Bias adalah kesesatan dalam mempersepsikan sesuatu dalam ranah sosial. Seringkali proses atribusi menjadi bias karena faktor pengamat yang meneliti secara subjektif. Dan juga karena faktor-faktor yang berhubungan dengan orientasi pengamatan. Beberapa bias yang dikenal dalam atribusi sosial, sbb : 1. Bias Fundamental Attribution Dalam memberikan atribusi pada pelaku, pengamat terlalu banyak menekankan faktor disposisi daripada faktor situasi. Penekanan yang tidak seimbang dari dua sisi akan menyebabkan bias saat pengambilan kesimpulan. Fokus pengamatan yang seharusnya adalah seimbang, antara perilaku dan faktor situasional. Intinya, ketika seseorang melakukan kesalahan kita cenderung akan lebih menyalahkan orang tersebut daripada situasi atau orang lain yang mempengaruhi kondisinya. 2. Bias Self-Serving Ada kecenderungan umum pada setiap orang untuk menghindari celaan karena kesalahannya. Hal yang manusiawi,sayangnya cara yang dipilih untuk menghindari keadaan itu sering tidak tepat. Dengan menimpakan pada situasi di luar dirinya. Seorang yang gagal menjadi juara sering menimpakan kesalahan pada panitia atau arena. Sedangkan bila mendapat keberhasilan dia lebih menekankan bahwa hal itu adalah karena kemampuannya. Dalam kadar tertentu self serving bias bisa meningkatkan harga diri(self esteem) namun dampak negatif akan lebih mendominasi. 3. Efek Pelaku – Pengamat Muncul pada hubungan antara perilaku dan pengamat yang sudah terjalin baik. Pertama kali, teori ini dikemukakan oleh Jones dan Nisbet. Pelaku akan menekankan pada faktor situasional. Sedangkan menurut pengamat, perubahan perilaku lebih banyak dipengaruhi faktor disposisi. Contohnya adalah hubungan antara seorang guru dengan siswa. Ketika suatu saat guru memberi nilai jelek pada hasil karangan murid, kedua orang ini memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menilai kegagalan. Bagi murid kegagalan tersebut disebabkan oleh kesibukannya, gangguan dari teman, ruang yang panas, atau yang lain. Sedangkan guru cenderung menimpakan keadaan ini kepada kondisi murid itu sendiri, misalnya kurang membaca bahan, kurang teliti, kurang ada kemauan dan sebagainya. 4. Menyalahkan diri sendiri Tidak jarang, ditemui seorang yang terlalu menyalahkan diri sendiri, terutama bila mengalami kegagalan. Orang yang sering menyalahkan diri sendiri, akan sulit untuk secara objektif memberi penilaian, sehingga dalam proses atribusi juga sering menyebabkan kebiasaan. 5. Hedonic Relevance Pengamat sering kurang objektif dalam memberikan penilaian terhadap peristiwa yang menyangkut dirinya. Apabila peristiwa itu menguntungkannya, maka akan menyebabkan penilaian lebih positif. Sebaliknya bila peristwa tersebut kurang menguntungkan dirinya, penilaian menjadi condong negatif. 6. Bias Egosentris Sering dijumpai pula bahwa orang menilai dengan menggunakan dirinya sebagai referensi, atau beranggapan bahwa orang pada umumnya akan berbuat seperti dirinya. Apabila standar diri ini diterapkan dalam memberi atribusi, maka bias sulit untuk dihindarkan. Sumber referensi :
Chaplin, J.P., Kamus Lengkap Psikologi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006
Sarwono, Sarlito W., Teori-teori Psikologi Sosial, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010.