Anda di halaman 1dari 16

Daftar Isi

BAB I: Pendahuluan 2
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
BAB II: Isi 3
A. Sejarah Teori Lima Faktor 3
B. Biografi Paul Costa dan Robert McCrae 5
Paul Costa Jr 5
Robert R. McCrae 5
C. Perkembangan Teori Lima Faktor 6
Komponen Teori Lima Faktor 7
Asumsi Dasar 9
Penelitian Terkait 11
Kritik terhadap Teori Sifat dan Faktor 12
Isu isu Penting 13
BAB III: Penutup 15
A. Simpulan 15
B. Saran 15
Daftar Pustaka 16
2

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Sebelumnya kita telah mendengar dan telah mempelajari beberapa pendekatan-


pendekatan trait seperti trait yang dikemukakan oleh Allport, Eysenck, dan Cattell. Namun,
dari semua teori teori yang ada mempunyai sudut pandang yang berbeda dari segi
penggunaan faktor analisis, jumlah dan juga dimensi alami dari trait.

Karena adanya perbedaan tersebut membuat pemakaian dari trait trait ini menjadi
membingungkan padahal seperti yang kita ketahui setiap manusia memiliki keunikannya
masing masing. Karena keunikan individu manusia inilah yang akhirnya membuat para
peneliti trait ingin mengadakan perubahan agar mereka dapat memiliki satu pemahaman yang
sama tentang trait.

Menurut Goldberg, Big Five terdiri dari Surgency atau Extraversion,


Agreeableness, Conscientiousness, Emotional Stability, Intellect atau Imagination. Sebuah
temuan yang berpendapat pada komponen genetik. Kelima faktor telah terdeteksi baik pada
anak-anak dan orang dewasa. Penelitian longitudinal, dimana subjek yang sama diuji selama
enam tahun, menunjukkan dekat tingkat stabilitas dikelima ciri orang yang memiliki
agrebleness tinggi sebagai anak-anak yang ditemukan akan tetap sebagai orang dewasa.

Extraversion adalah untuk secara positif terkait untuk kesejahteraan emosional,


dan neuroticism negatif terkait dengan kesejahteraan emosional. Dengan demikian, para
peneliti menyimpulkan bahwa orang yang memiliki extraversion tinggi dan
memiliki neuroticism rendah secara genetik cenderung untuk kestabilan emosi. Di samping
itu, orang-orang yang tinggi dalam agreebleness dan kesadaran yang lebih besar
menunjukkan kesejahteraan emosional. Peneliti lain menemukan bahwa orang-orang yang
memiliki neuroticism tinggi yang rentan terhadap depresi, kecemasan, dan menyalahkan diri
sendiri.

Tidak semua peneliti kepribadian kontemporer menerima lima faktor McCrae dan
Costa berpendapat sama bahwa tidak ada kelompok lima faktor memadai dapat menjelaskan
3

kompleksitas kepribadian manusia. Peneliti lain setuju bahwa mungkin hanya ada lima
kepribadian utama. Tapi, mereka tidak setuju pada sifat yang ada. Namun demikian, McCrae
dan Costa memberikan pendekatan yang menarik dan didukung dengan baik untuk
menggambarkan komposisi kepribadian dan kepentingan relatif dari faktor keturunan dan
lingkungan dalam menentukan sifatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja tokoh tokoh Teori Lima Faktor?
2. Apa itu Teori Lima Faktor?
C. Tujuan
1. Menyebutkan tokoh tokoh Teori Lima Faktor.
2. Untuk lebih memahami tentang Teori Lima Faktor.

BAB II

Isi

A. Sejarah Teori Lima Faktor

Setelah bertahun tahun para peneliti trait belum juga memiliki pemahaman yang
sama tentang trait sehingga terjadi kekacauan. Setelah melalui perdebatan yang tidak
terselesaikan akhirnya sejak tahun 1980 terjadi peningkatan kualitas dan metode-metode
modern khususnya pada faktor analisis sehingga semua peneliti peneliti trait menyetujui
bahwa perbedaan individu dapat dikelompokkan dalam 5 hal besar yang disebut Big Five
Trait Theory.

