Anda di halaman 1dari 12

3.

Menulis Aitem

 Spesifik Skala

Kisi-kisi skala yang pada dasarnya hanya memuat aspek-aspek


keperilakuan, indikator keprilakuan, dan bobot relatif masing-masing aspek. Kisi-
kisi tidak menerangkan tentang jumlah aitem yang dikehendaki, format dan tipe
soal, format respon, serta informasi lain. Oleh karena itu, kisi-kisi perlu
dilengkapi dengan beberapa penjelasan paling tidak mengenai format aitem,
format respon, dan jumlah aitem yang direncanakan dalam skala, serta keterangan
lain yang dapat menggambarkan dengan lengkap bentuk aitem dan bentuk final
skala yang sedang dirangkai.

 Format Aitem

Dari berbagai format aitem yang banyak digunakan dalam penyusunan


skala psikologi pada dasarnya dapat dibedakan bentuknya menjadi dua macam,
yaitu a)bentuk pernyataan dan b)bentuk pertanyaan. Kedua bentuk aitem tersebut
menyediakan beberapa pilihan respon.

Di antara aitem dalam format pernyataan ada yang berupa serangkaian


kalimat atau gambar sebagai stimulus kemudian diikuti oleh pernyataan berkenaan
dengan stimulus tersebut. Begitu pula aitem yang dalam bentuk pertanyaan dapat
dibuat hanya dalam serangkai kalimat tanya atau dibuat dengan didahului oleh
stimulus berupa beberapa kalimat atau gambar.

Di samping itu ada bentuk-bentuk aitem yang merupakan kombinasi


keduanya dan bahkan ada pula bentuk aitem yang hanya berupa pasangan kata
yang diletakkan di dua ujung kontinum berlawanan dan aitem yang berupa daftar
kata-kata yang harus diurutkan berdasarkan jenjanf. Tidak semuanya akan dapat
dijelaslkan secara detail dalam buku ini. Pembahasan akan dipusatkan pada
beberapa bentuk aitem skala tulis yang populer digunakan dalam pengukuran-
pengukuran variabe penelitian psikologi.

Salah satu tipe aitem bentuk pernyataan disajikan dalam kalimat deklaratif
mengenai apa yang telat dialami oleh individu sebagai subjek. Sebagai contoh,
berikut adalah aitem pernyataan mengenai dialami atau tidaknya suatu kejadian
dalam enam bulan terakhir yang mengindikasikan adanya tekanan batin mengarah
kepada depresi.

Merasa dibenci oleh seseorang [ya] [tidak]


Perubahan keadaan ekonomi keluarga [ya] [tidak]
Dalam contoh di atas, yang diambil dari skala pengukuran stres
(Prabandari, 1989) kedua aitemnya merupakan pernyataan mengenai keadaan atau
perasaan yang dialami oleh seseorang Subjel hanya perlu menjawab “ya” atau
“tidak”. Setiap jawaban “ya’ mengidikasikan adanya stres yang secara kuantitatif
skornya ditentukan lewat proses penskalaan.

Berikut adalah contoh-contoh aitem yang dimaksudkan untuk


mengungkap adanya konflik peran-ganda pada wanita karir (Arianta, 1993).
Aitem tidak langsung berkenaan dengan apa yang telah dialami individu tetapi
mengenai perasaannya saat ini. Dalam contoh ini, aitem juga berupa pernyataan
tetapi direspon dengan empat pilihan.

Merasa gelisah di kantor memikirkan keadaan anak-anak di rumah


[HTP] – [SJ] – [KD] – [SS] – [HSL]
Merasa tidak sempurna sebagai seorang ibu karena pada saat anak-anak
pulang sekolah saya belum pulang kerja
[HTP] – [SJ] – [KD] – [SS] – [HSL]

Dalam contoh skala konflik peran-ganda, subjek diminta menyatakan


frekuensi relatif timbulnya perasaan dalam dirinya sebagaimana yang
digambarkan dalam aitem. Pilihan-pilihan jawabannya adalah HTP = Hampir
Tidak Pernah, SJ = Sangat Jarang, KD = Kadang-kadang, SS = Sangat Sering, dan
HSL = Hampir Selalu. Jawaban SS dan HSL berarti frekuensi perasaan yang
tinggi dan mengindikasikan tingginya tingkat konflik peran-ganda yang dialami
oleh subjek, sebaliknya jawaban HTP dan SJ mengindikasikan bahwa tingkat
konflik peran-ganda yang dialami responden termasuk rendah.

