Disusun Oleh:
Fitriana Zamrotul Ulya (2107016084)
Putri Asmara Dirgantari (2107016087)
Neno Sri Wahyuningsih (2107016096)
Fajar Kamil Pasya (2107016115)
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
"kepuasan dan komitmen kerja" dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca untuk memperdalam ilmu
pengetahuan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi
sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Khairani Zikrinawati, S. Psi., M.A. selaku dosen mata
kuliah Psikologi Industri dan Organisasi yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah
wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih ada kekurangan serta jauh dari kata
sempurna. Kami menyadari tidak ada gading yang tak retak, tidak ada kesempurnaan dalam
sebuah karya. Dengan begitu saran serta masukan yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah kami.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................ 5
BAB II......................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN........................................................................................................................... 6
2.1 Kepuasan Kerja................................................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian dan Model......................................................................................................6
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi....................................................................................7
2.1.3 Teori.............................................................................................................................. 8
2.1.4 Aplikasi Penelitian........................................................................................................ 10
2.2 Komitmen Kerja................................................................................................................ 11
2.2.1 Pengertian Dan Komponen.............................................................................................11
2.2.2 Model Aplikasi............................................................................................................. 12
2.2.3 Aplikasi Penelitian........................................................................................................ 14
BAB III...................................................................................................................................... 16
PENUTUP.................................................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 16
3.2 Saran................................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
Komitmen kerap kali mencerminkan kepercayaan karyawan terhadap misi dan tujuan
organisasi, kesediaan melakukan usaha dalam menyelesaikan pekerjaan dan hasrat untuk terus
bekerja disana. Kreitner dan Kinicki (dalam Kaswan 2017) menyatakan bahwa komitmen
organisasi mencerminkan bagaimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi
dan terikat dengan tujuan-tujuannya. Jika suatu perusahaan, memiliki karyawan yang tidak
mempunyai komitmen dalam bekerja maka tujuan dari perusahaan tersebut tidak akan tercapai.
Individu yang loyal terhadap organisasi akan selalu bekerja dengan organisasi dan akan terus
berusaha untuk mencapai tujuan organisasi. Sebaliknya, individu yang tidak berkomitmen tidak
akan termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi (Kemp dalam Khan, 2014).
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual karena setiap individu
akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
diri setiap individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.
Kepuasan Kerja adalah perasaan puas yang dirasakan untuk pencapaian yang diperoleh
seorang karyawan dari pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan hasil dari penilaian yang
menyebabkan seseorang mencapai nilai pekerjaannya atau memenuhi kebutuhan dasarnya serta
membantu dalam menentukan, sejauh mana seseorang menyukai atau tidak menyukai
pekerjaannya.
PEMBAHASAN
Kepuasan kerja seorang karyawan terkait dengan psikologisnya. Karyawan yang merasa
puas, senang dan nyaman di dalam pekerjaannya merasa termotivasi untuk memiliki kontribusi
yang lebih banyak. Sedangkan karyawan yang merasa tidak puas akan menjadi lesu, sering
melakukan kesalahan dan menjadi beban bagi perusahaan. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :
1. Kompensasi dan Kondisi kerja : Salah satu faktor terbesar dari kepuasan kerja adalah
kompensasi dan tunjangan yang diberikan oleh perusahaan kepada seorang karyawan.
Seorang karyawan dengan gaji yang baik, insentif, bonus, perawatan kesehatan dan lain-
lainya akan lebih bahagia dan puas dengan pekerjaannya dibandingkan dengan seseorang
yang tidak memiliki pekerjaan dengan fasilitas yang sama. Lingkungan tempat kerja yang
sehat juga menambah nilai bagi seorang karyawan.
2. Keseimbangan kehidupan kerja : Setiap individu ingin memiliki tempat kerja yang baik
serta pekerjaan yang dapat memungkinkan mereka menyisakan waktu yang cukup
bersama keluarga dan teman. Kepuasan kerja bagi karyawan sering kali juga disebabkan
oleh kebijakan keseimbangan hidup dan kerja (work life balance) yang baik, yang
memastikan bahwa karyawan menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga di
samping melakukan pekerjaannya. Dengan keseimbangan hidup dan kerja yang baik,
kualitas hidup karyawan dapat ditingkatkan dan dapat meningkatkan kepuasan kerja
seorang karyawan.
3. Dihormati dan Diakui (Respect & Recognition) : Setiap individu menghargai dan merasa
termotivasi jika mereka dihormati di tempat kerja mereka. Seorang karyawan tentunya
akan semakin termotivasi apabila diberikan penghargaan atas kerja kerasnya. Karenanya,
pengakuan merupakan salah satu faktor kepuasan kerja.