Para peneliti mulai berfikir bahwa dimensi Cattell yang sebanyak 16 berlebihan untuk
menggambarkan kepribadian manusia. Kebanyakan studi analisis melibatkan lima diantara 16
dimensi dari Cattell serta mengadopsi dua dimensi yang juga ada dalam 3 dimensi Eysenck
sehingga penganalisis menganggap kelimanya sudah cukup untuk mencakup struktur
kepribadian.
4

Teori Big Five pertama sekali diperkenalkan oleh Lewis R. Goldberg pada tahun 1981.
Salah satu tokoh yang mengembangkan teori Big Five ini adalah Allport yang melakukan
penelitian dengan bergantung pada Hipotesis Lexical. Selain itu, Goldberg juga menyatakan
bahwa Cattell adalah bapak intelektual dari teori Big Five. Selain Goldberg, terdapat 2 tokoh
lagi yang mempelopori teori Big Five, yakni Robert McCrae dan Paul Costa.

Latar belakang nature dan nurture sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian


seseorang yakni menyebabkan hasil respon yang berbeda pada setiap stimulus atau tindakan
yang dilakukan kepadanya. Hal ini melahirkan sifat-sifat yang membedakan satu individu
dengan yang lain yang disebut dengan traits. Traits didefinisikan sebagai suatu dimensi yang
menetap dari karakteristik kepribadian yang membedakan antarindividu. Saat ini para
peneliti, khususnya generasi muda, menyetujui teori trait yang dikelompokkan menjadi 5
besar dengan dimensi bipolar yang disebut dengan Big Five.

Big Five ini dilakukan dengan metode pendekatan yaitu teori traits yang merupakan
sebuah model untuk mengidentifikasi trait-trait dasar yang diperlukan untuk menggambarkan
suatu kepribadian itu sendiri. Pendekatan pertama berdasarkan self rating pada trait kata sifat
tunggal, seperti talkactive, warm, moody, dan sebagainya . Pendekatan kedua berdasarkan self
rating pada item-item kalimat, seperti hidupku seperti langkah yang cepat. Lewis R. Goldberg
telah melakukan penelitian secara sistematik dengan menggunakan trait kata sifat
tunggal. Taksonomi Goldberg telah diuji dengan menggunakan analisa faktor, yang
hasilnya sama dengan struktur yang ditemukan oleh Norman tahun 1963.

Tupes dan Christal menemukan Lima hubungan yang kuat dan tidak memiliki
konsekuensi lebih. Faktor yang berulang kelima struktur ini direplikasi oleh Norman
(1963), Borgatta (1964), dan Digman dan Takemoto Chock (1981) dari 35 variabel data
milik Cattell. Menurut Norman (1963), faktor-faktor itu diberikan label:

1. Extraversion atau Surgency (banyak bicara, tegas, dan energik).


2. Agreebleness (kooperatif, data dipercaya, dan baik).
3. Conscientiousness (bertanggung jawab, dapat diandalkan, dan tertib).
4. Emotional Stability vs Neuroticism (tenang, tidak neurotic, tidak mudah putus asa).
5. Culture (berwawasan, berpikiran bebas, dan sopan).

Kelima faktor ini kemudian dikenal sebagai Big Five, nama ini tidak dipilih untuk
menunjukkan kejayaan hakiki mereka tetapi untuk menegaskan bahwa faktor-faktor ini
5

terlalu luas. Struktur dalam Big Five tidak menyiratkan bias diturunkan menjadi lima
perilaku. Terlebih, kelima dimensi ini menggambarkan kepribadian sangat abstrak, dan setiap
dimensi meringkas sebuah kenyataan yang besar, lebih spesifik karakteristik kepribadian.

B. Biografi Paul Costa dan Robert McCrae

Paul Costa Jr

Costa dilahirkan pada 16 September di kota Franklin di Merrimack County, New


Hampshire, di Amerika Serikat. Ia meraih gelar sarjana psikologi dari Universitas Clark dan
PhD dari University of Chicago. Pada tahun 1978, Costa mulai bekerja dengan Robert
McCrae di National Institute of Aging, dimana ia terus conduct research pada pembangunan
manusia dan penuaan.

Kolaborasi antara Costa dan McCrae telah biasa berbuah, dengan lebih dari 200
research articles turut menulis dan bab, serta beberapa buku. Ia adalah seorang psikolog
Amerika yang terkait dengan Model Lima Faktor. Seorang penulis lebih dari 300 artikel
akademis, beberapa buku, ia mungkin paling dikenal karena NEO Personality Inventory
Revisi, atau NEO PI-R, persediaan psikologi kepribadian; 240-item ukuran dari Model Lima
Faktor: Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, dan Keterbukaan
terhadap Pengalaman. Selain itu, tes mengukur enam subordinate dimensions (dikenal
sebagai 'aspek') dari masing-masing "FFM" faktor kepribadian, dikembangkan bersama-sama
dengan Robert McCrae.

