Anda di halaman 1dari 13

Teknik Proyektif Dalam Prosedur Asesmen Kepribadian

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

Amrina Asharita 1730901072

Bimma Kuntoro 1730901073

Dewi Dahlia 1653500022

Firza Anugra Putra 1730901080

Lidya Puji Astuti 1730901082

M. Gilang Maulana 1730901085

M. Ghozali 1730901090

DOSEN MATA KULIAH TES PROYEKTIF:

Indah Purwasih, M.Psi.,Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Tes Proyektif tentang “Teknik Proyektif Dalam Prosedur
Asesmen Kepribadian” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW., yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Adapun makalah Tes Proyektif tentang “Teknik Proyektif Dalam Prosedur


Asesmen Kepribadian” ini telah kami usahakan semaksimal mungkin. Kami
berharap apa yang tertulis dalam makalah ini dapat menambah pengetahuan
pembaca dan bisa meberikan nilai-nilai positif bagi yang sudah membacanya.
Selain itu, kami sadar bahwa masih banyak koreksi dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak sangat diperlukan
agar pembuatan makalah berikutnya menjadi lebih baik.

Palembang, 20 Februari 2020

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI …………………………………………….………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ………..........…………………………….. 1


1.2 Rumusan masalah …….………………….................………………. 2
1.3 Tujuan penulisan ………………………………...........….………… 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teknik Proyektif Dalam Prosedur Asesmen Kepribadian...............… 3


2.2 Teknik Proyektif ……………………………………………............ 4
A. Tes Rorschach ……………………………….……………........... 5
B. Thematic Apperception Test (TAT) ………………….……....... 6

2.3 Prosedur Asesmen Kepribadian………………..……......…….......... 7

BAB III PENUTUP

3.I Kesimpulan…………………………………………………….......... 12

DAFTAR PUSTAKA ………………………....………………….......... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tes-tes yang dirancang pada umumnya dikenal sebagai tes-tes


kepribadian, meskipun banyak psikolog lebih menyukai istilah “Kepribadian”
dalam arti luas, untuk menyebut individu seutuhnya. Sifat-sifat intelektual dan
juga non-intelektual termasuk didalam istilah itu. Akan tetapi, pada penggunaan
istilah dalam tes psikologi, penamaan “tes kepribadian” paling sering mengacu
pada ukuran-ukuran karakteristik-karakteristik seperti keadaan-keadaan emosi,
hubungan-hubungan antarpribadi, motivasi, minat dan sikap.

Seperti tes kinerja dan tes situasi, maksud-maksud teknik-teknik proyektif


disembunyikan, dengan begitu mengurangi peluang bahwa responden bias dengan
sengaja menciptakan kesan yang dikehendaki. Tes asosiasi bebas yang dikutip
sebelumnya mewakili salah satu jenis teknik-teknik proyektif paling awal. Tes
melengkapi kalimat juga digunakan dengan cara ini. Tugas-tugas lain yang
umumnya digunakan dalam teknik proyektif adalah menggambar, mengatur
mainan untuk menciptakan pemandangan, acting dramatis yang spontan dan
menafsirkan gambar atau bercak tinta.

Teknik-teknik proyektif mewakili pendekatan terhadap telaah kepribadian


dan merupakan pendekatan yang menunjukkan pertumbuhan luar biasa, terutama
dikalangan psikologi klinis. Dalam tes-tes semacam ini, klien diberi tugas yang
relatif tak terstruktur, yang memberinya ruang gerak yang luas atas
penyelesaiannya. Asumsi yang mendasari metode-metode seperti ini adalah
bahwa individu akan memproyeksikan modus tanggapan yang khas kedalam tugas
semacam itu.

