Anda di halaman 1dari 14

PEMBAHASAN

ORIENTASI KOGNITIF
A. Konsep Dasar Orientasi Kognitif
Teori-teori yang berorientasi kognitif adalah teori-teori yang menitikberatkan
proses-proses sentral (misalnya, sikap, ide, harapan) dalam menerangkan tingkah
laku. Orientasi ini dibedakan menjadi:
1) Orientasi psikoanalitik yang mempelajari proses yang paling dalam
(misalnya ketidaksadaran, id).
2) Teori-teori behavioristik yang menekankan tentang tingkah laku pada
proses-proses luar (misalnya rangsang dan balas).
Teori-teori kognitif tidak selalu dapat dibedakan dengan jelas dari teori-teori
behavioristik, khususnya yang tergolong neo-behaviorisme. Beberapa perbedaan
antara teori kognitif dan neo-behaviorisme berikut ini:
1) Behaviorisme berkaitan dengan pembiasaan (conditioning) baik yang
klasik maupun yang operan dan banyak mempelajari proses belajar. Teori-
teori kognitif dilain lebih banyak mempelajari pembentukan konsep,
berpikir, dan membangun pengetahuan.
2) Behaviorisme mempelajari perilaku-perilaku yang kasat mata, sedangkan
teori-teori kognitif membicarakan konsep-konsep mentalistik.
3) Behaviorisme menganggap bahwa pada setiap perilaku atau peristiwa
psikologik ada proses organismik (fisiologik) yang mendasarinya,
sedangkan aliran kognitif menerangkan sebagai perbedaan dari keadaan
kesadaran.
4) Analisis dari behaviorisme bersifat molekular (tingkah laku diuraikan ke
dalam refleks-refleks), sedangkan analisis kognitif bersifat molar (secara
keseluruhan).
5) Behaviorisme mementingkan faktor genetik, sedangkan aliran kognitif
tidak.
6) Menurut behaviorisme setiap langkah dirangsang oleh kebutuhan primer
tertentu dan kalau kebutuhan ini tidak dipenuhi, maka tidak akan terjadi
proses belajar. Di pihak lain, teori kognitif berpendapat bahwa proses
belajar dapat terjadi tanpa dipenuhinya kebutuhan tertentu (Allport, 1937).

1
Teori-teori yang berorientasi kognitif sangat erat hubungannya dengan
Psikologi Gestalt dan Teori Lapangan dari Kurt Lewin, maka perlu juga dicatat
perbedaan antara Orientasi Kognitif dan teori-teori Gestalt dan Lapangan.
Menurut Ausubel, perbedaan itu terletak pada kenyataan bahwa tidak smeua
tokoh aliran Kognitif menggunakan doktrin-doktrin Gestalt tentang nativisme
persepsi, isomorphi, insight (wawasan) dalam setiap pemecahan persoalan dan
teori jejak ingatan yang menyebabkan lupa.
Demikian juga, tidak semua ahli teori kognitif memakai konsep lapangan
kehidupan, ketegangan (tension), diagram topologik, dan tujuan dari setiap
perilaku.
1. Istilah-istilah Dasar dalam Teori Kognitif
a. Kognisi dan Struktur Kognitif
Scheerer (1954, hlm. 49). Kognisi adalah proses sentral yang menghubungkan
peristiwa-peristiwa di luar (eksternal) dan di dalam (internal) diri sendiri.
Festinger (1957). Kognisi adalah elemen-elemen kognitif, yaitu hal-hal yang
diketahui oleh seseorang tentang dirinya sendiri, tentang tingkah lakunya, dan
tentang keadaan disekitarnya.
Neisser (1967). Kognisi adalah proses yang mengubah, mereduksi,
memperinci, menyimpan, mengungkapkan, dan memakai setiap masukan (input)
yang datang dari alat indra.
Zajonc memperinci hal-hal yang terdapat dalam struktur kognitif, yaitu
diferensiasi, kompleksitas, kesatuan (unity), dan organisasi. Demikian pula.
Scoutt mengidentifikasi hal-hal yang terdapat dalam struktur kognisi menurut
definisinya, yaitu diferensiasi, keterkaitan (relatedness), dan integrasi.
b. Rangsang
Rangsang (stimulus) merupakan suatu hal yang rumit. Menurut Scheerer ada
tiga macam rangsang sesuai dengan adanya tiga elemen dari proses pengindraan,
yaitu:
1) Rangsang yang merupakan objek dalam bentuk fisiknya (rangsang distal).
2) Rangsang sebagai keseluruhan yang tersebar dalam lapang proksimal (belum
menyangkut proses sistem saraf).