Dalam variasi lain, isi pernyataan sebagai stimulus tidak berkenaan


langsung dengan perasaan saat ini atau apa yang telah dialami, melainkan
disajikan berupa suatu permasalahan, keadaan, situasi, atau kasus hipotetik yang
seakan sedang dihadapi oleh subjek dan subjek harus menentukan salah-satu
tindakan diantara pilihan-pilihan yang disediakan yang merupakan kecenderungan
perilakunya. Dikarenakan isi stimulusnya bersifat hipotetik atau perandaian, maka
situasi yang disajikan dalam stimulus haruslah berupa situasi yang mungkin
dialami oleh subjek. Sebagai contoh :

“Seseorang menyalakan rokok dalam bis berAC yang sedang anda


tumpangi”
a. Saya tegur dan ingatkan akan larangan merokok dalam bis.
b. Saya diamkan saja meskipun saya terganggu dan sangat
jengkel.
“Anda melihat kenalan anda secara tidak sadar memasukkan bolpoin
yang dipinjamnya dari anda ke dalam saku bajunya”
a. Saya ingatkan sambil tersenyum.
b. Apa boleh buat, lagi pula harga polpoin tidak seberapa.

Pada kedua contoh di atas, pilihan jawaban a merupakan indikasi adanya


sertivitas dibandingkan dengan pilihan b yang mengindikasikan tingkat asertivitas
yang tidak tinggi. Tentu saja pilihan jawaban yang disediakan tidak harus hanya
dua. Bila diinginkan diferensi yang lebih tajam, dapat diberi tiga bahkan empat
pilihan tindakan yang kadar favorabelnya berjenjang.

Contoh berikut masih merupakan tipe aitem yang serupa dengan bentuk
diatas namun isi situasinya lebih kompleks dan mengandung konflik. Situasi
hipotetik yang dijadikan stimulus tetap harus berupa situasi problematik yang
mungkin saja dapat dialami oleh subjek. Sengaja dimasukkan kalimat yang berisi
rasionalisasi konflik untuk menghindari respon normatif dan subjek.

Anda dan teman-teman akrab telah sepakat untuk menonton bersama film yang
sejak lama ingin anda lihat di bioskop pada hari Sabtu depan. Karena suatu hal,
tiba-tiba teman-teman anda semua memutuskan untuk memajukan hari nonton
bersama menjadi hari Kamis malam padahal anda harus belajar karena pada
hari Jum’at pago anda akan menghadapi ulangan.
a. Karena sudah janji, saya akan ikut nonton bersama
b. Semoga pulang nonton tidak larut sehingga masih sempat
belajar
c. Saya nonton sendirian saja pada hari Sabtu

Anda merasa bahwa sebagian besar soal ujian yang baru saja anda tempuh tidak
dapat anda jawab dengan baik, bahkan hanya satu dua soal saja yang anda agak
yakin terjawab dengan benar. Anda merasa bahwa anda sudah belajar sungguh-
sungguh sebelumnya.
a. Mudah-mudahan saya masih mendapat nilai yang tidak terlalu
jelek
b. Ujian yang akan datang saya akan berusaha untuk lebih siap
c. Setiba dirumah, soal-soal yang saya ingat segera saya pelajari
kembali

Pada kedua contoh di atas, pilihan jawaban a menandakan tidak


dimilikinya motivasi belajar yang cukup, pilihan b secara gradual
mengindikasikan motivasi belajar yang sedikit lebih baik, sedangkan pilihan
jawaban c merupakan pertanda adanya tingkat motivasi belajar yang tinggi
 Aitem favorabel dan aitem tidak favorabel

Aspek keperilakuan harus selalu dirumuskan dalam arah favorabel


(favorable) yaitu berisi konsep keperilakuan yang sesuai atau mendukung atribut
yang diukur. Begitu pula hanya indikator keperilakuan harus selalu dirumuskan
dalam kalimat favorabel yaitu yang menggambarkan secara operasional perilaku
yang mendukung ciri aspek keperilakuannya. Hal tersebut tidak berlaku dalam
penulisan aitem. Aitem selain ditulis dalam arah favorabel dapat juga ditulis
dalam arah tidak favorabel, yaitu yang isinya bertentangan atau tidak mendukung
ciri perilaku yang dikehendaki oleh indikator keperilakuannya.