1
1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu teknik proyektif dalam prosedur asesmen


kepribadian?
2) Apa saja teknik proyektif yang digunakan dalam prosedur
asesmen kepribadian?
3) Apa prosedur asesment kepribadian ?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui apa itu teknik proyektif dalam prosedur


asesmen kepribadian.
2) Untuk mengetahui apa saja teknik proyektif yang digunakan
dalam prosedur asesmen kepribadian.
3) Untuk mengetahui apa itu prosedur asesmen kepribadian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Teknik Proyektif Dalam Prosedur Assesmen Kepribadian

Proyektif jika dirujuk pada kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)


memiliki arti berhubungan dengan sesuatu yang menunjukkan konstitusi
psikodinamik individu. Pada asesmen kepribadian ada 2 macam pendekatan tes,
yaitu tes proyektif dan tes non proyektif. Yang saya jelaskan disini adalah
membahas tentang pendekatan proyektif. Dalam tes-tes kepribadian dengan
pendekatan proyektif, individu memberikan respon pada stimulus yang tidak
terstruktur dan ambigu, dimana hal ini berbeda dengan tes objektif yang memuat
beberapa pertanyaan berstruktur. Mengapa dalam tes kepribadian individu
diberikan stimulus berupa gambar tersebut? Stimulus yang disajikan sudah dapat
diduga dan diklasifikasikan apa respon yang akan diberikan. Sehingga diharapkan
dengan menggunakan tes proyektif, individu secara tidak sadar akan mengungkap
dan menggambarkan struktur dan dinamika kepribadiannya.

Seperti yang biasa digunakan, kata “kepribadian” mempunyai beberapa


arti. Bila kita mengatakan bahwa seseorang mempunyai “banyak kepribadian,”
biasanya yang kita maksudkan adalah daya tarik dalam efektivitas sosial orang itu
( Atkinson, 2014 ). Pembahasan pakar psikologi tentang kepribadian terutama
menyangkut perbedaan individual – karakteristik yang membedakan satu individu
dari individu yang lain. Para pakar psikologi tidak mempunyai kesepakatan
tentang definisi kepribadian yang tepat. Istilah khas dalam definisi itu
menyiratkan adanya konsistensi perilaku – bahwa orang cenderung bertindak atau
berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi.

Asesmen kepribadian merupakan istilah yang umum dalam upaya untuk


menemukan terhadap perilaku dan pola pikiran atau penyesuaian diri seseorang
secara khas terhadap lingkungannya. Namun ada juga bagian kepribadian yang
bersifat pribadi dan tersembunyi. Kepribadian pribadi ( private personality ) yagn

3
mencakup fantasi, pikiran dan pengalaman yang tidak diungkapkan pada orang
lain. Aliran pikiran dan ingatan yang memenuhi benak kita ketika kita menunggu
dimulainya perkuliahan atau ketika berjalan-jalan dihutan merupakan bagian dari
kepribadian pribadi kita. Karena kepribadian pribadi sulit di telaah, para pakar
psikologi cenderung memusatkan perhatian pada kepribadian umum.

Akan tetapi, pilihan individu terhadap suatu pendekatan tidak hanya


ditentukan oleh pribadinya saja, misanya emosi, represi, atau tahap-tahap
perkembangannya, melainkan juga oleh lingkungan , situasi dan kondisi
(misalnya; tes diambil di meja yang penuh dengan buku, ruang tes dihiasi dengan
bermacam-macam gambar, penampilan tester yang diluar keumuman). Jadi,
pendekatan itu bisa subjektif maupun objektif.

2.2 Teknik Proyektif

Di dalam kepustakaan ditemukan bahwa penggunaan proyektif sudah


meluas dan ini ditandai dengan perkembangan penggunaan metode maupun teknik
proyektif yang begitu pesat baik dibidang akademik, lebih-lebih dibidang
aplikasinya (Herlina, 2014). Pada mulanya penggunaan teknik proyektif hanya
sebatas bidang Psikologi Klinis. Dengan berkembangnya ilmu-ilmu lainnya dan
aplikasi teknologi, maka kini teknik proyektif sudah meluas di lapangan ilmu
pengetahuan dan aplikasi praktis lainnya. Pelaksanaannya tidak lagi terbatas pada
pemberia secara individual, namun tidak jarang pula dilaksanakan terhadap
beberapa orang sekaligus atau didalam kelompok yang lebih besar.