Bekerja pada model ini telah membuat Costa salah satu psikolog yang paling dikutip
hidup, dengan indeks H lebih 110. Sementara persediaan ini, ia dan McCrae berpendapat
bahwa kepribadian stabil, terutama setelah usia 30, bahwa itu bersifat universal (hadir di
struktur yang sama di seluruh etnis, budaya dan kali), bahwa struktur inti terdiri dari lima
besar domain, dan bahwa ini pada gilirannya mencerminkan struktur berbasis facet. Ia
berpendapat bahwa kepribadian merupakan pengaruh penting terhadap perilaku (sebagai
lawan model situasional di mana perilaku individu mencerminkan tidak ada perbedaan
individu abadi), termasuk umur panjang dan kesehatan.

Robert R. McCrae

Lahir pada tanggal 28 April 1949 di kota Maryville di Nodaway County, Missouri, di
Amerika Serikat. Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Setelah menyelesaikan gelar
6

sarjana dalam filsafat dari Michigan State University, ia meraih gelar PhD di psikologi dari
Boston University. Mengikuti jejak Raymond Cattell, ia mulai menggunakan analisis faktor
sebagai alat ukur struktur human traits. Setelah menyelesaikan pekerjaan akademis, McCrae
mulai bekerja dengan Paul Costa di National Institute of Health, dimana ia masih bekerja. Ia
adalah seorang psikolog kepribadian di National Institute of Aging.

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, Walter Mischel sedang mempertanyakan gagasan
bahwa sifat kepribadian benar-benar konsisten dan menyatakan bahwa situasi lebih penting
daripada sifat kepribadian mana pun. Meskipun Mischel telah merevisi pernyataannya setelah
itu, dan pada tahun 1999, McCrae menyatakan bahwa McCrae mengikuti program pasca
sarjananya pada tahun-tahun setelah kritik Mischel terhadap sifat kepribadian, karena baginya
sifat-sifat adalah sesuatu yang nyata dan bertahan. Studi ini pada awalnya dilakukannya
sendiri, diam-diam, dan tanpa banyak dukungan. Ternyata, pendekatan tersebut cukup sesuai
dengan kepribadiannya yang cenderung diam dan introvert.

Pada tahun 1975, McCrae dirujuk oleh James Fozard (seorang psikolog perkembangan
orang dewasa di Normative Aging Study) kepada Paul T. Costa Jr. seorang pengajar di
University of Massachusetts, Boston. Setelah pertemuannya, McCrae dan Costa bekerja di
Gerontology Research Center yang mempunyai seperangkat data orang dewasa yang valid
dan dalam jumlah besar, tempat tersebut menjadi tempat yang ideal bagi Costa dan McCrae
untuk menginvestigasi pertanyaan mengenai struktur kepribadian.

Ia dikaitkan dengan Teori Lima Faktor kepribadian. Ia telah menghabiskan karirnya


mempelajari stabilitas kepribadian diusia dan budaya. Seiring dengan Paul Costa, ia adalah
co-penulis Personality Inventory NEO Revisi. Ia telah bertugas di dewan redaksi banyak
jurnal ilmiah, termasuk Journal of Personality and Social Psychology, the Journal of
Research in Personality, the Journal of Cross-Cultural Psychology, and the Journal of
Individual Differences.

C. Perkembangan Teori Lima Faktor

Pada awal kemunculannya, kelima faktor McCrae dan Costa tidak lebih dari sekedar
klasikasi atas sifat-sifat kepribadian. Pada akhir 1980-an, McCrae dan Costa mulai yakin
bahwa mereka dan para ilmuwan lain telah menemukan struktur kepribadian yang cukup
stabil. McCrae dan Costa menolak teori-teori terdahulu yang mereka anggap terlalu
bergantung pada pengalaman klinis dan spekulasi pasif (Feist & Feist, 2008: 137).
7

Pada tahun 1980-an, perbedaan dari teori klasik dengan teori modern semakin terlihat
jelas. Hal inilah yang menjadi dorongan McCrae dan Costa untuk menemukan teori alternatif
yang lebih dari sekedar klasikasi 5 faktor sifat-sifat kepribadian. Menurut McCrae dan
Costa hal yang paling mendasari agar tercapainya teori alternatif ini adalah teori alternatif ini
harus mencakup perubahan dan pertumbuhan yang telah terjadi selama 25 tahun, dan juga
tetap terikat pada prinsip empirik yang terjadi selama penelitian. Maka, selama 25 tahun
McCrae dan Costa terus mengembangkan model lima faktor ini hingga menjadi Teori Lima
Faktor. Menurut McCrae dan Costa, Model tersebut dan temuan dari badan penelitian yang
berasosiasi dengannya, tidak membentuk suatu teori kepribadian. Sebuah teori
mengorganisasikan temuan-temuan untuk dapat menghasilkan suatu cerita yang koheren,
memfokuskan isu-isu dan fenomena-fenomena yang dapat dan harus dijelaskan.

