Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
B. Jenis-Jenis Tes Proyeksi yang Bersifat Non Verbal 1. Thematic Apperception Test
(TAT)
TAT ini merupakan teknik proyeksi yang digunakan untuk mengungkapkan dinamika
kepribadian. Pelopor tes ini adalah Henry Murray dan Leopold Bellak. TAT merupakan tes
individual yang tidak bisa diaplikasikan ke dalam bentuk kelompok. Dasar teori dari tes ini
adalah teori Psikoanalisa, yaitu mengenai konflik, need, press, dan defense mechanism.
Tes daya khayal ini terdiri dari 31 kartu yang dikelompokkan dalam beberapa
kategori, yaitu :
• Netral
• Boy (B), untuk subyek anak laki-laki dengan batasan usia kurang dari 14 tahun.
• Girl (G), untuk subyek anak perempuan dengan batasan usia kurang dari 14 tahun.
• Female (F), untuk subyek perempuan yang berusia lebih dari 14 tahun.
• Male (M), untuk subyek laki-laki yang berusia lebih dari 14 tahun.
TAT juga dapat dikenakan untuk subyek dengan usia minimal empat tahun. Kartu
yang disajikan untuk subyek tersebut cukup 20 kartu dan dipilih berdasarkan kepada tingkat
usia dan permasalahan subyek.
a. Administrasi TAT
Testee diminta untuk menceritakan kejadian pada figur, penyebab kejadian, dan akhir
(penyelesaian) dari figur/kejadian itu. Semua penjelasan tersebut didasarkan pada daya
khayal atau persepsi masing-masing testee pada saat melihat figur.
Penyajian kartu dilakukan dalam dua tahap, yaitu :
• Tahap I : Disajikan 10 kartu yang memuat figur yang biasa (bukan figur yang
menakutkan/penuh imajinasi), yang mencerminkan keadaan sehari-hari.
• Tahap II : Disajikan 10 kartu yang figurnya istimewa atau spesifik yang dapat
menimbulkan respon-respon yang khusus.
Sedangkan kartu nomor 16 (yang merupakan kartu kosong), disajikan paling akhir
karena berfungsi untuk mengungkap hal-hal yang masih disimpan testee.
b. Interpretasi
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan interpretasi adalah :
• Tokoh atau siapa yang sering dimunculkan subyek dalam figur
• Respon-respon yang sesuai dengan stimulusnya, misalnya : figurnya manusia,
apakah subyek juga merespon figur tersebut sebagai manusia.
• Karakteristik tokoh
• Need dan press-nya
• Pola pertahanan ego yang dimiliki subyek
• Integritas ego subyek
• Konflik-konflik yang dialami subyek.
b. Interpretasi
Variabel-variabel yang patut diperhatikan dalam melakukan interpretasi CAT adalah :
• Tema pokok cerita
Tema pokok cerita adalah penilaian terhadap cerita testee secara keseluruhan,
dilihat dari pokok figuran cerita subyek. Dalam hal ini, IQ dan umur perlu
diperhatikan, karena semakin tinggi IQ atau umurnya maka akan semakin
kompleks tema ceritanya.
Tokoh cerita
Menyangkut siapa tokoh yang dimenangkan.
• Kebutuhan (dorongan) yang dimiliki
Muncul dari harapan-harapan tokohnya. Apabila subyek sedang mengalami
depresi, maka identifikasi tokohnya selalu mengalami tekanan-tekanan. Apabila
subyek selalu menonjolkan sesuatu dan diulang secara terus menerus, ini
menunjukkan adanya suatu kebutuhan subyek. Apabila ada hal-hal tertentu yang
tidak dikatakan (padahal penting), ini menunjukkan adanya tekanan-tekanan pada
dirinya.
• Konsepsi tentang lingkungan
Menyangkut interpretasi konsep lingkungan; merupakan perpaduan antara hal-hal
yang diinginkan dan kenyataan yang ada. Keadaan yang dimunculkan dalam
ceritanya merupakan keadaan (kebutuhan) subyek.
• Tanggapan-tanggapan subyek terhadap figur-figur yang ada
Apakah subyek menanggapi dengan antusias atau acuh tak acuh. Apabila subyek
tampak lemah mengidentifikasi suatu tokoh, kemungkinan subyek mengalami
konflik.
• Konflik yang dihadapi
Dari cerita subyek, dapat diketahui figuran konflik subyek. Ada dua konflik yang
dapat dilihat, yaitu intern (terjadi pada diri sendiri dan tidak ada hubungan dengan
lingkungan) dan ekstern (konflik yang timbul akibat hubungan dengan
lingkungan).
• Kecemasan
Kecemasan di sini harus di pilah-pilah, misalnya kecemasan karena diri snediri,
ditinggal oleh orang tua, dan lain sebagainya. Kartu yang digunakan sebagai
sarana untuk mengungkapkan kecemasan adalah kartu nomor 3 dan 5.
• Sikap terhadap konflik dan kecemasan
Tipe pertahanan subyek dilihat dari tipe reaksi yang muncul dalam ceritanya saat
menghadapi masalah, apakah depresif, represif, agresif, atau escape.
• Bagaimana peranan super egonya
Sejauh mana peranan super ego subyek dapat diperolah dari ceritanya.
• Bagaimana integritas egonya
Integritas ego dilihat dari rangkuman seluruh cerita dari kartu 1 sampai 10.
c. Administrasi
Berikut merupakan beberapa tahapan dalam melakukan CAT :
• Tahap persiapan, merupakan tahapan dimana tester mempersiapkan ruangan dan
alat tes.