Lawrence Kurt Frank menetapkan pengertian validitas dan reliabilitas


pada penggunaan suatu tes yang sudah terstandar dan meragukan untuk
menetapkannya dalam penggunaan tes proyeksi (Herlina, 2014). Tes proyeksi
tidak mempunyai norma tertentu karena tes proyeksi lebih bersifat
memproyeksikan bukan membandingkan. Inventori kepribadian berusaha
mencapai objektivitas; metode ini mudah untuk di skor dan dapat dievaluasi

4
keterandalan dan kesahihannya. Tetapi struktur pastinya – pertanyaan-pertanyaan
tertentu yang harus di jawab individu dengan memilih salah satu jawaban yang
tersedia – sangat membatasi kebebasan ekspresi. Tes proyektif, sebaliknya,
berusaha menelaah kepribadian pribadi dan membuka peluang bagi individu
untuk lebih terlihat dalam jawaban.

Tes proyektif menyajikan stimulus ambigu yang bisa diberi respons sesuai
dengan apa yang diinginkan. Secara teoritis, karena stimulusnya ambigu dan tidak
menuntut respons tertentu, orang akan memproyeksikan kepribadiannya pada
stimulus tersebut. Tes proyektif menggali imajinasi seseorang; melalui hasil
imajinatif, diasumsikanbahwa orang itu mengungkapkan sesuatu tentang dirinya.
Teknik proyektif adalah sebuah instrumen yang dianggap sangat sensitif untuk
aspek-aspek yang perilaku tidak tampak atau tidak disadari; instrumen itu
memberikan kesempatan atau mendorong berbagai macam respons subjektif,
sangat multidimensional dan menghasilkan data respons yang sangat kaya dan
mendalam, dan subjeknya tidak menyadari maksud tes tersebut ( Sundberg, 2017).

Dua diantara teknik proyektif yang paling banyak digunakan adalah Tes
Rorscharch dan Thematic Apperception Test (Atkinson, 2014).

A. Tes Rorschach
Tes kepribadian penting yang menggunakan pendekatan ini ditemukan
oleh psikiater Swiss, Hermann Rorschach dan dipublikasikan pada tahun
1921. Rorschach terdiri atas 10 bercak tinta yang harus direspons oleh
subjek dengan mengatakan apa yang dipersepsikannya dari masing-masing
bercak tinta itu. Dengan menggunakan respon ini asesor menskor respons-
respons tersebut dengan melihat lokasinya (apakah subjek menggunakan
seluruh bercak atau hanya sebagian saja), determinan (apa ciri-ciri bercak
yang membuat subjek mempersepsikan seperti yang dilaporkannya
misalnya, bentuk, warna, shading, dsb), dan isi (misalnya manusia, hewan,
anatomi, pemandangan, dll). Ada skor-skor lain, seperti jumlah respons
yang populer ( seperti yang sering dipersepsikan orang). banyak sistem

5
penskoran yang telah dikembangkan, tetapi sistem komprehensif yang
dikembangkan oleh John Exner (1974, 1986, 1999) sekarang menjadi
sistem yang paling terkemuka dikalangan para psikolog.

B. Thematic Apperception Test


Teknik proyektif yang paling banyak digunakan setelah Rorschach adalah
Thematic Apperception Test (TAT). Pada tahun 1938, Henry Murray dan
rekan-rekan sejawatnya, dalam studi-studi ekstensif di Harvard University,
mengembangkan TAT dan teori yang terkait. TAT terdiri atas 30 gambar.
Klinisi biasanya memilih antara 5 sampai 10 diantaranya. Asesor
menyajikan kartu-kartu itu satu persatu dan meminta subjek untuk
bercerita dengan mndeskripsikan apa yang sedang terjadi dalam gambar
itu, apa yang terjadi sebelumnya dan apa yang terjadi selanjutnya. TAT
lebih banyak digunakan untuk memahami kepribadian daripada untuk
mendiagnosa gangguan. Sering kali persepsi tentang figur orangtua dan
isu-isu dalam ceritanya penting untuk bahan diskusi dalam psikoterapi.
Banyak teknik proyektif lain yang dapat dikemukakan, seperti Draw A-
Person, House-Three Person dan Bender – Gestalt, ukuran, detail dan cara
menggambar dan kadang-kadang hubungan klien dengan gambarnya dapat
membantu klinisi dalam mengembangkan hipotesis. Prosedur lain yang
banyak dikenal adalah tes melengkapi kalimat. Dimana subjek diminta
untuk menyelesaikan kalimat yang belum lengkap.