Komponen Teori Lima Faktor

Teori lima faktor memiliki dua komponen, yakni komponen inti dan komponen sekunder.
Setiap komponen terdiri komponen-komponen yang lain. Komponen inti terdiri dari (1)
kecenderungan dasar, (2) karakteristik adaptasi, dan (3) konsep diri. Komponen sekunder
terdiri dari (1) dasar biologis (2) biogra objektif, dan (3) pengaruh eksternal.

1. Komponen Inti
a) Kecenderungan Dasar

McCrae dan Costa mendenisikan kecenderungan dasar sebagai substansi dasar yang
universal dari kapasitas dan disposisi kepribadian yang umumnya diasumsikan daripada
diobservasi. Kecenderungan dasar dapat bersifat bawaan, terbentuk oleh pengalaman
diusia dini, atau dimodikasi oleh penyakit atau intervensi psikologis. Pada suatu periode
kehidupan seseorang, kecenderungan tersebut menentukan potensi dan arah dari orang
tersebut. Atau dengan kata lain kecenderungan dasar adalah salah satu komponen dasar
kepribadian, seiring dengan karakteristik adaptasi, konsep diri, dasar biologis, biogra
objektif, dan pengaruh eksternal. Esensi dari kecenderungan dasar adalah dasar mereka
dibiologis serta stabilitas mereka diantara waktu dan kondisi.
8

b) Karakteristik Adaptasi

Merupakan struktur kepribadian yang dipelajari, yang berkembang saat manusia


beradaptasi dengan lingkungan. Perbedaan yang mendasar antara kecenderungan dasar
dan karakteristik adaptasi terletak pada fleksibitasnya. Kecenderungan dasar cukup stabil,
sedangkan karakteristik adaptasi dapat dipengaruhi oleh hal-hal eksternal. Sebagai contoh,
keterampilan yang dipelajari, sikap, perilaku dan hubungan yang dihasilkan dari sebuah
interaksi, seperti kemampuan berbahasa inggris atau matematika. Sedangkan, seberapa
cepat kita belajar adalah kecenderungan dasar. Respon karakteristik dibentuk oleh
kecenderungan dasar karena konsistensi dan keunikan dari setiap respon, sehingga
merefleksikan dari pertahanan sifat-sifat kepribadian. Akan tetapi respon tersebutlah yang
membuat kita dapat beradaptasi terus menerus. Kecenderungan dasar bersifat stabil dan
bertahan, sedangkan karakteristik adaptasi berfluktuasi, sehingga membuatnya rentan
terhadap perubahan dalam kehidupan seseorang. Karakteristik adaptasi berbeda dari satu
budaya dengan budaya yang lain. Sebagai contoh, ekspresi kemarahan dengan hadirnya
seseorang yang superior lebih tabu di Jepang daripada di Amerika Serikat.

c) Konsep Diri

McCrae dan Costa menjelaskan bahwa konsep diri terdiri dari pengetahuan, pandangan,
dan evaluasi tentang diri sendiri, dengan cakupan dari beragam fakta atas sejarah personal
sampai identitas yang memberikan suatu perasaan memiliki tujuan dan kesatuan dalam
hidup.

2. Komponen Sekunder
a) Dasar Biologis

Gen, hormon, dan struktur otak merupakan mekanisme biologis yang paling utama
dalam memengaruhi kecenderungan dasar. McCrae dan Costa belum dapat menjelaskan
bagaimana mekanisme tersebut dapat mempengaruhi kepribadian manusia, akan tetapi
bidang genetika dengan perkembangannya telah menjelaskan bagaimana mekanisme
biologis mempengaruhi perilaku manusia. Posisi dasar biologis ini mengeleminasi peranan
lingkungan dalam pembentukan kecenderungan dasar, akan tetapi tidak serta
menghilangkan peranan lingkungan dalam pembentukan kepribadian, hanya saja
lingkungan tidak memiliki pengaruh secara langsung dalam pembentukannya. Lingkungan
memiliki peranan tersendiri dalam pembentukan kepribadian, dan hal inilah yang
9

membedakan antara dua komponen inti yang telah dijelaskan di atas, kecenderungan dasar
dan karakteristik adaptasi.