2
3) Rangsang sebagai representasi fenomenal (gejala yang dikesankan) dari objek-
objek yang ada di luar.
c. Respons
Menurut Scheerer, respons (balas) adalah proses pengorganisasian rangsang.
Rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi
representasi fenomenal dari rangsang proksimal itu. Proses inilah yang disebut
respons.
Menurut Hunt (1962), mempunyai sejumlah besar unit untuk memproses
informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal
dari keadaan di luar yang ada dalam diri seorang individu (internal environment).
Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di luar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang
oleh Hunt dinamakan respons.
d. Arti
Arti (meaning) adalah konsep utama dalam teori kognitif dan memainkan
peran dalam menerangkan segala proses psikologik yang rumit. Ausubel (1965)
menyatakan bahwa arti merupakan hasil dari proses belajar yang berwujud gejala
idiosinkratik.

2. Beberapa Proses Psikologik Diterangkan oleh Teori Kognitif


a. Persepsi
Scheerer (1954) menyatakan bahwa persepsi adalah representasi fenomenal
tentang objek distal sebagai hasil pengorganisasian objek distal itu sendiri,
medium, dan rangsang proksimal.
Empat aspek dari persepsi yang menurut Berlyne (1957) dapat membedakan
persepsi dari berpikir adalah:
1) Hal-hal yang diamati dari sebuah rangsang bervariasi, tergantung pola dari
keseluruhan di mana rangsang tersebut menjadi bagiannya.
2) Persepsi bervariasi dari orang ke orang dan dari waktu ke waktu.
3) Persepsi bervariasi tergantung dari arah (fokus) alat-alat indra.
4) Persepsi cenderung berkembang ke arah tertentu dan sekali terbentuk
kecenderungan itu biasanya akan menetap.

3
Krech dan Crutchfield (1948) menyatakan bahwa ada dua golongan variabel
yang memengaruhi persepsi, yaitu:
1) Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsang fisik
dan proses neurofisiologik.
2) Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat,
seperti kebutuhan (needs), suasana hati (moods), pengalaman masa lampau,
dan sifat-sifat individual lainnya.
b. Belajar
Menurut Ausubel (1961) ada empat macam tipe belajar, yaitu:
1) Belajar dengan menerima saja (reception learning), si pelajar hanya menyerap
bahan-bahan yang tersedia baginya sehingga di masa yang akan datang ia bisa
mereproduksi kembali.
2) Belajar dengan menemukan sesuatu (discovery learning), si pelajar
menemukan sendiri materi yang harus dipelajarinya. Ia tidak hanya menyerap,
tetapi mengorganisasikan dan mengintegrasikan materi-materi yang
dipelajarinya ke dalam struktur kognitifnya. Pengulangan dari discovery
learning meningkatkan kemampuan penemuan dari individu yang
bersangkutan.
3) Belajar dengan menghafal (rote learning), si pelajar mengingat-ingat bahan
yang dipelajari secara verbatim, yaitu sebagai rangkaian kata-kata.
4) Belajar dengan mengartikan (meaningful learning), si pelajar berada dalam
situasi yang mengandung setidaknya dua sifat:
a. Bahan yang akan dipelajari secara potensial mempunyai arti
b. Si pelajar sudah mempunyai kecenderungan (kecenderungan berpikir) untuk
menghubungkan informasi-informasi atau konsep baru dengan struktur kognitif
yang sudah ada dan relevan.
c. Motivasi dan Penguat (reinforcement)
Teori-teori berorientasi kognitif yang dengan agak nyata mengemukakan
perihal penguat di dalamnya adalah teori-teori keseimbangan kognitif (cognitive
balance) dari Heider (1946), Osgood & Tannenbaum (1955), dan Festinger
(1957).

4
Dalam teori-teori tersebut dikatakan bahwa individu mendapat penguat
(reinforcement) pada perilakunya kalau dengan perilakunya itu ia dapat mencapai
keseimbangan kognitif dari keadaan ketidakseimbangan. Hal ini dinyatakan oleh
Shaw & Costanzo sebagai tidak terlalu berbeda dari prinsip reduksi ketegangan
(tension reduction) yang dikemukakan oleh aliran behaviorisme.