Aitem-aitem skala yang berupa pernyataan memang dapat ditulis dalam


salah-satu dari kedua arah tersebut. Aitem disebut berarah favorabel apabila isinya
menggambarkan dukungan, keberfihakan atau menunjukkan kesesuaian dengan
deskripsi keperilakuan pada indikatornya (dalam beberapa bentuk skala, favorabel
berarti mendukung langsung atribut yang diukur).
Sebagai contoh, dalam pengukuran Semangat Kerja maka aitem yang berbunyi :

Saya berangkat kerja dengan hati gembira

Merupakan aitem yang favorabel karena “berangkat kerja dengan hati gembira”
menunjukkan ciri adanya semangat kerja atau merupakan indikasi semangat kerja
yang tinggi. Sebaliknya, aitem yang isinya tidak mendukung atau tidak
menggambarkan ciri atribut yang diukur disebut aitem tidak favorabel. Masih
dalam contoh skala Semangat Kerja, aitem yang berbunyi :

Dengan imbalan yang saya peroleh sekarang ini saya tidak


merasa perlu untuk bekerja dengan lebih baik

Jelas merupakan contoh aitem yang tidak favorabel karena isinya


mengindikasikan tidak ada atau rendahnya semangat kerja.

Sebagai contoh lain adalah dalam skala yang mengukur Kecemasan


Komunikasi, aitem yang berbunyi :

Jantung saya berdetak keras saat saya mulai berbicara

merupakan aitem yang favorabel karena isinya mengandung ciri kecemasan


komunikasi sebagai atribut yang hendak diungkap.
Sebaliknya aitem yang berbunyi :
Saya merasa santai dan rileks dalam mengutarakan pendapat-
pendapat saya

merupakan contoh aitem yang tidak favorabel karena santai dan rileks tidak
mengindikasikan adanya kecemasan.

Dalam pemberian skor, setiap respon positif (Ya, Setuju, Selalu, dan
semacamnya) terhadap aitem favorabel akan diberi bobot yang lebih tinggi
daripada respon negatif (Tidak, Tidak-Setuju, Tidak Pernah dan semacamnya).
Sebaliknya untuk aitem tak favorabel, respon positif akan diberi skor yang
bobotnya lebih rendah daripada respon negatif (lihat subbab penskalaan respon).

 Format Respon

Berbagai macam stimulus dalam psikologi dapat direspon dalam berbagai


bentuk perilaku seperti menggambar (pada skala-skala proyektif), menjawab
dengan kata-kata, memilih gambar, memilih jawaban yang disediakan, dan
sebagainya. Pada bentuk-bentuk skala psikologi yang populer, aitem-aitem hampir
selalu disajikan dalam bentuk yang meminta subjek untuk memilih jawaban yang
telah disediakan sebagaimana banyak digunakan dalam contoh-contoh aitem di
atas.

 Respon negatif dan respon positif

Respon terhadap pernyataan dalam aitem paling tidak ada dua macam,
yaitu respon negatif dan respon positif. Respon negatif adalah respon yang
menentang atau menegasikan isi pernyataan. Sedangkan respon positif adalah
mendukung atau afirmatif terhadap isi pernyataan. Baik respon negatif maupun
respon positif dapat dibuat berjenjang dengan menambahkan kata ‘agak’ atau kata
‘sangat’ sehingga diperoleh diferensiasi yang lebih tajam. Setiap penambahan satu
jenjang yang setara dan simetrik pada pilihan respon positif.

Selain kedua macam respon tersebut, ada respon yang berada di antara
keduanya yang tidak bersifat negatif atau bersifat positif. Respon ini umumnya
dikenal sebagai respon netral atau respon tengah.

Variasi bentuk memilih jawaban yang memperlihatkan tingkat kesetujuan


atau tingkat kesesuaian, antara lain adalah :

[STS] – [TS] – [N] – [S] – [SS]


Huruf S dapat berarti SETUJU atau SESUAI.