4. Keamanan kerja : Jika seorang karyawan yakin bahwa perusahaan akan berusaha
mempertahankan mereka meskipun dalam kondisi pasar sedang bergejolak, itu akan
memberi kepercayaan yang sangat besar. Keamanan kerja adalah salah satu alasan utama
kepuasan kerja bagi karyawan.
5. Tantangan : Aktivitas kerja yang monoton dapat menyebabkan karyawan tidak puas.
Oleh karena itu, hal-hal seperti rotasi pekerjaan, memberikan kesempatan untuk bekerja
di proyek baru dan lain sebagainya dapat membantu meningkatkan kepuasan kerja
karyawan juga.
6. Pertumbuhan Karir : Karyawan juga selalu berharap dan berusaha untuk mendapatkan
pertumbuhan karir yang dapat membawa mereka ke tingkatan ke lebih tinggi. Oleh
karena itu, jika sebuah perusahaan memberikan peran pekerjaan yang lebih baru,
tentunya juga akan meningkatkan kepuasan kerja karena karyawan tersebut tahu bahwa
mereka akan mendapatkan kesempatan untuk peningkatan dalam karirnya.
Apabila perusahaan mampu memberikan keadaan yang aman dalam bekerja tentunya
sangat memengaruhi perasaan karyawan selama kerja. Dalam bekerja pemimpin juga
berkomunikasi yang baik dan lancar antar karyawan mau mendengar, memahami, dan mengakui
pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap
kerja.
2.1.3 Teori
Menurut Wexley dan Yukl dalam As'ad (2002:104) teori-teori tentang kepuasan kerja ada
tiga macam yang lazim dikenal, yaitu teori perbedaan atau discrepancy theory, teori
keseimbangan atau equity theory, dan teori dua faktor two factor theory.
1. Discrepancy Theory
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter pada tahun 1974 yang mengukur kepuasan
kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang
dirasakan (difference between how much of something there should be and how much there is
now). Apabila yang didapat temyata lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang akan
menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang
positif. Sebaliknya makin jauh kenyataan yang dirasakan di bawah standar minimum sehingga
menjadi negatif discrepancy, maka makin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap
pekerjaan.
Contoh Kasus : Karyawan pabrik (karyawan kontrak) yang bekerja lembur hingga malam hari
dan sudah bekerja maksimal ternyata tidak menjadikan karyawan tersebut sebagai karyawan
tetap, dan gajinya pun tidak sesuai dengan harapannya.
2. Equity Theory
Teori ini dikembangkan oleh Adams. Adapun pendahulu dari teori ini adalah Zalezenik.
Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah ia
merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas situasi. Perasaan equity dan inequity atas
suatu situasi, diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang
sekelas, sekantor maupun di tempat lain. Termasuk ada beberapa elemen-elemen keadilan
adalah:
a. Input. Diartikan sebagai sesuatu yang berharga yang dirasakan oleh karyawan sebagai
sumbangan terhadap pekerjaan, sebagai contoh: pendidikan, pengalaman,
keterampilan, jumlah jam kerja dan alat – alat kerja.
b. Out Come. Segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai hasil
pekerjaannya, sebagai contoh : gaji, bagian keuntungan, status, pengakuan dan
kesempatan berprestasi.
c. Comparison. Comparison adalah pihak–pihak lain yang dipakai sebagai bahan
pembanding karyawan yang bersangkutan yang dapat saja berupa seseorang
diperusahaan yang sama, perusahaan lain atau dirinya sendiri pada waktu lampau.
Contoh Kasus : Pada suatu perusahaan keluarga, biasanya pada setiap staf karyawan ada yang
merupakan anggota keluarga pemilik perusahaan tersebut. Ketidakpuasan dapat timbul akibat
ketidakadilan dalam memperlakukan karyawan, biasanya karyawan yang merupakan anggota
dari keluarga pemilik perusahaan mendapatkan keistimewaan.
Prinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu merupakan
dua hal yang berbeda, artinya kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu tidak
merupakan suatu variabel yang kontinyu. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herzberg
pada tahun 1959, berdasarkan hasil penelitiannya beliau membagi situasi yang mempengaruhi
sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu kelompok satisfied atau
motivator dan kelompok dissatisfier atau hygiene factors. Satisfier (motivator) adalah faktor-
faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari
achievement, recognition, work itself, responsibility, and advancement. Dikatakannya bahwa
hadirnya faktor ini akan menimbulkan kepuasan tetapi tidak hadirnya faktor ini tidaklah selalu
mengakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfiers (hygiene factors) adalah faktor-faktor yang terbukti
menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari company policy and administration, supervision
technical, salary, interpersonal relations, working condition, job security and status. Perbaikan
atas kondisi atau situasi ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak
akan menimbulkan kepuasan karena ia bukan sumber kepuasan kerja.