3. Teori Kognitif dari Krech & Crutchfield


a. Dinamika Tingkah Laku
Krech & Crutchfield dalam teorinya tersebut di atas mengajukan beberapa
preposisi (pernyataan). Preposisi yang pertama menyangkut istilah “motivasi”
yang diberinya arti yang luas, termasuk emosi, kebutuhan, dan nilai-nilai. Mereka
menyatakan bahwa proses tingkah laku manusia adalah aktif, tidak
pasif/mekanistik.
b. Struktur Persepsi dan Kognitif
Preposisi 1: Lapang persepsi dan kognisi dalam keadaannya yang alamiah
sudah terorganisir dan berarti.
Preposisi 2: Persepsi secara fungsional adalah selektif (bersifat memilih)
Preposisi 3: Hal-hal yang bersifat persepsi dan kognisi dari suatu substruktur
sebagian besar dipengaruhi oleh hal-hal dari struktur yang lebih
besar di mana substruktur yang bersangkutan menjadi anggota.
Preposisi 4: Objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan dalam
waktu atau tempat atau mirip satu sama lain cenderung diartikan
sebagai bagian dari suatu struktur yang sama.
c. Reorganisasi Kognitif
Preposisi-preposisi yang berikut menyangkut reorganisasi kognitif dan meliputi
belajar, berpikir, pemecahan masalah, lupa, dan perubahan psikologis.

B. Teori-Teori Konsistensi Kognitif


Teori-teori kognitif berpangkal pada sebuah proposisi umum, yaitu bahwa
kognisi (pengetahuan, kesadaran) yang tidak konsisten dengan kognisi-kognisi
lain menimbulkan keadaan psikologis yang tidak menyenangkan dan keadaan ini

5
mendorong orang untuk bertingkah laku agar tercapai konsistensi antarkognisi-
kognisi tersebut akan menimbulkan rasa senang.
1. Teori P-O-X
Teori Heider adalah teori yang pertama dalam bidang ini, sehingga banyak
dijadikan dasar oleh teori-teori lainnya. Teori ini berpangkal pada perasaan-
perasaan yang ada pada seseorang (P) terhadap orang lain (O) dan yang lain (X)
yang ada kaitannya dengan O, X dalam hal ini tidak hanya berupa benda mati,
tetapi bisa berupa orang lain.
Hubungan antara P, O, dan X
Menurut Heider ada dua jenis hubungan dalam sistem P-O-X, yaitu hubungan
unit (tipe U dan bukan U) dan hubungan sentimen (positif dan negatif).
a. Tipe U adalah jika dua unsur dipandang sebagai saling memiliki.
b. Bukan U (not U) adalah jika unsur-unsur tidak saling memiliki.
Contoh, kalau P menyukai O dan tidak menyukai X, maka persoalan
keseimbangan tidak akan timbul selama O dan X dipandang sebagai hal-hal yang
terpisah satu sama lain. Namun, kalau hubungan O dan X saling memiliki
(hubungan positif) timbullah perasaan seimbang dalam diri P. Sebaliknya, kalau O
dan X saling berhubungan, tetapi tidak saling memiliki (hubungan negatif),
terdapatlah keadaan tidak seimbang dalam struktur kognitif P.
Hubungan sentimen dipihak lain adalah penilaian seseorang terhadap sesuatu.
Jadi, termasuk didalamnya antara lain menyukai, memuja, menyetujui, menolak,
tidak mencela, mengejek, dan sebagainya. Kalau penilaian itu positif diberi
simbol-simbol: L, sedangkan kalau penilaian itu negatif diberi simbol: DL.
Keadaan Seimbang dan Tidak Seimbang
Keadaan seimbang menurut Heider (1958) adalah suatu keadaan dimana unsur-
unsur saling berhubungan satu sama lain secara harmonis dan tidak ada tekanan
untuk berubah. Dalam hubungan dua pihak (dyads) keadaan seimbang terjadi jika
hubungan-hubungan antar kedua unsur itu semua positif atau negatif. Dalam
hubungan tiga pihak (triads) keadaan seimbang terjadi jika ketiga hubungan yang
ada semuanya positif atau dua negatif dan satu positif. Kalau hubungan ketiga
negatif, maka situasinya meragukan.