• Bulding rapport, yaitu melakukan pendekatan terhadap anak sesuai dengan usia,
tingkah laku, dan tingkat kesulitan anak. Tester harus memperhatikan bahwa
instruksi dan penjelasan diberikan sesuai dengan perkembangan anak.
• Intruksi, tahapan yang dilakukan setelah rapport terjalin dengan baik.
• Tahap pelaksanaan, dimana kartu mulai disajikan satu per satu dan tester
memerhatikan dengan baik setiap apa yang testee lakukan.
• Tahap inquiry.
a. Kegunaan GPPT
Kegunaan GPPT antara lain :
• Untuk membedakan individu, apakah tergolong maladjusted atau welladjusted.
• Dapat digunakan untuk membedakan orang-orang yang memiliki kecenderungan
nakal (delinkuen) atau tidak.
• Mampu mengidentifikasi/menemukan taraf kepemimpinan yang rendah.
b. Bentuk Tes
Bentuk tas GPPT adalah :
• Berupa figur-figur/figur-figur tertentu tentang aktivitas berjumlah 90.
• 5 pernyataan ada di samping masing-masing figur.
c. Administrasi Tes
Testee diminta untuk memilih 1 dari 5 pernyataan yang tersedia, manakah yang paling
tepat atau sesuai dengan dirinya. Waktu yang diberikan sekitar 40 menit dan tetap akan
diakhiri meskipun belum selesai.
d. Skoring
Ada 7 kunci yang disediakan, masing-masing memiliki kegunaan sendiri-sendiri. 7
kunci tersebut, yaitu :
Kunci 1 : Mengungkap happiness
Kunci 2 : Mengungkap dejection
Kunci 3 : Mengungkap nurturance
Kunci 4 : Mengungkap withdrawl
Kunci 5 : Mengungkap neuroticism
Jawaban-jawaban yang sama dengan kunci kemudian dihitung dan hasilnya berupa
skor kasar. Skor kasar ini kemudian dibobot dan dicocokkan dengan table yang ada.
e. Interpretasi
Interpretasi GPPT adalah sebagai berikut :
< P40 : Emosi belum matang
P60 : Maladjusted
8. Tes Szondy
a. Kegunaan
Kegunaan Tes Szondy adalah :
• Untuk mengungkap dinamika kepribadian testee Untuk mengetahu struktur
daerah kepribadian testee
• Untuk mengetahui aspek dinamis dari kepribadian testee.
b. Bentuk Tes
Tes ini dilakukan dalam bentuk berupa foto-foto orang yang mempunyai kelainan
jiwa.
c. Administrasi Tes
Tes Szondy dilaksanakan secara individual. Testee diminta untuk memilih figur-figur
yang telah disediakan dan menjadikannya dua kelompok. Kelompok yang pertama adalah
figur yang disenangi (D), dan kelompok yang kedua adalah figur yang tidak disenangi (TD),
hal ini didasarkan kepada seri-seri yang disajikan. Ada 6 seri figur dan setiap seri berisi
delapan foto berukuran 2x3 yang berupa wajah-wajah orang yang mempunyai kelainan
psikologis, seperti homoseksual, sadisme, epilepsi, histeria, katatonik, paranoid, depresif, dan
mania.
Testee kemudian diminta untuk memilih dua figur yang disenangi dan dua figur yang
tidak disenangi.
Penyajian foto-foto minimal 6 kali, namun yang terbaik adalah 10 kali untuk menjaga
validitas dan keajegan. Sedangkan jarak pengulangan penyajian foto-foto adalah satu hari.
d. Skoring
Dari respon testee terhadap foto-foto yang dipilih, kemudian dibuat tabulasi untuk
diketahui berapa frekuensinya.
e. Interpretasi
Dasar untuk melakukan interpretasi adalah bahwa reaksi pilihan subyek terhadap
fotofoto merupakan aktualisasi mental individu yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan
struktur kepribadian subyek yang berarti pilihan atas foto merupakan figur dari need subyek.
Interpretasi untuk masing-masing pilihan subyek atas foto adalah sebagai berikut :
• Subyek yang cenderung memilih foto-foto orang homoseksual diinterpretasikan
sebagai orang yang halus, suka mengalah, pasif, dan lemah.
• Subyek yang cenderung memilih foto-foto orang yang digolongkan sadistis
diinterpretasikan sebagai orang yang agresif dan suka manipulasi.
• Subyek yang cenderung memilih foto-foto orang yang digolongkan epilepsi
diinterpretasikan sebagai orang yang perasa namun agresif.
• Subyek yang cenderung memilih foto-foto orang yang digolongkan histeria
diinterpretasikan sebagai orang yang perasa (amat peka).
• Subyek yang cenderung memilih foto-foto orang yang digolongkan katatonik
diinterpretasikan sebagai orang yang suka menentang diri sendiri dan asosial.
• Subyek yang cenderung memilih foto-foto orang yang digolongkan paranoid
diinterpretasikan sebagai orang yang ekspansif tapi bersifat sosial.
• Subyek yang cenderung memilih foto-foto orang yang digolongkan depresif
diinterpretasikan sebagai orang yang bertipe anal yaitu pelit dan hati-hati.
• Subyek yang cenderung memilih foto-foto orang yang digolongkan mania
diinterpretasikan sebagai orang yang bertipe oral yaitu senang bicara dan suka
makan.
DAFTAR PUSTAKA