Contoh Kasus : Seorang karyawan baru yang mengalami ketidaknyamanan dalam bekerja
dikarenakan kurangnya hubungan komunikasi, saling menghargai, saling membantu dapat
menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja karena hubungan pribadi merupakan sumber
kepuasan kerja yang dinamakan hygiene factors.
Steers (1987), mengembangkan suatu model komitmen organisasi yang terdapat tiga
kategori anteseden komitmen organisasi, yaitu karakteristik personal, karakteristik pekerjaan,
dan pengalaman kerja.
1. Karakteristik personal meliputi usia jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja
dan kepribadian.
a. Usia. Semakin bertambahnya usia, semakin kecil pula alternatif karyawan untuk
bekerja di tempat lain. hal tersebut dapat meningkatkan sikap positif karyawan
tentang Kelebihan organisasi kerjanya.
b. Jenis kelamin. Pada umumnya kelompok pria memperlihatkan sifat kekuasaan
kekuatan dan lebih mandiri, sedangkan kelompok wanita lebih fokus kepada
kehangatan dan lebih mementingkan emosi atau perasaan. Wanita memiliki
komitmen yang lebih tinggi daripada pria karena wanita harus mengatasi lebih
banyak rintangan dalam mencapai posisi tertentu dalam perusahaan, sehingga
keanggotaan dalam organisasi menjadi penting bagi kelompok karyawan wanita
(Allen & Meyer, 1990).
c. Status perkawinan. Pada umumnya karyawan yang telah menikah memiliki
tanggung jawab yang lebih banyak untuk menghidupi keluarga. Oleh karena itu,
keputusan untuk keluar dari organisasi kerja akan memberikan dampak yang lebih
banyak dan beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan yang belum
menikah dan belum memiliki tanggungan
d. Masa kerja. Pertambahan masa kerja cenderung meningkatkan komitmen
terhadap organisasi karena dengan pertambahan masa kerja individu akan lebih
banyak merasakan dan mendalami keanggotaannya dalam organisasi kerja,
sehingga keputusan untuk keluar dari perusahaan akan semakin kecil.
e. Pendidikan. Semakin tinggi pendidikan individu, komitmen terhadap organisasi
akan semakin rendah. Hal tersebut disebabkan karena individu yang
berpendidikan tinggi akan memiliki harapan yang tinggi terhadap tempatnya
bekerja sehingga seringkali harapan individu tersebut sulit untuk dipenuhi oleh
organisasi kerjanya.
f. Jabatan. Karyawan dengan jabatan tinggi cenderung untuk memiliki komitmen
yang rendah terhadap organisasi jika dibandingkan dengan karyawan pada jabatan
yang lebih rendah.
2. Karakteristik pekerjaan meliputi lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik
peran dan tingkat kesulitan dalam pekerjaan. Meningkatnya tantangan kerja yang dialami
individu akan meningkatkan komitmen dirinya terhadap organisasi kerjanya. Komitmen
akan lebih kuat apabila Individu memiliki tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi
terhadap pekerjaannya dan komitmen akan lebih rendah apabila individu mengalami
kesempatan promosi yang terbatas. Adanya ketidakjelasan peranakan menyebabkan
individu berada dalam konflik atau mengalami tekanan yang berhubungan terbalik
dengan komitmen terhadap organisasi. Jika komitmen tinggi, maka konflik peran menjadi
rendah, dan sebaliknya jika komitmen rendah maka konflik peran menjadi tinggi.
3. Pengalaman kerja individu sangat berpengaruh pada tingkat komitmen individu pada
organisasi.
a. Keterandalan organisasi. Pengalaman individu merasakan sejauh mana organisasi
kerja dapat diandalkan dalam menjamin keamanan dalam bekerja berkaitan
dengan komitmen individu terhadap organisasi kerjanya.
b. Perasaan dihargai. Apabila individu mengalami dan merasakan bahwa dirinya
dibutuhkan atau penting bagi organisasi kerjanya, maka komitmen individu
terhadap organisasinya akan meningkat. Sebaliknya jika organisasi tidak
memperhatikan individu atau menganggap individu sebagai orang yang tidak
diperlukan, maka individu merasa tidak berarti sehingga komitmen individu
tersebut terhadap organisasi akan menurun.
c. Tingkat keterlibatan sosial. Semakin besar interaksi sosial yang dialami individu,
semakin besar pula ikatan sosial yang dikembangkan individu tersebut dengan
organisasi, sehingga individu tersebut menjadi lebih dekat dengan organisasi
kerjanya.