b) Biogra Objektif

McCrae dan Costa mengatakan bahwa biogra objektif adalah apapun yang dilakukan,
dipikirkan, dan dirasakan seseorang sepanjang hidupnya. Biogra objektif menekankan
pada apa yang terjadi sepanjang hidupnya (objektif) daripada pandangan atau persepsi
mereka mengenai pengalaman mereka (subjektif).

c) Pengaruh Eksternal

Manusia terus menemukan atau berada dalam situasi sik yang berbeda, dan hal
tersebut memengaruhi terhadap kepribadian manusia tersebut. Cara kita merespon
kesempatan dan tuntutan dari konteks merupakan sesuatu yang dibahas dalam pengaruh
eksternal. Menurut McCrae dan Costa, respon-respon tersebut merupakan fungsi dari
karakteristik adaptasi dan interaksi mereka dengan pengaruh eksternal.

Asumsi Dasar

Setiap komponen sistem kepribadian (kecuali dasar biologis) mempunyai asumsi inti.
Oleh karena komponen dari kecenderungan dasar dan karakteristik adaptasi adalah hal hal
yang paling sentral atas sistem kepribadian.

1. Asumsi dari Kecenderungan Dasar


a) Asumsi Individualitas

Asumsi individualitas menekankan bahwa orang dewasa mempunyai rangkaian sifat


yang unik, dan setiap orang menunjukkan kombinasi yang unik atas pola sifatnya. Asumsi
ini konsisten dengan gagasan Allport bahwa keunikan adalah esensi dari kepribadian.

b) Asumsi atas Asal

Asumsi atas asal mempunyai pendirian yang jelas walaupun cukup kontroversial.
Semua sifat- sifat kepribadian adalah hasil dorongan internal; seperti genetik, hormon dan
struktur otak. Dengan kata lain, lingkungan keluarga tidak mempunyai peranan dalam
menciptakan kecenderungan dasar. Pengaruh genetik didemonstrasikan oleh apa yang ahli
10

genetik perilaku rujuk sebagai koesien keterwarisan dan muncul dari penelitian atau studi
mengenai adopsi dan anak kembar.

Keterwarisan menjawab pertanyaan mengenai perbedaan dalam korelasi suatu sifat


kepribadian antara orang-orang yang identik secara genetis (anak kembar identik) dan
yang hanya berbagi sekitar 50% dari gen mereka (semua jenis saudara kandung lainnya).
Apabila gen tidak mempunyai peranan dalam pembetukan sifat, maka tidak akan ada
perbedaan dalam korelasi antara variasi kadar kesamaan genetik dari orang- orang.

Anak kembar identik dan fraternal akan sama-sama mirip atau sama-sama berbeda.
Bukti yang ada mengindikasikan bahwa anak kembar identik walaupun dibesarkan dalam
lingkungan berbeda-beda, menunjukkan kesamaan kepribadian yang lebih besar
dibandingkan saudara sekandung lainnya. Dalam banyak kasus dari sifat-sifat kepribadian,
kadar kesamaan mengindikasikan bahwa hampir 50% variasi kepribaadian adalah
keterwarisan atau genetik. Sedangkan, 50% lainnya banyak dijelaskan oleh pengalaman
berbeda yang tidak dialami bersama oleh saudara kandung dalam usia yang bervariasi;
yaitu saudara kandung biasanya mempunyai pengalaman, teman, dan guru yang berbeda.

c) Asumsi Perkembangan

Asumsi perkembangan menganggap bahwa sifat berkembang dan berubah selama masa
kanak- kanak, tetapi mulai melambat dimasa remaja, serta perubahan dalam kepribadian
berhenti sama sekali dari awal hingga pertengahan masa dewasa (kira-kira usia 30-an).
McCrae dan Costa berspekulasi bahwa mungkin masih ada alasan- alasan yang bersifat
evolusi dan adaptif dari perubahan tersebut. Saat seseorang masih muda dan sedang
menentukan hubungan dan kariernya, tinggi kadar E, O, dan bahkan N akan bermanfaat.
Saat seseorang mulai tumbuh dewasa dan menjadi mapan, sifat tersebut tidak lagi
seadaptif sebelumnya. Selain itu, peningkatan keramahan dan kekasaran akan sangat
membantu saat seseorang tumbuh dewasa.