Istilah SETUJU pada umumnya digunakan sebagai pilihan respon dalam


skala-skala sikap yang meminta subjek menyatakan kesetujuan (dukungan) atau
ketidaksetujuan (penolakan) terhadap isi pernyataan berkenaan dengan objek skap
yang disebutkan dalam aitem. Objek sikap, objek kesetujuan atau ketidaksetujuan
adalah sesuatu (manusia, benda, atau ide) yang ada di luar dirinya.

Istilah SESUAI biasanya digunakan sebagai pilihan respon dalam skala-


skala yang mengukur keadaan diri subjek sendiri sehingga dalam merespon aitem
subjek lebih dahulu menimbang sejauh manakah isi pernyataan merupakan
gambaran mengenai keadaan dirinya atau gambaran mengenai perilakunya.

Biasa pula digunakan bentuk lain untuk menggambarkan frekuensi


keadaan atau perilaku, yaitu :

HTP = Hampir Tidak Pernah


SJ = Sangat Jarang
KD = Kadang-kadang
SS = Sangat Sering
HSL = Hampir Selalu

Bila diinginkan untuk mempertajam diferensi, bentuk yang sejenis dapat


disajikan pula dalam tujuh jenjang, seperti :

[STS] – [TS] – [ATS] – [N] – [AS] – [S] – [SS]

Yang diarti setiap pilihannya adalah :

STS = Sangat Tidak Setuju


TS = Tidak Setuju
ATS = Agak Tidak Setuju
N = Antara Setuju dan Tidak
AS = Agak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju

Dalam format semacam ini, tidak banyak manfaatnya untuk


memperbanyak pilihan menjadi sembilan jenjang atau lebih karena justru akan
mengaburkan perbedaan yang ada di antara jenjang-jenjang termaksud. Pada
umumnya subjek tidak akan cukup peka dengan perbedaan jenjang yang lebih dari
tujuh
tingkat. Bahkan pada subjek yang berusia agak lanjut atau yang malah belum
cukup dewasa, pilihannya perlu disederhanakan menjadi tiga saja, yaitu :

[TS] – [N] – [S]

Dan pada beberapa kasus, dibuat juga skala yang aitem-aitemnya direspon hanya
dengan dua pilihan, yaitu “ya” atau “tidak”

Untuk tujuan tertentu memang diperlukan rentang skor yang lebar lebih
dari tujuh poin sehingga model kategori respon berjenjang menjadi tidak cocok
lagi. Untuk itu maka modelnya responnya dibuat dalam bentuk jenjang kontinum
sebagai berikut:

Tidak Setuju Setuju

Tidak Sesuai Sesuai

Dengan format jenjang kontinum seperti di atas responden memilih salah-


satu kotak di sepanjang sembilan jenjang kontinum yang dipersepsikannya
sebagai paling tepat mencerminkan kadar kesetujuan/kesesuaian atau ketidak-
setujuan/ketidak-sesuaiannya. Kotak-kotak tersebut tidak diberi angka agar
responden semata-mata memperkirakan posisi responnya secara subjektif tanpa
ada pengaruh dari skor yang akan diperolehnya.

Perhatikan bahwa dalam beberapa contoh format diatas, pilihan-pilihan


jawaban yang disediakan selalu bersifat simetrikal, yaitu jenjang ke arah positif
sama banyak dengan jenjang ke arah negatif. Di samping itu, umumnya pilihan
dibuat dalam jumlah ganjil dengan pilihan tengah merupakan pilihan netral.

Berkenaan dengan pilihan tengah ini kiranya ada dua hal yang patut
diperhatikan :