Masalah Tes Proyektif

Beberapa tes proyektif yang lain telah disusun. Diantaranya ada


yang meminta subjek menggambar orang, rumah, pohon dan
sebagainya. Ada juga yang menyangkut penyempurnaan kalimat. Tes
Rorschach dan TAT, telah di teliti secara intensif. Namun, hasilnya
tidak selalu menggembirakan. Keterandalan tes Rorschach biasanya
rendah karena interpretasi respons sangat tergantung pada penilaian

6
pakar klinis; protokol tes yang sama mungkin dievaluasi secara
berbeda oleh dua penguji yang terlatih. TAT agak lebih baik. Ketika
digunakan sistem penyekoran tertentu (misalnya, untuk mengukur
motif prestasi atau tema agresif), keterandalan antar penilai cukup
baik. Tetapi hubungan antara skor TAT dan perilaku nyata cukup
rumit. Pengulangan tema tidak selalu ditampilkan dalam bentuk
perilaku.

Megnharapkan prediksi yang akurat berdasarkan jawaban tes


saja, menurut para pendukung tes Rorschach dan TAT merupakan hal
yang tidak wajar; tema cerita atau respons terhadap percikan tinta
hanya mempunyai arti bila dipertimbangkan dari sudut informasi
tambahan: riwayat hidup seseorang, data tes yang lain dan observasi
perilaku.

2.3 Prosedur Asesment Kepribadian

Merujuk pada kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) asesment berarti


penilaian. Pada masing-masing kasus, klinisi berusaha memahami tindakan,
perasaan dan proses berpikir klien dan memutuskan kemana investigasi terhadap
gambaran kompleks setiap kehidupan manusia harus difokuskan.

Tujuan Asesment

Asesment merupakan bagian pemrosesan informasi dalam pekerjaan


klinis, memiliki tiga macam fungsi : 1). Pengambilan keputusan, 2). Pembentukan
gambaran dan 3). Pengecekan hipotesis.kontak dengan seorang klien mungkin
terbatas pada asesmen atau asesmen itu dapat saja terjadi sebagai bagian proses

7
intervensi yang sedang berjalan. Batas antara asesmen dan intervensi ini dapat
ditengarai dengan mudah apabila yang menangani pasien di kedua fase itu adalah
klinisi yang sama.

Proses Asesmen

Asesmen klinis adalah sebuah proses yang dapat memiliki bentuk berbeda-
beda. Wawancara klinis, tes psikologli, observasi perilaku dan review arsip
merupakan pendekatan-pendekatan sentral yang digunkaan untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan asesmen.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Deskripsi singkat tentang alat – alat asesmen utama yang tersedia bagi
klinisi cukup memadai. Pentingnya memiliki tujuan yang jelas dan klarisifikasi
mengenai untuk siapa sang klinisi bekerja didiskusikan secara cukup terperinci.
Asesmen memiliki tiga fungsi umum : membentuk gambaran, mengambil
keputusan dan mengecek hipotesis. Asesmen klinis dan alat-alat yang digunakan
untuk melaksanakannya tidak sempurna dan terus-meners mengalami perubahan.
Berbeda dengan banyk pekerjaan akademis lainnya.

Teknik-teknik asesmen kepribadian yang secara tradisional digunakan oleh


para psikolog klinis pada umumnya dapat dibagi menjadi tes objektif dan tes
proyektif. Tes kepribadian objektif biasanya kuesioner pensil dan kertas yang
menampilkan stimulus tidak-ambigu. Tes kepribadian proyektif didasarkan pada
asumsi yang berbeda secara fundamental: Orang-orang akan memproyeksikan
kepribadiannya jika disodori dengan stimulus ambigu dan tidak terstruktur dan
kesempatan yang tidak dibatasi untuk merespons.

9
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L, dkk. 2014. Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan Jilid II.
Jakarta : Erlangga.

Herlina. 2014. Mengenal Tes Proyektif. Bandung : Psikologi FIP Universitas


Pendidikan Indonesia.

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/proyektif

Sundberg, D. Norman, dkk. 2017. Psikologi Klinis “Perkembangan Teori, Praktik


dan Penelitian” Edisi Keempat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

10

Anda mungkin juga menyukai