d) Asumsi Struktur

Asumsi struktur menyatakan bahwa sifat memiliki organisasi hierarkis dari yang sempit
dan spesik ke yang lebih luas dan umum, seperti yang dikemukakan oleh Eysenck.
Asumsi ini tumbuh dari konsep yang telah lama dipegang oleh Costa dan McCrae bahwa
jumlah dimensi kepribadian adalah lima dan hanya lima. Jumlah ini melebihi konsep tiga
dimensi yang dihipotesiskan Eysenck dan sangat sedikit dibandingkan 35 dimensi yang
11

ditemukan oleh Cattell. Dengan asumsi ini, McCrae dan Costa serta pakar teori lima faktor
lainnya menyatakan bahwa lima dimensi adalah jawaban dari perdebatan yang telah lama
terjadi diantara teori faktor.

2. Asumsi dari Karakteristik Adaptasi

Asumsi mengenai karakteristik adaptasi menyatakan bahwa, seiring berjalannya waktu,


manusia beradaptasi dengan lingkungan mereka dengan mengumpulkan pola pikiran,
perasaan, dan perilaku yang konsisten dengan sifat-sifat kepribadian mereka serta adaptasi
yang dialami sebelumnya. Dengan perkataan lain, sifat mempengaruhi cara kita beradaptasi
terhadap perubahan dalam lingkungan kita. Selain itu, kecenderungan dasar berakibat pada
pencarian dan pemilihan kita terhadap lingkungan khusus yang sesuai dengan disposisi kita.

Asumsi karakteristik adaptasi yang kedua, maladaptasi mengindikasikan bahwa respon


kita tidak selalu konsisten dengan tujuan personal dan nilai- nilai budaya. Sebagai contoh,
ketika introversi dibawa ke titik ekstrem, dapat berakibat pada sifat pemalu patologis dalam
lingkup sosial, yang menghambat seseorang untuk keluar rumah atau memegang suatu
pekerjaan. Selain itu, agresi yang dibawa ke titik ekstrem dapat menghasilkan kekejaman
yang berlebihan atau sifat antagonis, yang kemudian dapat berakibat seringnya seseorang
dipecat dari pekerjaannya.

Asumsi ketiga menyatakan bahwa sifat dasar dapat berubah seiring berjalannya waktu
sebagai respon dari kematangan biologis, perubahan lingkungan, atau intervensi yang
disengaja. Asumsi ini merupakan asumsi fleksibilitas yang digagas oleh Costa dan McCrae,
suatu asumsi yang menyatakan bahwa kecenderungan dasar dapat menjadi relatif stabil
sepanjang kehidupan, tetapi karakteristik adaptasi tidak.

Penelitian Terkait

Pendekatan sifat yang digunakan Hans Eysenck, Robert Mc Crae dan Paul Costa sangat
popular dalam ranah kepribadian. Eysenck, Costa dan McCrae telah mengembangkan invent
kepribadian yang digunakan dengan luas, yaitu Eysenck Personality Inventory dan cabang-
cabang lainnya dan NEO-PI.

Sifat telah dikaitkan dengan berbagai hal-hal vital, seperti kesehatan sik,
kesejahteraan, dan kesuksesan akademis, tetapi sifat juga telah dikaitkan dengan hal- hal yang
12

lebih umum dan terjadi sehari-hari seperti mood. Seperti yang ditunjukkan berikut, sifat dapat
memprediksikan hal-hal yang bersifat jangka panjang seperti Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
yang merupakan hasil kerja selama bertahun-tahun, tetapi sifat juga memprediksikan hal- hal
yang lebih terpisah, misalnya berapa kali orang mengikuti ujian masuk dan apa jenis mood
yang mungkin orang alami pada suatu hari.

Kritik terhadap Teori Sifat dan Faktor

Metode sifat dan faktor, terutama yang diusung Eysenck dan pendukung model lima
besar memberikan taksonomi penting yang mengorganisasikan kepribadian dalam klasikasi
yang bermakna. Teori sifat and faktor - faktor Eysenck, Costa, dan McCrae adalah contoh
dari pendekatan empiris yang ketat terhadap investigasi kepribadian. Teori ini dibangun
dengan mengumpulkan sebanyak mungkin data dari banyak orang, melakukan interkorelasi
skor, menganalisis faktor dengan matriks korelasi, dan menggunakan signikansi psikologis
yang tepat pada faktor resultan. Dibandingkan penilaian klinis, pendakatan psikometri
merupakan penanda dari teori sifat dan faktor. Meskipun begitu, seperti teori lainnya teori
sifat dan faktor harus dinilai dari enam kriteria teori yang bermanfaat.