1. Silang pendapat mengenai perlu-tidaknya (bahkan cenderung ke arah


kontroversi mengenai boleh-tidaknya) menyediakan pilihan tengah dipicu oleh
kekhawatiran sementara orang yang berpendapat bahwa bila pilihan tengah atau
netral disediakan maka kebanyakan subjek akan cenderung untuk menempatkan
pilihanya di kategori tengah tersebut, sehingga data mengenai perbedaan di antara
responden menjadi kurang informatif. Dengan kata lain dikhawatirkan respon
yang diperoleh tidak cukup bervariasi (Nussbeck, 2009). Sebenarnya,
kekhawatiran tersebut kurang beralasan karena :
a. Kecenderungan subjek untuk memilih pilihan tengah lebih disebabkan
kalimat dalam aitem itu sendiri yang tidak cukup sensitif untuk
memancing respon yang berbeda dari subjek. Bila aitem ditulis dengan
benar, variasi jawaban akan keluar dengan sendirinya.
b. Kalau pilihan tengah tidak disediakan, sedangkan subjek memang benar-
benar merasa dirinya berada di antara “ya” dan “tidak” atau di antara
“setuju” dan “tidak setuju” , jawaban apa yang harus dipilihnya? Memilih
“setuju” berarti ia menjawab tidak benar, memilih “tidak setuju” pun
berarti ia berbohong. Bagaimana dengan validitas respon seperti itu?
c. Belum ada bukti empirik yang mendukung kekhawatiran tersebut.

2. Pilihan tengah harus diwujudkan sebagai N (=NETRAL) atau TIDAK


MENENTUKAN PENDAPAT. Jangan memberikan pilihan tengah sebagai R
(=RAGU-RAGU) karena respon yang kita inginkan adalah respon yang diyakini
oleh subjek. Sekalipun subjek memilih respon N atau memilih pendapat TIDAK
MENENTUKAN PENDAPAT namun pilihan itu harus merupakan pilihan yang
diyakini olehnya. Artinya ia percaya kalau dirinya memang berada pada posisi
tengah, ia yakin bahwa dirinya memnag netral, bukan memilih jawaban tengah
dikarenakan ragu-ragu. Memilih respon negatif atau respon positif pun sama tidak
ada gunanya bila dilakukan tidak dengan keyakinan atau diberikan oleh responden
secara sembarangan.

 Kaidah Penulisan Aitem

Untuk menghasilkan aitem dengan kualitas yang baik, yaitu berfungsi


selaras dan signifikan sebagai bagian dari skala serta mendukung validitas
konstrak yang dibangun, maka aitem harus ditulis mengikuti indikator
keperilakuan yang sudah dirumuskan dalam kisi-kisi dan berpedoman pada kaidah
penulisan.

Beberapa diantara kaidah penting dalam penulisan yang diperhatikan dan


diikutin oleh penulis aitem, adalah :

1. Gunakan kata dan kalimat yang sederhana, jelas, dan mudah dimengerti
oleh responden namun tetap harus mengikutitata tulis dan tata bahasa
Indonesia yang baku

Kalimat yang rumit hanya akan menyulitkan subjek dalam memahami


maksud aitem. Subjek mudah salah faham dan akibatnya tentu saja jawaban yang
ia berikan tidak akan memberikan gambaran yang benar mengenai dirinya.
Kalimat yang sulit difahami dapat mengurangi minat dan kesungguhan subjek
dalam menjawab.
Penggunaan Bahasa Indonesia baku adalah keharusan, kecuali pada skala-
skala yang ditujukan khusus bagi budaya tertentu yang menggunakan bahasa
daerah yang difahami oleh subjek.

2. Tulis aitem dengan berhati-hati sehingga tidak menimbulkan penafsiran


ganda terhadap kata dan istilah yang digunakan.

Hindari penggunaan istilah-istilah khusus yang dikenal hanya dalam


lingkungan terbaras. Istilah yang tidak begitu populer mudah disalahartikan oleh
responden. Berikut adalah contoh aitem yang berisi istilah yang dapat
menimbulkan salah pengertian :

Saya akan menjadi pendengar yang baik, bila ada karyawan yang mengeluh.

Problem pada aitem di atas terletak pada makna istilah “pendengar yang
baik” yang dapat bersifat favorabel dan dapat pula bersifat tidak favorabel. Bila
yang dimaksudkan sebagai pendengar yang baik adalah seseorang yang dapat
menjadi tempat curhatan hati dan memahami orang lain dengan penuh empati,
tentu aitem tersebut termasuk aitem yang favorabel. Sebaliknya bila yang
dimaksudkan dengan pendengar yang baik adalah seseorang yang hanya mau
mendengarkan tanpa merasa perlu untuk memberi komentar atau bersikap kritis,
sebagaimana istilah itu biasanya digunakan dalam pergaulan kelompok tertentu,
maka aitem tersebut menjadi bersifat tidak favorabel. Dengan demikian perbedaan
respon akan jadi tergantung pada penafsiran terhadap istilah bukan disebabkan
perbedaan individual pada aspek yang diukur.