6
2. Sistem A-B-X
Hipotesis umum yang diajukan Newcomb (1937, 1957) adalah bahwa ada
hukum-hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara kepercayaan-
kepercayaan dan sikap-sikap yang ada pada seseorang. Teori Newcomb tidak
berbeda dari teori P-O-X Heider. Akan tetapi, Newcomb menambahkan faktor
komunikasi antar individu dan hubungan-hubungan dalam kelompok.
Definisi-definisi
a. Tindak komunikatif (communicative act), yaitu pemindahan infromasi dari
sumber ke penerima
b. Orientasi, yaitu kebiasaan seseorang (baik kognitif maupun
kateksis/cathexis) untuk selalu mengaitkan diri-sendiri dengan orang-
orang lain atau objek-objek di sekitar dirinya.
c. Koorientasi atau orientasi simultan
d. Arus sistem (system strain) atau arus menuju simetri, yaitu suatu
ketegangan psikologis yang disebabkan oleh adanya perbedaan orientasi
antara diri sendiri dengan orang lain dan antara diri sendiri dengan hal
lain.
Sistem Orientasi
Menurut Newcomb ada dua macam sistem orientasi, yaitu sistem individual
(dalam diri sendiri) dan sistem kelompok (menyangkut hubungan antara individu-
individu-individu).
Manfaat Simetri
a. Memungkinkan seseorang untuk memperhitungkan atau meramalkan
tingkah laku orang lain.
b. Memungkinkan lebih mantapnya sikap terhadap X (hal lain).
Konsekuensi-konsekuensi dari Asimetri
Asimetri menyebabkan ketegangan (tension) yang mendorong tingkah laku
menuju simetri. Tidak begitu jelas dalam teori Newcomb apakah motivasi tingkah
laku itu untuk mengurangi ketegangan ataukah untuk mencari manfaat dari simetri
atau kedua-duanya.

7
3. Prinsip Keselarasan (Congruity)
Teori ini mengenai peramalan perubahan sikap dalam situasi eksperimental
tertentu. Dalam situasi eksperimental tersebut, suatu sumber yang dikenal, melalui
komunikasi mendesak seseorang (subjek) untuk mengambil sikap tertentu
terhadap suatu objek.
Kesimpulan dari Prinsip Keselarasan
a. Perubahan penilaian terhadap dua objek yang dihubungkan dengan suatu
pernyataan selalu menuju ke arah keseimbangan, yaitu jika kedua objek itu
dinilai jauh berbeda (polarisasi), maka perbedaan penilaian itu akan
dikurangi; sebaliknya antara objek-objek yang dinilai sama akan timbul
kecenderungan untuk memperbesar perbedaan penilaian.
b. Pada tingkat tekanan tertentu ke arah keselarasan, lebih mudah terjadi
perubahan ke arah perbedaan penilaian (polarisasi) yang semakin besar
daripada ke arah berkurang polarisasi.
c. Derajat perubahan sikap merupakan fungsi kebalikan dari intensitas sikap
awal terhadap objek. Sikap yang lemah, derajat perubahan sikapnya besar,
sedangkan sikap awal yang kuat, derajat perubahan sikap yang dapat
terjadi hanya kecil.
d. Perubahan sikap terhadap objek (atau sumber) merupakan fungsi langsung
(linear) dari derajat sikap awal terhadap sumber (atau objek).
4. Teori Disonansi Kognitif
Teori disonansi kognitif dari Festinger (1957) tidak jauh berbeda dari teori-
teori konsistensi kognitif lainnya, tetapi ada dua perbedaan diantaranya:
a. Teori ini berisi tentang tingkah laku umum, jadi tidak khusus tentang
tingkah laku sosial.
b. Pengaruhnya terhadap penelitian-penelitian psikologi sosial jauh lebih
mencolok daripada teori-teori konsistensi yang lain.
Definisi Disonansi
Elemen adalah kognisi, yaitu hal-hal yang diketahui seseorang tentang dirinya
sendiri, tingkah lakunya, dan lingkungannya. Hubungan dua elemen kognitif yang
saling terkait dan saling mempengaruhi disebut hubungan relevan. Ada dua

8
macam hubungan relevan, yaitu hubungan yang disonan dan hubungan yang
konsonan.
Disonansi adalah apabila dua elemen dikatakan ada dalam hubungan yang
disonan jika (dengan hanya memperhatikan kedua elemen itu saja) terjadi suatu
penyangkalan dari satu elemen yang diikuti oleh atau mengikuti suatu elemen
yang lain.
Konotasi adalah keadaan di mana terjadi hubungan yang relevan antara dua
elemen dan hubungan itu tidak disonan. Jadi, satu elemen kognisi diikuti oleh
elemen yang lain.
Menurut Festinger disonansi dapat terjadi dari beberapa sumber berikut:
a. Inkonsistensi logis
b. Nilai-nilai budaya (cultural mores)
c. Pendapat umum
d. Pengalaman masa lalu.
Ukuran Disonansi
Kadar disonansi dalam hubungan dua elemen dipengaruhi juga oleh jumlah
disonansi yang ditimbulkan oleh keseluruhan kedua elemen itu dengan elemen-
elemen lain yang relevan.
Konsekuensi-konsekuensi Disonansi
a. Pengurangan disonansi dapat melalui tiga kemungkinan, yaitu mengubah
elemen tingkah laku, mengubah elemen kognitif lingkungan, dan
menambah elemen kognitif baru.
b. Penghindaran disonansi. Dalam hubungan ini caranya adalah dengan
menambah informasi baru yang diharapkan dapat menambah dukungan
terhadap pendapat orang yang bersangkutan atau menambah
perbendaharaan elemen kognitif dalam diri orang yang bersangkutan.
Dampak Teori
Dampak teori tersebut antara lain terlihat dalam hal-hal berikut:
a. Pembuatan keputusan
b. Paksaan untuk mengalah
c. Ekspose pada informasi-informasi
d. Dukungan sosial