Pertama, dalam kriteria menghasilkan penelitian, teori Eysenck, Costa dan McCreae
harus diberikan nilai yang tinggi. Teori sifat McCrae dan Costa serta pendukung lainnya dari
struktur kepribadian lima besar juga telah banyak menghasilkan penelitian empiris. Penelitian
tersebut telah menunjukkan bahwa ekstraversi, neurotisme, keterbukaan pada pengalaman,
keramahan dan kesadaran tidak terbatas hanya pada Negara Negara Barat, tetapi telah
ditemukan diberbagai budaya, menggunakan bermacam terjemahan dari NEO PI yang telah
direvisi. Selain itu, McCrae dan Costa telah menemukan bahwa sifat kepribadian dasar cukup
fleksibel sampai usia 30 tahun, tetapi pada saat tersebut, menjadi cukup stabil selama masa
kehidupan.

Kedua, dalam kriteria apakah teori sifat dan faktor dapat dikaji ulang, teori sifat dan
faktor mendapatkan nilai menengah hingga tinggi. Kebanyakan dari hasil penelitian Eysenck,
misalnya, penelitiannya atas kepribadian dan penyakit belum pernah direplikasi oleh
peneliti lainnya. Studi McCrae dan Costa memberikan kesempatan untuk dilakukan
pengkajian ulang terhadapnya walaupun beberapa penelitian yang datang dari Negara
13

Negara non Barat mengindikasikan sifat selain lima besar yang mungkin diperlukan untuk
menjelaskan kepribadian di Negara Asia.

Ketiga, teori sifat dan faktor dinilai tinggi dalam kemampuannya mengorganisasikan
pengetahuan. Semua yang benar benar diketahui mengenai kepribadian, harus dapat
direduksi menjadi suatu jumlah tertentu. Semua yang dapat dikuantikasikan dapat diukur,
dan semua yang dapat diukur dapat dianalisis faktornya. Faktor faktor yang telah
didapatkan tersebut, kemudian memberikan deskripsi yang sudah dan akurat mengenai
kepribadian dalam hal sifat. Sifat sifat inilah yang kemudian dapat menghasilkan suatu
kerangka untuk mengorganisasikan banyak observasi yang terpisah mengenai kepribadian
manusia.

Keempat, teori yang bermanfaat mempunyai kekuatan untuk mengarahkan tindakan


praktisi, dan dalam criteria ini, teori sifat dan faktor mendapatkan kajian yang bercampur.
Walaupun teori ini memberikan taksonomi yang komprehensif dan terstruktur, klasikasi
seperti itu tidak terlalu berguna untuk orang tua, guru dan konselor dibandingkan untuk
peneliti.

Kriteria terakhir dari teori yang bermanfaat adalah kehematan. Idealnya, teori sifat dan
faktor seharusnya menerima nilai yang sangat baik dalam standar ini, karena analisis faktor
bertujuan memberikan sedikit mungkin faktor yang dapat menjelaskan. Dengan perkataan
lain, tujuan utama dari analisis faktor adalah untuk mereduksi jumlah variabel yang besar
menjadi sesedikit mungkin. Pendekatan inilah yang menjadi esensi dari kehematan.

Isu isu Penting

1. Free will VS Determinism

Menurut Cattell perilaku manusia lebih mengarah ke arah determinism dibandingkan


free will. Ini artinya sifat manusia manusia lebih cenderung dibatasi daripada bebas atau tidak
terbatas. Cattell menyatakan bahwa untuk perilaku yang dianggap dapat diprediksi, maka
harus ada konsistensi dalam kepribadian. Prediksi terhadap prilaku manusia akan sulit
dilakukan jika terdapat spontanitas dalam perilaku manusia. Jika manusia melakukan segala
hal dengan spontan atau tidak terbatas, maka akan sangat sulit untuk memprediksi perilaku.
14

Oleh karena itu, Cattell beranggapan sifat-sifat manusia lebih cenderung ke arah determinism
(dibatasi) dari pada prilaku yang free will (tidak terbatas).