3. Ingat bahwa penulisan aitem harus selalu mengacu pada indikator


keperilakuan, karena itu jangan menulis aitem yang langsung berkaitan
dengan atribut yang diukur.

Berikut adalah salah satu contoh aitem yang pernah ditulis oleh seseorang
mahasiswa yang dimaksudkan guna mengungkap atribut Kecemasan Menghadapi
Masa Pensiun:

Saya merasa cemas akan kesepian setelah pensiun.

Aitem seperti di atas, apabila dijawab oleh subjek dengan respon positif
seperti SESUAI atau YA maka harus langsung disimpulkan bahwa subjek merasa
cemas, begitu pula apabila sebaliknya diperoleh jawaban negatif TIDAK harus
diartikan bahwa subjek tidak merasa cemas. Lalu, apa gunanya aitem-aitem yang
lain? Inilah contoh aitem yang ditulis langsung dan tidak tepat untuk digunakan
dalam skala hendaknya dibuat aitem yang berupa suatu pernyataan tidak langsung
mengenai kecemasan sebagai atriut yang diukur, tetapi berupa pernyataan
mengenai indikator keperilakuannya, seperti :

Saya sulit untuk berkonsentrasi dengan pekerjaan bila mengingat masa


pensiun yang sudah dekat.

Yang mengacu pada gangguan konsentrasi sebagai salah-satu indikator


kecemasan. Jawaban YA pada aitem ini tentu saja baru merupakan sebagian dari
banyak indikasi kecemasan yang masih perlu didukung oleh jawaban TIDAK baru
merupakan satu pertanda saja dari banyak indikasi tidak adanya kecemasan.

4. Selalu perhatikan indikator perilaku apa yang hendak diungkap sehingga


stimulus dan pilihan jawaban tetap relavan dengan tujuan pengukuran.

Biasanya ketika penulis aitem telah menghabiskan terlalu banyak waktu


mengerahkan segenap kemampuan dan kreativitasny dalam “menciptakan” aitem,
akan ada semacam kecenderungan untuk kehilangan arah sehingga secara tidak
sadar mulai menulis aitem-aitem yang sebenarnya kurang relavan dengan tujuan
pengukuran. Penulisan aitem bukan pekerjaan yang dapat selesai dengan sekali
duduk. Oleh karena itu jangan memaksakan diri bila mulai merasa lelah, dan bila
sedang memusatkan fikiran pada aitem jangan pernah melepaskan perhatian pada
indikator keperilakuan yang hendak diungkap.

5. Cobalah menguji pilihan-pilihan jawaban yang telah ditulis. Adakah


perbedaan arti atau makna antara dua pilihan yang berbeda sesuai
dengan indikator keperilakuannya, apabila tidak ada beda makna yang
jelas maka aitem yang bersangkutan tidak akan memiliki daya beda.

Fungsi aitem sebenarnya adalah membedakan individu pada aspek yang


diukur berdasarkan responnya terhadap aitem tersebut. Perhatikan contoh aitem
yang pernah ditulis untuk mengungkapkan Semangat Keraja, berikut ini:

Pekerjaan saya menuntut berbagai macam kemampuan.

Dipandang dari segi tingginya semangat kerja yang hendak diungkap,


apakah perbedaan individu yang menjawab YA dan yang menjawab TIDAK
terhadap aitem di atas? Tidak ada, karena individu yang memiliki semangat kerja
tinggi dan individu yang tidak memiliki semangat kerja memiliki peluang yang
sama besar untuk memilih jawaban mana saja. Hal ini terjadi karena isi aitem
lebih bersifat fakta atau dapat dianggap fakta sehingga jawaban subjek lebih
ditentukan oleh faktor lain, bukan oleh faktor semangat kerjanya. Bandingkan
dengan aitem berikut :

Saya berangkat kerja dengan hati yang tidak mantap.

Yang jelas akan mampu memancing respon berbeda. Karena aitem ini bersifat
tidak-favorabel maka subjek yang memilih jawaban YA berarti memiliki indikasi
kurang bersemangat sedangkan individu yang memilih jawaban TIDAK berarti
memiliki pertanda semangat kerja yang tinggi.