9
Cara-cara untuk mengurangi disonansi seperti ini adalah sebagai berikut:
1. Mengubah pendapat sendiri
2. Mempengaruhi orang-orang yang tidak setuju agar mengubah pendapat
mereka
3. Membuat mereka yang tidak setuju tidak sebanding dengan dirinya
sendiri.

10
YEL-YEL
Kau..
Salah satu dari bagian orientasi
Orientasi kognitif tepatnya
Kau..
Memiliki konsep dasar istilah dan beberapa proses tersendiri
Persepsi dan belajar misalnya
Selain itu, para tokoh juga tak lupa berpendapat tentangmu
Krech dan Cructhfield salah satunya
Kau..
Bukan hanya sampai disana
Teori konsistensi kognitif juga menjadi bagianmu
Teori P-O-X, sistem A-B-X, prinsip keselarasan, dan teori disonansi kognitif
Turut ikut campur dalam melengkapimu
Hingga pada akhirnya kau terbentuk menjadi sebuah teori yang ku sebut
Teori kognitif..

11
SOAL
A. Objektif
1) Proses sentral yang menghubungkan peristiwa-peristiwa di luar (eksternal)
dan di dalam (internal) diri sendiri adalah pengertian kognisi menurut...
a. Zajonc
b. Festinger
c. Scoutt
d. Scheerer
e. Ausubel
2) Konsep utama dalam teori kognitif dan memainkan peran dalam
menerangkan segala proses psikologik yang rumit adalah...
a. Arti
b. Respons
c. Rangsang
d. Persepsi
e. Konotasi
3) Si pelajar hanya menyerap bahan-bahan yang tersedia baginya sehingga di
masa yang akan datang ia bisa mereproduksi kembali, merupakan tipe
belajar...
a. Belajar dengan menghafal
b. Belajar dengan menemukan sesuatu
c. Belajar dengan mengartikan
d. Belajar dengan menerima saja
e. Belajar dengan membaca
4) Keadaan di mana terjadi hubungan yang relevan antara dua elemen dan
hubungan itu tidak disonan merupakan pengertian dari...
a. Disonansi
b. Konsistensi
c. Konotasi
d. Persepsi
e. Konsekuensi

12
5) Apabila dua elemen dikatakan ada dalam hubungan yang disonan jika
(dengan hanya memperhatikan kedua elemen itu saja) terjadi suatu
penyangkalan dari satu elemen yang diikuti oleh atau mengikuti suatu
elemen yang lain, merupakan definisi dari...
a. Orientasi
b. Kognisi
c. Konotasi
d. Persepsi
e. Disonansi

B. Esai
1) Jelaskan tentang teori P-O-X!
Teori Heider adalah teori yang pertama dalam bidang ini, sehingga banyak
dijadikan dasar oleh teori-teori lainnya. Teori ini berpangkal pada perasaan-
perasaan yang ada pada seseorang (P) terhadap orang lain (O) dan yang lain (X)
yang ada kaitannya dengan O, X dalam hal ini tidak hanya berupa benda mati,
tetapi bisa berupa orang lain.
2) Bagaimana cara-cara untuk mengurangi disonansi?
Mengubah pendapat sendiri, mempengaruhi orang-orang yang tidak setuju
agar mengubah pendapat mereka, dan membuat mereka yang tidak setuju tidak
sebanding dengan dirinya sendiri.
3) Jelaskan tentang ukuran disonansi!
Kadar disonansi dalam hubungan dua elemen dipengaruhi juga oleh jumlah
disonansi yang ditimbulkan oleh keseluruhan kedua elemen itu dengan elemen-
elemen lain yang relevan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, S. W. (2010). Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: ANDI.

14

Anda mungkin juga menyukai