2.2.3 Aplikasi Penelitian
Komitmen kerja telah banyak diteliti secara luas karena karyawan terlibat dalam
organisasi sebelum sikap individu itu terhadap pekerjaan berkembang dan karena komitmen
organisasi merupakan sikap yang stabil selama beberapa waktu dibandingkan variabel lainnya
seperti kepuasan kerja.
Hasil penelitian Bycio, et al. (1995) pada perawat wanita di rumah sakit menemukan ada
hubungan yang positif dan kuat antara semua dimensi kepemimpinan transformasional dengan
komitmen organisasi, koefisien korelasi lebih tinggi pada komitmen afektif daripada komitmen
kontinuitas dan komitmen normatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Pillai, et al. (1999), yang menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara
kepemimpinan transaksional dengan komitmen organisasi.
Hasil penelitian Gopinath (2020) menunjukkan bahwa komitmen organisasi berhubungan
secara positif, linier, dan signifikan dengan aktualisasi diri. Demikian pula, antara aktualisasi diri
dengan keterlibatan kerja bersama-sama menunjukkan hubungan yang linier, positif, dan
signifikan dengan komitmen organisasi. Hal ini mengimplikasikan bahwa karyawan yang setia
pada pekerjaannya akan berkomitmen, bangga menjadi anggota dalam organisasi, dan
mempunyai perhatian untuk mengembangkan organisasinya ke masa depan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu faktor terbesar dari kepuasan kerja adalah kompensasi dan tunjangan yang
diberikan oleh perusahaan kepada seorang karyawan. Seorang karyawan dengan gaji yang baik,
insentif, bonus, perawatan kesehatan dan lain-lainya akan lebih bahagia dan puas dengan
pekerjaannya dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dengan fasilitas
yang sama. Keseimbangan kehidupan kerja pada setiap individu ingin memiliki tempat kerja
yang baik serta pekerjaan yang dapat memungkinkan mereka menyisakan waktu yang cukup
bersama keluarga dan teman. Kepuasan kerja bagi karyawan sering kali juga disebabkan oleh
kebijakan keseimbangan hidup dan kerja (work life balance) yang baik, yang memastikan bahwa
karyawan menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga di samping melakukan
pekerjaannya. Dengan keseimbangan hidup dan kerja yang baik, kualitas hidup karyawan dapat
ditingkatkan dan dapat meningkatkan kepuasan kerja seorang karyawan. Teori Menurut Wexley
dan Yukl dalam As'ad (2002:104) teori-teori tentang kepuasan kerja ada tiga macam yang lazim
dikenal, yaitu teori perbedaan atau discrepancy theory, teori keseimbangan atau equity theory,
dan teori dua faktor two factor theory.
Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan di organisasi tersebut individu
yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggung jawab
pekerjaan yang diberikan padanya.Individu yang memiliki komitmen tinggi, hanya memiliki
sedikit alasan untuk keluar dari organisasi dan tetap nyaman untuk bergabung dalam waktu lama
dengan organisasi yang telah dipilihnya. Karyawan dengan jabatan tinggi cenderung untuk
memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasi jika dibandingkan dengan karyawan pada
jabatan yang lebih rendah.Komitmen akan lebih kuat apabila Individu memiliki tingkat tanggung
jawab yang lebih tinggi terhadap pekerjaannya dan komitmen akan lebih rendah apabila individu
mengalami kesempatan promosi yang terbatas.
3.2 Saran
Utomo, J. (2011). Pengaruh motivasi kerja, kepuasan kerja, dan komitmen organisasional
terhadap kinerja pegawai (studi pada pegawai setda Kabupaten Pati). Jurnal Analisis
Manajemen, 5(1), 75-86.
Sobirin, 2009, Budaya Organisasi, Unit Penerbit Dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Sari, A. E. P. tth. Hubungan Komitmen Organisasi dan Niat Berpindah Pekerjaan (Turnover
Intention) Pada Karyawan Hotel di Kota Malang. Jurnal. Malang : Universitas Negeri
Malang.
Sudarnoto, L. (2021). Psikologi Kerja dan Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Brahmasari, IA, & Suprayetno, A. (2008). Pengaruh motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya
organisasi terhadap kepuasan kerja serta kinerja perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei
Hai International Wiratama Indonesia). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan , 10 (2),
124-135.
Rosmaini, R., & Tanjung, H. (2019). Pengaruh Kompetensi, Motivasi Dan Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen , 2 (1), 1-15.
Tunjungsari, P. (2011). Pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan di kantor pusat
PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung. Jurnal Universitas Komputer Indonesia , 1 (1), 1-
14.