6. Perhatikan bahwa isi aitem tidak boleh mengandung social desirability


yang tinggi, yaitu aitem yang isinya sesuai dengan keinginan sosial
umumnya atau dianggap baik oleh norma sosial. Aitem yang bermuatan
social desirability tinggi cenderung akan disetujui atau didukung oleh
semua orang semata-mata karena orang berfikir normatif, bukan karena
isi aitem itu sesuai dengan perasaan atau keadaan dirinya.

Sebagai contoh, untuk pengukuran Asertivitas, suatu aitem ditulis sebagai


berikut :

Seseorang menyalakan rokok dalam bis berAC yang sedang anda


tumpangi.
a. Saya tegur dengan sopan dan baik-baik
b. Saya tunjukkan bahwa saya terganggu dan sangat jengkel

Aitem di atas nampaknya banyak mengandung muatan social desirability.


Pilihan jawaban a mencerminkan perilaku yang sangat sesuai dengan norma sosial
yang pada umumnya berlaku dalam masyarakat sehingga cenderung dipilih oleh
responden, namun bukan disebabkan responden merasa isinya cocok dengan
dirinya tapi karena responden merasa harus melakukan sesuatu dengan cara yang
“baik” dan normatif.
Contoh lain adanya muatan social desirability dalam aitem adalah:

Meskipun untuk meningkat karier, saya tidak boleh berbuat curang


terhadap teman sekerja.

[STS] – [TS] – [N] – [S] – [SS]

Terhadap aitem yang seperti di atas, tentu semua orang akan cenderung
memilih jawaban positif (S atau SS) karena itulah bentuk jawaban normatif yang
sesuai dengan kehendak masyarakat, sekalipun pada kenyataannya mungkin
banyak diantara mereka yang memberikan jawaban positif itu yang secara sengaja
atau tidak sengaja bertindak curang.

7. Untuk menghindari stereotipe jawaban, sebagian dari aitem perlu dibuat


dalam arah favorabel dan sebagian lain dibuat dalam arah tidak
favorabel.

Hal ini terutama benar pada aitem-aitem skala yang format responnya
berupa pilihan jawaban berjenjang dari STS ke SS. Pada format ini responden
yang sikapnya konsisten akan segera menyadari bahwa jawaban-jawaban yang
etlah diberikannya selalu berada pada salah-satu ujung kontinum saja sehingga
untuk aitem-aitem berikutnya ia cenderung menempatkan saja jawabannya
mengikuti pola yang terjadi.
Berbeda kalau arah aitem-aitem bervariasi kadang favorabel kadang tidak, maka
subjek akan membaca dengan teliti setiap aitem sebelum menempatkan
jawabannya.

Demikianlah beberapa di antara kaidah terpenting dalam penulisan aitem


sebagai pedoman yang diharapkan akan membantu meningkat kualitas aitem,
khususnya daya diskriminasi dan validitas aitem, dalam skala psikologi.

Banyaknya aitem dalam skala yang sedang disusun tentu telah disebutkan
dalam spesifikasi skala dan proporsionalitasnya telah digambarkan oleh blue-
print. Namun tugas penulisan aitem tidak terbatas hanya pada jumlah aitem yang
telah ditentukan saja, melainkan akan jauh lebih banyak. Hal ini dikarenakan
sebagian dari aitem yang telah ditulis dengan sangat hati-hati sekalipun akan
terbukti tidak mampu berfungsi sebagaimana dikehendaki ketika diuji cobakan
dalam situasi sebenarnya. Pada penulis yang belum terlatih dan belum banyak
pengalamannya, aitem-aitem yang tidak berfungsi ini jumlahnya dapat sangat
besar. Sampai 60% atau 70% dari yang telah ditulis. Pada penulis yang sudah
sangat telatih dan berpengalaman persentase kehilangan aitem (item mortality
rate) dapat turun menjadi sekitar 20%. Oleh karena itu, pada tahap-tahap
penyusunan skala, perlu ditulis aitem yang jumlahnya paling sedikit dua atau tiga
lipat dari jumlah yang dispesifikasikan oleh blue-point.

Anda mungkin juga menyukai