2. Nature VS Nurture

McCrae dan costa merupakan pendukung Nature terkuat. Mereka mengklaim bahwa
kepribadian sangat ditentukan oleh warisan biologis (nature), sedangkan lingkungan (nurture)
hanya memberikan sedikit efek. Anggapan mereka adalah, sifat kepribadian merupakan
disposisi endogen yang mengikuti jalur intrinsik perkembangan yang secara esensial
independen dari pengaruh lingkungan. McCrae dan Costa menyatakan adanya pendewasaan
intrinsik dalam kepribadian. Sifat merupakan ekspresi biologi manusia. Mereka dinyatakan
tidak terpengaruh oleh lingkungan, lingkungan hanya memberikan sedikit pengaruh pada
masa depan seseorang. Namun, di sisi lain Cattell beranggapan bahwa baik nature (faktor
keturunan) maupun nurture (lingkungan sosial) sama-sama memberikan kontribusi yang
sama dalam mempengaruhi kepribadian seseorang. Penelitiannya telah
menunjukkan dampak kuantitatif dari faktor keturunan dan lingkungan terhadap berbagai
sifat.

3. Past VS Present

Menurut Cattell, baik pengalaman masa lalu (past experiences) dan peristiwa-peristiwa
yang baru (present experience), keduanya sama-sama mempengaruhi kepribadian seseorang.
Bagi Cattell, pengalaman masa kanak-kanak memang berpengaruh, namun ini tidak menutup
kemungkinan seseorang untuk dapat memodifikasi kehidupannya dimasa mendatang.

4. Uniqueness VS Universality

Dalam teori Big Five, dikatakan memiliki uniqueness karena mempunyai trait dengan
keunikannya masing-masing. Setiap trait ini juga mempunyai ciri atau facet-nya masing-
masing. Dikatakan universal adalah karena menurut teori ini, kelima trait ini dimiliki oleh
semua individu. Universality ini merupakan ciri kepribadian secara umum, dan menjadi
acuan dalam menentukan, mengidentifikasi kepribadian tiap individu. Cattell berpandangan
bahwa uniqueness dan universality memiliki posisi yang seimbang. Tidak ditemukan ciri-ciri
umum yang berlaku bagi setiap orang dalam suatu budaya dan ciri sifat unik (uniqueness)
yang biasanya menggambarkan setiap individu.
15

5. Equilibrium VS Growth

Dalam teori ini, equilibrium dan growth memiliki posisi yang seimbang. Di sini tidak
terlalu banyak dijelaskan bagaimana teori ini memberikan keterangan tentang keseimbangan
dan pertumbuhan dalam hidup manusia dengan pembentukan kepribadian.

6. Optimistic VS Pessimistic

Optimism adalah kepribadian manusia sangat positif dan penuh harapan. Awalnya
menurut Cattell, dia sangat optimis tentang adanya suatu kemampuan dalam setiap orang
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan sosial. Cattell memperkirakan bahwa manusia
seharusnya memiliki kesadaran besar untuk mengontrol lingkungan hidupnya. Ia
mengharapkan untuk dapat melihat kenaikan intelegensi manusia bersamaan dengan
perkembangan kehidupan komunitas yang lebih ramah sebagai kreativitas warga negara yang
menduduki suatu tempat. Pada kenyataannya, harapan Cattell tersebut tidak terpenuhi dan
akhirnya ia harus percaya bahwa sifat perilaku manusia dan masyarakat mengalami
kemunduran.

BAB III

Penutup

A. Simpulan

Dalam teori lima faktor trait, lima kategori trait utama, termasuk faktor emosionalitas,
aktivitas, dan sosiabilitas. Teori Lima Faktor merupakan sebuah kesepakatan yang muncul
diantara para teoritikus kepribadian yang mengemukakan lima faktor dasar untuk kepribadian
manusia: neurotisme, esktraversi, keterbukaan, kesepakatan, dan kehati hatian.

B. Saran

Jika pembaca ingin menyanggah atau pun menambahi tentang apa yang sudah dibahas
dalam makalah ini, kami memberikan kesempatan untuk itu.
16

Daftar Pustaka

Alave, Von Mariette D. Paul Costa & Robert McCrae: The Five Factor Model / Theory
(https://www.scribd.com/doc/163468201/Paul-Costa-Robert-McCrae-Whataboutthem)
(online), diakses pada 7 Mei 2016.

Cervone, Daniel & Pervin, Lawrence A. 2012. Kepribadian: Teori dan Penelitian. Edisi
Terjemahan. Jakarta: Salemba Humanika.

Feist, Jess & Feist, Gregory J. 2008. Theories of Personality: Seventh Edition. United States:
The McGraw-Hill Companies, Inc.

John, Oliver & Sanjay Srivastava. 1999. The Big-Five Trait Taxonomy: History,
Measurement, and Theoretical Perspectives. Barkeley: University of California.

Welnny Yelnita. TT. Teori Big Five (http://www.welnnyyelnita.html) (online), diakses


pada 23 April 2016.

Anda mungkin juga menyukai