ada, maka
bandarapun tidak dipergunakan. Akhirnya mereka harus melakukan perjalanan darat dengan
menggunakan sepeda menuju rumah kakek mereka, di Kagoshima, sejauh 850 mil dari
Tokyo.

Dalam perjalanan mereka banyak drama yang terjadi, digambarkan bagaimana watak dari
seorang Suzuki yang sebagai kepala keluarga egois, hingga hampir mencelakakan
keluarganya sendiri. Hingga Suzuki dan istrinya terpisah dan mereka berdua hampir saja
mati. Dan pada akhirnya perjalanan yang ditempuh selama 108 hari itu, memberikan
pelajaran hidup yang sangat berarti kepada mereka. Mereka akhir sampai di rumah kakek,
dan mereka mulai hidup harmonis satu sama lain.

KAITAN FILM DENGAN BENCANA DAN POLUSI SERTA DAMPAKNYA


TERHADAP PERILAKU INDIVIDU

Dari film tersebut mengajarkan kita bahwa bahwa secanggih apapun teknologi di zaman
modern, hendaknya manusia tetap bisa mengandalkan diri mereka dan tetap menghargai alam
nya, dengan cara merawat dan menjaga bumi tanpa merusaknya. Bijak dan hematlah dalam
penggunaan listrik karena dapat mempengaruhi bumi. Kita juga harus bersyukur dengan hal
yang telah kita dapatkan di dunia ini. Jangan terlalu dimanjakan oleh teknologi yang canggih
karena mati listrik yang sederhana sudah membuat manusia menderita.

Dalam film ini juga kemampuan beradaptasi sangat diperlukan karena untuk bertahan hidup
seseorang harus dan mampu beradaptasi baik dengan lingkungannya.

Saat ini dimanapun manusia hidup telah menjadi parasit bagi lingkungannya. fungsi prologue
yang Betapa tidak, sebagai makhluk sosial manusia ketergantungan yang kepada lingkungan.
lingkungan manusia bertahan hidup. Kemudian manusia mengatur lingkungan, agar manusia
ferus mampu bertahan berbagai temuan teknologi dicari dan dicoba, untuk meningkatkan
kualitas hidup. Umumnya, bencana teknologi disebabkan oleh perilaku manusia, baik sengaja
dibuat oleh manusia (perang misalnya), human error atau karena miscalculation.

Karakteristik bencana teknologi meliputi:

a. Human-made;
b. Durasi bencana sangat variatif;
c. Umumnya bersifat kronik, namun juga bisa akut dan tiba-tiba;
d. Biasanya lebih mudah dikendalikan dibandingkan bencana alam;
e. Bencana teknologi umumnya lebih mudah diprediksi;
f. Proses kerusakannya banyak yang tidak dapat diamati secara harafiah;
g. Efek post-disaster tidak seberat bencana alam

Individu mampu memprediksikan nya bencana mempersiapkan mental sebaik mungkin,


sehingga dapat mengurangi tegangan yang muncul.

EFEK PSIKOLOGIS BENCANA TEKNOLOGI

Dampak psikologis ditimbulkan pada umumnya dinamakan Post-Traumatic Stress Disorder.


Akibat Mati Listrik yang terjadi di Jepang pada tahun tersebut, menyebabkan kecemasan,
perubahan gaya hidup, withdrawal (apatis dan marah), depresi, stress berkorelasi dengan
sysmtom fisik (psikosomatic). Symptom yang umum pada korban adalah kecemasan, sedih,
putus asa, gangguan tidur, disorganization, gangguan mengendalikan amarah, obsesif dan
fobia terhadap kegagaian mempertahankan keselamatanya, perasaan kehilangan dan gusar.

Anda mungkin juga menyukai